Anda di halaman 1dari 53

1.

PENDAHULUAN lagi sekedar sebagai tempat untuk melaksanakan ritual adat atau upacara adat tetapi sebagai
1.1 LATAR BELAKANG kawasan tujuan wisata, khsususnya wisata budaya.
Peran kampung adat sebagai kawasan tujuan wisata tidak diikuti dengan penyediaan
Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, dan juga dihuni oleh bermacam-
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga kampung-kampung adat ini hanya bersifat
macam ras, suku, dan juga etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah memiliki
sesaat. Sebagian kampung-kampung adat ini juga belum tertata dengan baik dan cenderung
keunggulan sendiri-sendiri termasuk potensi alamnya. Hal ini tentunya sangat menguntungkan
kumuh. Selain itu, secara fisik lingkungan dan arsitektur pada kampung-kampung ini telah
dalam bidang kepariwisataan. Dengan banyaknya potensi alam tersebut akan menarik banyak
mengalami penurunan kualitas, baik karena kurangnya perhatian masyarakat dalam merawat
wisatawan asing maupun wisatawan lokal yang tentunya akan menguntukan tersendiri bagi
kampung adatnya maupun adanya perubahan material pada rumah-rumah adat. Selain itu
daerah tersebut dan juga Negara.
kampung-kampung adat yang ada di NTT pada umumnya belum memiliki manajemen
Wilayah perdesaan yang ada di Indonesia tidak luput dari banyaknya kawasan wisata yang pengelolaan wisata yang ideal sesuai dengan fungsinya sebagai kawasan wisata. Penataan
dapat di kembangkan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat perdesaan itu sendiri, dalam kawasan desa wisata dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat desa itu sendiri,
hal ini wilayah Indonesia sangat menyakinkan untuk mewujudkan wilayah perdesaan yang diantaranya adalah akan adanya lahan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat
memiliki daya tarik tersendiri terhadap kawasan wisata yang di miliki di beberapa wilayah yang menurunkan angka pengangguran di desa tersebut. Salah satunya kampung adat di NTT yang
ada di Indonesia yang dapat dikembangkan sebagai desa wisata. Kawasan desa yang memiliki potensi dan bisa di kembangkan menjadi desa wisata yaitu Desa Nggela.
memiliki daya Tarik terhadap wisatawan lokal, maupun non-lokal yang mengunjungi kawasan Desa Nggela terletak di Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende. Desa Nggela memiliki
tersebut setidaknya dapat memberikan kenyamanan bagi para wisatawan, seperti halnya sebuah perkampungan adat yang merupakan salah satu bentuk kekayaan arsitektur tradisional
infrastruktur yang bagus (jalan), dan ketersedian transportasi, sehingga lebih mempermudah di NTT. Perkampungan adat ini cukup terkenal dengan potensi alam, seni dan juga budayanya
para wisatawan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di desa-desa, baik itu di desa sehingga penataan kawasan kampung adat ini haruslah memperhatikan sarana dan juga
yang pedalaman maupun tidak. Sehingga perlu mengembangkan perencanaan yang akan prasarana pendukung yang sesuai dengan tujuan kawasan desa wisata.
membangunan desamenjadi desa wisata.
Desa wisata biasanya berupa kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah yang
memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung akan di bahas, yaitu :
seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan 1. Mengetahui seperti apa proses yang dilakukan untuk merencanakan penataan suatu
desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, sumberdaya alam dan lingkungan alam yang masih kawasan desa wisata.
asli dan terjaga merupakan salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata. 2. Mencari tahu seperti apa manajemen pengelolaan wisata yang ideal serta sarana dan
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki berbagai suku dan juga juga prasarana yang sesuai dengan suatu kawasan wisata dan seperti apa
etnis yang berbeda-beda. NTT memiliki kampung-kampung tradisional yang juga berstatus penerapannya pada desa wisata dengan memperhatikan potensi dan masalah yang
sebagai kampung adat tempat dimana diselengarakannya ritual adat atau upacara adat. ada pada kawasan tersebut.
Kampung-kampung adat ini tersebar luas diberbagai wilayah di NTT berdasarkan kelompok 3. Seperti apa dampak yang ditimbulkan dari penataan kawasan desa wisata bagi
etnis atau suku yang ada. Kampung-kampung adat ini memiliki sejumlah potensi, antara lain masyarakat dan juga lingkungan sekitar.
arsitektur vernakular, seni kriya, seni tari dan juga seni musik yang khas sesuai dengan
kebudayaan masyarakat daerah itu sendiri. Oleh karena itu kampung-kampung adat ini tidak

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 1
1.3 POTENSI 2. TINJAUAN TEORI
Desa adat Nggela merupakan salah satu desa dari sekian kampung di Ende yang masih
2.1 TINJAUAN MENGENAI KAMPUNG/DESA WISATA
mempertahankan keasliannya secara turun-temurun. Desa adat ini memiliki kekayaan yang
2.1.1 Pengertian Dasar
berlimpah, sama seperti desa-desa lainnya mulai dari arsitektur vernakular sampe seni dan
Desa
budaya. Faktor-faktor inilah yang dapat menjadikan desa Nggela sebagai salah satu tujuan
Desa dan desa adat adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wisata. Potensi-potensi yang dapat di kembangkan antara lain kondisi lingkungan yang masih
wilayah yang berwewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
alami, arsitektur vernakular (bentuk rumah yang ada serta tatanan tapak), adat istiadat atau
kepentingan masyarakat stempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hal asal usul, dan
upacara adat untuk memperingati hari atau momen penting yang terjadi di desa ini. Selain adat
atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
istiadat tedapat juga potensi yang lain, misalnya kesenian tenun ikat, seni ukir, serta seni
Kesatuan Republik Indonesia. (UU no. 6 tahun 2014, tentang desa).
tarian. Dari potensi-potensi inilah yang dapat mendukung penataan suatu desa menjadi
Pembangunan desa merupakan faktor penting bagi pembangunan daerah
kawasan wisata.
dengan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah. Berdasarkan criteria dari Direktorat Perkotaan dan
1.4 IDE GAGASAN
Pedesaan, BAPPENAS, (2015), Sesuai dengan tingkat perkembangannya, status
Dari masalah dan potensi yang ada maka akan dilakukan penataan Kampung Adat Nggela
desa dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
– Ende dengan tujuan untuk menjadikan kampung ini sebagai salah satu objek wisata yang
a. Desa Tertinggal : Desa yang belum memnuhi Standar Pelayanan Minimun
menarik dan berdampak positif bagi masyarakat setempat maupun para pengunjung nantinya.
(SPM) dalam aspek kebutuhan sosial, infrastruktur dasar, sarana dasar,
Agar dapat tercapai, maka perlu diterapkan nilai-nilai budaya dan juga nilai arsitektural
pelayanan umum, dan penyelanggaraan pemerintahan;
Kampung Adat Nggela pada sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas yang akan
b. Desa Berkembang : Desa yang telah memenuhi SPM namun secara
dihadirkan, sesuai dengan kondisi maupun kebutuhan pengunjung maupun pengelola atau
pengelolaan belum menunjukan keberlanjutan; dan
masyarakat setempat.
c. Desa Mandiri : Desa yang telah memenuhi SPM dan secara kelembagaan
telah memiliki keberlanjutan.
1.5 METODA PENANGANAN MASALAH
Metoda penanganan masalah disini diharapkan bisa mengatasi masalah-masalah yang ada
Desa Wisata
pada tahapan desain nantinya. Namun dibatasi pada penataan kawasan desa wisata Nggela
Desa wisata memiliki pengertian yang lebih khsuus dibandng pengertian desa.
sebagai suatu objek tujuan wisata agar menjadi kawasan wisata yang tidak sesaat bagi para
Desa wisata adalah suatu daerah tujuan wisata, disebut pula sebagai destinasi
wisatawan, dengan menghadirkan sarana dan prasarana yang sesuai kondisi serta kebutuhan
parisiwisata, yang mengintregasikan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
lingkungan setempat, dengan tema/pendekatan transformasi arsitektur vernakular, khsususnya
pariwisata, aksesibilitas, yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
transformasi arsitektur Ende Lio (Nggela), selain itu penataan kampung ini sebagai tujuan desa
yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (UU no. 10 tahun 2009
wisata juga menggunakan tema/pendekatan arsitektur berkelanjutan (Sustainable
tentang kepariwisataan;NUryanti, (1993). Concept, Perspective dan Challenges,
Architecture).
Makalah bagian dari Laporan konferensi Internasional Mengenai Pariwisata Budaya,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pengertian desa wisata berbeda dengan wisata desa berbeda dengan wisata
desa. Desa wisata adalah desa yang menunjukan tema produk pariwisata yang

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 2
diutamakannya. Tema ini serupa dengan pilihan tema lain seperti desa industry, desa masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata harus
kerajinan, desa kreatif dan desa gerabah. Sedangkan wisata desa adalah kegiatan disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya.
wisata yang mengambil pilihan lokasi di desa, dan jenis kegiatannya tidak harus b. Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa.
berbasis pada sumber daya pedesaan. c. Memperhatikan unsure kelokalan dan keaslian. Arsitektur bangunan, pola
Selain itu Desa wisata dalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian lansekap serta material yang digunakan dalam pembangunan haruslah
baik darisegi sosial budaya, adat-istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur dan menonjolkan cirri khas desa, mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah
tata ruang desa yang dsajikan dalam suatu bentuk integrasi komponen pariwisata setempat.
antara lain seperti atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung. Darsono. (2005). d. Memberdayakan masyarakat desa wisata
Pengertian Desa. e. Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan.
Berdasarkan tingkat perkembangnanya, desa wisata dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu : Penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memnuhi
a. Desa Wisata Embrio : Desa yang mempunyai potensi wisata yang dapat persyaratan-persyaratan, antara lain sebagai berikut :
dikembangkan menjadi desa wisata dan sudah mulai ada gerkan 1. Aksebilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan
masyarakat/desa untuk mengelolanya menjadi desa wisata; menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
b. Desa Wisata Berkembang : Desa wisata embrio yang sudah dikelola oleh 2. Memiliki objek-objek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan local,
masyarakat dan pemerintah desa, sudah ada swadaya masyarakat/desa dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.
untuk pengelolaannya, sudah mulai melaksanakan promosi dan sudah ada 3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang
wisatawan yang mulai tertarik untuk berkunjung; dan tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya.
c. Desa Wisata Maju : Desa wisata yangsudah berkembang dengan adanya 4. Keamanan di desa tersebut terjamin.
kunjungan wisatawan secara kontinu dan dikelola secara professional dengan 5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai.
terbentuknya forum pengelola, seperti Koperasi/Badan Usaha Milik Desa 6. Beriklim sejuk atau dingin.
(BUMdes), serta sudah mampu melakukan promosi dan pemasaran dengan 7. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat
baik. luas.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kampung/Desa Wisata Selain itupun harus melihat beberapa kriteria yang diperlukan untuk pendekatan-
Menurut Julisetiono (2007); Konsep Desa Wisata, meliputi : (a). berawal dari pendekatan yang akan digunakan, misalnya:
masyarakat, (b). memiliki muatan lokal, (c). Memiliki komitemen bersama masyarakat, 1. Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan
(d). Memiliki kelembagaan, (e). Adanya keterlibatan anggota masyarakat, (f). Adanya manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa.
pendampingan dan pembinaan, (g). Adanya motivasi, (h). Adanya kemitraan, (i). 2. Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal
Adanya forum komunikasi, dan (j). Adanya studi orientasi. wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan dari Ibukota
Pola pengembangan desa wisata diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai kabupaten.
berikut (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata): 3. Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk,
a. Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat. Suatu karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung
desa yang tata cara dan ada istiadatnya masih mendominasi pola kehidupan kepariwisataan pada suatu desa.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 3
4. Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat Pengalihan adalah keadaan dimana suatu rupa geometrika misalnya diubah
adanya aturan-aturan yang khsusu pada komunitas sebuah desa. dengan mengganti arah atau sumbunya. Beberapa kemungkinan yang dapat
5. Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas dilakukandengan pengalihan atau peralihan tersebut, antara lain :
listrik, air bersih, drainase, telepon, dan sebagainya.
 Menggeser sumbu tetapi arahnya tetap.
 Menggeser sumbu dan mengalihkan arah.
 Mengalihkan arah dengan sumbu tetap.
2.2 TINJAUAN MENGENAI TEMA/PENDEKATAN
 Memuntirkan arah terhadap sumbu tertentu.
2.2.1 Transformasi Arsitektur Vernakular
A.Pengertian Dasar
Arsitektur Vernakular
Transformasi
Adanya istilah arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular merupakan sebuah
Kata transformasi terdiri dari dua kata, yaitu trans dan formasi. Secara harafiah,
wacana yang berhubungan dengan kajian dalam arsitektur kedaerahan. Sampai saat
kata trans berarti pemindahan dari satu tempat ke tempat yang lain; sedangkan kata
ini, kedua istilah tersebut masih belum ada pendapat yang secara tegas memberikan
formasi adalah susan atau bentuk. Dengan demikian kata transformasi yaitu kegiatan
batasan antara keduanya. Secara gamblang kedua istilah ini sudah lama digunakan
mengubah bentuk/susunan atau proses pengubahan bentuk.
didalam keseharian kita, tetapi yang mana merupakan contoh arsitektur tradisional serta
Secara umum transformasi dapat ditinjau dari dua aspek , yakni pengubahan dan yang mana yang tergolong ke dalam arsitektur vernakular masih belum terdefinisi
pengadilan. Pengubahan adalah ikhwal membuat sebuah benda asal berubah menjadi dengan jelas.
benda jadian yang memperlihatkan adanya serangkaian keadaan.
Berikut merupakan pendapat para ahli mengenai arsitektur vernakular :
Berkaitan dengan proses pengubahan dan pengalihan bentuk arsitektur dan
 Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture.
ruang arsitektur yang banyak berhubungan dengan pola geometri, pengubahan ini akan
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari
menghasilkan sebuah bentuk baru yang berbeda dari bentuk asalnya. Pengubahan ada
arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi
dua macam, yaitu : Pengubahan yang menjadikan benda tersebut tidak memperlihatkan
etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pada pengalaman (trial and error),
keserupaan dengan benda aslinya.
menggunakan teknik dan material lokal, serta merupakan jawaban atas setting
 . Pengubahan yang menghasilkan bentuk baru tetapi masih lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu terbuka untuk terjadinya
memperlihatkan bentuk aslinya. ( Ir. Pilipus Jeraman, MT, Kuliah transformasi.
Transformasi Arsitektur).  Menurut Romo Mangunwijaya
Arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari cara
Berkaitan dengan perubahan ekspresi, formula atau keadaan bentuk yang
kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu tempat.
menjadi bentuk lain tanpa merubah substansi atau tujuan gagasan awalnya.
Istilah vernakular juga digunakan dalam hubungan dengan arsitektur
 . Contohnya : Proses pengubahan bentuk yang diakibatkan pengaruh
primitif dengan menunjukan perbedaan keduanya melalui variabel-variabel
arsitektur tradisional pada arsitektur modern atau arsitektur lainnya.
pembeda, seperti bentuk hunian, pemanfaatan ruang, ornamentasi, konstruksi,
pengaruh alam dan juga perilaku manusia. Jadi, transformasi arsitektur

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 4
vernakular dalam pemahaman ini sadalah proses pengubahan bentuk/susunan 4. Dalam kenyatan suatu karya arsitektur akan dapat dirasakan dan dilihat sebagai
arsitektur vernakular menjadi arsitektur ‘baru’ yang disebut Neo Vernakular. karya yang becorak Indonesia bila karya ini mampu untuk:
a. Membangkitkan peresaan dan suasana ke Indonesiaan lewat rasa dan
B. Metoda Dan Teknik Transformasi Arsitektur
suasana.
Unsur-unsur rinupa arsitektur b. Menampilkan unsur dan koponen arsitektural yang nyata-nyata nampak
corak “ kedaerahannya” , tetapi tidak hadir sebagai tempelan atau
Unsur-unsur rinupa arsitektur vernacular yang dapat dijadikan sebagai sumberbagi
tambahan.
pengembangan arsitektur masa kini, diantaranya :
5. Merupakan prinsip yang terpenting yakni tumbuhnya keyakinan dalam diri
 Atap
perancang (arsitek) bahwa arsitektur vernakular Indonesia harus menjadi titik
 Ornament dan dekorasi (ragam rias)
berangkat dan sekaligus sumber kearsitekturalnya.
 Hunian dalam kebun (konsep ekologis)
6. Kemoderenannya tidak harus diartikan sebagai meniru proses kerja, tetapi lebih
 Lepas dari bumi (konstruksi system umpak)
kearah pengertian pola bepikir.
 Relegiositas, kepemimpinan (tampilan stangku)
 Pola ruang (eksterior dan interior) Dengan mengacu kepada prinsip-prisip yang merupakanlandasn pijak tadi maka upaya
 System konstruksi ( pola sambungan) memoderkan arsitektur venakular Indonesia sebenarnaya lebih realistik. Sebab disini
yang bisa dilakukan adalah memasakinikan atau memodernkan ungkapan rupa, rasa
Selain unsur-unsur rinupa yang bersumber pada arsitektur, dewasa ini sudah
dan suasana arsitektur –arsitektur tadi.
diminati dan menjadi perhatian arsitek unsur-unsur rinupa dari seni krya, yaknik
tenunan tradisional. Unsur yang diambil dari tenunan ini umumnya adalah komposisi Teori dan Asas
warna dan motifmnya yang dikembangkan sebagai elemen estetika pada interior
Dalam melakukan pengubahan (transformasi) arsitektur maka yang perlu
maupun eksterior (bagian luar dan bagian dalam bangunan). Salah satu contoh yang
diperhatikan adalah bahwa setiap arsitektur yang perlu diperhatiakan adalah bahwa
menerapkan konsep ini adalah pembangunan rumah sehat serderhana yang dibangun
setiap arsitektur memiliki 2 subsistem yakni :
oleh plan internasional kupang di Desa Bola Kecamatan Kupang Timur beberapa tahun
Subsistem nilai( makna) dan subsistem rupa(ruang dan bentuk.
lalu. Faktur penting yang juga diperhatikan disemping unsur-unsur rinupa diatas adalah
berapa prinsip dasar yang menjadi landasan pijak dalam mengembangkan arsitektur
vernakular sebagai berikut. (SUB) SISTEM ARSITEKTUR (SUB) SISTEM
NILAI RUPA
1. Iklim merupakan faktor yang sangat penting harus dipertimbangkan dalam
perencanaan dan perancangan arsitektur di Indonesia
2. Disamping bahan bangunan produksi teknologi maju, penggunaan bahan local Arsitektur dan sub Sistemnya
seperti batu bata, genteng, kayu, bambu, dan sebagainya hasil produksi industri
rakyat harus tetap dipertimbangkan.. teori memiliki satu ciri yaitu sangat umum, karena itu idak cukup mantap untuk
3. Keanekaragaman dalam arsitektur Indonesia modern yang sesuai dengan dimanfaatkan didalam proses memproduksi rancangan.
keanekaragaman budaya daerah harus tetap dikembangkan, karena justru Proses transformasi teori ini wujudnya berupa asas dan prinsip yang mendasar. Dalam
keragaman inilah yang merupakan ciri khas Indonesia. kegiatan transformasi tersebut terdapat 2 asas yaitu :

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 5
1. Jika kita ingin mentransformasikan arsitektur, tindakan itu sebaiknya dilakukan
terhadap salah satu subsistem, dan mempertahankan yang lainnya. ARSITEKTUR STARTEGI/ ARSITEKTUR
Nilai Rupa SUMNBER/LAN METODA & BARU/LANGGAM
GGAM SUMBER TEKNIK BARU
Ajeg /Ubahsuai Ajeg /Ubahsuai

Bagan Umum Langkah Olah Langgam


2. Bhineka Tunggal Ika: dengan memberikan tekanan pada kata Bhineka berari dalam
mentransformasikan arsitektur diharapkan menghasilkan sebuah keanekaragaman Arsitektur sumber atau langgam sumber adalah arsitektur atau langgam yang dijadikan

(pengkayaan terhadap yang ditransformasikan) . sebagi dasar atau acuan dalam suatu perancangan arsiektur yang harus mengalami

Selain itu dalam pengubahan (trasformasi) arsitektur, khususnya dalam olah perubahan sehingga menghasilkan arsitektur atau langgam ‘baru”.dalam hal ini bila arsitektur

langgam, juga perlu mempertimbangkan beberapa persyaratan atau ketentuan sumbernya adalah arsitektur yunani dan romawi,maka hasil pengolahan lamggamnya di sebut

sebagai berikut. arsitektur post modern ,khususnya purna modern,sedangkan bila arsitektur sumbernya
vernakular ,maka hasil pengolahan (transformasinya) disebut arsitektur Neo vernakular namun
 Olah langgam merupakan olah wujud (bentuk) dan oleh karena itu
mensyaratkan mutlaknya penggarapan rancangan secara grafis
Dengan demikian pengubahan suatu arsitektur bisa saja dilakukan terhadap satu aliran
 Olah langgam dilakukan engan arahan agar:
arsitektur saja dengan mengambil satu elemen dari suatu arsitektur lainnya .disini dapat
1. Arsitektur mempunyai wujud rinupa pada permukaannya
saja dilakukan hibrida antara arsitektur vrnakular dengan arsitektur dekonstruksi misalnya ;
2. Arsitektur mampu menampakan jati diri (etnik, budaya,historic)
 Olah langgam mensyaratkan ditetapkannya langgam asal atau langgam antara arsitektur bergaya mediterania dengan arsitektur vernakular ,dan lain sebagainya.
sumber.
perluh diperhatikan bahwa dalam pengubahan arsitektur (transformasi) arsitektur yang paling
 Dalam olah langgam hendaknya juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip
penting adalah metoda dan teknikyang di gunakan dalam proses transformasi arsitektur
dasar dari langgam.atau sumber.
tersebut.
 Meskipun olah langgam cendrung merupakan olah permukaan hendaknya
dihindari pengolaan dimana langgam hadir sebagi tempelan Aspek penting lainnya yang perluh diperhatikan dalam perubahan (transformasi)
 Tindakan pengolaan langgam tidak mnolak pandangan bahwa, olahan ini
Arsitektur adalah kemampuan arsitektur dalam menangkap karakteristik atau ciri-ciri
tidak bedanya dengan kegiatan tata rias
dari ragam atau aliran arsitektur.demgan lain perkataan ,maka untuk melakukan perubahan
 Namun bukan sekedar tata rias demi kejelitaan melainkan tata rias demi
(transformasi) arsitektur seorang arsitek hars memiliki pengetahuan yang cukup memadai
fungsi, jati diri dri arsitektur.
mengenai karakteristik atau ciri-ciri dari suatu aliran atau ragam arsitektur sebagai
 Meskipun teknik-teknik olah geometri dapat dipakai sebagai teknik olah
“vokabuleri”yang dapat di jadikan sumber untuk berarsitektur .tanpa penguasaan yang baik
langgam namun olah langgam itu sendiri bukanlah olah geometrika.
terhadap karakteristik arsitektur tersebut seorang arsitek tidak mungkin dapat melakukan
 Tidak memutlakan keharusan untuk terkait dengan olah aktifitas dalam
pengubahan (transformasi) arsitektur dengan baik .dengan demikian, penguasaan terhadap
bangunan, ataupun dengan jenis atau tipe peruntuhkan bangunan.
karakteristik dari suatu arsiketur merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi oleh
setiap arsitek,disamping penguasaan teknik dan metoda transformasinya.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 6
Metoda dan Teknik  Ubah Dimensi/ Matra
Yakni tindakan pengubahan suatu arsitektur dari tiga dimensi menjadi dua dimensi atau
Untuk dapat melakukan transformasi ,selain mengacu kepada kedua asas dan
sebaliknya.
persyaratan atau ketentuan oleh langgam di atas masih diperlukan adanya pengetahuan
 Sosok - Latar
praktis aitu: Metoda dan Teknik ..disini metoda dan teknik merupakan alat kaji yang digunakan
Suatu langgam (style) yang satu ditumpangkan didepan langgam yang lain, sehingga
dalam upaya melakukan pengubahan (transformasi) arsitektur .lebih lanjut mengenai metoda
salah satu langgam menjadi latar-depan dan langgam yang lain menjadi latar-belakang.
dan teknik tersebut dapat dilihat pada table berikut ini:
 Subtitusi
Suatu unsur atau elemen arsitektur sengaja dihilangkan karena akan diganti dengan
unsur/elemen arsitektur yang lain. Dalam hal ini dapat dilakukan antar langgam
arsitektur yang berbeda
SUB SISTEM
METODA TEKNIK  Antar Waktu (Lama + Baru)
Langgam arsitektur yang lampau dikombinasikan dengan arsitektur modern atau
 Dimensi/matra (dari 2 arsitektur tradisional dikombinasikan dengan arsitektur masa kini
Nilai Rupa Transformasi matrake 3 matra /  Periode (Antar) Langgam
(Ubah) sebaliknya Perubahan arsitektur antar (perioda) dengan langgam tertentu dalam periode dan
 Sosok-latar (figure-ground) langgam yang berbeda. Misalnya: antara arsitektur sabu dan arsitektur neo klasik.
 Substitusi(diganti/ditukar)  Antar Local (Geografi)
 AntaraWaktu (lama + baru) Pengubahan arsitektur antar daerah(suku) misalnya: antara arsitektur rote dan
Kombinasi  Perioda (antara) Langgam arsitektur timor (atoni).
(style)  Applique (Aplikasi / Kerajinan)
 Antar local (geografi) Bukan penerapan yang menunjuk pada kerajinan wanita(border/sulam) tetapi tindakan
 Applique (aplikasi/kerajinan) menempel beberapa elemen yang berbeda asal-usulnya, sehingga kumpulan dari

 Eksagerasi tempelan tadi menghasilkan sebuah gambaran baru.

NilaiRupa  Eliminasi  Eksagrasi


Modifikasi Sebuah tindakan mengubah ukuran (memperpanjang, memperpendekl, memperbesar,
(suai)  Repetisi
memperkecil) dan atau proporsi dari suatu elemen bangunan yang sudah dikenal
identitasnya
 Eliminasi (Reduksi)
Untuk lebih memperjelas mengetahui pengetahuan prakti, khususnya yang berkaitan Tindakan menghilangkan elemen tertentu suatu bangunan tetapi bagian yang
dengan teknik pengubahan suatu arsitektur maka perlu dideskripsikan lebih lanjut dihilangkan tersebut masih dapat dikenal
menyangkaut teknik-teknik pengubahan arsitektur menurut Jhon Summarson, sebagai berikut.  Repetisi (Pengulangan)
Tindakan memperbanyak atau pengulangan suatu elemen bangunan pada suatu
tampilan arsitektur.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 7
Disamping teknik-teknik diatas juga terdapat strategi pengubahan arsitektur lainnya, material, cara membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun
yakni pendekatan regionalism oleh Wondoamiseno. Secara prinsipil dalam sayangnya banyak dari bangunan tersebut dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek
perancangan dengan pendekatan regionalism tersebut harus dilakukan berdasarkan lingkungan untuk jangka panjang, sehingga menjadi masalah baru yang membawa
pengertian tentang hubungan antar manusia dengan lingkungannya atau MER ( Man dampak negative kepada lingkungan itu sendiri. Hal ini diperparah dengan kondisi iklim
Environment Relations). yang semakin memburuk dan dampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini.
Isu ini sudah berkembang menjadi isu global yang biasa kita dengar yaitu global
Dalam hal ini perhatian difokuskan pada 3 aspek penting yakni : warming.
 Core element ( hal-hal atau elemen yang lambat atau bahkan tidak berubah)
Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak,
 Peripheral ( hal-hal atau elemen yang tepat atau mudah berubah)
beberapa diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele,
 New Elements ( hal-hal atau elemen apa saja yang cepat diterima oleh masyarakat.
Sutainable Architecture adalah, “ Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
Pendekatan regionalisme ini pada prinsipnya adalah suatu strategi yang mencoba membahayakan kemampuan geberasi mendatang, dalam memnuhi kebutuhan mereka
mengaitkan arsitektur masa lampau ( AML) dengan arsitektur masa kini ( AMK) dengan sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu
beberapa kemungkinan hasil akhir sebagai berikut: kawasan ke kawasan lain dari paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait.”

1. Tempelan elemen AML pada AMK Secara umum pengertian arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan
2. Elemen fisik AML menyatu dalam AMK dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
3. Elemen fisik AML tidak terlihat jelas dalam AMK mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan
4. Wujud AML mendominasi AMK umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia seperti sistem
5. Ekspresi wujud AML menyatu didalam AMK iklim planet, sistem pertanian, industry, kehutanan, dan tentu saja arsitektur.

Untuk dapat mengatakan bahwa AML menyatu dalam AMK, atau AML bukan merupakan Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era
tempelan belaka, maka antara AML dan AMK secara visual harus merupakan kesatuan modern ini. Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
(Unity). Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam komposisi arsitektur.
1. Environmental Sustainability:
Untuk mendapatkan kesatuan dalam komposisi arsitektur ada 3 syarat utama,
a. Ecosystem integrity
persyaratan tersebut adalah dominasi adanya pengulangan dan adanya kesinambungan
b. Carrying capacity
dalam komposisi. Dominasi adalah satu yang menguasai keseluruhan komposisi, dominasi
c. Biodiversity
dapat dicapai dengan menggunakan warna, material maupun objek-objek pembentuk
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan
komposisi itu sendiri. Kesinambunga atau kemenerusan adalah adanya garis penghubung
lebih lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antara ekosistem, yang
maya yang menghubungkan perletakan objek-objek pembentuk komposisi.
dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis
2.2.2 Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Architecture) manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian. Kerusakan alam
A. Pengertian Dasar akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global,
sehingga lambat tetapi pasti,bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk
Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan
budaya. Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan, baik dalam hal

