Tenggara
Apa yang dicemaskan soekarno ternyata benar adanya, wilayah Asia Tenggara
seakan dimata-matai oleh pihak luar, baik itu sosial, ekonomi, bahkan politik dalam
negeri. Maka tak heran beliau sampai menyetuskan slogan “Ganyang Malaysia” yang
dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti mengganyang atau
mengalahkan. Mengalahkan persekutuan Inggris raya untuk mencoba menjamah
kembali wilayah Asia, itulah inti besar dari penolakan Presiden Soekarno terhadap
konsolidasi licik dan terselubung dalam pembentukan “tanah baru melayu”. Ternyata,
tidak hanya pihak Indonesia saja yang menentang pembentukan Negara
Persemakmuran Federasi Malaysia, Pada Desember 1962, Syaikh, A ,M ,Azhari,
pemimpin Partai Rakyat Brunai, melancarkan pemberontakan yang menentang
pembentukan federasi dan menginginkan negara mardeka yaitu Kalimantan Utara.
Lantas apa yang dilakukan ASEAN sebagai organisasi yang menaungi kedua negara
tersebut dalam menjaga kestabilan dan keharmonisan antar negara Asia Tenggara?
Pada prinsipnya, ASEAN menjalankan kelembagaannya sesuai dengan aturan dasar
atas hanya memfokuskan diri pada kerja sama dan tidak mencampuri urusan dalam
negeri masing-masing anggota ASEAN. Yang mana masalah-masalah yang timbul di
kawasan ASEAN dan negara-negara anggota akan bertindak sesuai dengan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
Ini berarti ASEAN hanya dapat menaungi masalah kedua negara ini hanya dari
sisi luarnya saja, dan tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan politik dalam
negeri salah satu negara anggota. Namun tidak hanya itu, ASEAN juga banyak
membantu menyelesaikan sengketa ini, salah satu yang terpenting dalam penggoresan
tinta sejarah ini adalah adanya penandatanganan Deklarasi Bangkok antara Indonesia
dan Malaysia yang dinaungi oleh lembaga yang bertugas dibawah naungan ASEAN.
ASEAN sebagai organisasi besar di Asia Tengggara tidak hanya mengurusi masalah
sengketa yang berkaitan dengan hajat hidup manusia saja, terlepas dari itu ada
tanggung jawab besar akan budaya, dimana masing-masing corak kebudayaan di
negara ASEAN terbilang sangat beragam dan serumpun.
Malaysia memiliki Tari Nirmala, Vietnam memiliki Ao Dai, Myanmar memiliki
Bagan Period, Kamboja memiliki Pradal Serey, Laos memiliki Vixkha Bouxa,
Thailand memiliki Suthorn Phu, Indonesia memiliki beragam corak kebudayaan yang
menunjukkan identitas masing-masing daerah. Begitupun bahasa, sebagaian
masyarakat ASEAN menuturkan Bahasa Melayu sebagai bahasa ibu sekaligus Lingua
Franca bagi mereka. ASEAN adalah pilar persatuan negara-negara anggotanya.
ASEAN juga adalah pendingin dikala api terpantik antar negara anggotanya. Sebagai
pemuda ASEAN, kita patut untuk bangga sekaligus menghormati sejarah asean
terlepas pembentukannya melalui berbagai sengketa, ASEAN telah lama menjadi
pilar di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara dikawasan Asia Tenggara telah
sukses membentuk sebuah organisasi yang besar yang berjalan penuh kestabilan atas
dasar penghormatan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Selain itu, ASEAN adalah
wujud dari begitu gesitnya perkembangan negara-negara ASEAN dalam mengelola
hubungan kenegaraan dan menyelesaikan banyak konflik negara anggotanya agar
tetap rukun, itu berarti ASEAN sudah mampu menyaingi organisasi lain yang lebih
besar seperti Uni Eropa (Europe Union). Oleh karena itu, kita sebagai generasi emas
yang dimiliki ASEAN yang akan meneruskan petinggi ASEAN sudah saatnya kita
menjaga keharmonisan antar negara ASEAN melalui berbagai konferensi yang
mempertemukan negara-negara ASEAN ataupun dengan mengadakan berbagai event
yang dapat mempersatukan dan mempererat silaturahmi antar negara-negara ASEAN.
Bagi kami, para pemuda ASEAN, ASEAN adalah wadah untuk mempererat
hubungan, menjaga keharmonisan antar negara di kawasan Asia Tenggara, sehingga
ASEAN adalah pilar untuk mempersatukan segala perbedaan di antara Negara
anggotanya.