Anda di halaman 1dari 4

ASEAN: Pilar Bangsa, Budaya Dan Bahasa Di Kawasan Asia

Tenggara

Oleh: Andika Wahyu Noor Pratama


Duta Muda ASEAN Indonesia 2017
Provinsi Bengkulu
“Ganyang Malaysia”, seruan yang digemingkan Presiden Soekarno seolah
masih membekas dibenak kita, beliau menyerukan bahwa pembentukan tanah melayu
atau federasi Malaysia sebagai bentuk neo-kolonialisme dan imperialisme atas
kekayaan alam dan tanah bumi pertiwi. Terlebih lagi, tindakan demonstrasi anti-
indonesia dan penginjakan lambang Negara Indonesia, yakni Garuda seakan
menyayat hati dan meninggalkan luka yang mendalam bagi rakyat Indonesia yang
saat itu Indonesia baru berusia 18 tahun. Tak ingin menambah luka, Presiden
Soekarno pun mengambil langkah sebagai bentuk balas dendam melalui sebuah
gerakan yang disebut Ganyang Malaysia pada tanggal 27 juli 1963. Ada beberapa
alasan yang menjadi dasar Soekarno dalam pembentukan negeri jiran tersebut, yaitu:

1. Konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan


asean, Karena soekarno menganggap Malaysia adalah boneka Inggris.
2. Soekarno mengganggap pembentukan Malaysia sebagai pelanggaran atas
persetujuan Manila
3. Pembentukan Malaysia adalah sebuah bentuk neo-kolonialisme dan
imperialisme
4. Federasi Malaysia mengklaim sabah dan serawak yang merupakan wilayah
Indonesia

Apa yang dicemaskan soekarno ternyata benar adanya, wilayah Asia Tenggara
seakan dimata-matai oleh pihak luar, baik itu sosial, ekonomi, bahkan politik dalam
negeri. Maka tak heran beliau sampai menyetuskan slogan “Ganyang Malaysia” yang
dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti mengganyang atau
mengalahkan. Mengalahkan persekutuan Inggris raya untuk mencoba menjamah
kembali wilayah Asia, itulah inti besar dari penolakan Presiden Soekarno terhadap
konsolidasi licik dan terselubung dalam pembentukan “tanah baru melayu”. Ternyata,
tidak hanya pihak Indonesia saja yang menentang pembentukan Negara
Persemakmuran Federasi Malaysia, Pada Desember 1962, Syaikh, A ,M ,Azhari,
pemimpin Partai Rakyat Brunai, melancarkan pemberontakan yang menentang
pembentukan federasi dan menginginkan negara mardeka yaitu Kalimantan Utara.
Lantas apa yang dilakukan ASEAN sebagai organisasi yang menaungi kedua negara
tersebut dalam menjaga kestabilan dan keharmonisan antar negara Asia Tenggara?
Pada prinsipnya, ASEAN menjalankan kelembagaannya sesuai dengan aturan dasar
atas hanya memfokuskan diri pada kerja sama dan tidak mencampuri urusan dalam
negeri masing-masing anggota ASEAN. Yang mana masalah-masalah yang timbul di
kawasan ASEAN dan negara-negara anggota akan bertindak sesuai dengan prinsip-
prinsip sebagai berikut:

1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah


nasional, dan identitas nasional setiap negara.
2. Komitmen bersama dan tanggung jawab bersama dalam daerah meningkatkan
perdamaian, keamanan dan kemakmuran.
3. Penolakan dari agresi dan ancaman atau menggunakan kekerasan atau
tindakan lain dengan cara apapun tidak konsisten dengan hukum
internasional.
4. Mengusahakan perdamaian dalam penyelesaian sengketa,
5. Non-intervensi dalam urusan internal negara-negara anggota ASEAN.
6. Untuk menghormati hak setiap negara Anggota untuk memimpin, nasional
yang bebas dari keberadaan eksternal gangguan, subversi dan kekerasan.
7. Peningkatan konsultasi mengenai hal-hal serius mempengaruhi minat ASEAN
secara umum.
8. Ketaatan terhadap aturan hukum, tata pemerintahan yang baik, asas demokrasi
dan pemerintah yang dijalankan berdasarkan undang-undang.
9. Untuk menghonnati kebebasan fundamental, perkembang dan perlindungan
hak asasi manusia, dan perkembangan keadilan sosial.
10. Menegakkan Piagam PBB dan hukum internasional, termasuk hukum
kemanusiaan internasional, yang diikuti oleh Anggota perserikatan ASEAN.
11. Penolakan untuk memberikan suara ataumelakukan sesuatu dari partisipasi
dalam setiap kebijakan atau kegiatan, termasuk penggunaan dan wilayah,
diikuti oleh Negara Anggota ASEAN atau non-negara ASEAN atau anggota
non-negara yang mengancam kedaulatan, integritas teritorial atau stabilitas
politik dan ekonomi negara-negara anggota ASEAN.
12. Menghargai berbagai budaya, bahasa dan agama dari masyarakat ASEAN,
sementara menekankan nilai-nilai umum mereka dalam semangat kesatuan
dalam keragaman.
13. Pusat dari ASEAN di luar politik, ekonomi, sosial dan hubungan budaya,
sementara sisanya sedang aktif terlibat, melihat bagian yang lain, termasuk
juga yang bersifat tidak membedakan.
14. Kepatuhan terhadap peraturan perdagangan multilateral dan aturan dasar
rezim ASEAN untuk pelaksanaan yang efektif dari pengurangan kemajuan ke
arah penyisihan dari setiap batasan yang menuju kepada penyatuan daerah
ekonomi ke dalam pasar perekonomian (Senandi, 2009).

Ini berarti ASEAN hanya dapat menaungi masalah kedua negara ini hanya dari
sisi luarnya saja, dan tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan politik dalam
negeri salah satu negara anggota. Namun tidak hanya itu, ASEAN juga banyak
membantu menyelesaikan sengketa ini, salah satu yang terpenting dalam penggoresan
tinta sejarah ini adalah adanya penandatanganan Deklarasi Bangkok antara Indonesia
dan Malaysia yang dinaungi oleh lembaga yang bertugas dibawah naungan ASEAN.
ASEAN sebagai organisasi besar di Asia Tengggara tidak hanya mengurusi masalah
sengketa yang berkaitan dengan hajat hidup manusia saja, terlepas dari itu ada
tanggung jawab besar akan budaya, dimana masing-masing corak kebudayaan di
negara ASEAN terbilang sangat beragam dan serumpun.
Malaysia memiliki Tari Nirmala, Vietnam memiliki Ao Dai, Myanmar memiliki
Bagan Period, Kamboja memiliki Pradal Serey, Laos memiliki Vixkha Bouxa,
Thailand memiliki Suthorn Phu, Indonesia memiliki beragam corak kebudayaan yang
menunjukkan identitas masing-masing daerah. Begitupun bahasa, sebagaian
masyarakat ASEAN menuturkan Bahasa Melayu sebagai bahasa ibu sekaligus Lingua
Franca bagi mereka. ASEAN adalah pilar persatuan negara-negara anggotanya.
ASEAN juga adalah pendingin dikala api terpantik antar negara anggotanya. Sebagai
pemuda ASEAN, kita patut untuk bangga sekaligus menghormati sejarah asean
terlepas pembentukannya melalui berbagai sengketa, ASEAN telah lama menjadi
pilar di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara dikawasan Asia Tenggara telah
sukses membentuk sebuah organisasi yang besar yang berjalan penuh kestabilan atas
dasar penghormatan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Selain itu, ASEAN adalah
wujud dari begitu gesitnya perkembangan negara-negara ASEAN dalam mengelola
hubungan kenegaraan dan menyelesaikan banyak konflik negara anggotanya agar
tetap rukun, itu berarti ASEAN sudah mampu menyaingi organisasi lain yang lebih
besar seperti Uni Eropa (Europe Union). Oleh karena itu, kita sebagai generasi emas
yang dimiliki ASEAN yang akan meneruskan petinggi ASEAN sudah saatnya kita
menjaga keharmonisan antar negara ASEAN melalui berbagai konferensi yang
mempertemukan negara-negara ASEAN ataupun dengan mengadakan berbagai event
yang dapat mempersatukan dan mempererat silaturahmi antar negara-negara ASEAN.
Bagi kami, para pemuda ASEAN, ASEAN adalah wadah untuk mempererat
hubungan, menjaga keharmonisan antar negara di kawasan Asia Tenggara, sehingga
ASEAN adalah pilar untuk mempersatukan segala perbedaan di antara Negara
anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai