Anda di halaman 1dari 9

Makalah tentang Aborsi

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai aspek bioetika tentang aborsi.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

12 April 2017

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Teori
C. Hukum Tentang Aborsi
BAB II
STUDI KASUS
1. Alasan Aborsi
2. Contoh Kasus Aborsi
3. Solusi Kasus Aborsi diatas
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia,
juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini
tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidan
yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan
besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah moral
yaitu menganai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu
tertentu, sesuai dengan perubahan atau perkembangan norma atau nilai. Dikatakan kurun
waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu.
Masalah etik tentang kesehatan yang muncul di masyarakat belakangan ini semakin terlihat.
Misalnya saja, kasus aborsi yang menjadi buah simalakama di Indonesia. Di sisi lain aborsi
dengan alasan non medik dilarang dengan keras di Indonesia tapi di sisi lainnya aborsi ilegal
meningkatkan resiko kematian akibat kurangnya fasilitas dan prasarana medis, bahkan aborsi
ilegal sebagian besarnya dilakukan dengan cara tradisional yang semakin meningkatkan
resiko tersebut. Angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari angka kematian ibu
hamil dan melahirkan di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup, sebuah angka
yang cukup tinggi bahkan untuk ukuran Asia maupun dunia.
Penelitian yang dilakukan Population Council mengemukakan jumlah pengguguran
kandungan (aborsi) di Indonesia pada tahun 1989 diperkirakan berkisar antara 750.000 dan
1.000.000. Ini berarti terjadi sekitar 18 aborsi per 100 kehamilan, bila diasumsikan ada
sekitar 4,5 juta kelahiran hidup di Indonesia. Pada tahun 2000 Koran Kompas edisi 3 Maret
2000 mengungkapkan data bahwa pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan terjadi sekitar
2,3 juta aborsi. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan dengan data aborsi pada tahun
1989. Adanya peningkatan jumlah aborsi ini sangat memprihatinkan. Adapun penyebab
aborsi yang semakin meningkat itu adalah pergaulan yang semakin bebas.
Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah aborsi, jumlah Angka Kematian Ibu (AKI)
juga semakin meningkat. Hasil penelitian Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
mendapatkan hasil bahwa AKI di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran tahun 2000.
Berdasarkan hasil ini, maka AKI di Indonesia menduduki urutan teratas di Asia Tenggara.
Adapun penyebab tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah kasus aborsi.
Data-data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kasus aborsi merupakan masalah yang
sangat serius yang harus dihadapi bangsa Indonesia.Walaupun aborsi dilarang, ternyata
perbuatan aborsi semakin marak dilakukan. Hal ini membutuhkan penegakan hukum yang
sungguh-sungguh dari aparat penegak hukum di Indonesia. Penegakan hukum ini harus
diintensifkan mengingat buruknya akibat aborsi yang tidak hanya menyebabkan kematian
bayi yang diaborsi, tetapi juga ibu yang melakukan aborsi. Penegakan hukum ini pula harus
mendapatkan perhatian penting dari tenaga kesehatan yang memiliki peran besar dalam
tindakan aborsi ini.
Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Namun terlepas dari
kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan sebagai masalah kesehatan masyarakat karena
memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk
komplikasi perdarahan dan sepsis (Gunawan, 2000). Hal itu terjadi karena hingga saat ini
aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat.
Di negara-negara yang tidak mengizinkan aborsi seperti Indonesia, banyak perempuan
terpaksa mencari pelayanan aborsi tidak aman karena tidak tersedianya pelayanan aborsi
aman atau biaya yang ditawarkan terlalu mahal. Pada remaja perempuan kendala terbesar
adalah rasa takut dan tidak tahu harus mencari konseling. Hal ini menyebabkan penundaan
remaja mencari pertolongan pelayanan aman, dan sering kali terperangkap di praktek aborsi
tidak aman.
Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya
(Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita
diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen
kontribusi Angka Kematian Ibu Global (AGI, 1997; WHO 1998a; AGI, 1999). WHO
memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000 – 1,5 juta dilakukan di
Indonesia, 2.500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Wijono, 2000).
Sedangkan untuk saaat ini, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialias Andrologi
Indonesia (Persandi), Prof Dr dr Wimpie Pangkahila Sp.And, mengatakan kasus aborsi ini
tersebar merata dari kota sampai desa. “Dari 2,5 juta kasus itu, antara 10%-20% pelakunya
perempuan usia remaja,” katanya kepada wartawan di sela Life Extension Strategies and
Recent Reproductive Healt Issues di Hotel Patra Semarang, Rabu (18/4/2012). Kalau di
wilayah perkotaan, untuk melakukan aborsi ditangani oleh dokter, sedang di wilayah
pedesaan yang melakukan aborsis dukun. Menurutnya angka kasus aborsi di Indonesia
tercatat lebih tinggi dibandingkan negara lain di Asia, seperti Singapura dan Korea Selatan.
Tingginya kasus aborsi menurut Prof Wimpie, antara lain karena semakin terbukanya
perilaku pacaran, serta peran keluarga yang longgar dalam melakukan pengawasan terhadap
anak-anaknya. Seks sekarang ini bukan sesuatu yang “suci” lagi bagi sebagian kalangan
remaja, sehingga kalau ada kesepakatan dalam pacaran cenderung melakukan hubungan seks.
Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia ini menyatakan berdasarkan data Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKkbN) tercatat 30% mereka yang berpacaran telah
melakukan hubungan pranikah.
Dalam buku "Facts of Life" yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd, bahwa risiko kesehatan dan
keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah kematian mendadak karena pendarahan hebat, kematian mendadak
karena pembiusan yang gagal, kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar
kandungan, rahim yang sobek (uterine perforation), kerusakan leher rahim (cervical
lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya, kanker payudara (karena
ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita), kanker indung telur (ovarian cancer),
kanker leher rahim (cervical cancer), kanker hati (liver cancer), kelainan pada placenta
(placenta previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya, menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi
(ectopic pregnancy), infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory disease) dan infeksi pada
lapisan rahim (endometriosis).
Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi kehamilan yang tidak
diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan mengalami perasaan kehilangan,
kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa bersalah. Dalam kasus aborsi yang dianjurkan
dokter, perawat tak hanya sebagai konselor atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi
juga dapat menjalankan prinsip dan asas etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien
menghadapi pilihan yang telah dipilih (aborsi).
B. Landasan Teori
a. Pengertian etik
Etika diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup
manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dengan didasari pikiran
yang jernih dengan pertimbangan perasaan. Etik merupakan suatu cabang ilmu filsafat.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik
atau buruk sikap tindakan manusia. Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat
dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan
penyelesaiannya baik atau tidak (Jones, 1994).
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:
· Yunani à Ethos, kebiasaan atau tingkah laku
· Inggris à Ethis, tingkah laku atau prilaku manusia yang baik, tindakan yang harus
dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Dalam konteks secara luas dinyatakan bahwa etik adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat
moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dan
konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berfikir dan bertindak serta menekankan
nilai-nilai mereka. (Shirley R Jones – Ethics in Midewifery).
Etika profesi bidan adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu
yang diakui dalam melayani masyarakat. Etika profesi bidan juga merupakan norma-norma
atau perilaku bertindak bagi bidan dalam melayani kesehatan masyakat. Selain itu, Etika
profesi bidan adalah perilaku seseorang dalam menjalankan segala tugasnya sesuai
dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki.
Etika profesi bidan merupakan suatu pernyataan komperhensif dari profesi bidan yang
memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/ pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi &
dirinya sendiri. Dengan demikan etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok social (profesi) itu sendiri.
b. Pengertian bioetika
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma
atau nilai-nilai moral. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan
politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi
organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan,
faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas
penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi
perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.

