Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif
dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan
sumsum tulang atau air kemih. Sepsis merupakan suatu infeksi yang mengindikasikan
sekumpulan gejala dan gambaran inflamasi sistemik berupa suhu tubuh abnormal
(hipotermi/hipertermi), leukositosis/leukopenia, takikardi dan takipnea.(1)
Sejak adanya konsensus dari American College of Chest Physicians/Society of
Critical Care Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah dan definisi dibidang
infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok BBL dan penyakit anak.
Istilah/definisi tersebut antara lain :(2)
 Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Respons
Syndrome) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit.
 Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular dan
gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ lain (seperti gangguan nefrologi,
hematologi, urogenital dan hepatologi).
 Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun telah
mendapatkan cairan adekuat.
 Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi mempertahankan
homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua atau lebih organ tubuh.

Keadaan ini sering terjadi pada bayi berisiko misalnya pada bayi kurang bulan
(BKB), bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi dengan sindrom gangguan napas atau bayi
lahir dari ibu berisiko.(3)
Angka kejadian/insidens sepsis di negara yang sedang berkembang masih cukup
tinggi (1,8 – 18 pasien / 1000 kelahiran) dibanding dengan negara maju (1 – 5 pasien /
1000 kelahiran). Pada bayi laki-laki risiko sepsis 2 kali lebih besar dari bayi perempuan.
Kejadian sepsis juga meningkat pada BKB (Bayi Kurang Bulan) dan BBLR (Bayi Berat
Lahir Rendah).(4)
Diagnosis klinis sepsis neonatal mempunyai masalah tersendiri. Gambaran klinis
pasien sepsis neonatal tidak spesifik. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak berbeda
dengan penyakit non-infeksi BBL lain seperti sindrom gangguan napas, perdarahan

1
intrakranial dan lain-lain. Sampai saat ini, biakan darah masih merupakan baku emas (Gold
Standar) dalam diagnosis sepsis BBL.(2)
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis neonatal.
Pada kenyataannya menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan membutuhkan waktu.
Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan.
Sehubungan dengan hal tersebut pemberian antibiotik secara empiris terpaksa cepat
diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya perjalanan penyakit.(4)
Berikut ini akan dibahas sebuah refleksi kasus sepsis neonatorum pada seorang
bayi yang dirawat di bagian neonatologi RSUD Undata Palu.

2
REFLEKSI KASUS

 IDENTITAS
Seorang bayi laki-laki, umur 1 jam, berat badan 2800 gram, panjang badan 51 cm,
masuk rumah sakit tanggal 4 November 2012 jam 17.00 WITA dengan keluhan utama
bayi tidak menangis saat dilahirkan dan tampak sesak napas.

 ANAMNESIS
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir di rumah, spontan dengan latar belakang
kepala, dibantu oleh seorang dukun. Ketuban pecah dini (-) dan ketuban berwarna hijau
(+). Riwayat penyakit yang diderita ibu : ISK (-), demam intrapartum (-) dan riwayat
konsumsi obat-obatan atau jamu (-). Ibu hamil yang pertama kalinya, ANC di
Puskesmas Kawatuna dan satu kali pemeriksaan ke dokter praktek. Saat dilahirkan, bayi
tidak menangis dan tampak sesak napas sehingga segera dibawa ke rumah sakit.

 PEMERIKSAAN FISIK
4 November 2012
Berat Badan : 2800 gram Ling. Kepala : 32 cm Ling. Perut : 29 cm
Panjang Badan : 51 cm Ling. Dada : 31 cm Ling. Lengan : 10 cm

TTV
Denyut Jantung : 148 x/menit Suhu : 36 ºC
Frekuensi Napas : 82 x/menit CRT : < 2 detik

Sistem Pernapasan.
Sianosis (+), merintih (+), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan dinding dada
simetris (+), Skor DOWN : 5.

Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).

3
Sitem Hematologi.
Pucat (-), ikterus (-).

Sistem Gastrointestinal.
Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).

Sistem Saraf.
Aktivitas bayi diam, tingkat kesadaran letargi, fontanela datar, kejang (+).

Sistem Genitalia.
Hipospadia (-), hidrokel (-), hernia (-), testis belum turun ke skrotum.

Pemeriksaan Lain.
Ektremitas : akral dingin, turgor normal, kelainan kongengital (-), trauma lahir : kaput
suksadaneum. Skor BALLARD : 33 (37 minggu).

Pemeriksaan Penunjang.
GDS : 57 (N : 70-100)

DIAGNOSIS :
Aterm + SMK + gangguan napas + kejang + hipoglikemik + curiga sepsis.

TERAPI :
 Oksigen 1 L/menit.
 IVFD Dextrosa 5 % 10 tetes/menit.
 Inj. Sefotaksim 2 x 150 mg IV.
 Inj. Gentamisin 2 x 8 mg IV.
 Inj. Sibital 50 mg IV (kejang I).
 Inj. Sibital 50 mg IV (kejang II).
 Inj. Sibital 25 mg IV (kejang III).
 Inj. sibital 2 x 6 mg IV (maintenance).
 Bolus 6 cc Dextrosa 10 %.

4
 FOLLOW UP
5 November 2012
TTV
Denyut Jantung : 147 x/menit Suhu : 36,5 ºC
Frekuensi Napas : 75 x/menit CRT : < 2 detik

Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (+), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan dinding dada
simetris (+), Skor DOWN : 4.

Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).

Sitem Hematologi.
Pucat (-), ikterus (-).

Sistem Gastrointestinal.
Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).

Sistem Saraf.
Aktivitas bayi gelisah, tingkat kesadaran letargi, fontanela datar, kejang (-).

Pemeriksaan Penunjang.
Pukul 10.00 WITA
GDS : 81 (N : 70-100)
DR : Normal.

Pukul 16.00 WITA


GDS : 52 (N : 70-100)
DR : Leukositosis.

5
DIAGNOSIS :
Aterm + SMK + gangguan napas + hipoglikemik + curiga sepsis.

TERAPI :
 Oksigen 1-2 L/menit.
 Infus Dextrosa 5 % 10 tetes/menit.
 Inj. Sefotaksim 2 x 150 mg IV.
 Inj. Gentamisin 2 x 8 mg IV.
 Inj. Sibital 2 x 6 mg IV (maintenance).
 Bolus 6 cc Dextrosa 10 %.

6 November 2012
TTV
Denyut Jantung : 154 x/menit Suhu : 36 ºC
Frekuensi Napas : 64 x/menit CRT : < 2 detik

Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (+), apnea (+), retraksi dinding dada (+), pergerakan dinding dada
simetris (+), Skor DOWN : 4.

Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).

Sitem Hematologi.
Pucat (-), ikterus (+).

Sistem Gastrointestinal.
Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).

Sistem Saraf.
Aktivitas bayi tidur, fontanela datar, kejang (-).

6
DIAGNOSIS :
Aterm + SMK + gangguan napas + curiga sepsis.

TERAPI :
 Oksigen 2-3 L/menit.
 Infus Dextrosa 5 % 10 tetes/menit.
 Inj. Meropenem 2 x 50 mg IV.
 Inj. Sibital 2 x 6 mg IV (maintenance).

7
DISKUSI

Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir antara lain :(2)

1) Faktor ibu/maternal
 Usia kehamilan kurang bulan.
 Persalinan yang lama.
 Ketuban pecah lebih dari 18-24 jam.
 Chorioamnionitis.
 Persalinan dengan tindakan.
 Demam pada ibu (> 38,4 ºC).
 Infeksi saluran kencing pada ibu.
 Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.

2) Faktor bayi
 Asfiksia perinatal.
 Berat lahir rendah.
 Bayi kurang bulan.
 Prosedur invasif.
 Kelainan bawaan.

3) Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena sepsis antara
lain yaitu buruknya praktek cuci tangan dan teknik persalinan serta perawatan umbilikus
dan pemberian susu formula yang tidak higienis.

Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir di rumah dibantu oleh
seorang dukun dan ketuban berwarna hijau. Hal ini menunjukkan adanya faktor resiko
terjadinya sepsis, dimana persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan dapat
diragukan higienitasnya dan ditemukannya ketuban berwarna hijau.

8
Gejala – gejala yang masuk dalam kelompok temuan yang berhubungan dengan
sepsis.(1)

Sepsis kategori A :

 Kesulitan bernapas (apnea, takipnea, retraksi dinding dada, grunting, sianosis).


 Kejang.
 Tidak sadar.
 Susu tubuh tidak normal.
 Persalinan di lingkungan yang kurang higienis.
 Kondisis memburuk dengan cepat dan dramatis.

Sespsis kategori B :

 Tremor
 Letargi atau lunglai.
 Mengantuk atau aktivitas berkurang.
 Irritabel/rewel.
 Muntah.
 Perut kembung.
 Air ketuban bercampur mekonium.
 Malas minum, padahal sebelumnya minum dengan baik.
 Tanda-tanda mulai muncul sesudah hari ke empat.

Pada kasus ini, dari pemeriksaan fisik ditemukan suhu tubuh yang relatif tidak
normal (hipotermia), adanya gangguan napas (sianosis, takipnea, grunting/merintih,
retraksi dinding dada, apnea), adanya kejang dan kondisi memburuk dengan cepat.

Diagnosa sepsis terbagi dua yaitu dugaan sepsis dan curiga sepsis. Dugaan sepsis
jika ditemukan 2 kategori A dan 1 atau lebih kategori B, sedangkan curiga sepsis jika
ditemukan 3 ketagori A dan 2 atau lebih kategori B.(3)

Pada kasus ini, pasien didiagnosa sebagai curiga sepsis, dimana ditemukan 4
kategori A (kesulitan bernapas, kejang, suhu tubuh abnormal dan persalinan ditempat yang
tidak higienis) dan 2 kategori B (lethargi dan air ketuban bercampur mekonium).

9
Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium pada sepsis antara lain :(2)

 Adanya leukositosis dan peningkatan jumlah neutrofil.


 Peningkatan protein fase akut (C-reactive protein).
 Adanya temuan bakteri pada kultur darah (Gold Standar).

Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus ini, ditemukan leukositosis dan
hitung jenis neutrofil yang tinggi. Hal ini menunjukkan adanya infeksi bakteri yang berat
dalam tubuh.

Terapi yang diberikan untuk sepsis neonatal yaitu dengan memberikan antibiotik
spektrum luas sambil menungggu biakan darah dan uji resitensi.(4)

1) Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin (sefotaksim) dengan dosis
200 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasikan dengan amikasin
yang diberikan dengan dosis awal 10 mg/kgBB/hari intravena, atau dengan gentamisin 6
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
2) Pilihan kedua ialah ampisilin 300-400 mg/kgBB/hari intravena, dibagi dalam 4 dosis,
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis.
3) Pilihan selanjutnya ialah kotrimoksazol 10 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 2
dosis.

Pada kasus ini, antibiotik yang diberikan untuk terapi sepsis adalah kombinasi
sefotaksim dan gentamisin.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI, 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi pertama. pp: 286-90.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. IDAI, 2008. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. pp: 170-85. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
3. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 2, September 2004: 81-84.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid 3. pp: 1124-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

11

Anda mungkin juga menyukai