Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya pusat-pusat layanan kesehatan di seluruh pelosok daerah

merupakan keuntungan yang sangat penting bagi masyarakat kebanyakan. Pusat-pusat

layanan kesehatan telah menjadi ujung tombak di garis depan dalam pertahanan

melawan epidemi penyakit seperti AIDS, kolera, malaria maupun demam berdarah.

Kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan merupakan salah satu indikator penting

yang menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu kawasan. Akan tetapi, segala

keuntungan tersebut juga sepadan dengan resiko dampak dari operasional kesehatan

yang mungkin terjadi terhadap lingkungan.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata

lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan

kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Depkes RI, 2002).

Puskesmas merupakan sarana kesehatan terdepan yang berfungsi sebagai

penggerak pembangunaan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanaan

langsung kepada masyarakat.

Sebagai sarana pelayanan umum Puskesmas wajib memelihara dan

meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan

(Kepmenkes RI, 2006).


Operasional pusat layanan kesehatan akan selalu menimbulkan sampah medis

yang apabila tidak didukung perencanaan dan pengelolaan yang matang akan

berpotensi menimbulkan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan hidup. Sampah

medis adalah suatu material yang sangat berbahaya. Tanpa operasioanal yang layak

dalam penanganan, perlakuan dan pengolahan/ pembuangan, sampah medis justru

berpotensi menimbulkan bahaya seperti tersebarnya penyakit, teracuninya penduduk

sekitar, hewan piaraan dan hewan liar, tanaman bahkan seluruh ekosistem.

Limbah yang dihasilkan dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah padat

adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan puskesmas yang

terdiri dari limbah medis padat (sampah medis) dan non-medis. Limbah medis padat

adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda

tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi

(Kepmenkes RI, 2004).

Penyebaran penyakit melalui sampah yang terinfeksi merupakan tantangan

terbesar dalam penanganan sampah medis. Jika sampah medis tidak tertangani

dengan baik dalam artian organisme patogen dalam sampah tidak

dihilangkan/dimatikan, berbagai vektor penyakit mikrokopik seperti virus, bakteri,

parasit maupun fungi akan tetap berada dalam sampah medis dan berpotensi

menyebarkan berbagai penyakit. Berbagai vektor ini dapat masuk kedalam tubuh

melalui luka di permukaan kulit maupun membran mukosa seperti rongga mulut.

Dalam hal ini orang orang yang berhubungan langsung dengan sampah medis seperti

pekerja kesehatan, staf kebersihan, pasien, pembesuk, petugas sampah, pemulung


sampai dengan orang yang melakukan daur ulang material medis akan berada dalam

resiko yang lebih besar.

Sedangkan beberapa peraturan atau kesepakatan internasional yang terkait

dengan pengelolaan limbah sebagai berikut (WHO, 2005):

A. The Basel Convention, Konvensi ini membahas tentang pergerakan

limbah berbahya lintas negara. Hanya limbah berbahaya resmi yang

dapat diekspor dari negara yang tidak memiliki fasilitas atau keahlian

untuk memusnahkan limbah tertentu secara aman ke negara lain

B. The “populler pays” Principle, merupakan prinsip pencemar yang

membayar, dimana semua penghasil limbah secara hukum dan

finansial bertanggung jawab untuk menggunakan metode yang aman

dan ramah lingkungan di dalam pembuangan limbah yang mereka

hasilkan.

C. The “precautionary” principle, merupakan sebuah prinsip pencegahan,

dimana prinsip kunci yang mengatur masalah perlindungan kesehatan

dan keselamatan.

D. The “duty of care” principle, merupakan prinsip yang menetapkan

bahwa siapa saja yang menangani atau mengelola zat berbahaya atau

peralatan yang terkait dengannya, secara etik bertanggung jawab untuk

menerapkan kewaspadaan tinggi di dalam menjalankan tugasnya.

