Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau
lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak dan
cair. Dewan Standarisasi Nasional menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk
tujuan mencuci dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan
sodium atau potassium (DSN, 1994).
Sabun diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu. Sabun dengan grade mutu A
diproduksi oleh bahan baku minyak atau lemak yang terbaik dan mengandung sedikit atau tidak
mengandung alkali bebas. Sabun dengan grade B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak
dengan kualitas yang lebih rendah dan mengandung sedikit alkali, namun kandungan alkali
tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan sabun dengan kualitas C mengandung
alkali bebas yang relatif tinggi berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap.
(Kamikaze, 2002).
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
:
1. Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai
hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam
lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik
biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan
dalam pembuatan sabun cuci..
2. Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat
(60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti
tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya.
Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
3. Coconut Oil (Minyak Kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun.
Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang
dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama
asam laurat sekitar 44-52%, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan
bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak miristat 13-19%, asam palmitat
8-11%, asam kaprat 6-10%, asam kaprilat 5-9%, asam oleat 5-8%, asam stearat 1-3%, dan asam
linoleat 2%.
4. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam
lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak
kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak
rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada
palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam
palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
Sedangkan kandungan dalam detergen sendiri adalah:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan bahan utama deterjen


zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe
(suka lemak).
Pada deterjen ini, jenis muatan yang dibawa surfaktan adalah anionik. Kadang
ditambahkan surfaktan kationik sebagai bakterisida (pembunuh bakteri). Fungsi surfaktan anionik
adalah sebagai zat pembasah yang akan menyusup ke dalam ikatan antara kotoran dan serat kain.
Terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik :
- Alkyl Benzene Sulfonate
- Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
- Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b.Kationik : Garam Ammonium
c.Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air:
a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Acetates :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silicates : Zeolith
d. Citrates : Citrate acid
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)

2.1 Kegunaan Sabun dan Detergen


Sabun berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan
pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun : 1. Rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun bersifat nonpolar sehingga larut dalam zat non polar, seperti tetesan-tetesan
minyak. 2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh ujung anion molekul-
molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes
sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tersuspensi. (Ralph J.
Fessenden, 1992).
Sedangkan detergen sendiri jika dibandingkan dengan sabun memiliki keunggulan yaitu daya cuci
yang lebih baik dibandingkan sabun karena tidak terpengaruh oleh kesadahan air.Banyak
kegunaan detergen yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari misalnya saja pembersih serbaguna,
pembasmi jamur, penyerap tumpahan minyak, pengharum karpet, dan pelancar saluran air.
2.2 Nilai ekonomis sabun dan detergen
Sabun dan detergen keduanya memiliki nilai ekonomis yang sangat baik.Hal ini disebabkan karena
sabu dan detergen tidak dapat terlepas dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal mencuci
pakaian.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.Pembuatan sabun dan detergen secara konvensional sangat mudah dilakukan sehingga proses
pembuatannya dapat dilakukan oleh siapa saja.
2.Sabun dan detergen memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena banyak dibutuhkan
masyarakat terutama untuk mencuci pakaian.
3.Kandungan-kandungan yang ada pada detergen dan sabun membuat dua produk ini sangat
mendukung dua produk ini menjadi bahan pembersih pakaian.
4.2 Saran
1.Makalah ini dibuat hanya untuk pembuatan secara konvensional sehingga hanya mengerucut
dalam skala rumah tangga.
2.Penulis menyadari ada kesalahan dalam pengetikan ataupun kata-kata yang tidak sesuai
EBI.Sehingga penulis sangat bersedia untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai