TAHUN 2019
TIM PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
A. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,
tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan
penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian.
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian
tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi. Kerangka
organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan
harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap
menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.
B. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum yang digunakan dalam pelayanan Farmasi di
rumah sakit antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika
2. Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun
2008
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197 Tahun 2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/068
Tahun 2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 899 Tahun 2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber
daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah
sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan
persyaratan :
a. Terdaftar di Departeman Kesehatan
b. Terdaftar di Asosiasi Profesi
c. Mempunyai izin kerja.
d. Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh
tenaga farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan
undang-undang,memenuhi persyaratan baik dari segi aspek
hukum, strata pendidikan,kualitas maupun kuantitas dengan
jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka
menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban
kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan
visi rumah sakit.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Jenis Ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga :
1) Apoteker
2) Sarjana Farmasi
3) Asisten Apoteker (AMDF, SMF)
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga :
1) Operator Komputer /Teknisi yang memahamikefarmasian
2) Tenaga Administrasi
c. Pembantu Pelaksana
2. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan factor-faktor
yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
a. Kapasitas tempat tidur dan BOR
b. Jumlah resep atau formulir pesanan per hari
c. Volume perbekalan farmasi
3. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan
kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan :
a. Kualifikasi pendidikan disesuaikan dengan
jenispelayanan/tugas fungsi
b. Penambahan pengetahuan disesuaikan dengantanggung jawab
c. Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas
4. Waktu Pelayanan
Pelayanan 3 shift (24 jam)
5. Jenis Pelayanan
a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
b. Pelayanan rawat inap
c. Pelayanan rawat jalan
d. Penyimpanan dan pendistribusian
C. PENGATURAN JAGA
a. Pengaturan jadwal dinas dibuat dan di pertanggung jawabkan
oleh Kepala Ruang (Karu) instalasi farmasi.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke anggota farmasi setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga farmasi yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam,
lepas malam, dan libur.
e. Apabila ada tenaga farmasi jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana
), maka tenaga farmasi yang bersangkutan harus memberitahu
Karu : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau
dinas malam. Sebelum memberitahu Karu, diharapkan anggota
farmasi yang bersangkutan sudah mencari pengganti, Apabila
yang bersangkutan tidak mendapatkan pengganti, maka KaRu
akan mencari tenaga pengganti yaitu yang hari itu libur atau
yang tinggal di asrama.
f. Apabila ada tenaga farmasi tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu akan
mencari pengganti yang hari itu libur atau perawat yang tinggal
di asrama. Apabila tenaga farmasi pengganti tidak di dapatkan,
maka yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
terutama untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan
steril, non steril,maupun cair untuk obat luar atau dalam.
Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan
memenuhi persyaratan, peneraandan kalibrasi untuk peralatan
tertentu setiap tahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat
baik nonsteril maupun aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan
informasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah
yang baik
g. Alarm
Macam-macam Peralatan:
1. Peralatan Kantor
a. Furniture ( meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan
lain lain)
b. Komputer/mesin tik
c. Alat tulis kantor
d. Telpon dan Faximile (Disesuaikan dengan kondisi Rumah
Sakit)
2. Peralatan Produksi
a. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan
pembuatan obat, baik nonsteril maupun steril/aseptic
b. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan
cara pembuatan obat yang baik
3. Peralatan Penyimpanan
1. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
1) lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban
dan cahaya yang berlebihan
2) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil Fasilitas
peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
3) Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan
pembuangan limbah sitotoksik dan obat berbahaya harus
dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas,
pasien dan pengunjung.
4. Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
a. Pelayanan rawat jalan (Apotik rawat jalan)
b. Pelayanan rawat inap/IGD (Apotik Rawat Inap/IGD)
c. Kebutuhan ruang perawatan/unit lain
5. Peralatan Konsultasi
a. Komputer
b. Telpon
c. Lemari arsip
d. Kartu arsip
6. Peralatan Ruang Informasi Obat
a. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan
informasi obat
b. Peralatan meja, kursi, rak buku, kotak
c. Komputer
d. Telpon – Faxcimile
e. Lemari arsip
f. Kartu arsip
g. TV dan VCD ( disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit )
7. Peralatan Ruang Arsip
a. Kartu Arsip
b. Lemari Arsip
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Pengertian
Bagian ini mengemukakan Sasaran Keselamatan Pasien, sebagai
syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang sedang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari
WHO Patient Safety (2007) yang juga digunakan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint
Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran Keselamatan
Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien. Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus para ahli atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain
sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran
secara umum, difokuskan pada solusi-solusi sistem yang menyeluruh.
Dalam pelayanan farmasi sasaran keselamatan pasien adalah
Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
B. Tujuan
Untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high
alert medications)
Ruang Lingkup :
1. Obat-obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan seperti obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip
2. Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications)
merupakan obat-obat yang sering menyebabkan terjadinya
kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang beresiko
tinggi menyebankan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM), atau Look
Alike Sound Alike / LASA).
3. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena
berkaitan dengan keselamatan pasien.
Kriteria :
Standar :
5. Kepuasan pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan farmasi.
Defenisi Kepuasan pelanggan adalah
operasional pernyataan puas oleh pelanggan
terhadap pelayanan farmasi.
Frekuensi 1 bulan
pengambilan data
Periode analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasaan dari pasien yang disurvey
Denumerator Jumlah total pasien yang disurvey
Sumber data Survey
Standar >80%
Penanggung jawab Kepala unit farmasi
BAB IX
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit, diharapkan dapat menjawab permasalahan tentang
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Full Bethesda.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, Pedoman Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit ini sudah tentu akan menghadapi bebagai
kendala, antara lain sumber daya manusia/tenaga farmasi di
rumah sakit, kebijakan manajeman rumah sakit
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan
Farmasi di RSU Full Bethesda perlu komitmen dan kerjasama
yang lebih baik antara pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan
farmasi, sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan
semakin optimal, dan khususnya pelayanan farmasi di rumah
sakit akan dirasakan oleh pasien/masyarakat.