E. The ”proximity” principle, sebuah prinsip kedekatan, dimana

penangananan pembuangan limbah berbahaya sebaiknya dilakukan di

lokasi yang sedekat mungkin dengan sumbernya untuk meminimalkan

risiko yang mungkin ada dalam pemindahannya. Semua penduduk


harus mendaur ulang atau membuang limbah yang dihasilkan di dalam

area lahan milik mereka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya “Faktor-faktor yang

menyebabkan masalah kesehatan dilingkungan puskesmas”

C. Tujuan

Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masalah kesehatan dilingkungan

puskesmas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian sampah medis

Sampah medis adalah sampah atau limbah yang langsung dihasilkan dari

tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan

tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi,

dan ruang laboratorium. (Candra, 2005)

B. Penggolongan Sampah Medis.

Sampah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari

instalasi kesehatan, fasilitas penelitian dan laboratorium. Klasifikasi limbah berbahaya

yang berasal dari layanan kesehatan ini terdiri dari :

1 Kategori sampah (limbah) infeksius

Sampah (limbah) infeksius adalah limbah yang dicurigai mengandung pathogen.

Contoh: kultur laboratorium,limbah dari bangsal isolasi, kapas,materi atau peralatan

yang tersentuh pasien yang terinfeksi,ekskreta dll.

2 Kategori sampah patologis

Sampah patologis terdiri dari jaringan atau cairan tubuh manusia. Contohnya bagian

tubuh, darah, janin dan cairan tubuh lain.

3 Kategori sampah farmasi

Limbah yang mengandung bahan farmasi. Contohnya obat-obatan yang sudah

kadaluarsa atau tidak diperlukan lagi, item yang tercemar atau berisi obat

(botol/kotak).
4 Sampah yang mengandung logam berat

Sampah yang mengandung logam berat seperti limbah merkuri dari bocoran peralatan

kedokteran seperti baterai, termometer yang pecah, alat pengukut tekanan darah, dan

sebagainya.

C. Sumber Sampah Medis

Setiap unit di dalam puskesmas menghasilkan limbah dengan karakteristik

berbeda sesuai dengan jenis sumbernya. Pada dasarnya sumber limbah medis

puskesmas berasal dari Unit poliklinik,Unit layanan kesehatan lain, Laboratorium,

Unit farmasi dan penyimpanan bahan kimia, Unit Gawat Darurat, Unit penunjang

berupa sampah umum saja.

D. Jumlah Sampah

Salah satu langkah pokok pengelolaan sampah adalah menentukan jumlah

sampah yang dihasilkan setiap hari. Penentuan jumlah sampah dapat menggunakan

ukuran berat atau volume.

E. Dampak Sampah Medis

Sampah rumah sakit memiliki potensi dampak penting terhadap penurunan

kualitas maupun secara langsung memiliki potensi bahaya bagi kesehatan masyarakat.

Dampak yang dapat ditimbulkan bila tidak ditangani secara baik antara lain :
1. Infeksi nosokomial

Sampah medis dapat menjadi wahana penyebaran mikroorganisme pembawa

penyakit melalui proses infeksi silang baik dari pasien lain, dari petugas ke

pasien ataupun dari pasien ke petugas.

2. Gangguan kesehatan

Gangguan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi gangguan langsung dan

tidak langsung dengan limbah tersebut.

3. Pencemaran lingkungan

Pengaruh terhadap lingkungan meliputi kemungkinan terlepasnya sampah

medis ke lapisan air tanah, air permukaan atau udara.

4. Gangguan pekerjaan

Pemaparan potensi yang dialami petugas dalam bekerja mencakup

pemaparan langsung dengan pasien, pengunjung dan pekerja yang datang

mendekati sampah medis.

5. Gangguan estetika dan kenyamanan

Penampilan rumah sakit dapat memberikan efek psikologi bagi pemakai jasa,

yang mungkin karena adanya kesan yang kurang baik akibat sampah yang

tidak ditangani dengan baik.

6. Gangguan ekonomi

Dari kerugian diatas pada akhirnya menuju kerugian ekonomi baik terhadap

pembiayaan operasional dan pemeliharaan, penurunan konsumen dan juga

kebutuhan kompensasi biaya lingkungan.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata

masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh

masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang

memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang demikian pula adanya. Oleh

karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem

pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas

juga harus memiliki standar pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan

masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

B. Saran

1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh

2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu

3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas

4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat

5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk

mengubah citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai