Home
Indonesia Academic
English Academic
Search...
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan
masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh tumpukan
limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada
kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas
kehidupan terutama pada lingkungan sekitar. Maka dari itu karya tulis ini akan dilengkapi
dengan faktor – faktor yang timbul dan upaya – upaya yang dapat dilakukan mengenai
masalah limbah. Oleh karena itu, kami telah susun karya tulis ini dengan rinci. Dengan
maksud supaya makalah tentang Dampak Limbah serta Penanggulangannya ini dapat
dijadikan masukan untuk membenahi kualitas kehidupan karena adanya limbah ataupun
sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Pada makalah ini terdapat beberapa cara
yang dapat ditempuh guna meminimalisir dampak dari limbah ataupun sampah dan akhirnya
kita dapat bersama mengurangi dampak dari adanya limbah ataupun sampah. Karena sampah
sebenarnya ada juga yang masih dapat dimanfaatkan terutama limbah hewan yang dapt
dijadiak pupuk atau limbah plastic dengan cara mendaur ulang serta limbah lain yang bias
dimanfaatkan.
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga
dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
limbah ini tentunya tidak hanya sekedar mengolahnya/ mendaur ulangnya langsung tanpa
memperhatikan jenis limbah dan cara penangannanya klarena dari setiap limbah yang ada
B.Karakteristik limbah : Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu
karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
1. Berukuran mikro Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/
volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bias
terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai yang di buang tidak
1. Dinamis Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara pencemarannya yang
tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran. Biasanya limbah
dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui dengan hanya
melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah yang tidak dapat dilihat
1. Berdampak luas (penyebarannya) Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini
merupakan efek dari karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat
dengan mata tellanjang. Contoh dari besarnya dampak yang ditimbulkan yaitu adanya istilah
“Minamata disease” atau keracunan raksa (Hg) di Jepang yang mengakibatkan nelayan-
nelayan mengidap paralis (hilangnya kemampuan untuk bergerak karena kerusakan pada
saraf). Kejadian ini terajadi di Teluk Minamata dan Sungai Jintsu karena pencemaran oleh
raksa (Hg).
1. Berdampak jangka panjang (antar generasi) Dampak yang ditimbulkan limbah terutama
limbah kimia biasanya tidak sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat
Dari karakteristik limbah di atas pencemaran limbah juga didukung oleh adanya faktor-faktor
1.Volume Limbah Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh manusia dampak
yang fatal bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk hidup sekitar.
3.Frekuensi Pembuangan Limbah Pada saat sekarang ini pembuangan limbah semakin naik
frekuensi limbah tentunya pembuanganlimbah menjadi tidak terkandali dan usaha untuk
mengolahnya tidak dapat maksimal dikarenakan pengolahan limbah yang masih jauh dari
1.Sumber Utama imbah Sumber adanya limbah sebenarnya banyak sekali tetapi pada
ØAktivitas manusia Saat manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan sesuatu barang
produksi maka akan timbul suatu limbah karena tidak mampunya pengolahan yang dilakukan
oleh manusia menggunkan mesin dan juga sulitnya untuk mengolah barang yang tidak
berguna menjadi barang yang bias dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Berikut adalah
a)Hasil pembakaran bahan bakar pada industry dan juga kendaran bermotor
ØAktivitas alam Selaindari aktivitas diatas pencemaran limbah di bumi juga di timbulkan
oleh aktivitas alam walaupun jumlahnya sangat sedikit pengaruhnya terhadap lingkungan
karena lokasinya yang biasanya bersifat lokal.berikut ini contoh dari aktivitas alam yang
d)Aktivitas alam yang lain Karena kedua aktivitas ini menimbulkan limbah yang mencemari
pencemaran lingkungan.
