Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem musculoskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu


jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus dan
kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk
bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi ini
tersebut juga akan terganggu.

Infeksi musculoskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi, dapat melibatkan


seluruh struktur dari sistem musculoskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak
dikembangkan tentang bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat.
Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah
plastik, ahli penyakit infeksi, ahlipenyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi yang
berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang optimal bagi penderita.
Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik
melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh.

Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan
struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik. Infeksi dapat mencapai
tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau menyebar dari jaringan di
dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu sendiri jika terjadi
cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk melalui luka
tersebut. Osteomielitis sering ditemukanpada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan
pada bayi dan ‘infant’. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah,
kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi fisiologi

Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah.
Tulang ini mempunyai kondilus besar tempat berartikulasi. Pada sisi depan
tulang hanya terbungkus kulit dan periosteum yang sangat nyeri jika
terbentur. Pada pangkal proksimal berartikulasi dengan tulang femur pada
sendi lutut. Bagian distal berbentuk agak pipih untuk berartikulasi dengan
tulang tarsal. Pada tepi luar terdapat perlekatan dengan tulang fibula. Pada
ujung medial terdapat maleolus medialis. Tulang fibula merupakan tulang
panjang dan kecil dengan kepala tumpul tulang fibula tidak berartikulasi
dengan tulang femur ( tidak ikut sendi lutut ) pada ujung distalnya terdapat
maleolus lateralis.
Tulang tibia bersama-sama dengan otot-otot yang ada di sekitarnya
berfungsi menyangga seluruh tubuh dari paha ke atas, mengatur pergerakan
untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat berdiri.
Dan beraktivitas lain disamping itu tulang tibia juga merupakan
tempat deposit mineral ( kalsium, fosfor dan hematopoisis). Fungsi tulang
adalah sebagai berikut, yaitu :
1) Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
2) Melindungi organ-organ tubuh ( contoh, tengkorak melindungi otak )
3) Untuk pergerakan ( otot melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak.
4) Merupakan gudang untuk menyimpan mineral ( contoh, kalsium)
5) Hematopoeisis ( tempat pembuatan sel darah merah dalam sumsum
tulang )

Vaskularisasi regio cruris oleh a. Tibialis anterior dan posterior


cabang dari arteri besar poplitea. Dan vena saphena magna dan sapena parva
serta vena poplitea dengan caban- cabangnya.
Persarafan di regio cruris oleh n.tibialis anterior dan n. peroneus
menginervasi otot extensor dan abductor serta n. tibialis posterior n.poplitea
menginervasi fleksor dan otot tricep surae.

Gbr. N. Tibialisposterior

Struktur Otot Bagian posterior region cruris superficial terdiri dari ;


lapisan m.Gastrocnemius, tendon dan m. plantaris, m. soleus, lapisan posterior
paling dalam m. flexor digitorum longus, bagian lateral m. peroneus longus dan
m. brevis, bagian anterior lagi ; m. tibialis anterior, m. extensor digitorum
longus dan m. brevis.

2.2 Definisi
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang
dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik
(Randall, 2011). Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa osteomielitis
adalah radang tulang yang disebabkan oleh organism piogenik, walaupun
berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum,
korteks, jaringan kanselosa dan periosteum.

2.3 Faktor presdiposisi


1. Diabetes mellitus
2. Penyakit sickle cell disease
3. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
4. IV drug abuse
5. Alcoholism
6. Penggunaan steroid jangka panjang
7. Immunosupresi
8. Penyakit sendi kronis
9. Penggunaan alat-alat bantu ortopedik.

2.4 Klasifikasi Osteomilitis


Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu osteomielitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung
dari intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.
 Osteomielitis Hematogen Akut

Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan


sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro –
organisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak – anak dan sangat jarang
pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena
prognosis tergantung dari pengobatan yang tepat dan segera.
Etiologi :
Sebanyak 90 % disebabkan oleh stafilokokus aureus hemolitikus (koagulasi
positif) dan jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak umur dibawah 4
tahun sebanyak 50 % disebabkan oleh Hemofilus influenza. Adapun organisme
lain seperti B. Colli, B. Aerogenus kapsulata, Pneumokokus, Salmonella tifosa,
Pseudomonas aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu
Bakteroides fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis hematogen akut.

Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah :


- Umur, terutama mengenai bayi dan anak – anak
- Jenis kelamin, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dengan perbandingan
4:1
- Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
- Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis karena
daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang
- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya ( seperti bisul, tonsilitis ) merupakan faktor predisposisi osteomielitis
hematogen akut

Patologi dan Patogenesis


Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :
1.Penyebaran umum
 Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septicemia
 Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah-
daerah lain
2.Penyebaran lokal
 Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
 Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit
 Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septic
 Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam
tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan
terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.
Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis
A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini menimbulkan
edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat inflamasi
yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis dibawah jaringan
lunak
C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi menembus
periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana abses dapat
mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis tulang akan
menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan berlanjut kedalam
kavum medula.

Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada


umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi
melalui aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan
dapat menimbulkan septikemia. Embolus infeksi kemudian masuk kedalam juksta
epifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi
dan edema didaerah metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus
menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang
mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah
tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan
tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis
(terutama anak – anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti
mayat yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini
terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi
pengaliran pus (discharge) dari involucrum keluar melalui lubang yang disebut
kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.
Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis kronis.
Pada daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan
fibrosa yang membentuk abses tulang kronik yang disebut abses Brodie.

Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada
keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit dan
saluran napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi,
nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.
Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa
panas tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya:
- Nyeri tekan
- Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan
bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
Pemeriksaan Radiologis
• Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan
radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan
lunak.

Gambar 1. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis


tibia
Gambar 2. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral diametafisis
tibia.
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari ( 2 minggu ) berupa
refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang
baru dibawah periosteum yang terangkat.

Gambar 3. Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang


subperiosteal
• Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

Gambar 4.Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion

 Osteomielitis Hematogen Subakut


Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
Etiologi :
Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokus
aureus dan umumnya berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.

Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi
yang terdiri atas sel – sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat
penebalan trabekula.

Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak – anak dan
remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri
lokal, sedikit pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang.
Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau
mungkin berbulan – bulan. Suhu tubuh biasanya normal.
Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang – kadang
pada daerah diafisis tulang panjang.

Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada


osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi
oleh daerah sclerosis.

 Osteomielitis Kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis
juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada
tulang.

Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh stafilokokus aureus (75
%), atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.

Patologi dan pathogenesis


Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang.
Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah
terjadinya penutupan kloaka ( pada tulang ) dan sinus ( pada kulit ).
Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar/dibersihkan
dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya
terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.

Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus
setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang – kadang disertai
demam dan nyeri lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu.
Pada pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas
operasi dengan nyeri tekan. Mungkn dapat ditemukan sekuestrum yang
menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka
atau osteomielitis pada penderita.

Pemeriksaan Radiologis
a. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.

Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan


sclerosis extensive dibagian distal metafisis pada radius
Gambar 8. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan.
Ditandai dengan adanya gambaran sekuestrum (panah).
b. CT dan MRI
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta
untuk melihat sejauh mana kerusakan tulang terjadi

Gambar 9. CT image pada osteomielitis kronik.


A. In this tibia, chronic osteomyelitis is associated with a
radiodense sharply marginatedfocus within a lucent cavity
(arrow).
B. Coronal reformatted image.
C & D. ) Transaxialimages. CT scanning can be used to identify
sequestered bone as in these tibiae.
2.5 Pemeriksaan Lainnya
 Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi
sering normal. Adanya pergeseran ke kiri biasanya disertai dengan
peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif
protein biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih
berguna daripada laju endapan darah (LED) karena menunjukan
adanya peningkatan LED pada permulaan. LED biasanya meningkat
(90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED
memiliki peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis
seringkali didapatkan hasil yang normal.

 Kultur
Kultur Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak
berkorelasi dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan
memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil kultur, positif pada
sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen. Bagaimanapun,
kultur darah positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur
invasif lebih lanjut untuk mengisolasi organisme. Kultur tulang dari
biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77% pada semua
studi.

2.6 Penatalaksanaan
 Ostemielitis hematogen akut
o Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab
utama yaitu Stafilokokus aureus sambil menunggu hasil
biakan kuman. Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu
dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah
penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu
setelah laju endap darah normal.
o Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk
menghilangkan nyeri.
o Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik
antibiotik gagal ( tidak ada perbaikan keadaan umum ), maka
dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada drainase bedah,
pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan
intra-oseus kemudian dilakukan pemerikasaan biakan
kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan
menggunakan cairan Nacl 0,9% dan dengan antibiotik.

Gambar 5. skematis drainase bedah. Sebuah kateter dimasukkan


kedalam tabung pengisap ( suction ) yang lebih besar. Antibiotik
dimasukkan melalui kateter dan diisap melalui suction.

 Ostemielitis hematogen subakut


Begitu diagnostik ditegakan, antibiotik berspektrum luas dengan
dosis yang adekuat harus segera diberikan selama 6 minggu.
 Ostemielitis kronis
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas :
a. Pemberian antibiotic
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata –
mata. Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
 Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat
lainnya.
 Mengontrol eksaserbasi akut
b. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan untuk :
 Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak
maupun jaringan tulang ( sekuestrum ) sampai ke jaringan sehat
sekitarnya. Selanjutnya dilakukan drainase dan dilanjutkan
secara kontinu selama beberapa hari. Adakalnya diperlukan
penanaman rantai antibiotik didalam bagian tulang yang infeksi
 Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik
mencapai sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih
lanjut.

2.7 Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain :
- Kematian tulang (osteonekrosis) Infeksi pada tulang dapat menghambat
sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi
nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi untuk
mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
- Arthritis septic Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias
menyebar ke dalam sendi di dekatnya.
- Gangguan pertumbuhan Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi
osteomielitis adalah pada daerah yang lembut, yang disebut lempeng
epifisis, di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki. Pertumbuhan
normal dapat terganggu pada tulang yang terinfeksi. - Kanker kulit Jika
osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang menyebabkan
keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkeba karsinoma
sel skuamosa.
Dalam kepustakaan lain, disebutkan bahwa osteomielitis juga dapat
menimbulkan komplikasi berikut ini (Hidiyaningsih, 2012) :
1. Abses tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur
4. Selulitis

2.8 Prognosis
Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan
hasil yang memuaskan. Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk
walaupun dengan pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa
minggu, bulan atau tahun setelahnya. Amputasi mungkin dibutuhkan,
khususnya pada pasien dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah.
Pada penderita yang mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu
prostetik perlu dilakukan monitoring lebih lanjut. Mereka perlu
mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum dilakukan operasi karena
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan osteomielitis.
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Sumarlin
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Jl. Mangaan VIII Lk I, Mabar Hilir, Medan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
No. RM : 058754
Tanggal masuk : 29 Oktober 2019
ANAMNESA PASIEN
A. Keluhan utama : Keluar cairan dari luka bekas operasi pada tungkai kanan
B. Telaah : Os datang ke RS Putri Hijau Medan pada hari Selasa
tanggal 29 Oktober 2019 dengan keluhan adanya cairan yang keluar dari luka bekas
operasi pada tungkai kanan tepat di bawah lutut yang sudah dialami OS kurang lebih
8 bulan yang lalu. OS juga merasa nyeri pada daerah luka. OS mengeluhkan adanya
keterbatasan pergerakan pada tungkai kanan. 1 tahun yang lalu dilakukan operasi
pemasangan ORIF pada OS oleh Dokter Spesialis Orthopedi dan dilanjutkan operasi
perawatan luka oleh Dokter Spesialis Bedah Plastik.
C. Riwayat penyakit terdahulu : (-)
D. Riwayat penyakit keluarga : (-)
E. Riwayat penggunaan obat : Oscal, Metronidazole, Vitamin A
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status present :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Keadaan gizi : Baik
4. Tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/i
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Temperatur : 36ºC

B. Status generalisata
1. Kepala : Normocephali
2. Mata : Edema palpebra (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-) pelipis dextra luka (+)
3. THT : Sekret (-/-)
4. Mulut : Sianosis (-/-), perdarahan (-/-)
5. Leher : Pembesaran KGB (-/-), Tiroid (N)
6. Thorax
Inspeksi : Dada simetris
Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, nyeri
tekan (-/-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
7. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
8. Punggung : Dalam batas normal
9. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
10. Ekstremitas
Superior : Dalam batas normal
Inferior : Tampak luka dan bekas jahitan pada tungkai kanan

C. Status lokalisata
Regio Tibia Dextra
1. Look
Lokasi luka : Tibia proksimal dextra (+)
Luka terbuka : (-)
Perdarahan : (+)
Deformitas : (-)
Perubahan warna kulit : (+)
Pembengkakan : (-)
2. Feel
Nyeri tekan : (-)
Suhu : teraba hangat
Krepitasi : (-)
Sensibilitas : (+), baik
Pemeriksaan vaskular : arteri femoralis dextra teraba
Sensoris : rasa raba sinistra dan dextra N
Motorik : terbatas
3. Move
Pergerakan aktif : ekstremitas superior dekstra terbatas
Pergerakan pasif : ekstremitas superior dekstra terbatas
Range of movement :-

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
RADIOLOGI :
Foto Genu Dextra :
- Tampak fraktur proksimal os tibia dextra
- Tampak defek post ORIF
- Sela sendi tidak menyempit, permukaan sendi tidak sklerotik
- Eminentia intercondyloidea tidak meruncing
- Tidak tampak dislokasi
- Tidak tampak osteofit

Conclution : Fraktur proksimal os tibia dextra, tampak defek post ORIF


LABORATORIUM

1. Darah rutin
Hemoglobin : 11,6 g/dL
Hematokrit : 34,5 %
Leukosit : 6.090/µL
2. CT (Clothing Time) – BT (Blooding Time)
Masa perdarahan : 1’35”
Masa pembekuan : 7’20”
Kimia Klinik
Glukosa darah Sewaktu : 148 mg/dL
RESUME
Os datang ke RS Putri Hijau Medan pada hari Selasa tanggal 29 Oktober 2019 dengan
keluhan adanya cairan yang keluar dari luka bekas operasi pada tungkai kanan tepat di
bawah lutut yang sudah dialami OS kurang lebih 8 bulan yang lalu. OS juga merasa nyeri
pada daerah luka. OS mengeluhkan adanya keterbatasan pergerakan pada tungkai kanan. 1
tahun yang lalu dilakukan operasi pemasangan ORIF pada OS oleh Dokter Spesialis
Orthopedi dan dilanjutkan operasi perawatan luka oleh Dokter Spesialis Bedah Plastik.

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan gizi : Baik
Tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/i
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Temperatur : 36 ºC
Status lokalisata
Regio Tibia Dextra

Look
Lokasi luka : Tibia proksimal dextra (+)
Luka terbuka : (-)
Perdarahan : (+)
Deformitas : (-)
Perubahan warna kulit : (+)
Pembengkakan : (-)

Feel
Nyeri tekan : (-)
Suhu : teraba hangat
Krepitasi : (-)
Sensibilitas : (+), baik
Pemeriksaan vaskular : arteri femoralis dextra teraba
Sensoris : rasa raba sinistra dan dextra N
Motorik : terbatas

Move
Pergerakan aktif : ekstremitas superior dekstra terbatas
Pergerakan pasif : ekstremitas superior dekstra terbatas
Range of movement :-

DIAGNOSA KERJA :

Osteomielitis kronis
PENATALAKSANAAN :

1. Terapi medikamentosa :

- IVFD RL 20 gtt/i

- Inj Ranitidin/12 jam

- Inj Ketorolac/12 jam

- Inj Ceftriaxone/12 jam

2. Tindakan operasi
BAB IV
KESIMPULAN

Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan struktur-

struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi dalam suatu sistem

muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat

kontak dengan lingkungan luar tubuh.

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada

bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang

tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan

fibula.Penyebab osteomielitis adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Streptococcus (4-

7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan Eschericia coli (1-2%).

Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika,

pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang. Juga harus dilakukan rehabilitasi

pada tulang yang terlibat setelah pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

1. King, RW. Osteomyelitis. December 9, 2009 (cited February 1, 2010). Available at


http://emedicine.medscape.com/article/785020-overviewRasjad C. Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone. 2007. 355-71;429-45.2.
2. Kumpulan Kuliah Bedah. Jakarta : Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2005

3. Noor Z. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (2 ed). Jakarta. Salemba Medika.

4. Sjamsuhidajat. (2004). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta. EGC

5. Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. New Hampshire : Appleton


& Lange ; 2003

Anda mungkin juga menyukai