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 8
mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan,
tersebut. antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi
penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.
2. Social Sustainability: Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah
a. Cultural identity keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi
b. Empowerment kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin
c. Accessibility banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang
d. Stability berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan
e. Equity meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih banyak
menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong pula
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter dari
pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer, pemerintah
keadaan sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut
dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan
justru meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam
dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan
pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa kontribusi bagi lingkungan atau memperhatikan
perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas sosial sehingga
dampak lingkungan yang dapat terjadi. Sebagai proses perubahan, pembangunan
terbentuk budaya yang kondusif.
berkelanjutan harus dapat menggunakan sumber daya alam, investasi, pengembangan
3. Economical Sustainability:
teknologi, serta mampu meningkatkan pencapaian kebutuhan dan aspirasi manusia.
a. Growth
Dengan demikian, arsitektur
b. Development
berkelanjutan diarahkan sebagai produk sekaligus proses berarsitektur yang erat
c. Productivity
mempengaruhi kualitas lingkungan binaan yang bersinergi dengan faktor ekonomi dan
d. Trickle-down
sosial, sehingga menghasilkan karya manusia yang mampu meneladani generasi
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya. Selain
berarsitektur di masa mendatang.
itu, dari segi ekonomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit
Penerapan arsitektur berkelanjutan diantaranya:
seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya.
1. Dalam efisiensi penggunaan energi:
Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara kuantitas dan kualitasnya, serta
a. Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara
memberikan peluang kerja dan keuntungan lainnya untuk individu kelas menengah dan
maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
bawah.
b. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara
buatan (air conditioner).
Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional
c. Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara
tentang pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan focus
inovatif lainnya.
perhatiannya kepada faktor manusia dengan menitik beratkan pada pilar utama konsep
d. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung
pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan
dan
lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial.
mengolah air hujan untuk keperluan domestik.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 9
e. Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang
penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
tropis. c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang
ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material seperti kayu.
2. Dalam efisiensi penggunaan lahan:
a. Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus 4. Dalam penggunaan teknologi dan material baru :
dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya
demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah
Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu. tangga dan bangunan lain secara independen.
b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas global
bangunan (taman atap), taman gantung (dengan menggantung pot-pot dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang
tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman atau yang dapat diisi cepat
dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding ,dan sebagainya. diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
c. Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah 5. Dalam manajemen limbah :
menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi a. Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black
bagian untuk berbagi dengan bangunan. water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air
d. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai kota.
dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat b. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem
menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, dekomposisi limbah organik agar terurai secara alami dalam lahan,
memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar. membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau sampah domestik
e. Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan mudah
menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; terdekomposisi secara alami.
berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan
(dikota atau didesa) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Apabila di rangkum uraian penerapan arsitektur berkelanjutan di atas maka akan
Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang? terbagi kepada tiga hal:
Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat 1. Energy issues -> efficiency, renewable.
digunakan ? Energi sangat perlu diberi perhatian khusus oleh Arsitek, terutama energy
listrik, karena listrik sangat berkaitan dengan bidang Arsitektur. Banyak
3. Dalam efisiensi penggunaan material : bangunan di Indonesia yang masih harus menyalakan lampu ketika digunakan
a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pada siang hari. Tentu hal tersebut sangat aneh, mengingat Indonesia memiliki
pembangunan, sinar matahari yang berlimpah. Matahari selalu bersinar sepanjang tahun di langit
sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan Indonesia yang hanya mengenal dua musim tersebut. Salah satu penyebab
untuk bagian lain bangunan. keanehan tersebut adalah desain yang kurang memasukkan cahaya matahari ke

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 10
dalam bangunan. Mungkin salah satu solusi yang bisa diberi adalah perbanyak space berubah menjadi place. Space adalah ruang yang belum punya makna.
bukaan pada fasad, perkecil tebal bangunan, atau buat atrium yang Place adalah space yang telah memiliki kehidupan di dalamnya. Intinya, seorang
menggunakan skylight. arsitek sebaiknya mendesain dengan menggunakan prinsip ekologi dan tidak
2. Water conservation -> reduce, recycle melulu menggunakan hardscape.
Perlu adanya kesadaran bahwa kita haruslah menlakukan penghematan
terhadap air bersih. Karena untuk saat ini, air bersih mulai mengalami
kelangkaan. Bahkan di suatu tempat, untuk mendapatkan air bersih harus 3. DATA
mengantri, kemudian membeli dan menggotongnya ke rumah. (tidak melalui 3.1 WISATAWAN (PENGUNJUNG)
pipa) Misalnya untuk hal-hal/kegiatan yang tidak begitu memerlukan air bersih,
Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-undang
seperti menyiram kotoran setelah buang air besar. Padahal kita bisa
nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan
memanfaatkan air hujan untuk hal tersebut, apalagi di Indonesia terdapat curah
wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk
hujan yang cukup tinggi sehingga penghematan air bersih sangat feasible untuk
menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Wisatawan dapat
dilakukan.
dibedakan lagi menjadi:
Cara penghematan:
- Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan perjalanan
a. Gunakan air hujan tersebut (tampung) hingga tak ada lagi yang terbuang
wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya.
begitu saja.
- Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang melakukan
b. Bila ada sisa, resapkan air hujan ke dalam tanah. Selama ini, air hujan selalu
perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka waktu
langsung dialirkan ke selokan yang berakhir di laut. Hal ini tidak memberikan
sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang mendatangkan nafkah
kesempatan pada air hujan untuk meresap ke dalam tanah karena semua
ditempat yang dikunjungi.
selokan diberi perkerasan seluruh permukaannya.
Dapat disimpulkan bahwa wisatawan (pengunjung) adalah seseorang yang melakukan
c. Bila masih ada lebihnya, baru dialirkan ke dalam selokan-selokan kota. Selain
kunjungan pada objek dan daya tarik wisata. Pengunjung juga merupakan salah satu faktor
menghemat air bersih, cara seperti ini bisa mengurangi tingkat banjir. Karena
penting dalam kawasan wisata. Berikut adalah data pengunjung Danau Kelimutu, yang
selokan-selokan tidak akan dipenuhi air.
dijadikan sebagai pendoman untuk penataan kampung wisata Nggela.
3. Material alam
Penggunaan material alam sangat direkomendasikan untuk dipakai
karena akan lebih bersahabat kepada penggunanya. Di sinilah terungkapkan
bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara material alam dengan material
buatan manusia. Material alam yang merupakan karya Tuhan tidak meradiasikan
panas dan tidak merefleksikan cahaya. Contoh: daun pada pepohonan. Kita akan
merasa sejuk berada di bawahnya. Berbeda dengan tenda ataupun material
buatan manusia lainnya. Kita akan tetap merasa panas dan tidak nyaman.
Aplikasinya dalam berarsitektur, misalnya penggunaan cobbale stone
pada bak kontrol. Selain dapat menyerap air, cobbale stone ini bisa ditumbuhi
rumput. Dan rumput itulah yang membawa ‘ruh’ pada bak kontrol. Sehingga

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 11
Gambar : Tabel pengunjung di Danau Kelimutu

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende


Diakses : 4 juni 2019
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Ende dan Kecamatan Wolojita
Sumber : Google image, diakses tanggal 22 Agustus 2017.
3. 2 LOKASI PERENCANAAN
3.3 FISIK DASAR
3.2.1. Batas-Batas Wilayah

Lokasi studi berada di Desa Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende –


Nusa Tenggara Timur. Dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pora


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu
 Sebelah Timur berbatasan dengan sungai yang biasa disebut Ae Wala dan
Desa Wologawi
 Sebelah Barat berbatasan dengan sungai yang biasa disebut Ae Ba’I dan
Desa Nuamulu.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ende (dalam katalog BPS
1102001.5311051 “Kecamatan Wolojita Dalam Angka 2017” : 4) Luas wilayah
Kecamatan Wolojita adalah 32,90km2 atau 3,43% dari luas wilayah Kabupaten Ende.
Kecamatan Wolojita terdiri dari 1 Kelurahan yaitu Kelurahan Wolojita dan 5 Desa yaitu
Desa Nuamulu, Nggela, Pora, Tenda, dan Wiwipemo.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 12
3.3.1 Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kecamatan Wolojita adalah bergunung dengan ketinggian


ketinggian<500 m - ≥500 meter diatas permukaan laut. Lokasi penelitian berada di Desa
Nggela yang berada di daerah tanah yang sedikit datar yang dikelilingi oleh sungai yang
di sebelah Barat dan Timur, dan sebelah Selatan dengan perbedaan kontur tanah yang
cukup curam yang berada pada ketinggian 188 meter diatas permukaan laut.

TINGGI WILAYAH DIATAS PERMUKAAN LAUT (DPL)


MENURUT DESA/KELURAHAN
DI KECAMATAN WOLOJITA
NO DESA/KELURAHAN Tinggi DPL (m)

(1) (2)

1. Nuamulu 476

2. Nggela 188 Gambar 3.2 Lokasi Penelitian


Sumber : Google Earth, 22 Agustus 2017
3. Pora 472

4. Kelurahan Wolojita 486

5. Tenda 569

6. Wiwipemo 785

Kecamatan Wolojita 486

Tabel 3.2 Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Wolojita
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende (dalam katalog BPS 1102001.5311051
“Kecamatan Wolojita Dalam Angka 2017” : 5)

Gambar 3.2 Hasil Pengukuran


Sumber : Google Earth, 22 Agustus 2017

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 13
3.4 SOSIAL BUDAYA Sumber : Di peroleh dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Bertolomeus
Kumi dan Mama Bernadeta Sikkaa sebagai penjaga Rumah Adat Sa’o Rore
3.4.1 Asal Usul
Api.
Desa Adat Nggela merupakan salah satu desa yang masih mempertahankan budaya
dan adat istiadat. Secara umum suku bangsa Flores merupakan Suku percampuran antara
etnis Melayu, Melanesia, dan Portugis. Pada dasarnya nenek moyang masyarakat di Desa
Adat Nggela merupakan masyarakat suku Lio yang tinggal dan menetap sejak dulu.
Menurut cerita yang hidup di Desa Adat Nggela secara turun temurun, kampung adat ini
berasal dari empat orang saudara kandung yang merupakan nenek moyang asli suku Lio
atau suku Yunan/Hindia belakang yang hidup nomaden (mengembara) dan suatu hari
berlabuh di Wewaria, pantai utara Ende, Flores. Nenek moyang ini terdiri dari tiga orang
pemuda bernama Nogo, Tori, Nira, dan seorang perempuan bungsu yang bernama Gambar 3.4 Acara ritual adat Rumah Adat Nggela/hasil survei/peneliti/22 Agustus 2017
Nggela. Mereka kemudian membangun empat buah rumah pertama di Desa Adat Nggela
dan menamainya dengan Sao Rore Api, Sao Labo, Sao Wewa Mesa, Sao Ria, dan Sao
Mekko. Desa Adat Nggela ada sejak ± tahun 1874 dan sekarang sudah mencapai
keturunan ke-8.
Sumber : Di peroleh dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Bertolomeus
Kumi dan Mama Bernadeta Sikka sebagai penjaga Rumah Adat Sa’o Rore Api.

3.4.2 Adat Istiadat


Masyarakat di Desa Adat Nggela masih sangat menjaga adat istiadat yang
dilakukan turun-temurun oleh leluhur mereka dengan tetap melakukan upacara adat untuk
memperingati peristiwa atau momen penting seperti, musim panen, kematian, atau juga Gambar 3.5 Batu Persembahan Sa’o Rore Api/hasil survei/peneliti/22 Agustus 2017
meminta kesehatan, berkat, kekuatan, dan pergantian cuaca.
Salah satu yang masih dipertahankan adalah sebelum masuk di rumah adat,
3.4.3 Kesenian
Mosalaki atau yang bertugas sebagai penjaga rumah adat akan menempelkan beras yang
sudah ditumbuk di kening sebagai tanda bahwa telah diberi ijin dan diterima di rumah Kesenian yang dihasilkan oleh masyarakat suku Nggela pada umumnya yaitu:
tersebut. Konon katanya akan menggelepar sampai mati jika sembarangan masuk tanpa
izin dari pemilik rumah. Selain itu harus mempersiapkan lilin dan amplop persembahan  Kain tenun ikat
untuk diletakan di batu persembahan. Setelah masuk didalam rumah, Mosalaki atau
Kain tenun ikat dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan bahan pokok
penjaga rumah akan membakar lilin dan meletakan amplop persembahan sebagai bentuk
benang dari serat kapas, sedangkan untuk pewarnaan kain sendiri menggunakan taru
penghormatan kepada leluhur mereka.
dan akar mengkudu. Proses pembuatan kain tenun ikat memerlukan waktu yang
cukup lama karena membutuhkan ketelitian yang baik. Pada kain tenun untuk pria

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 14
biasanya berwarna dasar hitam atau biru kehitaman dan mempunyai jalur-jalur yang
jelas sepanjang lungsin yang sejalan dengan jalurnya mendatar. Sedangkan tenunan
untuk wanita menggunakan motif flora dan fauna seperti kuda, daun, burung, lalat
atau sayap lalat yg biasa disebut lawo/zawo. Untuk motif kain selendang didominasi
oleh motif bunga yang diselingi garis hitam kecil diantar motif-motifnya dengan rumbai-
rumbai pada bagian ujung.

Sumber : Di peroleh dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Bertolomeus
Kumi dan Mama Bernadeta Sikkaa sebagai penjaga Rumah Adat Sa’o Rore
Api.
Gambar 3.7 Tarian mure
Sumber :google, diakses tanggal 14-12-2017

3.4.5 Upacara Adat.


Desa adat Nggela merupakan salah satu desa adat yang masih
mempertahankan budaya dan adat istiadat, yang dapat dilihat adanya upacara-upacara
adat yang masih tetap dilakukan hampir sepanjang tahun mulai dari september hingga
sampai puncak upacara adat di bulan juli. Dari seluruh kampung adat yang ada di
Gambar 3.6 Motif tenun sarung perempuan desa adat Nggela/hasil survey/peneliti/ 22agustus kabupaten ende, hanya di desa Nggela yang masih mempertahankan upacara-upacara
2017 adat ini. Nggela mempunyai keunikan tersendiri dalam tata krama serta upacara-
upacara adat sepanjang setahun dikarenakan adanya situs dengan bangunan rumah
3.4.4 Tarian
adat sebagai tempat melaksanakan upacara seremoni dan megaliti dengan bangunan
Jenis seni tari yang di hasilkan dari masyarakat desa adat Nggela antara lain
kubur para leluhur, serta keda kanga sebagai tempat pembuatan upacara adat. Nggela
tarian mure,tarian mure yakni tarian khas Nggela yang merupakan tarian sakral
memiliki Nepe-Naga (Nepe lima rua,Naga sa’o ria).
sebagai simbol penghormatan kepada wujud yang tertinggi (Du’a sai tana goka,
Nepe Lima Rua yaitu tujuh hukum dasar adat, untuk mengatur penghidupan masyarakat
Nggae sai watu dogu). Tarian tersebut dipentaskan pada kesempatan tertentu oleh
dan kehidupan kampung seperti:
para penari/gadis-gadis dari turunan kaum bangsawan/mosalaki.
1. Upacara Perkawinan adat.
2. Upacara pemakaman jenazah mosalaki pu’u
3. Upacara pemujaan/penghormatan bagi para leluhur dan benda-benda sakral.
4. Upacara penerimaan tamu.
5. Upacara sermoni.
6. Peradilan adat (sangsi-sangsi).

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 15
Upacara yang sering dilakukan yaitu upacara yang bersifat religius seperti upacara
kelahiran, perkawinan dan kematian. Upacara adat biasanya dilakukan sebanyak 13 kali Arah hadap
rumah adat
dalam satu tahun.

3.4.6 Proses mendirikan rumah


Sirkulasi
Proses mendirikan rumah adat khususnya rumah adat Sa’o Rore Api semua
prosesnya dimulai dengan upacara adat berupa penyembelihan hewan babi sebagai (Ruang Luar)

bentuk ijin kepada leluhur dan Mosalaki menyebutkan kalimat “ suku seda mede nao luli
lengge “ yang berarti mengikat atau mempersatukan bagian-bagian rumah yang akan
dibangun. Selanjutnya dimulai dengan perkerjaan bawah atau kaki bangunan
pemasangan patok pada batas-batas yang ditentukan, setelah memasang patok
kemudian dilakukan lagi upacara adat yaitu pemotongan ayam dan darah ayam Gambar 3.8 pola tapak perkampungan adat Nggela
tersebut diletakan bersama beras dan moke diatas lempeng batu dibawah pondasi Sumber hasil survei/ peneliti/22 agustus 2017
dengan tujuan meminta perlindungan kepada leluhur untuk penghuni rumah. Batu yang
digunakan sebagai alas pondasi adalah batu laut, alasannya karna kuat dan tidak
mudah pecah.

Selanjutnya pemasangan tiang induk (mangu) dengan dipercik darah ayam sebagai
bentuk memohon perlindungan. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tiang-tiang
penunjang. Tiang-tiang menggunakan kayu kelapa. Setelah semua tiang berdiri
dilanjutkan dengan pengerjaan lantai dan dinding.

Kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan rangka atap. Sebelum rangka atap


ditutup dengan alang-alang (Ki) Mosalaki menggantung Pusu Ate yang merupakan
lambang jantung manusia pada bubungan atap.

Sumber : Di peroleh dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Bertolomeus
Kumi dan Mama Bernadeta Sikka sebagai penjaga Rumah Adat Sa’o Rore Api.
3.5 TAPAK
3.5.1 Pola Tapak
Pola tapak pada perkampungan adat Nggela berupa pola linear, dimana pusat aktivitas
Gambar 3. 9. Tata zonasi permukiman adat Nggela
adatnya terletak di ruang luar. Pola perkampungan adat Nggela terbentuk dari susunan rumah-
rumah adat yang menghadap ke arah ruang luar yang terdapat kanga dan kuburan batu para Sumber : Kerong, Fabiola dalam Jurnal Atrium Vol.I, No I, 2015, Hal. 89
leluhur masyarakat Ngella. Posisi dari pola perkampungan Nggela berpola linear dari utara ke
selatan sesuai dengan proses kedatangan nenek moyang mereka.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 16
Pola ruang luar di desa adat Nggela berbentuk linear dan sedikit menyerupai lengkungan. dinamakan Embulaka. Embu artinya seperti nenek moyang, laka artinya orang dari
Namun pada dasarnya tetap berbentuk linear. Karena pada zaman dahulu masyarakat Malaka. Namun, Embulaka bukan merupakan nenek moyang berasal dari Malaka
tradisional membangun tempat tinggalnya berdasarkan keyakinan mereka akan sesuatu yang melainkan bangsa Portugis.
bersifat suci dan juga penyesuaian dengan kondisi alam disekitarnya. Pola ruang luar di desa Konsep tata tapak/ruang luar ruang luar pada desa Nggela juga mengacu pada
adat Nggela terbagi atas 4 zona, yaitu : zona-zona yang masing-masing memiliki fungsi dan aktivitas masing-masing. zona-
zona tersebut terdiri dari zona inti, zona sosialisasi dan zona perumahan adat. dari
 Zona periode 1 (Bhisu Deko Ghele)
masing-masing zona tersebut, terdapat elemen-elemen pada tapak yang menjadi
Bhisu Deko Ghele adalah zona bagian utara dalam permukiman adat yang titik orientasi pada tiap zona. ( Kerong, Fabiola. 2015:83 ).
merupakan zona paling awal dalam sejarah kedatangan nenek moyang masyarakat
desa Nggela. Zona ini merupakan kelompok zona masyarakat asli karena yang 3.5.2 Elemen-Elemen Tapak
pertama kali menempati lokasi permukiman adat ini. Batas-batas zona periode I ini Elemen-elemen tapak yang ada pada perkampungan adat Ngella, yakni :
sebelah utara adalah jalan masuk ke permukiman adat, Timur dengan daerah
curam, barat dengan permukiman penduduk biasa, dan sebelah Selatan dengan
zona periode II.
 Zona periode 2 (Bhisu One)
Bhisu one yang merupakan zona yang berada di tengah-tengah atau pusat sesuai
dengan arti dari “One” yaitu pusat. Zona ini merupakan zona bagi masyarakat yang
berasal dari Jawa sesuai dengan sejarah kedatangan nenek
moyang mereka. Batas zona periode II ini adalah sebelah utara dengan Zona
periode I, timur dengan zona periode III. Selatan dengan zona periode IV, dan barat
dengan permukiman penduduk biasa.
 Zona periode 3 (Bhisu Mbiri)
Zona ini merupakan zona yang berhadapan dengan zona periode II yang
merupakan kumpulan masayakat asli dan pendatang, namun tidak diketahui
masyarakat pendatang ini berasal dari mana. Arti dari Mbiri merupakan sebuah
nama orang yang digunakan dan akhirnya sampai sekarang tetap digunakan. Zona
periode III ini berada diantara zona periode I di sebelah utara, zona periode II di Gambar 3.10 pola tapak perkampungan adat Ngella/hasil survey/peneliti/22 agustus 2017
sebelah barat, zona periode IV di sebelah selatan, dan daerah curam di sebelah
timur.  22 buah rumah adat (Sa’o Ria, Sa’o Labo, Sa’o Leke Bewa, Sa’o Meko, Sa’o Tua,
 Zona periode 4 (Bhisu Embulaka) Sa’o Pemo Roja, Sa’o Ndoja, Sa’o Ame Ndoka, Sa’o Sambajati, Sa’o Wewa Mesa,
Zona periode IV merupakan zona untuk masyarakat yang berasal dari Malaka Sa’o Bewa, Sa’o Watu Gana, Sa’o Rore Api)
yang datang menetap di permukiman adat ini. Bhisu Embulaka yang merupakan
kelompok zona untuk masyarakat yang berasal dari daerah Malaka. Sehingga

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 17
 Rate Lambo (kuburan para leluhur yang berbentuk perahu) adalah kuburan dari
seseorang yang di anggap sebagai arsitek pembangun rumah-rumah adat yang
masih di jaga dan dipelihara sampai saat ini.s
 Puse Nua atau symbol pusat perkampungan adat Nggela berupa batu ceper dan
batu-batu lonjong yang terletak di tengah-tengah perkampungan.
 Kanga Ria yang merupakan tempat untuk melaksanakan upacara-upacara adat di
kampung adat Nggela.
 Kopo Kasa atau pagar batu pembatas rumah adat dengan rumah-rumah
masyarakat yang telah berkembang seiringnya jaman.

3.6 ARSITEKTUR
Pada bagian ini secara khusus akan dibahas tipologi arsitektur, filosofi bentuk, struktur Gambar 3.11 Denah Sa’o Rore Api/hasil survey/peneliti/22 agustus 2017

dan konstruksi, material, ragam hias, dll. Khususnya pada rumah adat Sa’o Rore Api yang
a. Ruang Depan
memiliki karakteristik sebagai berikut : Rumah adat Sa’o Rore Api telah di bagi per-ruang sesuai dengan fungsinya
masing-masing, salah satunya adalah ruang bagian depan. Ruang depan pada
3.6.1 Tipologi Arsitektur rumah adat Sa’o Rore Api dibagi atas tiga yakni Pada Tenda, Tenda Ria dan
1. Tipologi Fungsi
juga Tenda Lo’o. Tenda Ria dan Tenda Lo’o fungsi utamanya sebagai tempat
Tipologi ini membahas tentang fungsi rumah adat Sa’o Rore Api. Sa’o Rore Api yang
duduk yang biasa disebut bale-bale atau bisa juga seperti teras pada rumah-
dalam bahasa Indonesia berarti sumber api. Dalam suatu upacara adat yang dilakukan
rumah masyarakat biasanya, sedangkan Pada Tenda fungsi utamanya pada
di desa Nggela api yang digunakan untuk misa di gereja dan untuk memasak harus
zaman dulu yaitu sebagai tempat untuk menyusui, namun sering berjalannya
berasal dari Sa’o Rore Api.
waktu Pada Tenda kini juga berfungsi juga sebagai tempat duduk, tempat untuk
2. Tipologi Ruang
baring-baring ataupun sebagai tempat menyimpan barang-barang.
Tipologi ini membahas tentang bentuk ruang dalam rumah adat Sao’o Rore Api. Rumah
adat ini telah terbagi menjadi beberapa ruang-ruang yang mempunyai fungsi dan
perannya masing-masing. Berdasarkan denah rumah adat Sa’o Rore Api di atas,
bentuk yang mendominasi adalah bentuk persegi dan juga persegi panjang.

Gambar 3.12 Denah ruang depan rumah adat Sa’o Rore Api /hasil survey/peneliti/22 agustus
2017

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 18
Tenda Ria, Tenda Lo’o dan Pada Tenda memiliki tinggi yang berbeda dimana
Tenda Lo’o terletak paling rendah dari Tenda Ri’a dengan tinggi dari tanah 70cm,
jarak Tenda Ria ke tanah 90cm sedangkan Pada Tenda terletak pada bagian kiri
dan bagian kanan dari Tenda Ri’a yang betuknya seperti rak dan tingginya juga
berbeda. Tinggi Pada Tenda dari lantai Tenda Ria adalah 55cm. Tenda Ri’a dan
Tenda Lo’o terbuat dari bilah-bilah bambu sedangkan Pada Tenda terbuat dari
plat kayu.

b. Ruang Tengah
Ruang tengah merupakan ruangan setelah ruang depan. Didalam ruang tengah
ini terdapat beberapa ruang-ruang dengan fungsinya masing-masing antara lain
ruang untuk memasak (Waja), dapur ( Like Lapu ), ruang utama (Koja Ndawa)
yang fungsinya sebagai ruang untuk berkumpul serta sebagai ruang untuk
melakukan ritual-ritual adat, dan ruang tidur (Rimba).
Gambar 3.14 Tempat memasak ( waja ) di rumah adat Sa’o Rore Api Hasil survey/peneliti/ 22
agustus 2017

Ruang masak ( waja ) ini memiliki dua tingkatan ( Ka’o Wena, Kao Wano ),
yaitu tingkat pertama berfungsi sebagai tempat memasak. Dimana cara
memasaknya masih dengan cara tradisional atau menggunakan tungku
dan kayu bakar. Sedangkan tingkat kedua berfungsi untuk penyimpanan
alat-alat masak dan juga sebagai tempat menaruh kayu api.
Selain untuk menaruh alat-alat masak dan juga kayu bakar, biasanya juga
di simpan jagung. Karena letaknya tepat berada diatas tungku, maka
jagung tersebut akan tahan lama karna terawetkan oleh asap yang
ditimbulkan.
Gambar 3.13 Ruang tengah rumah adat Sa’o Rore Api/Hasil survey/peneliti/ 22 agustus 2017
 Ruang Utama ( Koja Ndawa )
 Ruang Memasak ( Waja ) Ruang ini merupakan ruangan yang paling besar pada rumah adat Sa’o
Di dalam ruang tengah pada rumah adat ini memiliki tempat untuk Rore Api, dimana ruangan ini fungsi utamanya adalah sebagai tempat
memasak ( waja ). Ruang memasak ini terletak dekat pintu masuk utama berkumpul atau juga sebagai tempat melakukan upacara adat didalamnya.
ke dalam ruang tengah. Ruang masak ini terbagi atas dua bagian yaitu Ruang ini merupakan ruangan yang paling besar pada rumah adat Sa’o
bagian kiri dan juga bagian kanan, ruang masak ini berada di atas Lore Rore Api, dimana ruangan ini fungsi utamanya adalah sebagai tempat
One. berkumpul atau juga sebagai tempat melakukan upacara adat didalamnya.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 19
Gambar 3.17 kamar tidur ( rimba ) Sa’o Rore Api/hasil survey/peneliti/22
Gambar 3.15 Ruang utama/hasil survey/peneliti/ 22 agustus 2017 agustus 2017

Di dalam ruangan ini terdapat batu ceper sebagai tempat di taruhnya lilin Kedua kamar tidur pun memiliki fungsi yang berbeda, dimana kamar tidur
(benga toko) sebagai tempat persembahan bagi leluhur, rosario besar sebelah kiri berfungsi sebagai kamar tidurnya penjaga rumah adat Sa’o
yang digantung diatas lilin itu, patung kecil Bunda Maria, dan terdapat juga Rore Api beserta keluarga, sedangkan kamar tidur sebelah kanan
Pada Padu’a atau tempat persembahan bagi Tuhan Allah. berfungsi sebagai kamar tidurnya mosalaki. Namun kamar tidur bagian
kanan bisa juga di manfaatkan sebagai kamar tidur tamu atau kerabat bila
mosalaki tidak berada di tempat.

 Dapur ( Like Lapu )


Dapur ( Like Lapu ) merupakan sebuah ruangan yang berada di bagian kiri
dan kanan rumah adat Sa’o Rore Api, dimana ruangan ini terletak di
depan rimba dan di samping kiri dan kanan dari Waja.

Ruangan ini berfungsi untuk menyimpat alat-alat makan dan masak di


rumah adat Nggela, selain itu juga biasanya dipakai untuk menyimpan
barang-barang lainnya.
Gambar 3.16 Alat-alat serta tempat persembahan dalam Sa’o Rore
Api/Hasil survey/peneliti/22 agustus 2017
 Ruang Tidur ( Rimba )

Rumah adat Sa’o Rore Api memiliki dua buah kamar tidur, dimana kamar
tidur ini sebagai simbol dari kandungan perempuan yang terletak di bagian
kiri dan kanan dari ruang utama atau Kojo Ndawa.

Gambar 3.18 Dapur ( Like Lapu ) Sa’o Rore Api/hasil survey/peneliti/22 agustus 2017

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 20
c. Ruang Belakang
Pada rumah adat Sa’o Rore Api, ruang ini merupakan ruangan yang paling
belakang. Ruangan ini biasa disebut dengan Lulu. Dimana ruangan ini berfungsi
sebagai tempat untuk menaruh barang-barang penjaga rumah adat Sa’o Rore
Api.

Gambar 3.20 Model geometri bentuk dasar dan tampilan rumah adat Sa’o Rore Api/hasil
survey/peneliti/22 agustus 2017

Dari kedua bentuk geometri dasar tersebut di olah lagi ke beberapa bentuk lain yang
menjadi penyokong utama bentuk dari rumah adat Sa’o Rore Api. Atap rumah adat
inipun tak lagi berbentuk limas secara utuh, namun telah melewati proses modifikasi
dmana bentuknya memiliki sedikit lengkungan pada bagian samping. Hal ini karena
didasari oleh bentuk layar perahu milik nenek moyang yang pada saat datang
pertama kali ke Nggela menggunakan perahu

3.6.3 Struktur dan Konstruksi

Gambar 3.19 Ruang belakang rumah adat Sa’o Rore Api/Hasil survey/peneliti Secara struktural rumah adat ini merupakan bangunan dengan konstruksi rangka yang
mengandalkan tumpuan pada tiang utama dan tiang-tiang penunjang dengan menggunakan
/22 agustus 2017
sambungan pasak, paku serta ikat.
3.6.2 Tipologi Bentuk
Rumah adat Sa’o Rore Api secara struktural terbagi atas tiga bagian, yakni :
Dalam setiap ragam arsitektur tradisional Nusa Tenggara Timur umumnya memiliki
beberapa tipologi baik, fungsi dan geometrika maupun langgam (Jeraman, 2016:27). - Super Struktur
Pada rumah adat Nggela, khususnya rumah adat Sa’o Rore Api memiliki bentuk dari - Upper Struktur
geometri dasar yakni berbentuk persegi dan juga berbentuk limas. - Sub Struktur

Ketiga bagian struktur utama ini masih dibagi lagi sesuai dengan fungsinya masing-masing
yang bertujuan untuk menopang keseluruhan bangunan agar tetap kuat dan tidak runtuh.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 21
dindingnya terbuat dari papan kayu dimana ketebalan dinding ini semua tidak sama
ukurannya.
Dengan konstruksi yang digunakan untuk membentuk dinding rumah adat ini yaitu
menggunakan saistem sambungan pasak.

Gambar 3.21 struktur Sa’o Rore Api/hasil survey/peneliti/22 agustus 2017

 Super Struktur
Struktur ini merupakan struktur teratas pada suatu bangunan. Struktur ini merupakan Gambar 3.23 bagian Upper Struktur, dinding Rumah adat Sa’o Rore Api/hasil
rangka atap rumah adat Sa’o Rore Api. Rangka atap rumah adat Sa’o Rore Api terdiri survey/peneliti/22 agustus 2017
atas tiga tiang utama dan terhubung dengan balok untuk menyokong rangka atap.
Selain dinding, pada upper struktur juga memiliki konstruksi pintu. Pada rumah adat Sa’o
Atap pada rumah adat ini dan rumah adat lainnya di desa Ngella menggunakan alang-
Rore Api memiliki 5 pintu, terbagi atas 3 pintu pada bagian depan rumah adat dan 2
alang, dan meliputi gording, usuk, serta reng yang semuanya menggunakan kayu dan
terletak disamping rumah adat. Pintu pada rumah adat ini menggunakan sistim pen dan
juga bambu. Dimana sistem sambungan pada atap ini menggunakan sistem ikat.
lubang.

Tiang penopang
rangka atap

(mangu Kogo Laba)

Gambar 3.22 Potongan rumah adat Sa’o Rore Api/hasil survey/peneliti/22 agustus 2017

 Upper Struktur
Struktur ini merupakan struktur yang terletak di bagian tengah bangunan yang meliputi
dinding-dinding rumah serta pintu maupun jendela. Pada rumah adat Sa’o Rore Api Gambar 3.24 Pintu utama Sa’o Rore Api/hasilsurvey/peneliti/22agustus2017

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 22
 Sub Struktur 3.6.4 Material
Struktur ini merupakan struktur yang terletak paling bawah dari sebuah
Material-material yang digunakan pada rumah adat Sa’o Rore Api terdiri atas beberapa
bangunan/rumah dan struktur ini merupakan struktur yang menopang upper struktur
macam material. Setiap material memiliki fungsinya sebagai bahan konstruksi maupun fungsi
dan juga super struktur. Struktur ini terdiri atas pondasi dan juga lantai bangunan.
lainnya. Material-material tersebut, yakni kayu kelapa merupakan kayu utama yang di pakai
Pondasi Sa’o Rore Api berupa pondasi umpak menggunakan batang pohon kelapa
pada rumah adat Sa’o Rore Api ini, kayu kelapa tersebut di jadikan barbagai macam tuktur dan
yang dipotong berbentuk tabung, sedangkan lantai terbuat dari bambu. Pondasi ini
konstruksi pada rumah in. Kayu kelapa di pakai karena pada zaman dulu lebih banyak pohon
diameter alas lebih besar dibandingkan diameter atasnya, pondasi ini diletakkan diatas
kelapa di sekitar lokasi perkampungan adat, dan pohon kelapa kuat, awet dan juga tahan
batu pelat dan di topang oleh balok yang berfungsi untuk menahan pondasi tidak
lama. Hal tersebut lalu menjadi patokan dalam setiap kali pendirian/pembangunan rumah ini.
bergeser.
Selain kayu pohon kelapa, rumah adat ini juga menggunakan bambu sebagai bagian dari
Sa’o Rore api mempunyai lantai yang berlapis dan bertingkat sehingga terlihat terpisah
rumah adat Sa’o Rore Api. Bambu-bambu ini terletak di bagian lapisan-lapisan lantai rumah
dari pondasi bangunan. Lantai rumah memiliki struktur berlapis dimana terdiri atas tiga
adat ini dan juga pada rak pada lore one dan waja yang berfungsi untuk menyimpan barang-
lapisan. Lapisan pertama merupakan lapisan paling bawah menggunakan bambu utuh (
barang memasak dan juga kayu bakar. Material pada atap Sa’o Rore Api menggunakan alang-
dale ) dan di pasang memanjang, lapisan kedua yaitu belahan bambu ( peri ) yang
alang.
terletak diatas lapisan pertama ( dale ) dan di pasang melintang, sedangkan lapisan
ketiga atau lapisan paling atas merupakan bambu-bambu yang telah di hancurkan 3.6.5 Ragam Hias
namun tidak sampai terpisah ( ndawa ) dan pasang memanjang. Lantai bambu yang
Ragam hias pada rumah adat Sa’o Rore Api tidak terlalu banyak, hal ini dikarenakan
digunakan haruslah ganjil, tidak boleh genap.
ragam hias tersebut hanya difungsikan sebagai penambah estetika pada rumah adat ini.

 Pintu
Pada rumah adat Sa’o Rore Api ragam hias yang pertama pada kusen pintu (toko pene
) utama dan juga pintu depan kiri dan kanan, dimana ragam hias ini merupakan ukiran-
ukiran yang membentuk sebuah pola yang tak menentu untuk estetika semata dari pintu
utama ini. Ragam hias pada pintu ini tidak mempunyai arti yang mendalam bagi Sa’o
Rore Api, hal ini dikarenakan ragam hias tersebut hanya sebagai kreatifitas dari para
tukang saat rumah ini di dirikan.

Gambar 3.25 Sub Struktur Sa’o Rore Api/ hasilsurvey/peneliti/22agustus2017

Gambar 3.27 ragam hias pintu utama Sa’o Rore Api/Hasilsurvey/peneliti/22 agustus 2017

Gambar 3.26 Tiang dan lantai Sa’o Rore Api/hasilsurvey/peneliti/22agustus2017

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 23
 Ragam hias di atas pintu 4. ANALISA
Ragam hias ini terletak di atas pintu sepanjang bagian depan rumah adat ini, ragam
4.1 ANALISA AKTIVITAS
hias ini hanya ada empat buah. Ragam hias ini berbentuk botol (boti) yang menurut
cerita dari penjaga Sa’o Rore Api bahwa ornamen tersebut melambangkan botol yang 4.1.1 STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA
dibawa oleh leluhur pada jaman dulu saat datang dan terus menetap di Nggela.
KETUA

WAKIL KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS

BIDANG BIDANG BIDANG


BIDANG PEMANDU BIDANG HUMAS BIDANG KESENIAN BIDANG
KONSUMSI LINGKUNGAN PENGINAPAN KEAMANAN

Gambar 3.28 ragam hias diatas pintu-pintu depan Sa’o Rore Api Hasilsurvey/peneliti/22
agustus 2017 Bagian Seksi Seksi Seksi Atraksi/
Wisatawan Bagian Seni Tari Kerajinan Ritual
Internasional Wisatawan Tangan
Lokal

Jumlah
NO. Civitas Tugas Civitas
Civitas

 Memimpin kelompok wisata

 Memberikan pengarahan pada anggota

 Mengkoordinir kegiatan-kegiatan serta


bertanggung jawab mengenai pelaksanaan
kegiatan
1. Ketua 1
 Memimpin pertemuan maupun diskusi
dan rapat kelompok wisata

 Berkoordinasi serta bertanggung jawab


pada intansi-instansi, Ketua Adat (
Mosalaki )serta semua bidang dalam
kelompok wisata

2. Wakil Ketua  Membantu tugas ketua 1

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 24
 Mewakili ketua dalam berbagai urusan kelompok wisata
kegiatan maupun pertemuan apabila ketua
berhalangan hadir

 Bertanggung jawab kepada ketua serta


semua bidang kelompok wisata  Memberikan informasi serta memandu
para wisatawan/pengunjung yang datang
3.  Menyusun dan melaksanakan kegiatan
ke kawasan kampung wisata Nggela
administrasi
 Bekerja sama antar semuda bidang
 -. Mempersiapkan bahan-bahan
6. Bidang Pemandu pada kawasan wisataa 5
pertemuan kelompok wisata
 Memiliki pengetahuan yang luas
Sekretaris  Mengadakan hubungan dan koordinasi 1 tentang budaya serta adat-istiadat yang
dengan instansi pemerintahan ataupun
berlaku pada masyarakat Nggela maupun
pihak luar lainnya yang terkait
dalam kawasan kampung adat
 Menghimpun dan mencatat seluruh
 Menyelenggarakan kegiatan kebersihan
hasil rapat dan pertemuan pada kelompok
dan keindahan serta melakukan perawatan
wisata
pada kawasan maupun bangunan yang
 Bertanggung jawab atas pendapatan 7. Bidang lingkungan ada 10
dan pengeluaran keuangan kelompok
 Membantu menjaga keadaan
wisata
lingkungan kawsan wisata agar berjalan
 Melakukan pencatatan atau pembukuan sesuai aturan adat istiadat setempat
4. Bendahara 1
serta melakukan pelaporan keuangan
 Menyusun dan melakukan kegiatan-
secara tertib
kegiatan serta pertemuan dengan instansi
 Bertanggung jawab pada ketua dan pemerintah maupun pimpinan adat Nggela
kelompok wisata 8. Bidang Humas (Mosalaki) 3

 Menyediakan makan dan minum  Bertanggung jawab dan bekerjasama


tradisional maupun jenis lainnya kepada pada pimpinan serta semua bidang yang
5. Bidang konsumsi para wisatawan/pengunjung serta 10 terkait
pengelola kawasan wisata
9. Bidang Penginapan  Menyedikan sarana penginapan di 5
 Berkoordinasi antar bidang dalam kawasan kampung wisata kepada

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 25
wisatawan/pengunjung 4.1.2 POLA KEGIATAN PENGGUNA

 Bertanggung jawabb kepada setiap a. Kegiatan Pengelola


wisatawan/pengunjung yang menginap -. Datang
-. Parkir
 Memberikan informasi bagi
-. Kantor Pengelola
wisatawan/pengunjung kawasan
-. Kawasan Desa Adat
-. Kantin Tradisional
-. Sanggar Seni dan Tari
 Membentuk suatu kelompok kesenian
-. Pusat Kerajinan dan Cenderamata
dan kerajinan
-. Toilet
 Melakukan kegiatan-kegiatan yang ada, KANTOR
DATANG PARKIRAN
PENGELOLA
dengan tujuan untuk menarik minat
10. Bidang Kesenian 10
wisatawan dan perkembangan kawasan PULANG
wisata sesuai dengan atran adat dan buda
masyarakat
PUSAT KANTIN
SANGGAR SENI TOILET
KERAJINAN DAN TRADISIONAL
 Bekerja sama dengan semua bidang CENDERAMATA

 Menjaga keamanan dan ketertiban di KAWASAN


kawasan wisata KAMPUNG ADAT

 Bekerja sama dengan instansi Sumber, Analisa Penulis, 2019


keamanan lainnya yang terkait
a. Kegiatan Wisatawan Yang Menginap
11. Bidang Keamanan  Bertanggung jawab atas segala 5
-. Datang
keamanan dan ketertiban kawasan wisata -. Parkiran
dengan berpedoman pada aturan adat dan -. Loket Tiket
budaya yang ada -. Kantor Pengelola
-. Kawasan Desa Adat
 Bekerja sama antar seksi dan pemimpin
-. Penginapan
-. Sanggar Seni dan Tari
-. Pusat Kerajinan dan Cenderamata
Sumber, Analisa Penulis, 2019
-. Kantin Tradisional
-. Gazebo
-. Toilet

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 26
4.1.3 AKTIVITAS PENGGUNA
KANTOR PENGINAPAN
DATANG PARKIRAN
PENGELOLA
Analisa kegiatan atau aktivitas adalah untuk mengamati dan menganalisa hal-hal
PULANG yang berkaitan dengan pelaku kegiatan pada kawasan desa wisata Nggela, sehingga
dapat dapat dikelompokkan jenis kegiatan/aktivitas yang akan direncanakan.
PUSAT KANTIN
TOILET SANGGAR SENI GAZEBO a. Pengelola
KERAJINAN DAN TRADISIONAL
CENDERAMATA
-. Melakukan pekerjaan administrasi antara pimpinan staff dan karyawan.
-. Memberikan informasi, memandu wisatawan, promosi wisata dan budaya
KAWASAN dari Desa Nggela.
Sumber, Analisa Penulis, 2019
KAMPUNG ADAT
-. Melakukan pembersihan serta perawatan atau pemeliharaan kepada fungsi
b. Kegiatan Wisatawan Yang Tidak Menginap kawasan desa wisata Nggela.
-. Datang -. Mengawasi seluruh area kawasan.
-. Parkiran -. Mengawasi jalannya kegiatan lain, seperti pelatihan, pertunjukan kesenian,
-. Loket Tiket atraksi/ritual, dan sebagainya.
-. Kantor Pengelola -. Istirahat, makan/minum, menginap, dan juga kegiatan lainnya.
-. Kawasan Desa Adat
b. Pelaku/Pekerja
-. Sanggar Seni dan Tari
-. Pusat Kerajinan dan Cenderaata -. Mengadakan pementasan kesenian, atraksi serta ritual.
-. Kantin Tradisional
-. Mengadakan pelatihan, kesenian serta kerajinan lokal.
-. Gazebo
-. Toilet -. Memproduksi kerajinan (tenunan, ukiran, dan lain-lain).

KANTOR
-. Menyediakan makan/minum, penginapan serta kegiatan lainnya kepada
DATANG PARKIRAN
PENGELOLA para pengunjung kawasan.

PULANG -. Berdiskusi, dan juga mencari informasi.

-. Istirahat, makan/minum, menginap, dan kegiatan lainnya.


PUSAT KANTIN
TOILET SANGGAR SENI GAZEBO
KERAJINAN DAN TRADISIONAL
CENDERAMATA
c. Pengunjung atau wisatawan dan Peneliti

-. Menyaksikan pementasan seni tari dan musik, serta atraksi/ritual adat


Desa Nggela.
KAWASAN
KAMPUNG ADAT
-. Mencari informasi tentang wisata budaya serta hal-hal lain yang ada
Sumber, Analisa Penulis, 2019
Hubungannya dengan seni dan budaya Nggela.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 27
-. Melihat serta ikut terlibat dalam pembuatan kerajinan serta kesenian -. Menerima Tamu -. R. Rapat

Desa Nggela. -. Rapat -. R. Istirahat

-. Melihat pameran hasil kerajinan dan budaya masyarakat Nggela serta -. Istirahat -. Toilet

Benda-benda bersejarah lainnya. -. Melihat Barang -. RuangPenjualan/

-. Melakukan studi atau pengamatan dengan membaca serta interview. -. Membeli Barang Display

-. Berekreasi atau menikmati keindahan Desa Nggela. -. Membayar -. Kasir


Pengunjung
-. Istirahat, makan/minum, berbelanja, menginap, dan lain-lain. -. Memperoleh -. R. Informasi
Informasi
-. R. Pelatihan
-. Mengikuti
4.1.4 HUBUNGAN PELAKU, KEGIATAN dan KEBUTUHAN RUANG -. Toilet
Pelatihan Kerajinan

Kelompok Kegiatan Pemakai Kegiatan/Aktivitas Kebutuhan Ruang Pusat Kerajinan


-. Menjual Barang -. R. Penjualan/
dan Cenderamata
Kegiatan Utama :
-. Menerima Display
Pembayaran
-. Kasir
-. Latihan -. R. Latihan -.Menerima dan
-. R. Penerimaan dan
Menyimpan Barang
-. Merias Diri -. R. Rias Pengelola Penyimpanan
-. Memberi Informasi
-. Ganti Pakaian -. R. Ganti -. R. Informasi
-. Memberikan
Pemain Pagelaran -. Persiapan -. Loker -. R. Pelatihan
Pelatihan
Pagelaraan /
-. Menyajikan Acara -. R. Persiapan -. Loker
Pertunjukan -. Istirahat
( Sanggar Seni ) -.Hall/Tempat -. Toilet
Pertunjukan
-. Memesan -. Tempat
-. Toilet Makanan Pemesanan Makanan
Pengunjung
-. Mengelola Acara -. R. Kerja / Staff -. Makan -. R. Makan

Pengelola -. Mengawasi -. R. Tamu -. Membayar -. Kasir


Administrasi

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 28
Kantin Tradisional -. Mencari Informasi -. R. Informasi -.Toilet

-. Toilet

-. Mengelola -. R. Administrasi
Administrasi
-. Kasir
-. Menerima
-. Dapur
Pembayaran
-. Gudang Barang
-. Menerima
Pesanan -. Gudang Makanan
-. Memberikan -. R. Informasi/
-. Menyimpan Bahan -. Toilet Informasi
Resepsionis
Makanan dan
-. Menerima dan
Pengelola Perlengkapan Kantin -. R. Administrasi/ R.
Mengantarkan Tamu
Staff
-. Mendata Barang
Pengelola -. Menerima dan
-. Gudang Alat
-.Memberi Informasi Menyimpan Barang
-. Toilet
-. Mengolah -. Mengelola
Masakan Administrasi

-. Menyediakan -. Istirahat
Makanan
-. Mendaftar/Membeli -. R. Tiket/Loket
-. istirahat Tiket
-. Hall
-. Memperoleh -. Hall Pengunjung/Tamu -. Memperoleh
-. Resepsionis
Informasi Informasi
-. R. Informasi/
-. Toilet
-. Menginap/istirahat
Resepsionis Penggelola
-. Memberikan -. Hall
Pengunjung/Tamu -. Bersantai
Penginapan -. Kamar Informasi
-. R.
-. Makan dan Minum
(Cottage) -. Kantin Pengelola/Karyawan -. Menerima dan Informasi/Resepsionis

-. Gasebo Memandu
-.R. Administrasi
Pengunjung/Tamu

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 29
-. Mengadakan -. R. Rapat -. Parkir Bus Pengunjung
Rapat
-. R. Kerja -. Parkir Mobil -. Area Parkir
-. Memberikan (Pengunjung) Pengelola
-. R. Istirahat
Pengarahan
-. Parkir Mobil
-. Pantry
-. Pendaftaran (Pengelola)
Pengunjung/Tamu -. Toilet
-. Parkir Motor
-. Istirahat -. Gudang (Pengunjung)

Kegiatan Servis dan Parkir : -. Parkir Motor


(Penegelola)
Pengunjung/Tamu -. Mengambil Uang -. ATM Center

-. Menjaga -. Pos Keamanan


Keamanan Sumber, Analisa Penulis, 2019
Pelayanan Umum -. ATM Center
Pengelola -. Memberikan
-. Toilet
Informasi
4.1.5 ANALISA BESARAN RUANG
-. Istirahat
A. Kantor Pengelola 1
-. Kebersihan dan -. R. Kebersihan
Luas
Perawatan Kawasan Standar
-. Gudang Peralatan Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber
Pelayanan No. (m2)
Pengelola -. Perawatan (m2)
Kawasan -. Toilet
Bangunan
1,2 x 3 = 3,6
-. Istirahat m2

-. Penyimpanan Alat -. Gudang Alat Jumlah


pengguna + 3, 35 + Asumsi
Mekanikal -. Kelistrikan -. R. Genset R. Kerja
Pengelola 1. 1,2 m2 3 20 % jumlah 16, 25 =
Elektrikal Ketua (*)
-. Pengairan -. R. Kontrol Pusat perabot x 19, 5 m2
sirkulasi
-. R. Pompa
16, 25 x 20
Pengunjung/Tamu -. Masuk -. Pintu Gerbang
Parkir % = 3, 25 m2
dan Pengelola
-. Area Parkir

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 30
Toilet 13,5 x 20%
3/Buah 1 - - 3 m2 NAD
Ketua = 2,7 m2

1,2 x 2 = 2,4 Ruang 25, 3 =


5. 2.3/Orang 11 - - NAD
m2 Rapat 25 m2

Jumlah 1,2 x 5 = 6
2,7 +
pengguna + Asumsi m2
R. Kerja 13,5
1,2 m2 2 20 % jumlah
2. Wakil =16, 2 (*) Jumlah
perabot x
m2 pengguna + 4, 32 + Asumsi
sirkulasi R. Bagian
6. 1,2 m2 5 20 % jumlah 21, 6
Keamanan (*)
13,5 x 20% perabot x =26 m2
= 2,7 m2 sirkulasi

Toilet Wakil 3/Buah 1 - - 3 m2 NAD 21,6 x 20 %


= 4,32 m2
1,2 x 2 = 2,4
m2 1,2 x 5 = 6
m2
Jumlah
2,7 +
pengguna + Asumsi Jumlah
R. Kerja 13,5
3. 1,2 m2 2 20 % jumlah pengguna + 3,7 + Asumsi
Sekretaris =16, 2 (*) R. Bagian
perabot x 7. 1,2 m2 5 20 % jumlah 18, 5 =
m2 Lingkungan (*)
sirkulasi perabot x 22, 5 m2
sirkulasi
13,5 x 20%
= 2,7 m2 18,5 x 20%
= 3,7 m2
1,2 x 2 = 2,4
m2 8. Lobby 0,5/Orang 20 - - 10 m2 NAD
2,7 +
R. Kerja Jumlah 13,5 Asumsi 9. Toilet 3/Buah 2 - - 6 m2 NAD
4. 1,2 m2 2 20 % pengguna +
Bendahara =16, 2 (*)
jumlah m2
perabot x
sirkulasi

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 31
B. Kantor Pengelola 2 Jumlah 62, 5 (*)
pengguna + m2
Luas
Standar jumlah
No. Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber
(m2) perabot x
(m2)
sirkulasi
1,2 x 15 = 18
52,7 x 20% =
m2
10,5 m2
Jumlah
5,84 + 6. Toilet 3/Buah 4 - - 12 m2 NAD
R. Loket/ pengguna + Asumsi
29,24 =
1. 1,2 m2 15 20 % jumlah
Resepsionis 33,9 (*)
perabot x C. Cottage
(34) m2
sirkulasi
Luas
Standar
29,24 x 20% No. Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber
(m2)
= 5, 84 m2 (m2)

R. Bagian 1,2 x 2 = 2,4


2. 12/Ruang 2 - - 24 m2 NAD
Penginapan m2

R. Bagian Jumlah
3. 12/Ruang 3 - - 36 m2 NAD 0, 897 +
Keuangan pengguna + Asumsi
Kamar 5, 98 =
1. 1,2 m2 2 15 % jumlah
1,2 x 5 = 6 Tidur 6, 87 (8) (*)
perabot x
m2 m2
sirkulasi
Jumlah
1,92 + 5,98 x 15%
pengguna + Asumsi
9, 76 = = 0, 897 m2
4. Pantry 1,2 m2 5 20 % jumlah
11, 68 (*)
perabot x 1,2 x 2 = 2,4
(12) m2
sirkulasi m2 1, 42 +
Ruang 7, 1 = 8, Asumsi
9,76 x 20% = 2. 1,2 m2 2 20 % Jumlah
Tamu 52 (9) (*)
1,92 m2 pengguna +
m2
jumlah
1,2 x 10 = 49 10,5 +
5. R. Istirahat 1,2 m2 10 20 % Asumsi perabot x
m2 52,7 =

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 32
sirkulasi E. Kantin Tradisional

7,1 x 20% = Luas


Standar
1,42 m2 No. Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber
(m2)
(m2)
3. Toilet 3/Buah 1 - - 3 m2 NAD
1,2 x 1= 1,2
m2
D. Pos Jaga
Jumlah
Luas 1, 86 +
Standar pengguna + Asumsi
No. Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber 9, 3 =
(m2) 1. Kasir 1,2 m2 1 20 % jumlah
(m2) 11, 16 (*)
perabot x
(12) m2
1,2 x 1 = 1,2 sirkulasi
m2
9,3 x 20% =
Jumlah 1,86 m2
pengguna + 0, 63 + Asumsi 1,2 x 4 = 4,8
1. Area Jaga 1,2 m2 1 15 % jumlah 4, 2 =
(*) m2
perabot x 4,83 m2
sirkulasi Jumlah
3, 08+
pengguna + Asumsi
4, 2 x 15% = Dapur 15, 4=
2. 1,2 m2 4 20 % jumlah
0, 63 m2 Kering 18, 48 (*)
perabot x
m2
1,2 x 1 = 1,2 sirkulasi
m2
15,4 x 20%
Jumlah = 3, 08 m2
pengguna + 0, 42 + Asumsi 1,2 x 5 = 6
2. R. Santai 1,2 m2 1 10 % jumlah 4, 2 =
(*) m2 2, 68 +
perabot x 4,62 m2 Asumsi
Dapur 17, 9 =
sirkulasi 3. 1,2 m2 5 15 % Jumlah
Basah 20, 58 (*)
pengguna +
4, 2 x 10% = m2
jumlah
0,42 m2
perabot x

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 33
sirkulasi sirkulasi m2

17, 9 x 15 % 5,4 x 15% =


= 2, 68 m2 0, 81 m2

4. Toilet 3/Buah 4 - - 12 m2 NAD

1,2 x 60 = 72 H. Gasebo
m2
Luas
Standar
Jumlah No. Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber
(m2)
pengguna + 19, 72 + Asumsi (m2)
5. Area Makan 1,2 m2 60 20 % jumlah 98, 6 =
(*) Jumlah
perabot x 118 m2 0, 45 +
pengguna x
sirkulasi 3= Asumsi
1. Gasebo 1,2 m2 3 15 % sirkulasi
98, 6 x 20% 3,45 (4) (*)
3 x 15% = m2
= 19, 72 m2
0, 45 m2

F. Toilet Umum
4.1.6 ANALISA PENGUNJUNG
Luas
Standar  Pengunjung yang datang
No. Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber
(m2)
(m2) Jumlah Banyaknya Pengunjung Di Danau

Bulan dan Jumlah Kelimutu


1. Toilet 3/Buah 10 - - 30 m2 NAD
2016 2017

Januari 5799 8065


G. Gudang
Februari 2555 2410
Luas
Standar
No. Ruang Kapasitas Sirkulasi Perhitungan Ruang Sumber Maret 4368 3827
(m2)
(m2)
April 4212 7345
0, 81 + Asumsi
1. Gudang - - 15 % Jumlah Mei 7405 6894
5, 4 =
perabot x (*)
6,21 (7)

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 34
Juni 7312 14483  Pengunjung yang menginap

Juli 16714 12523 Berdasarkan jumlah pengunjung yang menginap pada daerah kelimutu dan juga
asumsi yang menginap di Kelimutu sama dengan di desa yaitu 40%. Penjelasannya
Agustus 8588 10451
yakni pada tahun 2017 jumlah pengunjung yang menginap adalah 7815 orang (Kec.
September 6065 7538 Kelimutu Dalam Angka 2018, 103).

Oktober 5660 5891 Dari data diatas maka pengujung yang akan menginap pada tahun 2019 yaitu :

November 5202 4784 Y = Y O (1 + r)°

Desember 7438 7188 Y = 7815 (1 + 0, 054)2

Jumlah 81318 91219 = 8. 681 Orang

Pengunjung yang akan menginap di kampung adat Nggela yaitu :


Gambar. Tabel Pengunjung Danau Kelimutu
40% X 8. 681 = 3. 472 Orang
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende 2018
Dengan rata-rata pengunjung per hari yang menginap yaitu 3.472:365=9.51 (10).
Di akses : 4 juni 2019
Maka dari itu penginapan yang akan dibangun pada Kampung Adat Nggela
 Jumlah pengunjung Danau Kelimutu dalam kurun waktu 2 tahun (2016-2017) sebanyak 5 buah.

Jumlah rata-rata pengunjung per tahun = 172. 537 Orang


4.1.7 ANALISA PARKIRAN
 Jumlah Pengunjung per hari
sBerdasarkan hasil analisa jumlah pengunjung perhari Kampung Adat Nggela
yaitu ± 158 orang, maka jumlah pengendara yang dapat mengakomodasi pengunjung
tersebut yaitu :

 Roda Dua (Motor) : 50 % X 158 = 79 Orang


= 79 / 2 = 39, 5 = 40 Motor
 Jumlah pengunjung per hari di bagi 3 kawasan yakni, Danau Kelimutu, Kampung
Adat Moni dan juga Kampung Adat Nggela (Ketiga tempat wisata ini berdekatan).  Roda Empat ( Mobil Sedang) : 30 % X 158 = 47, 4 = 48
= 48 / 6 = 8 Mobil Sedang
 Bus = 20 % X 158 = 31, 6 = 32
= 32 / 25 = 1, 28 = 2 Bus
Berdasarkan hasil diatas, maka didapatkan jumlah pengunjung per hari yakni
± 158 orang.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 35
4.2 ANALISA PERUNTUKAN RUANG 4.3 ANALISA TAPAK

4.3.1 ANALISA KAWASAN KONSERVASI


Pelaksanaan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang
beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang Konservasi adalah suatu proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau
ditetapkan dalam rencan tata ruang yang dilaksankan dengan mengembangkan obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Yang
penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan termasuk cara pemeliharaan dan bila memungkinkan menurut keadaan proses
sumber daya alam lain. preservasi, restorasi, rekonstruksi, dan adaptasi, maupun kombinasinya termasuk
kedalam proses konservasi. (Burra Charter : 1999). Konservasi merupakan sebuah
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan budaya bersejarah, dengan cara
pemanfaatan ruang, dan pengen-dalian pemanfaatan ruang. Dalam hal ini penataan memelihara dan melindungi keontikan dan maknanya dari gangguan kerusakan, agar
Kampung Adat Nggela ini haruslah sesuai dengan peruntukan atau peraturan-peraturan dapat dipergunakan pada saat sekarang maupun masa yang akan datang baik dengan
yang berlaku. Berikut adalah analisa perntukan ruang Kampung Adat Nggela : menghidupkan kembali fungsi lama atau dengan memperkenalkan fungsi baru yang
dibutuhkan.
Arah Arah
Menurut UU Cagar Budaya No 11 Pasal 5 Tahun 2010 mengatakan bahwa
LOKASI Pengembangan Peraturan Pengembangan
Kesesuaian benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai benda cagar budaya,
PENGEMBANGAN yang Terkait sesuai Aturan Tata
diinginkan Ruang bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya apabila memenuhi kriteria :
a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
KAMPUNG b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
PERDA
ADAT NGGELA Kec. Wolojita
KAB.ENDE Sesuai c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/
termasuk dalam
Desa Nggela NO.11 atau kebudayaan; dan
TAHUN 2011 wilayah
Penataan d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Kec: Wolojita TENTANG pengembangan
menjadi
RENCANA III dengan arah Ada juga menurut Snyder dan Catanese (1979), yang menyebutkan bahwa
Kab: Ende sebuah
TATA pengembangan: sebuah bangunan kuno atau suatu lingkungan bersejarah yang layak dikonservasi
kampung
Provinsi : Nusa RUANG memiliki tolak ukur antara lain :
wisata - Pertanian
Tenggara Timur WILAYAH
- Pariwisata a. Kelangkaan (Karya yang sangat langka, tidak dimiliki oleh daerah lain)
KABUPATEN
INDONESIA - Industry b. Kesejarahan (berhubungan dengan lokasi serta peristiwa penting dalam
ENDE Tahun
2011-2031 - Pertambangan sejarah)
c. Estetika (memiliki aspek keindahan bentuk, struktur, dan ornament)
d. Superlativitas (tertua, terbesar, tertinggi, terpanjang)
e. Kejamakan (mewakili suatu jenis atau ragam bangunan tertentu dan kualitas
Gambar. Tabel Peruntukan Ruang
terhadap gaya tertentu)
f. Keberadaan (meningkatkan citra lingkungan sekitarnya)

