Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi
Dalam pengertian umum tumor adalah benjolan atau pembengkakan dalam
tubuh. Dalam pengertian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
neoplasma.
Tumor atau Neoplasma adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami
proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel
normal, namun selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh
derajat otonomi tertentu yaitu sel neoplastik tumbuh dengan kecepatan yang tidak
terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat tergantung pada
pengawasan homeostatis sebagian besar sel tubuh lainnya.
Tumor colli adalah setiap massa baik congenital maupun didapat timbul di
segitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan
mandibulae serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus benjolan
pada leher berasal dari tiroid 40% benjolan pada leher disebabkan oleh keganasan,
10% berasal dari peradangan atau kelainan congenital.
Secara umum tumor colli dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:
1. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma
colli cysticum, kista dermoid
2. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne
faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih spesifik
(tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku, actinomikosis,
toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai perbesaran kelenjar limfe pada
penyakit infeksi umum seperti rubella dan mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum
yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang
berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di bifurcatio
carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah
glandula parotidea, glandula submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor
maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe (limfoma maligna),
glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula tiroidea atau lebih jarang
timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor
maligna sekunder di leher pada umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu
tumor epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis
kelenjar leher hanya terdapat didaerah suprac1avikula kemungkinan lebuh besar
bahwa tumor primemya terdapat ditempat lain di dalam tubuh.
B. Etiologi
Etiologi yang terkait dengan tumor colli diantaranya yaitu:

1. Karsinogen kimiawi
Karsinogen yang memerlukan perubahan metobolisme agar menjadi
karsinogen aktif , sehingga, misalnya Aflatoksin B1 pada kacang, vinylklorida
pada industri plastik, benzoapiran pada asap kendaraan bermotor, kemoterapi
dalam kesehatan.
2. Karsinogen fisik
Berkaitan dengan ultraviolet kangker kulit, karena terkana sinar.radiasi
UV yang dapat menimbulkan dimmer yang merusak rangka fasfodiester DNA,
misalnya sinar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif, sinar ultraviolet
3. Hormon,
Hormon merupkan zat yang dihasilkan kelenjer tubuh yang berfungsi
mengatur organ-organ tubuh, pemberian hormone tertentu secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa kangker.
4. Gaya hidup,
Gaya hidup yang tidak sehat merupakan salah satu factor pendukukng
kangker, misalnya diet, merokok, alcohol
5. Genetik
Walaupun tumor tidak termasuk tumor genetic tetapi kerentangan
terhadap tumor pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol dan
agregasi familiar. Analisis korelasi menunjukan gen HLA (human
leukocyteantigen) mungkin bertanggung jawab atas aktivasi metabolik yang
terkait karsinogen
6. Kelainan kongenital
Kelainan congenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,
benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia
kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini
,benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di
sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa
kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis
7. Penurunan imunitas,
Pada saat system imun menurun menyebabkan terjadinya gangguan
sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan terjadinya peningkatan kerentanan
terhadap infeksi, dan perlambatan proses penyembuhan penyakit.
8. Usia dan jenis kelamin
Terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia>45
tahun, dan untuk wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.
C. Patofisiologi
Kelainan congenital, genetic, gender/ jenis kelamin, usia, rangsangan fisik
berulang, hormone infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
dapat menimbulkan tumbuh dan berkembangnyasel tumor. Sel tumor dapat bersifat
benigna (Jinak) atau bersifat maligna (ganas). Sel tumor pada tumor jinak bersifat
tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel
tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk
serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat.
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari
besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam
pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan menyebabkan metastase
Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat
(unisentrik), tetapi kadang tumor berasal dari beberapa sel dalam satu organ
(multisentrik) atau dari beberapa organ (multiokuler) pada waktu bersamaan
(sinkron) atau berbeda (metakron).
Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya
maka tumor dikatakan mencapai tahap local, namum bila telah infiltrasi ke organ
sekitarnya dikatakan mencapai tahap invasive atau infiltratif .
Sel tumor bersifat tumbuh terus sehingga makin lama makin besar dan
mendesak jaringan sekitarnya. Pada neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan
merembes ke jaringan sekitarnya dan dapat meninggalkan sel induk masuk ke
pembuluh darah atau pembuluh limfe, sehingga terjadi penyebaran hematogen dan
limfatogen.
Tumor colli merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak
di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting
untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi ca colli dapat ditemukan di trachea, laring,
faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher
dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan
metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini
berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran
kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa
teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening
yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga
perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik,
infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).
D. Manifestasi Klinik
Secara umum, manifestasi klinis dari tumor colli adalah :

1. Terapat lesi pada organ yang biasanya tidak nyeri terfiksasi dan keras dengan
batas yang tidak teratur.
2. Terjadi retraksi pada organ, karena tumor membesar sehingga terjadi penerikan
pada organ-organ yang berada dekat dengan tumor tersebut.
3. Pembengkakan organ yang terkena, dikarenakan pertumbuhan tumor yang
secara progresif dan invasive sehinga dapat merusak atau mengalami
pembengkakan,organ-organ di sekitar tumor.
4. Terjadi eritema atau pembengkakan lokal, di karenakan terjadinya peradangan
pada tumor sehingga daerah sekitar tumor akan mengalami eritema
5. Pada penyakit yang sudah stadium lanjut dapat terjadi pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit atau ulserasi.
Kecurigaan klinis adanya ca colli didasarkan pada observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi,
sedang dan rendah.
1. Kecurigaan tinggi diantaranya:
a. Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Nodul teraba keras.
d. Fiksasi daerah sekitar.
e. Paralisis pita suara.
f. Pembesaran kelenjar limpa regional.
g. Adanya metastasis jauh.
2. Kecurigaan sedang diantaranya:
a. Usia> 60 tahun.
b. Riwayat radiasi leher.
c. Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
d. Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
e. Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
3. Kecurigaan rendah diantaranya:
a. Tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
b. Penekanan organ sekitar
c. Gangguan dan rasa sakit waktu menelan
d. Sulit benafas, suara serak,
e. Limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh, paling sering ke paru-
paru, tulang dan hati.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk tumor colli, antara lain :
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon
dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada
ca colli dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG)
Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi
baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun
peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat
ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiology
a. Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan
posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya
kalsifikasi.
b. Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase
dan pendesakkan trakea.
c. Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
d. Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase
ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk
mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai
sampai di mana metastase terjadi.
3. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan
pembesaran. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan
kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan.
4. Scanning tiroid
`Dengan sifat jaringan tiroid maka pemeriksaan scanning ini dapat
memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid.
Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
a. Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
b. Memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti
nodul soliter.
c. Memperlihatkan retrosternal struma
d. Mencari occul neoplasma pada tiroid.
e. Mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
f. Mengindentifikasi ektopik tiroid.
g. Mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
h. Needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab
(biopsy jarum halus).
5. Pemeriksaan potong beku
Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu
operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi
definitive.
6. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
7. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor
tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi
diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum
no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk
pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma
meduler.
F. Komplikasi
1. Perdarahan, resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan
hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif
yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens yang menimbulkan paralisis sebagian
atau total (jika bilateral) laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
5. Hipokalsemi, karena terangkatnya kelenjarparatiroid saat operasi.
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan (colli otomi, tiroidektomi)
a. Harus melaksakan pemerikasaan klinis untuk menentukan nodul benigna
atau maligna
b. Eksisi tidak hanya terbatas pada bagian utama tumor, tapi eksisi juga harus
di lakukan terhadap jaringan normal sekitar jaringan tumor. Cara ini
memberikan hasil operasi yang lebih baik.
c. Metastase ke kelanjar geteh bening umumnya terjadi pada setiap tumor
sehingga pengangkatan, kelenjar di anjurkan pada tindakan bedah.
d. Satu hal mutlak di lakukan sebelum bedah adalah menentukan stadium
tumor dan melihat pola pertumbuhan (growth pattern) tumor tersebut.
e. Tirodektomi adalah sebuah operasi yang dilakukan pada kelenjer
f. Colliotomi adalah operasi yang dilakukan pada leher yang terkena tumor
2. Obat-obatan
a. Immunoterapy : interleukin 1 dan alpha interferon
b. Kemoterapi : kemampuan dalam mengobati beberapa jenis tumor
c. Radioterapy : membenul sel kanker dan sel jaringan normal, dengan tujuan,
meninggikan kemampuan untuk membunuh sel tumor dengan kerusakan
serendah mungkin pada sel normal.
H. Prognosis
Prognosis tumor colli bergantung pada sifat dari tumor itu sendiri,
prognosis tumor jinak baik namun dapat menjadi hal yang serius jika mengenai
struktur vital, sementara tumor bersifat ganas memiliki prognosis buruk yang
berpotensi mematikan.
KOSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
a. Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Lama bekerja, Tgl Masuk RS.
b. Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat
yang dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama, biasanya ditemukan jantung berdebar-debar, kelemahan,
sesak napas, ataupun penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang, yaitu tanda dan gejala yang menyertai keluhan
utama.
c. Riwayat penyakit dahulu, yaitu apakah klien pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya atau yang menjadi factor resiko seperti pernah
terpapar radiasi ataupun gaya hidup,
d. Riwayat penyakit keluarga, yaitu apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama sebelummnya.
3. Pengkajian perkebutuhan dasar manusia
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
Tanda : Keletihan, kelemahan umum
b. Sirkulasi
Gejala : Terdapat masalah tekanan darah
Tanda : pusing, gemetar
c. Integritas ego
Gejala : Perasaan cemas, takut, factor-faktor stress,misalnya: masalah
financial, gaya hidup
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan eliminasi fekal
e. Makanan/ cairan
Gejala : penurunan berat badan, masalah dengan menelan, mengunyah.
Tanda : bibir kering, pecah,
f. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Ada nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyaman
ringan sampai berat,
Tanda : lokasi, intensitas, frekuensi, factor pencetus
g. Keamanan
Gejala : alergi atau sensitive (obat, makanan)
Tanda : munculnya proses infeksi, demam
h. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : keterbatasan kognitf, tingkat pendidikan, factor resiko keluraga
i. Neurosensori
Keluhan pening hilang timbul, sakit kepala,pingsan. Temuan fisik : status
mental disorientasi,confusion,kehilangan memori, perubahan pola bicara.
j. Respirasi
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif – terutama bleomisin

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul menurut Wilkinson Juidith M
dan Ahern R (2011) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
(biologi, kimia, fisik dan psikologis)
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan
faktor mekanik, cedera kimiawi kulit, terapi radiasi, perubahan hormonal,
gangguan pigmentasi, factor mekanik.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan fungsi tubuh, perubahan persepsi diri , penyakit, prosedur bedah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah, nyeri saat menelan, anoreksia.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
infasiv pembedahan
6. Resiko cedera berhubungan gangguan persepsi
sensori akibat anestesi
7. Intolerensi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, tirah baring dan imobilitas, gaya hidup kurang gerak.
8. Ansietasberhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi proses pengobatan
C. Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan NOC NIC


dengan agen injury a. Pain Level,
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
(biologi, kimia, fisik dan b. pain control,
komprehensif termasuk lokasi,
psikologis) c. comfort level
karakteristik, durasi, frekuensi dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kualitas nyeri.
selama …. Pasien tidak mengalami R : mengetahui tingkat neyri yang
nyeri, dengan kriteria hasil: dirasakan pasien
1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal

nyeri (tahu penyebab nyeri, dariketidaknyamanan


R : reaksi nonverval dapat menunjukkan
mampu menggunakan tehnik
tingkat nyeri yang dirasakan pasien
nonfarmakologi untuk 3. Ajarkan tentang teknik non
mengurangi nyeri, mencari farmakologi: napas dalam, relaksasi,
bantuan) distraksi, kompres hangat/ dingin
2. Melaporkan bahwa R : teknik non-farmakologi dapat
nyeri berkurang dengan membantu pasien untuk mengurangi nyeri
menggunakan manajemen nyeri yang dirasakan
3. Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi 4. Kolaborasi pemberian obat analgetik
R : pemberian analgetik dapat
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa mengurangi nyeri
5. Berikan informasi tentang nyeri seperti
nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
rentang normal berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
R : menambah pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penyakit yang dialami
2 Kerusakan Integritas Kulit NOC: NIC
1. Inspeksi luka pada
berhubungan dengan faktor Setelah dilakukan asuhan keperawatan
setiap mengganti balutan
mekanik, penonjolan … jam, menunjukkan integritas kulit
R: Menilai keadaan kulit
tulang. yang baik dengan Kriteria Hasil: 2. Lakukan perawatan luka
1. Menunjukkan integritas atau kulit secara rutin yang dapat meliputi:
 Ubah dan atur posisi pasien secara
jaringan kulit dan membran mukosa
sering
yang dibuktikan oleh indikator:
a. Suhu, elastisitas, hidrasi dan  Pertahankan jaringan sekitar terbebas

sensasi dari drainase dan kelembapan yang


b. Perfusi jaringan berlebihan
c. Keutuhan kulit  Lindungi pasien dari kontaminasi fases
2. Menunjukkan penyembuhan luka:
atau urine
primer yang dibuktikan oleh  Lindungi pasien dari ekskresi luka lain
indikator: dan ekskresi slang drain pada luka
a. Penyatuan kulit R: Mencegah terjadinya infeksi dan
b. Penyatuan ujung luka
mempercepat penyembuhan luka
c. Pembentukan jaringan parut.
3. Ajarkan pada pasien dan
keluarga cara mempertahankan luka agar
tetap dalam keadaan kering
R: Membantu proses penyembuhan luka
4. Konsultasikan pada dokter
tentang implementasi pemberian makanan
dan nutrisi enteral atau paranteral.
R: untuk meningkatkan potensi
penyembuhan luka

3 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC


1. Kaji dan dokumentasikan respon verbal
berhubungan selama …. jam hambatan mobilitas
dan non verbal pasien terhadap tubuh
denganperubahan fungsi fisik teratasi dengan kriteria hasil:
pasien
tubuh, perubahan persepsi 1. Gangguan citra tubuh berkurang
R : Mengetahui persepsi klien tentang
diri , penyakit, prosedur yang dibuktikan oleh selalu
dirinya.
bedah. menunjukkan adaptasi dengan 2. Identifikasi mekanisme koping yang biasa
ketunadayaan fisik, penyesuaian digunakan
R : Membantu klien meningkatkan
psikososial: perubahan hidup, citra
gangguan citra tubuh.
tubuh positif, harga diri positif.
3. Beri dorongan kepada pasien dan keluarga
2. Menunjukkan citra tubuh, yang
untuk mengungkapkan perasaan
dibuktikan oleh indikator sebagai R : Membantu klien meningkatkan
berikut (1-5: tidak pernah, jarang, gangguan citra tubuh.
4. Dukung mekanisme koping yang biasa
kadang-kadang, sering, atau selalu
digunakan pasien
ditampilkan):
R : Membantu klien meningkatkan
a. Kesesuaian antara realitas tubh,
gangguan citra tubuh.
ideal tubuh, dan perwujudan
5. Identifikasi cara mengurangi dampak
tubuh.
kecacatan penampilan melalui pakaian,
b. Kepuasan terhadap penampilan
rambut palsu, atau kosmetik jika perlu.
dan fungsi tubuh.
R : Membantu klien meningkatkan
c. Keinginan untuk menyentuh
gangguan citra tubuh.
bagian tubuh yang mengalami
6. Fasilitasi kontak dengan individu yang
gangguan.
mengalami perubahan citra tubuh yang
mirip dengan pasien
R : Membantu klin meningkatkan
gangguan citra tubuh.

4 Resiko infeksi NOC : NIC


1. Kaji tanda dan gejala infeksi
berhubungan dengan a. Immune Status
R : mengetahui imfeksi lebih dini dan
b. Knowledge : Infection control
prosedur infasiv
c. Risk control membantu penentuan intervensi
pembedahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selanjutnya
2. Pantau TTV selama operasi berlangsung
selama…… pasien tidak mengalami
R : Peningkatan suhu secara tiba-tiba
infeksi dengan kriteria hasil:
1. Klien bebas dari tanda dan gejala merupakan indikasi terjadinya infeksi
3. Cuci tangan 6 langkah dalam 5 moment
infeksi
R : meminimalisir resiko terjadinya
2. Menunjukkan kemampuan untuk
infeksi
mencegah timbulnya infeksi
4. Gunakan APD steril
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
R : Mecegah infeksi silang antara petugas
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
5. Status imun, gastrointestinal, dan pasien
5. Pertahankan sterilisasi
genitourinaria dalam batas normal
instrumen
R : Mencegah kontaminasi pada alat dan
instrumen
6. Lakukan desinfeksi
secara sirkuler
R : Mengurangi kontaminasi area sekitar
daerah operasi

5 Resiko Cedera NOC : NIC


1. Tidurkan pasien di meja operasi dengan
berhubungan dengan faktor a. Risk control
posisi sesuai kebutuhan
resiko gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
R : Mencegah pasien jatuh
sensori selama…… pasien tidak mengalami 2. Monitor penggunaan instrumen, jarum, dan
infeksi dengan kriteria hasil: kasa
R : Menegtahui penggunaan instrumen
1. Klien bebas dari cedera
jarum dan kasa
3. Tingkatkan observasi
R : Meminimalisir resiko cedera pasien
5 Ketidakseimbangan NOC NIC
1. Kaji kemampuan pasien untuk
nutrisi: kurang dari
Nutritional Status : mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan tubuh
- Food and Fluid Intake R : mengetahui kemampuan pasien dalam
berhubungan dengan mual,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan memenuhi nutrisinya
muntah, nyeri saat 2. Pantau BB klien
selama………..pasien menunjukkan : R : Mengetahui status nutrisi klien
menelan, anoreksia.
a. Adanya peningkatan berat badan 3. Ajarkan pasien bagaimana membuat
sesuai dengan tujuan catatan jadwal makanan harian.
b. Berat badan ideal sesuai dengan R : membantu klien untuk makan tepat
tinggi badan waktu
c. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi komsumsi Fe dan vitamin
d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi R : Meningkatkan status nutrisi klien
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
R : menentukan jenis makanan untuk
memperbaiki status nutrisi klien
6 Intolerensi aktivitas NOC: NIC
2. Kaji tingkat kemampuan klien dalam
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
beraktivitas
ketidakseimbangan antara selama …. pasien menunjukkan
R : mengetahui tingkat kemampuan klien
suplai dan kebutuhan, tirah pengetahuan tentang proses penyakit
dalam melakukan aktivitas
baring dengan kriteria hasil: 3. Observasi TTV
1. Menunjukkan toleransi aktivitas, R : membantu memantau tingkat
yang dibuktikan oleh indikator kelemahan klien
4. Libatkan keluarga dalam membantu
sebagai berikut (seebutkan 1-5:
aktivitas sehari-hari
gangguan eksterm, berat, sedang,
R : membantu klien memenuhi
ringan atau tidak mengalami
kebutuhannya
gangguan) 5. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik R : membantu klien memenuhi
yang dibutuhkan dengan kebutuhannya
6. Meningkatkan partisipasi klien dalam
peningkatan normal denyut
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
jantung, frekuensi pernapasan, dan
dengan yangt dapat ditoleransi
tekanan darah serta memantau pola
R : membantu klien memenuhi kebutuhan
dalam batas normal
secara mandiri
3. Menampilkan kehidupan aktivitas
sehari-hari (AKS) dengan beberapa
bantuan (misalnya, eliminasi
dengan bantuan ambulasi)
7 Ansietasberhubungan NOC NIC
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
dengan perubahan status - Kontrol kecemasan
1. Gunakan pendekatan
kesehatan atau menghadapi - Koping
yang menenangkan
pengobatan. Setelah dilakukan asuhan selama …… R : memberikan rasa nyaman kepada
kecemasan klien teratasi dgn kriteria pasien
2. Jelaskan semua
hasil: prosedur dan apa yang dirasakan selama
1. Klien mampu mengidentifikasi dan prosedur
R : agar klien dapat mengerti dan
mengungkapkan gejala cemas
memahami prosedur yang akan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan
dilaksanakan
dan menunjukkan tehnik untuk
3. Instruksikan kepada
mengontol cemas
pasien untuk menggunakan teknik
3. Vital sign dalam batas normal
relaksasi
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, R : dapat mengurangi kecemasan pasien
4. Libatkan keluarga
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
untuk mendampingi pasien
menunjukkan berkurangnya
R : support dari keluarga dapat
kecemasan
mengurangi kecemasan pasien
5. Kolaborasi pemberian
obat anti cemas
R : pemberian obat cemas dapat
menurunkan kecemasan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC), Sith
Edition. USA: Elsevier

Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal BedahEdisi 8 Vol. 3. Jakarta :


EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Junadi, P. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke III. FKUI: Jakarta.

Lestari, Puspita. 2015. Case Record of Ca Colli. Malang: Universitas Brawijaya

Mansjoer, Arif. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Dua. Jakarta :Media
Aesculapius.

Moorhead, Sue, et al. 2013. Nursing Outcome Classification. USA: Elsevier

Nanda Internasional. 2015. NANDA Internasional Inc. Nursing Diagnoses:


Defenition and Classification 2015-2017. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Price, S Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4.


Jakarta: EGC.

Sidik, M Hasanuddin. 2014. Tumor Leher. Bandung: Universitas Padjajaran

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

World Health Association. 2013

www.wikipedia.com

20

Anda mungkin juga menyukai