Walaupun dilain pihak limbah terus meningkat terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia
ØPerkembangan industri
Perkembangan industri yang sangat cepat baik pertambangan, transportasi dan manufakur
atau pabrik yang mengahsilkan limbah dalam jumlah yang relative besar sehingga terjadi
pembuangan limbah yang kurang terkontrol karena kurannya teknologi untuk membuat
ØModernisasi
Pada saat sekarang perkembangan teknologi untuk menghasilkan barang semakin marak
digunakan dikalangan orang yang mengeluti bidang industry. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan barang dengan cepat tetapi di lain hal perkembangan teknologi berakibat pada
ØPertambahan penduduk
kebutuhan akan tempat tinggal serta meingkatnya jumlah kebutuhan akan barang. Hal ini
a)Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi Pembukaan lahan untuk
pemukiman dan saran transportasi berdampak terhadap semakin berkurangnya hutan untuk
b)Penimbunan sampah Semakin hari kita melihat banyaknya sampah yang menumpuk karena
pembuangannya yang sembarangan dan mungkin juga karena kurang mampunya tempat
pembuangan sampah untuk menampung sampah atau yang biasa disebut TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) dalam menampung sampah sehingga sampah menumpuk di suatu tempat
2.Jenis Limbah
Bermacam-macam limbah mungkin akan kita temui di sekitar kita. Pernahkah anda melihat
sampah plastic, kaleng,pecahan kaca, kotoran hewan dan lain sebagainya. Dari sekian
banyaknya limbah ini dapat dikelompokan berdasar sumber dari limbah ini berasal seperti
ØGarbage yaitu sisa pengelolaan atau sisa makanan yang mudah membusuk. Misal limbah
ØRubbish yaitu bahan atau limbah yang tidak mudah membusuk yang terdiri dari ·bahan
yang mudah terbakar seperti kayu dan kertas ·bahan yang tidak mudah terbakar seperti
klaeng dan kaca ØAshes yaitu sejenis abu hasil dari proses pembakaran seperti pembakaran
ØStreet sweeping yaitu segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan karena
ØIndustrial waste yaitu benda-benda padat sisa dari industry yang tidak tepakai atau dibuang.
Missal industry kaleng dengan potongan kaleng-kaleng yang tidak terolah. D.Contoh Dari
Kawasan wisata alam merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi, baik oleh
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang menyenangi nuansa alami. Selain itu
kawasan wisata alam adalah sarana tempat terjadinya interaksi sosial dan aktivitas ekonomi.
Untuk menjaring masyarakat dan wisatawan sebanyak mungkin, setiap kawasan wisata alam
wisatawan, maka aktivitas dikawasan tersebut akan meningkat, baik aktivitas sosial maupun
ekonomi. Setiap aktivitas yang dilakukan, akan menghasilkan manfaat ekonomi bagi kawasan
tersebut. Namun yang harus diingat adalah bahwa limbah atau sampah yang ditimbulkan dari
kegiatan tersebut dapat mengancam kawasan wisata alam. Sampah apabila dibiarkan tidak
dikelola dapat menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan dan kelestarian kawasan
wisata alam. Sebaliknya, apabila dikelola dengan baik, sampah memiliki nilai potensial,
seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, dan
pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk
memperbaiki lahan kritis di berbagai daerah di Indonesia, dan dapat juga mempengaruhi
Komposisi Sampah
daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan,
botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun
Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan Kesehatan: · Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang
dapat mendorong penularan infeksi; · Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang
c. Menurunnya estetika lingkungan Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan
wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak
menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti
Pengelolaan Sampah
Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan,
maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah.
Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah
dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta
Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah:
a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya Kegiatan ini dimulai dengan
kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan
tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.
1). Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah
membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan
fungsi kawasan wisata. Berdasarkan hasil, penelitian diketahui bahwa dengan melakukan
kegiatan composting sampah organik yang komposisinya mencapai 70%, dapat direduksi
hingga mencapai 25%. Gb.1. Proses Pemilahan Sampah Gb.2. Proses Pembuatan Kompos
2). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku
dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak
langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol,
c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara
ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya
pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan
lagi hanya sebesar ± 10%. Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan
sampah bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk
lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak
pemerintah daerah.
Pengelolaan sampah yang dilakukan di kawasan wisata alam, akan memberikan banyak
b. Tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola wisata dapat mengoptimalkan
B. Limbah Plastik
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara
garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat
thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan
mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak
dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah dalam bentuk thermoplastic. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan
Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia,
terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun
1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar
34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap
pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus
bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk,
tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada
(YBP, 1986). Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-
Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan
sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara
sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat
ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu.
Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita.
Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan
menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian
secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma
setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang
plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja
makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan
90 kantung plastik yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia
melakukan hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang
mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan
kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun
fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung
plastik kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di supermarket negara China, setiap
pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka
akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket.
mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan
bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali
(reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala
rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda,
misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek
pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk
pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri.
Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu
industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk,
pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui
dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang
dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang
mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan
peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya
berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali
menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan
Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu
polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula
dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi
masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah
digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di
Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan
bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP,
1986). Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih
terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan
memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai
komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya.
Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat
termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk
papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi
dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai
matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan
menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur
ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh
rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C). ·
Penanganan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat
dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan
di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Sebagaimana termaktub dalam Undang-
undang No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak
kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2001). Upaya
perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, yaitu
penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain
itu, perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus
(Said dan Ineza, 2002). Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa
kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa (Said dan
Ineza, 2002). Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda
cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait
yaitu (Giyatmi. 2003) : * Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit. * Pengguna jasa
pelayanan rumah sakit. * Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran. *
Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat
mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu
pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah
telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan.
Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi
(Barlin, 1995).
Limbah Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat nginap, pelayanan gawat
darurat, pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan hasilnya
terhadap lingkungan (Agustiani dkk, 1998). Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat
membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal
dan Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat
penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan Iimbah padat yang berasal dan
rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para
petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara,
pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minunian. Pencemaran tersebut merupakan
agen agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia
bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya
(Karmana dkk, 2003). Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara
terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, maka
Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah rumah sakit antara
lain adalah melalui (Karmana dkk, 2003) : * Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit. *
limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi menerima limbah cair yang berasal dari
berbagai alat sanitair, menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan dalam gedung
selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung menuju instalasi pengolahan
buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah diolah mengalir saluran pembuangan
ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota (Sabayang dkk, 1996). Limbah padat
yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain sebagainya baik yang medis
maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya sehingga kesehatan petugas, penderita dan
Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di
Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur
per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari.
Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik
sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara
nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air
limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa
kecelakaan serta penularan penyakit (Sebayang dkk, 1996). Rumah sakit menghasilkan
lingkungannya. Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5 - 0,6 kilogram per tempat
tidur rumah sakit per hari (Sebayang dkk, 1996). Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta
Timur telah melayangkan teguran kepada 23 rumah sakit (RS) yang tidak mengindahkan
surat peringatan mengenai keharusan memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jaktim yang
diterima Pembaruan, dari 26 rumah sakit yang ada di Jaktim, hanya tiga rumah sakit saja
yang memiliki IPAL dan bekerja dengan baik. Selebihnya, ada yang belum memiliki IPAL
dan beberapa rumah sakit IPAL-nya dalam kondisi rusak berat (Sebayang dkk, 1996).Data
tersebut juga menyebutkan, hanya sembilan rumah sakit saja yang memiliki incinerator. Alat
tersebut, digunakan untuk membakar limbah padat berupa limbah sisa-sisa organ tubuh
Menurut Kepala BPLHD Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran
yang mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan limbahnya setiap tiga bulan
sekali. Sayangnya, sejak dilayangkannya surat edaran akhir September 2005 lalu, hanya tiga
rumah sakit saja yang memberikan laporan. Menurut Surya, limbah rumah sakit, khususnya
limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan
limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur
limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah
medis. Padahal, limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan limbah
nonmedis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah
sitotoksis, dan limbah laboratorium. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia
sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah
sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu (Sebayang dkk,
1996).Sementara itu, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Sudin Kesmas Jaktim menduga,
buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat
akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan
benar. Padahal setiap rumah sakit, selain harus memiliki IPAL, juga harus memiliki surat
pernyataan pengelolaan lingkungan (SPPL) dan surat izin pengolahan limbah cair. Sementara
limbah organ-organ manusia harus di bakar di incinerator. Persoalannya, harga incinerator itu
cukup mahal sehingga tidak semua rumah sakit bisa memilikinya (Sebayang dkk, 1996).
Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi penyebab
tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah sakit antara lain
memahami masalah teknis yang dapat diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran,
bahwa pengelolaan rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi
pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak lagi
kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang harus dilakukan
rumah sakit adalah, mulai dan membiasakan untuk mengidentifikasi dan memilah jenis
limbah berdasarkan teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna
dan penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun non B3. Memantau aliran obat
mencakup pembelian dan persediaan serta meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap
pencemaran, pemeliharaan peralatan serta tindak gawat darurat (Sebayang dkk, 1996).
Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan
Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan
kegiatan penunjang lainnya. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan
upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana,
kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999). Limbah
rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit
dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD,
COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah
membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah- limbah tersebut kemungkinan
besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang
menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan
oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadal, kesalahan penanganan bahan-bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib
buruk (Said, 1999). Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika
jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan
limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminsai dan trauma
(injury).
jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :
a. Limbah Klinik.Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan
dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan
resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu
perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut ialah
perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi,
b. Limbah Patologi Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf
sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
c. Limbah Bukan Klinik Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong
dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan
resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang
d. Limbah Dapur Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai
serangga seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan
infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau
bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau
hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah
upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan
yang meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah
(Shahib, 1999). Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah
sakit masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan
pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999). Berbagai upaya
telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang terbaik untuk
pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste
abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source
reduction) (Hananto, 1999). Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus
dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau
mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada
sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya
limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal
ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi
biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara
yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) : 1. House
Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan
lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta
menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. 2. Segregasi aliran limbah, yakni
memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau
alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. 4. Pengelolaan bahan (material
inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin
kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan
lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol. 5. Pengaturan kondisi
proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat
tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian
seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-
Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah
klinik dan yang lain untuk bukan klinik. 2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap
sebagai limbah klinik. 3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap
sebagai limbah klinik. 4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai
limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang. Beberapa hal perlu
hal-hal berikut (Sundana, 2000) : 1. Pemisahan limbah * Limbah harus dipisahkan dari
sumbernya * Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas * Perlu digunakan
kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke mana plastik harus
diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal
sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal
sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip
berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain 2.
Penyimpanan limbah * Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3
bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas * Kantung harus diangkut
dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi badan, dan
memastikan kantung-kantung dengan warna yang samatelah dijadikan satu dan dikirim ke
tempat yang sesuai * Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan
dipegang pada lehernya * Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan
memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut
kantong tersebut * Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang
bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging) *
Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya
di dalma kantung yang salah * Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya
seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa
khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan
untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau
perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan
bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus
dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah
dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Kemudian
mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah cair,
pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan
khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan
agar (Agustiani dkk, 2000) : * Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak); * Kadar
debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam. * Angka
kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao gen
(khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan dan
isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan
berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan. Rumah
sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri. insinerator berukuran kecil
atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 - 1500o C atau lebih tinggi dan mungkin
dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit.
Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi
limbah rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang baik tentu saja
maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai
(Rostiyanti dan Sulaiman, 2001). Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat
ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi
yang berikut (Djoko, 2001) : * Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter. *
Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm. * Tambahkan lapisan kapur. *
Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5
meter dibawah permukaan tanah. * Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.
Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah
sakitumumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang
dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakittersebut. Dari sekian
banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai.
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya
dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan
inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum "dilempar" menjadi limbah
tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif
yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang (Suparmin dkk,
2002). Teknologi Pengolahan Limbah Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang
jamak dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya
sekarang terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran
rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada
beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke
sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis
(Suparmin dkk, 2002). Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada
sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS
menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun.
Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker
pada tubuh (Suparmin dkk, 2002). Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah
ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode
sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental
Protection Agency (USEPA) pada tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga
diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain (Christiani, 2002).
Ozonisasi Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi
atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai
metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian
berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300
lokasi pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika
(Berlanga, 1998). Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi
bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja
di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal
memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi
potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan
plasma seperti corona discharge (Berlanga, 1998). Melalui proses oksidasinya pula ozon
(Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel
mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh
radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk
ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon
mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri (Akers,
1993). Ozonisasi Limbah cair rumah sakit Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan
laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam
equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon
yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh
bakteri patogen pada limbah cair (Harper, 1986). Limbah cair yang sudah teroksidasi
sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain
sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan (Harper, 1986). Selanjutnya
dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi,
yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat
polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif
ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan
pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan
cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan
aman ke sungai (Harper, 1986). Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil
radikal (-OH), sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8
V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine,
TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikalakan
berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali
menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah
teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses
oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air (Harper, 1986). Hidroksil radikal
berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses
pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta
membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit (Wilson,
1986). Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-
zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif
ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau
didaur ulang dengan cara dicuci (Wilson, 1986). Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering
kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat
dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakittidak hanya dapat
mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah yang telah
terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena
tidak memerlukan tempat instalasi yang luas (Wilson, 1986). Kegiatan rumah sakit yang
sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi
juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan
maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah
sakityang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit
darin pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit dana
sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakitsebagai salah
astu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang
terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan (Wilson, 1986).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh
alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
Berdampak jangka panjang (antar generasi) Limbah merupakan hasil dari aktivitas manusia
dan aktivitas alam. Pengolahan limbah merupakan cara untuk mengurangi pencemaran yang
diakibatkan oleh limbah. Saran Pengolahan limbah disaat ini perlu perhatian khusus
limbah diharapkan lingkungan sekitar bisa tetap alami tidak tercemar oleh limbah.
Daftar Pustaka
Agustiani E, Slamet A, Winarni D (1998). Penambahan PAC pada proses lumpur aktif untuk
pengolahan air limbah rumah sakit: laporan penelitian. Surabaya: Fakultas Teknik
pada proses lumpur aktif untuk pengolahan air limbah rumah sakit. Majalah IPTEK: jurnal
ilmu pengetahuan alam dan teknologi : 11 (1): 30-8 Akers (1993). Paperboard hospital waste
limbah cair untuk rumah sakit dengan metode lumpur aktif. Media ISTA : 3 (2) 2000: 15-8
Barlin (1995). Analisis dan evaluasi hukum tentang pencemaran akibat limbah rumah sakit
Jakarta :Badan Pembinaan Hukum Nasional Berlanga B (1998). Process, formula and
installation for the treatment and sterilization of biological, solid, liquid, ferrous metallic,
non-ferrous metallic, toxic and dangerous hospitalwaste material. United States Patent :
5,820,541 Christiani (2002). Pemanfaatan substrat padat untuk imobilisasi sel lumpur aktif
pada pengolahan limbah cair rumah sakit. Buletin Keslingmas Djoko S (2001). Pengelolaan
limbah rumah sakit. Sipil Soepra : jurnal sipil 3(8): 91-9 Giyatmi (2003). Efektivitas
ditimbulkannya. Bul Keslingmas : 18 (70) 1999: 37-44 Harper (1986). Hospital waste
disposal system. United States Patent : 4,619,409 Haryanto (2001). Analisis senyawa-
senyawa kimia limbah cair rumah sakit Kodya Jambi. Percikan : 31 (Mei): 54-9 Karmana O,
Nurzaman M, Sanusi S (2003). Pengaruh limbah padat rumah sakit hasil insinerasi dan pupuk
NPK bagi pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus sp) var. Gitihijau : laporan penelitian.
Rostiyanti SF, Sulaiman F (2001). Studi pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah dan
incinerator pada rumah sakit di Jakarta. Jurnal Kajian Teknologi : 3 (2): 113-23 Said NI
(1999). Teknologi pengolahan air limbah rumah sakitdengan sistem "biofilter anaerob-
aerob". Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah II: prosiding, Jakarta, 16-7 Feb 1999. Said
dan Ineza (2002). Uji performance pengolahan air limbah rumah sakit dengan proses biofilter
Muljadi, Budi P (1996). Konstruksi dan evaluasi insinerator untuk limbah padat rumah sakit.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan Shahib MN (1999) Penerapan
teknik "Polymerase chain Reaction" (PCR) untuk memonitor pencemaran lingkungan oleh
senyawa merkuri (Hg) pada limbahcair rumah sakit. Kongres Himpunan Toksikologi
Indonesia: prosiding, Jakarta, 22-23 Feb 1999 Shahib MN, Djustiana N (1998). Profil DNA
plasmid E. coli yang diisolasi dari limbah cair rumah sakit. Majalah Kedokteran Bandung :
30 (1) 1998: 328-41 Siregar TM (2001). Pengaruh penambahan inokulum pada pengolahan
limbah cair rumah sakit: studi kasus pengolahan limbah cair RSUD Pasar Rebo, Jakarta
menggunakan M-bio pada reaktor fixed-film aerobic. Jakarta : Program Pasca Sarjana
studi: Muhammadiyah Bandung General Hospital (RSMB). Jurnal Itenas : 4 (1): 43-9
Suparmin, Tri C, Budiono Z (2002). Studi evaluasi pengolahan air limbah rumah sakit
diPropinsi Jateng tahun 2002. Buletin Keslingmas Wilson (1986). Hospital waste disposal
system.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_4.htm
http://onlinebuku.com/2009/01/20/pengolahan-limbah-plastik-dengan-metode-daur-ulang-
recycle/
http://www.klinikmedis.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7:pencegaha
mendukung
Posted by Dian M
Tweet
0
inShare
Kategori
English Academic
Indonesia Academic
Entri Populer
Makalah Dampak Limbah Terhadap Lingkungan Serta Penanggulangannya
The Analysis of Short Story “Godfather Death” Based on the Intrinsic Elements
1. Theme The themes of the short story “Godfather Death” are that someone’s greed
can overtake anything in life and no one can escap...
Jepang. Info menariknya bagi anda yang ingin serba tahu tentang negara Jepang, saya
akan jelaskan kenapa saya kasih judul diatas, karena ji...
histats
Copyright 2014 DM-Learning
Design by Eo - Published by Evo Templates