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 36
Berdasarkan teori-teori tentang kriteria konservasi, yakni berdasarkan UU No 11 biasa. Dalam zona ini terdapat rumah-rumah adat inti yaitu: Sa’o Ria, Sa’o Pemoroja,
Pasal 5 Tahun 2010 dan pendapat Snyder dan Catanese (1979), maka dapat dikatakan dan Sa’o Ndoja. Selain itu terdapat dua buah rumah adat pendukung (Poa Paso) yaitu:
bahwa kawasan kampung adat Nggela sebagai cagar budaya yang pantas untuk Sa’o Bhisu One dan sebuah rumah yang tidak diberi nama. Elemen lain dalam zona ini
dikonservasi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kriteria-kriteria diatas dengan keadaan selain rumah-rumah adat terdapat Puse Nua yang merupakan titik pusat permukiman
pada Desa Nggela, antara lain: Umur, Nilai Sejarah, Keistimewaan, Fungsi dan adat yang dilambangkan dengan sebuah batu lonjong dan batu-batu ceper. Terdapat
Kegunaan, Citra Kawasan Setempat. juga sebuah kuburan yang berbentuk perahu (Rate Lambo) yang merupakan kuburan
seorang yang dianggap sebagai arsitek pada jaman itu karena berjasa atas
Pola permukiman adat di Desa Nggela terbagi atas empat kelompok zona, yaitu :
pembangunan rumah-rumah adat yang akhirnya masih dipertahankan sampai
1). Bhisu Deko Ghele (zona periode 1) sekarang. Selain itu terdapat batu-batu yang sudah ada sejak jaman nenek moyang
mereka yang masih dipertahanan dan tidak boleh disentuh ataupun diinjak oleh
Bhisu Deko Ghele adalah zona bagian Utara dalam permukiman adat yang
siapapun karena dipercaya akan membawa kemalangan sampai pada kematian bagi
merupakan zona paling awal dalam sejarah kedatangan nenek moyang masyarakat
yang menyentuh atau menginjaknya.
Desa Nggela. Zona ini merupakan kelompok zona masyarakat asli karena yang
3). Bhisu Mbiri (zona periode III)
pertama kali menempati lokasi permukiman adat ini. Batas-batas zona periode I ini
Zona ini merupakan zona yang berhadapan dengan zona periode II yang
sebelah utara adalah jalan masuk ke permukiman adat, Timur dengan daerah curam,
merupakan kumpulan masayakat asli dan pendatang, namun tidak diketahui
barat dengan permukiman penduduk biasa, dan sebelah Selatan dengan zona periode
masyarakat pendatang ini berasal dari mana. Bhisu Mbiri menurut Bapak Hani Wadhi
II. Dalam zona ini terdapat rumah-rumah adat inti yaitu: Sa’o Labo, Sa’o Tua, Sa’o
(hasil wawancara, 2013) arti dari Mbiri merupakan sebuah nama orang yang digunakan
Meko, dan Sa’o Ame Ndoka. Selain itu terdapat rumah-rumah adat pendukung (Poa
dan akhirnya sampai sekarang tetap digunakan. Zona periode III ini berada diantara
Paso) yaitu: Sa’o Kai Pere Lasa Usu, Sa’o Siga, Rore Api, dan Sa’o Terobo. Sedangkan
zona periode I di sebelah utara, zona periode II di sebelah barat, zona periode IV di
rumah penduduk terdapat 6 buah rumah. Selain rumah sebagai elemen dalam
sebelah selatan, dan daerah curam di sebelah timur. Dalam zona ini terdapat empat
permukiman adat ini, terdapat Kanga Ria yang merupakan tempat dilaksanakan
buah rumah-rumah adat inti yaitu: Sa’o Leke Bewa, Sa’o Wewa Mesa, Sa’o Sambajati,
upacara-upacara adat para Mosalaki yang boleh berada di atasnya. Di atas pelatara
dan Sa’o Watu Gana. Selain itu dalam zona ini terdapat tujuh buah rumah penduduk
adat ini terdapat Tubumusu yang berupa sebuah batu lonjong dan batu-batu ceper.
dan tidak ada rumah-rumah adat pendukung/ Poa Paso. Dalam zona ini terdapat
Tubumusu ini merupakan simbol dari keyakinan masyarakat akan adanya Tuhan
sebuah batu yang merupakan batu keramat yang berada di depan dari rumah adat Sa’o
sebagai penguasa tertinggi. Selain terdapat Tubumusu, di atas pelataran adat ini
Watu Gana. Batu ini tidak boleh disentuh ataupun diinjak.
terdapat kuburan nenek moyang mereka. Mosalaki yang dapat dikuburkan di atas
4). Bhisu Embulaka (zona periode IV)
Kanga Ria ini adalah Mosalaki Ine Ame (Mosalaki pemimpin) dan Mosalaki Pu’u
Zona periode IV merupakan zona untuk masyarakat yang berasal dari Malaka
(Mosalaki pelaksana).
yang datang menetap di permukiman adat ini. Bhisu Embulaka yang merupakan
2). Bhisu One (zona periode II)
kelompok zona untuk masyarakat yang berasal dari daerah Malaka. Sehingga
Bhisu one yang merupakan zona yang berada di tengah-tengah atau pusat sesuai
dinamakan Embulaka. Embu artinya seperti nenek moyang, laka artinya orang dari
dengan arti dari ‘One’ yaitu pusat. Zona ini merupakan zona bagi masyarakat yang
Malaka. Namun, menurut Bapak Doan Embulaka bukan merupakan nenek moyang
berasal dari Jawa sesuai dengan sejarah kedatangan nenek moyang mereka. Batas
berasal dari Malaka melainkan bangsa Portugis dilihat dengan adanya peninggalan
zona periode II ini adalah: sebelah utara dengan Zona periode I, timur dengan zona
kayu yang dikeramatkan di wilayah Bhisu Embulaka dan juga sesuai dengan sejarah.
periode III. Selatan dengan zona periode IV, dan barat dengan permukiman penduduk
Peninggalan bangsa Portugis bukan hanya berupa sebuah kayu tersebut, namun

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 37
banyak peninggalan lain berupa, mangkuk, Injil, sebuah senjata yang berada di Sa’o
Ria, Rosario, beberapa barang lain yang dikeramatkan sampai sekarang. Beberapa
barang lain peninggalan bangsa Portugis ini tidak bisa sembarangan dipublikasikan
atau diperlihatkan kepada siapa saja karena sudah menjadi barang yang disakralkan
dan hanya boleh dilihat, disentuh, dan dikeluarkan oleh orang-orang tertentu dan pada
saat-saat tertentu. Dalam zona periode IV ini terdapat rumah-rumah adat inti yaitu: Sa’o
Embulaka, Sa’o Bewa, dan Sa’o Tana Tombu. Rumah adat pendukung / Poa paso yaitu
Sa’o Atu dan tiga buah rumah penduduk. Selain adanya rumah-rumah terdapat juga
sebuah kayu peninggalan dari seorang Misionaris dari Portugis yang masih ada dan
masih awet hingga sekarang. Kayu ini menjadi kayu keramat karena tidak boleh
disentuh ataupun disentuh oleh siapapun.

Keterangan :
: Elemen-elemen yang mendapatkan skor 3, karena memiliki usia diatas 50
tahun, yaitu contohnya : 22 buah rumah adat, rate lambo (kuburan leluhur berbentuk
perahu), puse nua atau simbol pusat kampung, kanga ria sebagai tempat dilakukannya
ritual adat.
: Elemen-elemen yang mendapatkan skor 1, karena elemen tersebut berusia
dibawah 50 tahun, antara lain : Pasar, bak air, Toilet, rumah warga dan juga kios
sehingga akan di demosili atau penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang
Gambar 4.1 Tata zonasi permukiman adat dan Elemen-elemen dalam Tata
sudah rusak atau bertentangan dengan fungsi dari suatu kawasan.
zonasi permukiman adat
: Elemen yang mendapatkan skor 2, karena elemen tersebut umurnya sama atau
Sumber : Tugas Akhir Fabiola T. A. Kerong
lebih namun terjadi perubahan pada bahan dan materialnya, sehingga akan dilakukan
1. Umur restorasi atau Sebuah tindakan atau proses yang bertujuan mengembalikan bentuk
serta detail-detail sebuah property dan settingnya secara akurat seperti tampak pada
Sesuai dengan teori-teori yakni berdasarkan UU No 11 Pasal 5 Tahun 2010
periode tertentu, dengan cara menghilangkan bagian-bagian tambahan yang dilakukan
maka bangunan yang memiliki usia diatas 50 (lima puluh) tahun, dianggap nilai
kemudian, ataupun dengan melengkapi kembali bagianbagiannya yang hilang.
potensi tinggi sehingga diberi skor 3 (tiga) dan akan dilakukan konservasi,
elemen yang umurnya sama atau lebih tetapi materialnya berubah sesuai
2. Nilai Sejarah
perkembangan jaman diberi skor 2 (dua) dengan potensi sedang sedangkan
Elemen berusia dibawah 50 (lima puluh) tahun diberi nilai 1 (satu) atau potensi Sesuai dengan kajian teori diatas maka bangunan yang memiliki peranan
rendah. sejarah tinggi atau pernah ada peristiwa bersejarah terkait sejarah desa Nggela
maupun Ende pada elemen-elemen tersebut maka diberi nilai 2 (dua), dan yang
sama sekali tidak berkaitan dengan sejarah diberi nilai 1 (satu).

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 38
Keterangan :
Keterangan :
: Elemen-elemen yang mendapatkan skor 2 (dua) karena memiliki peranan : Gaya arsitektur yang mendapatkan skor 3 (tiga) karena masih memiliki
dalam peristiwa daerah Desa Nggela maupun Ende sacara gari besar. Seperti rumah gaya arsitektur lampau dan belum tercampur dengan gaya jaman sekarang.
adat, kanga, kuburan-kuburan leluhur. Bangunan-bangunan ini yakni rumah-rumah adat yang ada pada kampung adat
: Elemen-elemen yang mendapatkan skor satu karena secra garis besar tidak Nggela.
mempunyai peranan bagi daerah Desa Nggela maupun Ende, contoh seperti pasar,
: Gaya arsitektur yang mendapatkan skor 2 (dua), karena memiliki gaya
kios, dan perumahan warga yang ada dalam kawasan permukiman adat.
arsitektur lampau namun telah mengalamisedikit perubahan dalam rangka
memperindah dan perawatan. Yakni bangunan- bangunan yang terletak dalam
3. Keistimewaan
kawasan
Keistimewaan yang dimaksudkan dalamkriteria ini dikaitkan dengan gaya
Kampung adat Nggela.
arsitektur pada masa lampau. Bangunan yang memiliki gaya arsitektur tertentu
dan dikaitkan dengan perubahan corak serta gaya arsitektural tersebut dari masa : Gaya arsitektur yang mendapatkan skor 1 (satu) karena bangunan-

kemasa dianggap memiliki keistimewaan. Dengan keistimewaan ini bangunan bangunanya sudah mengikuti gaya arsitektur sekarang dan tidak sesuai dengan gaya

tersebut dianggap khas dan bernilai lebih dibandingkan bangunan yang ada arsitektur lampau, contohnya seperti Pasar, perumahan warna, dll.

disekitarnya.
4. Citra Kawasan Setempat

Bangunan yang sesuai dengan indicator atau arsitektural yang belum


Citra kawasan setempat maka bangunan dapat dinilai dalam beberapa
mengalami perubahan di beri skor 3 (tiga), bangunan yang memiliki gaya
kategori yakni memiiki pengaruh bangunan terhadap bangunan kota, potensi dan
arsitektur lampau namun telah mengalai perubahan diberi skor 2 (dua), dan
keberadaannya mempengaruhi serta sangat bermakna untuk meningkatkan
bangunan yang tidak memiliki gaya arsitektur lampau atau yang sudah mengikuti
kualitas dan lingkungan sekitarnya. Bangunan yang memiliki peran sangat
jaman di beri skor 1 (satu).
mempengaruhi kulitas citra lingkungan diberi skor 3 (dua), bangunan yang cukup

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 39
mempengaruhi kualitas citra lingkungan diberi skor 2 (dua), sedangkan
bangunan yang tidak punya pengaruh terhadap lingkungan kawasan sekitar
a. Alternatif 1 : Tipologi Pengembangan Tertutup
diberi skor 1 (satu).
Tipe ini merupakan pengembangan arsitektur pada permukiman tradisonal
yang sangat terbatas. Pengembangan hanya dilakukan terhadap perbaikan
kualitas sarana permukiman, sehingga secara umum kualitas lingkungan
permukiman yang dikembangkan menjadi lebih baik dan mendukung kegiatan
wisata. Perbaikan kualitas yang dimaksud dapat dilakukan dengan rehabilitasi
dan juga renovasi.

Kesimpulan :

: bangunan yang diberi skor 3 (tiga) karena memiliki peran sangat Gambaran Tipe Pengembangan Tertutup
mempengaruhi kualitas citra lingkungan sekitar. Bangunan tersebut adalah rumah adat
Sumber : Dokumentasi Penulsi
pada Kawasan kampung adat Nggela.
b. Alternatif 2 : Tipologi Pengembangan Terbatas
: Bangunan yang diberi skor 2 (dua) karena cukup memberi peran bagi
lingkungan sekitar, bangunan tersebut yakni Pasar dan beberapa rumah pendukung Tipe ini merupakan pengembangan eko arsitektur pada permukiman

Kampung Adat Nggela. tradisional yang relatif lebih berkembang dan atau di kembangkan untuk tipe ini
pengembangannya dapat dilakukan dengan renovasi dan rehabilitasi terhadap
: Bangunan yang diberi skor 1 (satu) karena tidak memiliki pengaruh
fasilitas yang telah ada, serta pengadaan fasilitas baru disekitar permukiman
terhadap lingkungan sekitar yaitu perumahan-perumahan warga.
tradisional dengan meniru atau mengakomodasi norma, nilai serta wujud
tradisional setempat.

4.3.2 ANALISA AREA PENGEMBANGAN KAWASAN

Area pengembangan kawasan tradisional merupakan salah satu cara agar suatu
area bisa dikembangkan untuk dapat mendukung kawasan menjadi lebih baik dan juga
dapat mendukung segala kegiatan yang terjadi pada kawasan nantinya. Secara umu
ada 3 jenis tipologi pengembangan kawasan, yang dimana memiliki keuntungan dan Gambaran Tipe Pengembangan Terbatas

juga kerugiannya masing-masing.


Sumber : Dokumentasi Penulis

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 40
4.3.3 ANALISA PENZONINGAN

c. Alternatif 3 : Tipologi Pengembangan Terbuka Berikut ini merupakan analisa penzoningan pada kawasan kampung wisata
Nggela.
Tipe ini merupakan pengembangan eko arsitektur pada permukiman
tradisional yang sangat terbuka untuk dikembangkan. Untuk tipe ini
pengembangan dapat dilakukan dengan renovasi dan rehabilitasi terhadap
fasilitas yang telah ada, serta pengadaan fasilitas baru didalam permukiman
tradisional dengan meniru atau mengakomoodasi norma, nilai serta wujud
tradisional setempat.

Gambar : Alternatif Zoning Kawasan 1


Sumber : Analisis Penulis

Gambaran Tipe Pengembangan Terbuka

Sumber : Dokumentasi Penulis

Alternatif Terpilih : Perpaduan antara alternative 1 dan alternative 2.

Gambar : Alternatif Zoning Kawasan 2


Sumber : Analisis Penulis

Penzoningan yang dipilih dan akan pikai pada perancangan kawasan


Gambar : Pembagian Zonase Pengembangan kawasan wisata dengan warna Kampung Adat Wisata Nggela yaitu Alternatif Zoning Kawasan 1, alasannya
kuning sebagai area konservasi dan kawasan merah sebagai kawasan dikarenakan pembagian zona seperti ini akan lebih memberikan manfaat yang
pengembangan. lebih kepada para pengunjung yang datang.
Sumber : Analisis Penulis

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 41
4.3.4 ANALISA PENCAPAIAN - Paving Block, Jenis ini merupakan jenis penutup tanah yang sering
digunakan, hal tersebut dikarenakan jenis ini memiliki kelebihan yang
Berikut ini merupakan analisa pencapaian untuk kawasan kampung wisata lebih dibandingkan dengan yang lainnya, dan jenis ini bisa dipadukan
Nggela. dengan jenis penutup tanah yang lain.
-

a. b Gambar. Penutup tanah berupa paving block


Gambar : a. Pencapaian masuk dan keluar kawasan dibuat satu, b.
Pencapaian masuk dan keluar di pisahkan.
Sumber : Analisis Penulis - Campuran Batu alam (kerikil) dan beton, merupakan salah satu alternative
sebagai penutup tanah, karena menjadikan suatu kawasan terlihat
Pencapaian masuk kedalam kawasan yang dipilih yakni pencapaian
alami.
dengan satu arah (a), alasannya dengan menggabungkan akses masuk dan
keluar pada kawasan akan lebih baik, selain itu dalam kawasan sendiri akan di
hadirkan penanda atau signage agar para pengunjung tidak bingung saat berada
dalam kawasan kampung wisata ini.

4.3.3 ANALISA MATERIAL TAPAK


 Penutup Tanah dan jalan setapak

Pada perencanaan penataan kawasan Kampung Adat Wisata Nggela ini,


Gambar. Penutup tanah berupa batuan alam (kerikil)
terdapat beberapa jenis penutup tanah yang akan digunakan.
Dari ketiga jenis penutup tanah di atas, yang akan dipakai dalam
- Tanaman, yang mana merupakan salah satu jenis pilihan sebagai penutup
pengembangan kawasan ini yaitu campuran antara tanaman, serta batu alam.
tanah, yang berfungsi melindungi tanah dari erosi dan memperbaiki sifat
kimia dan sifat fisik tanah.  Dinding Penahan Tanah

Ada dua jenis alternatif yang bisa dijadikan sebagai dinding penahan tanah
pada kawasan ini. hal ini sangat dibutuhkan karena keadaan tanah pada
lokasi tidak datar, sehingga beberapa bagian perlu menggunakan penahan.
Namun dari kedua alternatif ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya,
berikut penjelasannya :
Gambar. Penutup tanah berupa tanaman

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 42
- Alternatif 1 mempertahankan material yang ada pada beberapa unsur namun juga
mengganti material-material yang lain seperti kuburan yang terbuat dari
Menggunakan batu kali sebagai material dinding penahan, dimana
campuran beton menggunakan batuan alam yang ada pada daerah ini.
kelebihannya adalah proses pengerjaannya mudan dan cepat, material
mudah didapat, biaya pengerjaan relative murah.

Gambar. Material penahan batu berupa batuan alam

- Alternatif 2

Menggunakan campuran beton dan juga batu alam, penggunaan


material ini juga bisa menjadi solusi, dikarenakan material ini mempunyai
kelebihan yaitu tidak merusak pemandangan, memberikan kesan yang
lebih alami, menambah nilai estetika pada kawasan, mudah didapat.
Gambar. Kuburan dan pelataran adat pada Kampung Adat Nggela

4.4 ANALISA BANGUNAN


4.4.1 Bentuk dan Tampilan
Transformasi arsitektur vernakular dan arsitektur berkelanjutan merupakan
pendekatan yang dpilih dan diterapkan dalam penataan Kampung Wisata Nggela,
dengan memperhatikan :
1. Ide Dasar
Yakni pada metoda dan teknik transformasi yang akan digunakan :
Gambar. Material penahan tanah berupa campuran batuan alam dengan
-. Antar Waktu ( Lama + Baru )
beton
-. Eksagrasi
Dari kedua alternatif diatas, yang menjadi pilihan untuk dipakai sebagai -. Eliminasi
dinding penutup tanah yakni alternatif 1 ( Susunan Batuan Alam ). -. Repetisi / Pengulangan

 Kuburan Moyang dan Pelataran Adat 2. Arsitektur berkelanjutan.

Kuburan moyang dan pelataran adat pada kawasan kampung adat Nggela Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan
merupakan salah satu unsur penting dalam adat istiadat kampung adat ini. lebih lama. Arsitektur berkelanjutan ini juga mempunyai prinsip penerapan, yaitu :
Dalam pengembangan nya akan dilakukan penataan kembali, dimana

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 43
-. Efisiensi penggunaan energy

-. Efisiensi penggunaan lahan

-. Efisiensi penggunaan material.

-. Penggunaan material dan teknologi baru.

-. Manajemen Limbah. Gambar. Skema transformasi tampilan pos jaga

Untuk tampilan pos jaga, dihasilkan dari hasil eksagrasi (Memperpendek


 Pos Jaga
tampilan rumah adat Nggela sesuai dengan denah dan ukuran pos jaga) serta
a. Bentuk
hasil eliminasi (Menghilangkan beberapa unsur yang ada pada rumah adat
Proses Eksgrasi dan Eliminasi
Nggela seperti Tangga), untuk unsur yang lainnya pada tampilan tetap dipakai
contohnya seperti bentuk panggung dan juga bukaan-bukan seperti ventilasi
agar dapat memaksimalkan pencahayaan alami dan juga penghawaan alami
pada pos jaga.

Proses Eksgrasi dan Eliminasi  Cottage


a. Bentuk
Gambar. Skema transformasi bentuk pos jaga

Keterangan : Bentuk denah pos jaga yang dihasilkan dari denah rumah adat
Nggela yang berbentuk persegi yang ditransformasikan menggunakan metoda
modifikasi dengan teknik eksagrasi (Mengecilkan bentuk denah rumah adat
Nggela) serta eliminasi (Menghilangkan beberapa bagian ruangan pada denah
rumah adat).

b. Tampilan Gambar. Skema Transformasi Cottage


Keterangan : Bentuk denah Cottgae dihasilkan dari proses transformasi
dengan menggunakan teknik eleminasi, dalam hal ini beberapa bagian dari
denah rumah adat dihilangkan, yakni Lulu, Pada Tenda, Tenda Lo,o, serta
Waja.

Gambar. Skema transformasi atap pos jaga

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 44
b. Tampilan Keterangan : Untuk kantin tradisional sendiri dilakukan dua teknik modifikasi
yakni eksagrasi dan eliminasi. Dimana teknik eksgrasi dilakukan pada bentuk
dasar denah rumah adat di ubah untuk mendapatkan bentuk dari denah kantin
tradisional. Sedangkan teknik eliminasi dilakukan pada beberapa ruangan yang
ada pada denah rumah adat Nggela.

Gambar. Skema Transformasi atap Cottage


b. Tampilan

Gambar. Skema Transformasi Tampilan Cottage


Keterangan : Untuk tampilan cottage, dilakukan teknik eksagrasi yaitu
mengubah proporsi atap rumah adat nggela. Setelah itu dilakukan teknik
eliminasi pada bagian samping atap. Hal ini dimaksudkan agar bisa
menambah bukaan pada tampak samping cottage, yang bertujuan untuk
memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami ke dalam bangunan
ini. Sedangkan untuk tampilan dinding sendiri tetap digunakan pada tampilan Gambar. Skema Transformasi Atap Kantin
cottage seperti tangga, rumah panggung, dan juga tiang- tiang penopang
yang dihasilkan dari teknik repetisi (pengulangan).

 Kantin Tradisional
a. Bentuk

Gambar. Skema Transformasi Tampilan Kantin

Keterangan : Untuk tampilan kantin, dilakukan teknik eksagrasi yaitu


memperpanjang ukuran atap rumah adat nggela. Setelah itu dilakukan teknik
Gambar. Skema Transformasi Bentuk kantin Tradisional eliminasi pada bagian samping atap. Hal ini dimaksudkan agar bisa menambah

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 45
bukaan pada tampak samping cottage, yang bertujuan untuk memaksimalkan
pencahayaan dan penghawaan alami ke dalam bangunan ini. Sedangkan untuk -. Alternatif 2 (Material lanag-alang sintetis)
tampilan dinding sendiri dilakukan beberapa teknik yakni teknik eliminasi
(menghilangan unsur dinding pada bagian depan kantin), teknik repetisi
(pengulangan pada kolom kantin seperti yang ada pada tiang-tiang rumah adat),
dan teknik eksagrasi dimana meninggikan unsur dinding bagian belakang kantin
dan juga mengubah ukuran samping atap rumah adat yang dijadikan sebagai
tampilan depan kantin).
Kelebihan :
-. Kuat dan tahan lama (umur bisa sampai 50 tahun).
4.4.2 Bahan dan Material -. Anti bocor, karena dilapisi dengan waterproof membrane.
a. Supper Struktur (Atap) -. Anti rayap.
-. Tahan pada cuaca ekstrim
Atap
-. Minim perawatan dan perbaikan
Ada beberapa jenis material atap, namun ada 2 alternatif yang akan dipilih : -. Penampilan alami dan juga elegan.
Kekurangan :
-. Alternatif 1 ( material lokal atau alang-alang dari daerah setempat )
-. Biaya yang cukup tinggi.

Dari kedua alternative tersebut yang dipilih untuk digunakan yaitu alternatif 1.

b. Upper Struktur

Dinding

-. Alternative 1 (Menggunakan papan-papan bekas dari hasil bongkaran


Kelebihan :
bangunan lain atau papan dinding yang masih bisa dipakai kembali)
-. Menciptakan kesan lebih alami dan natural.
Kelebihan :
-. Memberikan kesejukan yang lebih terhadap bangunan.
-. Dapat menghemat biaya.
-. Pemasangan mudah dan biaya yang dikeluarkan sedikit.
-. Kesan alami tetap ada.
Kekurangan :
-. Tidak merusak sumber daya yang ada.
-. Resiko kebakaran tinggi
Kekurangan :
-. Ringan sehingga tidak tahan terhadap angina
-. Tidak tahan api.
-. Umur yang tidak lama (5 tahun harus diganti).
-.Proses pengerjaan yang memakan waktu.
-. Mudah bocor
-. Tidak tahan air.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 46
-. Alternatif 2 (menggunakan kombinasi kayu sintetis dengan kayu daur ulang -. Proses pengerjaannya lebih lama.
menggunakan cara-cara pengawatan).
Kelebihan : Dari kedua alternative diatas, yang di pakai yakni beberapa jenis bangunan
-. Mengurangi serangan rayap perusak kayu. menggunakan alternative 1 (Cottage, Kantin, Gazebo, kantor pengelola b, sanggar
-. Papan-papan yang digunakan dapat bertahan lebih lama. tari, dan pusat kerajinan dan cenderamata). Sedangkan yang menggunakan
-. Ramah lingkungan. alternative 2 yakni (Kantor pengelola A, Toilet, dan juga Gudang).
-. Perawatan terhadap kayu sintetis yang mudah
-. Serta penampilan yang natural
Kekurangan : 4.5 ANALISA STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
-. Proses pengawetan yang cukup rumit
-. Proses pengerjaan yang relative lama.
Dari kedua alternative diatas yang dipilih yaitu alternatif 2.

c. Sub Struktur
Pondasi
Pada penataan kampung wisata Nggela ini sub struktur (pondasi) yang digunakan
ada beberapa jenis, yaitu :
-. Alternatif 1 ( Menggunakan material kayu sebagai pondasi)
Kelebihan : Tampilan terkesan lebih alamai dan natural sesuai dengan jenis rumah
adat yang ada.
-. Pemasangan lebih mudah dan cepat.
-. Biaya relative lebih sedikit
Kekurangan :
-. Rawan kebalkaran.
-. Tidak tahan air.
-. Tidak tahan lama.

-. Alternatif 2 ( Menggunakan campuran beton dan batu alam).


Kelebihan :
-. Bahan mudah didapat.
-. Memeberikan tampilan yang berbeda namun tetap terlihat alami.
-. Tahan lama.
Kekurangan :
-. Biaya yang dikeluarkan lebih.

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 47
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 48
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 49
4.6 ANALISA UTILITAS
4.6.1 Sistem Pencahayaan
Ada dua jenis pencahayaan yang dapat digunakan pada bangunan, yaitu :
 Pencahayaan Alami

Merupakan sistem pencahayaan yang bersumber dari cahaya matahari yang


masuk melalui pintu, jendela, ataupun bukaan-bukaan lainnya.

Kelebihan :
-. Tidak memerlukan daya listri, sehingga relative murah.
-. Memberikan suasana alami pada bangunan.
Kekurangan :
-. Pengaturan intensitas cahaya cenderung menjadi sulit.
-. Tidak stabil, karena tergantung pada waktu dan cuaca.

Ada beberapa alternative pencahayaan alami, yaitu :

a. Sistem perisai/pembayangan
-. Overstek/Tenda Jendela
-. Kanopi
b. Sistem Filter/Penyaringan
-. Sunscreen/tabir surya
-. Sky light

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 50
Daerah Gudang 10-200

Gambar. Contoh Sistem Perisai Pencahayaan Loading-Unloading 200

Parkir Area 100-500

Ruang Loker 200

Daerah Tangga 200

Kafe. restoran 200-500


Gambar. Contoh Sistem Filter Pencahayaan
Tabel. Estimasi kekuatan cahaya suatu bangunan
 Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan diperlukan bila :
Merupakan ssitem pencahayaan yang bersumber dari lampu pada ruang dalam
maupun pada ruang luar. -. Tidak tersedia cahaya alami siang hari, saat antara matahari terbenam atau
terbit.
Kelebihan :
-. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari.
-. Intensitas cahaya dapat diatur dan tetap.
-. Cahaya alami matari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan
-. Tidak tergantung cuaca dan waktu
yang jauh dari bukaan.
-. Fleksibilitas ruang besar dan dapat menyeluruh
Pada pengembangan Kampung Wisata Nggela yang dipakai yakni campuran
Kekurangan : pencahayaan buatan dan juga alami.

-. Biaya yang relative mahal 4.6.2 Sistem Penghawaan


Kenyamanan dalam ruang tentunya sangat dibutuhkan. Oleh karena itu
Berikut table estimasi kekuatan cahaya suatu bangunan menurut Dwi Tanggoro
dibutuhkan sirkulasi udara keluar masuk ruangan yang baik. Dasar pertimbangangan
dalm buku Utilitas Bangunan, 2000, hal.77.
dalam menentukan kenyamanan thermal dalam ruangan yaitu :
Untuk Penggunaan Lux -. Aktivitas dan kapasitas ruang
-. Fungsi ruang
Art Gallery 300
-. Keadaan iklim lokasi
Auditorium 100-1.000
Ada dua jenis penghawaan yaitu penghawaan alami dan juga penghawaan
Guest house 100-300 buatan. Pada penataan Kampung Wisata Nggela ini menggunakan sistem penghawaan
yaitu Penghawaan alami, karena ingin menciptakan suasana khas yang alami dan
Bangunan Sekeliling (Penunjang) 10
sebagai wujud penerapan prinsip-prinsip pendekatan arsitektur berkelanjutan

4.6.3 Sistem Kebakaran

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 51
Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan atau kawasan, Kelebihan :
diperlukan cara/sistem pencegahan kebakaran, karena kebakaran dapat menimbulkan -. Tidak berisik saat dioperasikan
kerugian berupa korban manusia dan terganggunya proses wisata. -. Tahan dalam cuaca panas maupun hujan
-. Perawatan mesinnya yang mudah
Sistem pencegahan kebakaran yang akan digunakan yaitu Hidran halaman
Kekurangan :
(hidran Siamese.
-. Harga yang relative mahal
4.6.4 Sistem Instalasi Listrik
Desa Nggela secara umumnya sudah memiliki jaringan listrik dari PLN, sehingga
dimungkinkan pemanfaatan sumber daya listrik dari PLN pada kampung wisata Nggela  Generator Open
ini. selain itu penggunaan sumber daya dari genset yang berfungsi mencegah
kemungkinan terjadinya kesalahan pada sistem jaringan listrik PLN.

Gambar. Sistem Distribusi Listrik Pada Kampung Wisata Nggela Gambar. Generator Tipe Open/Terbuka
Ada dua jenis alternative penggunaan generator yang akan dipaki, yaitu : Generator ini biasa disebut juga dengan generator tipe terbuka, yang merupakan
 Generator Silent generator yang tidak dilengkapi box (rumah genset/kanopi). Karena tidak
memiliki box, maka generator ini umumnya digunakan untuk penempatan di
dalam ruang/gedung yang kedap suara. Berikut kelebihan dan juga
kekurangannya :
Kelebihan :
-. Service dan juga perwatannya mudah
-. Dilengkapi panel kontrolyang memudahkan pengoperasian
-.pemasangannya yang mudah.

Gambar : Generator Set Tipe Silent Kekurangan :


Generator ini yaitu Generator yang mampu menghasilkan aliran listrik tanpa -. Harga relative mahal
harus mendengar kebisingan suara yang dihasilkan oleh generator dengan tipe -.Tidak tahan panas dan hujan
lain. Generator ini didesain khsusus untuk meredam kebisingan. Berikut -. Kebisingan yang dihasilkan tinggi.
merupakan kelebihan dan kekurangannya :

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 52
Berdasarkan alternative diatas telah diketahui kelebihan dan juga kekurangannya
masing-masing. dan yang akan dipakai pada kawasan Kampung Adat nggela
yaitu Generator Tipe Silent.

4.6.5 Sistem Plumbing (Distribusi Air Bersih, dan Air Kotor)

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VII – PENATAAN KAMPUNG WISATA (KAMPUNG ADAT NGGELA, DESA NGGELA-ENDE) ESRA MESESEY ABINEN0 (221 15 033) 53

Anda mungkin juga menyukai