Anda di halaman 1dari 4

Sepenggal Cinta dalam Perbedaan, antara Aku dan Kamu yang

Berbeda Keyakinan

Aku tak percaya tentang apa itu cinta. Tak begitu ingin
memahami bagaimana cinta itu berkembang dan memenuhi ruang
diotakku. Menyusuri jalan hidupku sendiri serasa cukup
membuatku melihat dunia dari sisi yang lebih indah. Aku
mencintai kesepian, aku menikmati setiap keheninganku. Sampai
akhirnya kau menelusup masuk dalam hidupku.

Mencoba mencicipi hari-hariku, kau menjelajah kehidupanku.


Dan mulai menikmati cara-caraku untuk menikmati hidup. Lalu
perlahan kau membagi rasa tentang hidupmu. Lambat laun kau
suntikkan rasa nyaman untukku. Hingga aku terbiasa dengan
hadirnya dirimu. Namun, semakin hari ada sesuatu yang tak
biasa. Sesuatu yang tak akan bisa untuk kuterima.

 Aku tak meminta Tuhan untuk mengirimmu. Tapi mengapa


kau datang?
.gr
Cukup jauh kita saling memendam rasa. Sejak awal aku percaya
bahwa kau tak akan mungkin mendekatiku, menelusup masuk
dalam skenario hidupku jika kau tak punya satu alasan yang
kusebut “cinta”.

Kala aku memahami ada cinta yang terselubung di antara kita,


aku mulai takut. Takut akan pembatas yang tak pernah bisa
menyatukan kita. Taku akan rasaku yang semakin dalam dan
berubah menjadi takut kehilangan sosokmu.
Aku tahu, kamu sendiri mengerti dari awal bahwa tak mungkin
untuk bersatu. Apa yang dapat kita perjuangkan? Apa yang
bisa kita buktikan pada banyak orang? Haruskah kita lewati
setiap cercaan karena memaksakan rasa? Bukankah kita hanya
saling jatuh cinta? Cinta kita terasa manis dalam kegelapan,
tampak memesona dalam ketersesatan. Tidak ada hal pasti dalam
perjalanan kita.

 Apakah perbedaan kita, yang Tuhan ciptakan hanya


menjadi penghalang untuk kita berbagi rasa?
killer.net
Apa yang salah jika tempat ibadah kita berbeda? Apa yang
salah jika kita menyebut nama Tuhan dengan sebutan yang
berbeda? Apa yang salah ketika tasbih dan salib mencoba untuk
menyatu? Mungkin di sini definisi menyakitkan yang sebenarnya.

Rasa sakit yang tak bisa dideskripsikan dalam rangkaian kata.


Di sini menumpuk rasa sakit yang tak diterima logika. Kita
memang tak sama. Kita memang tak bisa disatukan. Tapi
bisakah dunia berhenti menyakiti kita? Bisakah agama tak
membebani cinta milik kita? Orang-orang tak mampu mengerti,
mereka semakin menyiksa kita.

Membuat kita merasakan sakitnya mencintai dalam perbedaan.


Di ujung sana kau melipat tangan dengan saling yang terlingkar
dileher. Seakan ikut meremas segala cemas yang berdiam
dihatimu. Sementara disini, aku pun memutar tasbih. Berusaha
memudarkan segala perbedaan yang tercipta diantara kita. Sakit,
sungguh menyakitkan. Bahkan untuk bertemu Tuhan pun kita
tidak bisa berdampingan. Dalam doa yang kita rapal terselip
airmata yang menyiksa.
 Dalam rangkaian doa yang kita eja, ada hal-hal yang
sebenarnya tak ingin Tuhan dengar untuk kita ucapkan.
athershane.com
Inilah cinta kita, segalanya berbeda. Segalanya tak mungkin
untuk disatukan. Tapi kita terus berjuang untuk hal yang
mustahil sekalipun. Dalam hati kita saling bertanya, akankah
cinta kita berakhir manis? Haruskah cinta kita menimbulkan
luka?

Kita pasangan hebat, yang masih melempar tawa pada dunia


meski cemas terselubung di dalamnya. Masih ada bahagia yang
tercipta dibalik luka kita. Apakah untuk bahagia kecil ini, kita
harus meninggalkan Tuhan dan mengindarkan telinga dari
perkataan banyak orang? Mereka di luar sana tak pernah mau
tahu dengan apa yang kita rasa. Tak pernah mau mengerti tentang
apa yang kita perjuangkan. Mencibir, mencemooh, memaki bahkan
menghakimi.

Mereka tak mengenal kita dan cinta kita. Mereka takkan


sanggup memahami air mata kita. Air mata yang tampak saja
mereka abaikan, bagaimana dengan yang mengalir deras dihati
berteriak memanggil Tuhan untuk meremukkan pembatas yang
menghalangi?

Agama tak melirik jiwa-jiwa yang jatuh hati walau berbeda.


Agama menjadi patokan batasan dan tak mungkin ditawar.
Sesulit itukah? Lalu apa yang salah? Siapa yang salah?
Dalam sentuhan Al-Quran dan sentuhan Alkitab, kita sibuk
mendusta tentang kesalahan akan perbedaan kita. Namun tetap
tak terusik akan hal itu. Berusaha terus membohongi perasaan,
berusaha terus meyakinkan bahwa segalanya adalah sama.
Tidakkah Bhineka Tunggal Ika berlaku untuk cinta kita?
Mungkin ini saatnya untuk menyadari bahwa ada yang tak bisa
dipaksakan. Kamu dan aku tetaplah berbeda tak akan melebur.
matrony.ru
Mungkin kita sudah sama-sama lelah untuk menyatukan segala
yang teramat berbeda. Mungkin sudah sepantasnya kita
mengubur ego kita masing-masing. Sudah selayaknya kita
berpikir logis pada cinta. Bahwa memang ada hal-hal yang tidak
pantas untuk dipaksakan. Ada sesuatu yang tidak layak untuk
dipertahankan. Kamu dan aku tetaplah berbeda tak akan melebur.

Kamu dan aku tak akan satu menjadi kita. Jadilah aku yang
menjadi diriku, yang tetap bersujud dan mencintai Tuhanku.
Jadilah kamu yang mencintai Tuhanmu dengan melipat jari
dalam mata yang tertutup. Tuhanmu, Tuhanku, bagi kita mungkin
satu, namun tetaplah berbeda dalam pandangan dunia yang luas.

Kembalilah pada jalan awalmu dan aku akan kembali pada jalan
awalku. Aku tanpa adanya kamu dan kamu tanpa adanya aku.
Tanpa ada perbedaan tanpa ada hal yang sulit untuk
dipersatukan. Seharusnya sejak awal kita mengerti. Jika Tuhan
saja sudah berbeda, bagaimana kita dapat melanjutkan cinta?

Relakan kita berjalan masing-masing. Hingga kamu menemukan


seseorang yang juga mencintai Tuhanmu dan aku temukan
seseorang yang juga mencintai Tuhanku. Segala yang terlewati
tidak ada yang sia-sia, hanya saja tak berujung pada penyatuan.
Segalanya indah meski menyakitkan. Segalanya telihat baik
meski tak benar-benar baik. Cintaku cintamu berbeda.

Anda mungkin juga menyukai