Pengertian aborsi
a) Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah terpencarnya embrio yang
tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan).
b) Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia adalah :
1. Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang
lengkap tercapai (38-40 minggu).
2. Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari
500 gram atau kurang dari 20 minggu).
c) Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15 (1) UU
Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Maksud dari ‘tindakan medis tertentu’ yaitu aborsi.
d) Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan berhenti sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat
sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu disebut kelahiran prematur.
Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan biasanya
mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih aborsi berbeda-beda, termasuk mengakhiri
kehamilan yang tidak diinginkan atau ketika mengetahui janin memiliki kelainan
(Perry&Potter,2010).

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:


a) Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
b) Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
c) Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.
C. Hukum Tentang Aborsi
Sebagai seorang bidan yang harus di perhatikan untuk mengatasi maraknya kasus aborsi di
masa sekarang ini yaitu: seorang bidan seharusnya tidak melakukan hal tesebut, jika ada
seorang klien yang datang untuk melakukan aborsi sebaiknya kita sebagai seorang bidan
memberikan konseling mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh aborsi tersebut, selain itu
juga menjelaskan bahwa perbuatan aborsi tersebut melanggar etika, moral, hukum dan sangat
bertentangan dengan agama.
 Dilihat dari segi hukum
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk
kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”.
Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Hukum yang ada di Indonesia seharusnya mampu menyelamatkan ibu dari kematian akibat
tindak aborsi tak aman oleh tenaga tak terlatih (dukun). Ada 3 aturan aborsi di Indonesia yang
berlaku hingga saat ini yaitu:
1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar
hukum. Sampai saat ini masih diterapkan.
2. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menuliskan dalam kondisi
tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi).
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 229,346 s/d 349:
 Pasal 229: Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak tiga ribu rupiah.
 Pasal 346: Seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
 Pasal 347:
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
 Pasal 348:
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan pidana
penjara tujuh tahun.
 Pasal 349: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347
& 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga &
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
seorang perempuan hamil yang dengan sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh orang
lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
1. Seseorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, & jika ibu hamil tersebut
mati, diancam penjara 15 tahun penjara.
2. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara & bila ibu
hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
3. Jika yang melakukan & atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang dokter, bidan atau
juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya & hak untuk berpraktik dapat dicabut.
4. Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti dilahirkan berhak untuk hidup serta
mempertahankan hidupnya.
 Dipandang dari segi agama
Perbuatan aborsi tersebut sangat dilarang dan ditentang. Perbuatan tersebut merupakan dosa
besar karena dengan sengaja membuang anak yang merupakan darah dagingnya sendiri yang
telah dititipkan kepadanya oleh Tuhan, hal tersebut sama saja tidak mensyukuri dan
perbuatan yang sangat dibenci oleh Tuhan.
Aborsi dengan alasan apapun tidak direstui karena pelakunya akan terkena dosa. pembunuhan
“Himsa”. Hal ini ditegaskan dalam Lontar Yama Purana Tattwa, bahwa mereka yang
membunuh janin dalam kandungan dikutuk oleh Bhatara Yama. Dalam ephos Mahabharata,
Aswatama dikutuk oleh Bhatara Kresna karena membunuh janin-janin keturunan Pendawa
yang masih dalam kandungan. Jadi dalam kasus Aborsi yang terkena dosa adalah : Ayah-Ibu
bayi, Dokter, Bidan atau Balian yang membantu aborsi. Oleh karena itulah perbuatan aborsi
disetarakan dengan menghilangkan nyawa.
 Dilihat dari segi budaya
Perbuatan tersebut melanggar norma-norma yang akan menimbulkan kerugian terhadap
sipelaku aborsi baik itu bidan maupun kliennya. Bagi bidan sendiri nama baik nya sudah
tercemar dan bisa saja orang tidak lagi mempercayainya. Untuk kliennya akan dikucilkan
oleh masyarakat.

BAB II
STUDI KASUS
1. Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang
belum menikah dengan berbagai alasan.Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-
alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja).
a. Terlalu banyak anak
Yang berkeinginan untuk aborsi justru yang sudah menikah karena sudah punya banyak
anak.Yang anaknya banyak ini yang kita perjuangkan.Kita akan memberikan konseling
terlebih dahulu agar si ibu mengerti dan tidak mencoba-coba aborsi yang tidak aman," jelas
Inne.
b. Riwayat kehamilan yang lalu
Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan dilakukan abortus lagi
penyebabnya yang lainnya masih banyak, seperti calon ibu yang memiliki penyakit berat
hingga takut bila ia melahirkan anaknya, anaknya akan tertular penyakit pula, ada juga
masalah ekonomi banyak anak banyak pengeluaran dan lain sebagainya.
c. Anak masih kecil
Wanita menikah juga banyak yang ingin menggugurkan kandungan karena alasan anak masih
kecil.Hal ini biasanya terjadi karena alat kontrasepsi gagal berfungsi sehingga menyebabkan
kehamilan yang tidak diinginkan.
d. Hamil di umur yang terlalu tua
Kehamilan di usia tua sebenarnya dapat membahayakan nyawa si ibu, bahkan kondisi ini
turut menyumbang tingginya angka kematian ibu. Terlebih lagi bila ibu yang usianya sudah
tidak muda ingin melakukan aborsi dengan cara yang tidak aman.
e. Tidak siap jadi ibu
Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh remaja.
Banyak remaja yang masih menganggap bahwa melakukan hubungan seksual pertama kali
tidak dapat menyebabkan kehamilan. Akhirnya ketika kehamilan yang tidak diinginkan
terjadi, ia tidak siap untuk menjadi ibu.
f. Masih sekolah
Sebenarnya menurut studi kami remaja itu tidak sampai 20 persen.Ada yang alasannya
karena masih sekolah, tapi tidak terlalu banyak dibandingkan dengan wanita menikah yang
karena kegagalan konstrasepsi," jelas Inne.
g. Mementingkan karir
Terkadang karir juga menjadi alasan wanita menggugurkan kandungan. Meski jumlahnya
tidak terlalu banyak, tetapi alasan terikat kontrak kerja, tidak ingin disibukkan dengan anak
atau ingin meraih karir yang tinggi juga menjadi alasan wanita melakukan aborsi.
 Terdapat pula alasan lainnya seperti:
- Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Terjadi sebelum kehamilan 8 minggu. Penyebab
kelainan ini : kealianan kromosom/genetika, lingkungan tempat menempelnya hasil
pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya
bagi janin seperti radiasi, obat-obatan, tembakau, alcohol dan infeksi virus.
- kelainan pada plasenta. Berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang
disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
- factor ibu berupa penyakit kronis seperti, radang paru, tifus, anemia berat, keracunan dan
infeksi virus toxoplasma.
- kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan
bentuk rahim. Mioma uteri dan kelainan bawaan pada rahim.
2. Contoh Kasus Aborsi
Mahasiswi Aborsi Memakai Pil Sakit Kepala
TERNATE, KOMPAS.com — Warga Kota Ternate Utara, Kamis (3/5/2012), dibuat heboh
dengan kasus aborsi yang dilakukan seorang mahasiswi di salah satu Universitas ternama di
Ternate berinisial IK. IK diketahui merupakan anak seorang pegawai di Kementerian Agama
Kabupaten Pulau Morotai.
IK diketahui hamil bersama kekasihnya J yang juga sebagai salah satu mahasiswa di
Universitas berbeda di Ternate.
Keduanya langsung dibekuk polisi ke Mapolres Ternate, Kamis. Di hadapan penyidik, J
mengisahkan, awalnya dia mengajak IK untuk menikah lantaran mengetahui kekasihnya
hamil dua bulan.
Namun, IK yang mengaku takut kepada keluarganya memilih menggugurkan kandungan
dengan meminum pil sakit kepala yang dicampur dengan minuman bersoda. Namun, diduga
IK tidak hanya mengaborsi sendiri dengan cara meminum obat sakit kepala dicampur
minuman bersoda. “Waktu saya datang ke rumahnya, semua sudah bersih (sudah diaborsi),”
ungkap J. Karena takut, J lantas menguburkan ari-ari janinnya di belakang rumah IK di
Akehuda, Ternate Utara. Sepulang dari kampus, J lantas mengambil janin yang masih di
rumah IK, lalu dibawa ke Bula, Ternate Utara, untuk dibuang ke pantai. Warga sekitar baru
mengetahuinya pada Selasa (1/5/2012), meski hanya segelintir orang.
Warga makin heboh saat aroma tindakan tak terpuji itu mulai terungkap. J dan IK bahkan
sempat menjadi amukan beberapa anggota keluarganya. Petugas polisi baru mengetahuinya
pada Kamis ini, dan langsung membekuk keduanya ke Mapolres Ternate. “Kita belum bisa
berikan keterangan karena masih dalam penyelidikan,” ucap seorang penyidik. Untuk
kepentingan penyelidikan, sang mahasiswi ini dibawa ke rumah sakit guna menjalani visum.
“Agar bisa dipastikan apakah yang digugurkan itu janin atau ari-ari,” tambah petugas
penyidik tersebut.
3. Solusi Kasus Aborsi diatas
Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan atas dasar malu atau
takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter karena janin memiliki kelainan atau
membahayakan kesehatan si ibu. Selain itu, proses aborsi yang dilakukan pun tidak sesuai
bidang kedokteran dengan meminum pil sakit kepala bercampur minuman bersoda.
Berdasarkan asas etik kebidanan, kasus aborsi yang telah disebutkan di atas diperbolehkan
sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang dimiliki pelaku aborsi. Pelaku aborsi boleh
memilih dan memutuskan untuk melakukan aborsi tanpa paksaan sebab keputusan itu adalah
hak dia. Tetapi, melanggar asas beneficience (berbuat baik / manfaat).
Karena kasus di atas bukanlah merupakan tindakan yang baik dan tidak memberikan manfaat
apa pun, sekalipun alasannya karena takut atau malu atas janin yang dikandungnya pada
keluarga dan orang lain.
Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi kehamilan yang tidak
diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan mengalami perasaan kehilangan,
kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa bersalah (Perry&Potter, 2010).
 Solusi Lain Dalam Kasus Aborsi
Selain solusi yang disebutkan diatas, berikut ini terdapat solusi lain dalam beberapa kasus
aborsi yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan:
1. Dari pihak keluarga yang harusnya memperhatikan perkembangan seorang anak dalam suatu
pergaulan baik dilingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
2. Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi bagaimana agar para siswa
mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang menjurus ke sex bebas yang menyebabkan
hamil di luar nikah.
3. Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan suatu praktet untuk
melakukan aborsi.
4. Bidan harus menyampaikan informasi pelayanan yang akan dilakukan secara lengkap kepada
klien seperti prosedur, dampak dan akibat tindakan yang dilakukan.
5. Adanya rasa saling percaya antara bidan dengan klien.
6. Dalam melakukan semua pelayanan bidan harus bekerja secara kompeten dan sesuai dengan
standar profesi.
7. Bidan harus meningkatkan mutu pelayanan dengan cara mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
8. Masyarakat harus bisa berfikir secara rasional dan mengkaji semua pelayanan yang diberikan
oleh bidan.
9. Terjalinnya komunikasi yang baik antara bidan dengan klien.
10. Keluarga harus berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan tindakan yang akan
dilakukan oleh bidan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Aborsi dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di sengaja yang saat ini menjadi
masalah yang hangat diperdebatkan. Terdapat beberapa jenis aborsi seperti aborsi spontan /
alamiah, aborsi buatan/sengaja, dan aborsi terapeutik/medis. Aborsi dapat terjadi karena
beberapa alasan, yaitu: terlalu banyak anak, riwayat kehamilan yang lalu, anak masih kecil,
hamil di umur yang terlalu tua, tidak siap jadi ibu, masih sekolah, mementingkan karir serta
alasan lainnya seperti kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, faktor
ibu berupa penyakit kronis, kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu.
Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil pada kasus aborsi
adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi, pada kasus aborsi ilegal seperti
contoh, hal tersebut melanggar asas beneficience (asas manfaat / berbuat baik) sebab aborsi
ilegal bukan perbuatan baik dan dapat membahayakan kesehatan pelaku aborsi tersebut.
Sehingga solusi yang dapat dilakukan seperti bidan harus meningkatkan mutu pelayanan
dengan cara mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan,
masyarakat harus bisa berfikir secara rasional dan mengkaji semua pelayanan yang diberikan
oleh bidan, terjalinnya komunikasi yang baik antara bidan dengan klien, keluarga harus
berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan tindakan yang akan dilakukan oleh bidan
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
2. Saran
Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana yang dapat melakukan tindak aborsi,
dengan adanya kode etik diharapkan dalam melakukan setiap pelayanan kepada klien yang
ingin melakukan aborsi, sebaiknya tetap memperhatikan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku serta melihat dan mempertimbangkan dalam memberikan tindakan aborsi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://hukumkes.wordpress.com/2010/12/16/aborsi-menurut-hukum-di-indonesia/
http://dianmutiarach.wordpress.com/2012/12/12/makalah-kasus-aborsi/
http://www.aborsi.org/hukum-aborsi.htm
Sujiyatini, S. SiT, M. Keb & Synthia Dewi, nida, S. SiT. 2011. Catatan Kuliah Etika Profesi
Kebidanan disertai Analisis Hukum Kesehatan Terkini. Yogyakarta: Rohima Press

Anda mungkin juga menyukai