Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar tenaga kesehatan dalam proses persalinan terfokus pada


ibu, tetapi selain itu bayi juga sangat memerlukan asuhan yang tidak kalah
penting dari asuhan ibu setelah melahirkan. Pada bayi baru lahir normal tenaga
kesehatan akan melakukan tindakan asuhan untuk bayi dengan kondisi segera,
kondisi aman, dan kondisi optimal. Salah satu asuhan yang sekarang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah bayi keluar dari vagina sebelum
dipotong tali pusatnya bayi di biarkan diatas dada ibunya untuk mencari puting
ibu untuk pertama kali dan diharapkan ibu memberikan ASI Ekslusif terhadap
bayinya.
Asuhan pada bayi baru lahir normal diberikan pada bayi baru lahir tersebut
selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir
akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan. (Prawirohardjo,
2009). Periode segera setelah bayi baru lahir menjadi awal yang tidak
menyenangkan bagi bayi tersebut. Hal ini disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterin) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterin)
yang sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala
kenyamanan karena ia tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya.
Sedangkan, pada waktu kelahiran, setiap bayi baru lahir akan mengalami
adaptasi atau proses penyesuaian fungsi – fungsi vital dari kehidupan di dalam
uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut
juga homeostasis atau kemampuan mempertahankan fungsi – fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan
1
intrauterin. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital
(sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme). Oleh
karena itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan perawatan yang
dapat membantunya untuk melewati masa transisi dengan berhasil. (Muslihatun,
2010).

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan tentang keadaan bayi dimana


tangisan yang lemah atau merintih bahwa bayi kesulitan bernapas. Sebagian bayi
baru lahir akan bernapas pada menit pertama setelah lahir (bahkan menangis)
secara spontan dan membentuk sirkulasi yang efektif kurang lebih segera setelah
lahir. Bayi baru lahir normal yang sehat harus bernapas dalam waktu 0,5 hingga
1,0 setelah dilahirkan, denyut jantung akan menjadi stabil pada frekuensi 120-
160 kali permenit, sebagian kecil bayi tidak mampu bernapas secara spontan saat
lahir. Hal ini paling disebabkan oleh asfiksia, hal ini dikarenakan menurunnya
oksigen dan meningkatnya CO2 yang dapat menimbulkan buruk dalam
kehidupan lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka
permasalahannya adalah “Bagaimana pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Bayi
Baru Lahir Normal ? “

C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Ibu dapat memberikan perawatan bayi baru lahir sesuai
dengan asuhan kebidanan sehingga bayi dapat melewati masa transisinya
dengan baik
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara
lengkap dan akurat pada bayi baru lahir normal

2
b. Mahasiswa mampu menginterpretasi data seseuai dari
data yang telah diperoleh di pengkajian
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dan masalah
kebidanan sesuai dengan nomenklatur kebidanan
d. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan
e. Mahasiwa mampu melaksanakan rencana asuhan
kebinanan BBL normal secara komprehensif
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan sesuai
perubahan perkembangan kondisi klien.

D. Manfaat

1. Mahasiswa : Dapat memberikan informasi dan menambah wawasan dalam


perawatan bayi baru lahir normal
2. Tempat pelayanan : Dapat meningkatkan pelayanan dan pemberian asuhan
yang sesuai untuk bayi baru lahir normal
3. Klien/ Pasien: Diharapkan orang tua dapat melakukan perawatan pada bayi
baru lahir normal sesuai dengan asuhan kebidanan yang diberikan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bayi Baru Lahir


Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstral uterin (Ar
yeyeh ruqiyah, 2010).
B. Karakteristik Bayi Baru Lahir
1. Kepala
Kepala bayi mungkin tampak tidak seimbang berbentuk seperti buah
melon akibat tekanan di jalan lahir. Besar kepala tampak tidak proporsional
dengan tubuhnya sekitar 1/4 panjang tubuhnya, leher pendek dan berlipat-
lipat. Membran liat menutupi dua titik bukan kepala yang disebut fontanel,
yakni tulang tengkorak yang belum menyatu. Fontanel anterior, merupakan
fontanel yang lebih besar berada diatas agak kedepan, menutup setelah usai
18 – 24 bulan. Sedangkan fontanel posterior, terletak lebih kebelakang,
menutup pada usia 6 bulan.
2. Wajah
Mata bayi baru lahir mungkin tampak merah dan bengkak akibat tekanan
pada saat lahir dan akibat obat tetes mata atau salep mata yang diberikan. Bayi
yang berkulit terang biasanya memiliki mata bewarna biru keabu-abuan, dan
bayi berkulit gelap biasanya memiliki mata bewarna coklat. Air mata sudah
ada sejak lahir, tetapi tidak akan keluar sampai usia 6 minggu atau lebih.
Hidung bayi baru lahir tersusun dari jaringan kartilago, tampak datar dan
lebar. Pipi biasanya berlemak, dan wajah kadang-kadang tampak tanpa bentuk
dagu yang jelas.

4
3. Kulit
Kulitnya keriput dan longgar, dan mungkin mulai tampak kering dan
mengelupas setelah beberapa hari. Tubuh bayi mungkin dilapisi verniks
kaseosa, lapisan putih dan berminyak berfungsi mempermudah gerakan bayi
saat dijalan lahir. Tubuh bayi juga memiliki lanugo, rambut halus dibahu,
punggung, dan pipi. Lanugo akan menghilang dalam beberapa hari.
4. Badan
Perut bayi baru lahir lebar, dengan pinggul kecil dan badan melengkung
kedepan. Puntung tali pusat masih ada yang merupakan potongan tali pusat.
Puntung tali pusat akan mengering dan terlepas sendiri, kebanyakan dalam 10
atau 14 hari.
Payudara dan genetal bayi baru lahir mungkin tampak membengkak baik
bayi laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan adanya hormone ibu,
dan BBL mungkin akan mengeluarkan sedikit darah dari vagina. Biasanya
akan menghilang dalam 3 – 5 hari. Urin dan feses pertama biasanya akan
keluar dalam 24 jam pertama.
5. Lengan
Lengan bayi baru lahir dalam posisi fleksi atau menekuk. Tangan
biasanya terasa dingin dan melengkung hingga pergelangan tangan, mungkin
tampak kebiruan karena sistem sirkulasi yang belum sempurna. Pergelangan
tangan tampak gemuk dan berlipat-lipat, sedangkan kuku jari tampak panjang
dan tajam.
6. Kaki
Lutut bayi baru lahir menekuk dan kaki melengkung seperti di tangan,
sistem sirkulasi bayi yang belum sempurna menyebabkan kaki tampak
kebiruan. Kaki pada bayi baru lahir mungkin terdapat bercak-bercak dan
tampak datar karena bantalan lemak di telapak kaki.

5
C. Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi menurut
Marmi (2015) , yaitu :
1. Neonatus menurut masa gestasinya :
a. Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b. Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c. Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
2. Neonatus menurut berat badan lahir :
a. Berat lahir rendah : < 2500 gram
b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c. Berat lahir lebih : > 4000 gram
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
D. Perubahan Psiokologi Pada Bayi Baru Lahir
Masa bayi neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian radikal. Ini
adalah suatu peralihan dari lingkungan (kandungan) ke lingkungan luar. Seperti
halnya semua peralihan, hal itu memerlukan penyesuaian. Penyesuaian diri
radikal pada bayi neonatal antara lain :
a. Menyesuaikan terhadap perubahan suhu.
b. Menyesuaikan diri terhadap cara bernapas.
c. Menyesuaikan diri terhadap pola makan.
d. Menyesuaikan diri terhadap sistem ekresi.

Kemudian beralih ke masa terhentinya perkembangan untuk sementara


waktu kira-kira 1 minggu, seperti berkurangnya berat badan dan selalu sakit-
sakitan. Pada akhir periode neonatal perkembangan dan kesehatan bayi akan
berjalan seperti semula. Sebenarnya terhentinya perkembangan dan pertumbuhan
6
bayi tersebut merupakan ciri khas dari periode neonatal dan dianggap normal.
Setelah mengalami penyesuaian tahap neonatal bayi mengalami periode
babyhood secara umum adalah usia 2 minggu hingga 2 tahun.

E. Kebutuhan Fisik Bayi Baru Lahir


1. Pemberian Minum
ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau
on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara sampai terasa
kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah
memberikan ASI sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun
kecuali imunisasi, dan vitamin. Berikan ASI sampai usia 2 tahun dengan
tambahan makanan lunak sesuai tahapan usia bayi.
IMD adalah bayi berusaha menyusui sendiri diatas perut ibu segera setelah
persalinan dan minimal 1 jam. Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu
dagu menyentuhh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting
dan areola bagian bawah, bibi melengkung keluar, bayi menghisap dengan
kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
2. Menolong BAB Pada Bayi
BAB hari pertama sampai ketiga adalah meconium yaitu feses
bewarna kehitaman, hari 3-6 adalah feses tamsisi yaitu feses bewarna coklat
sampai kehijauan karena masih bercampur meconium, selanjutnya feses akan
bewarna kekuningan. Kemudian segera bersihkan bayi setiap selesai BAB
agar tidak terjadi iritasi di daerah genetalia.
3. Menolong BAK Pada Bayi
Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama
kelahiranya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi.
Setiap sehabis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi iritasi di daerah
genetalia.

7
4. Kebutuhan istirahat Tidur
Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari.
Pada umumnya bayi mengenal malam setelah 3 bulan, jaga kehangatan bayi
dengan suhu kamar yang hangat dan selimuti bayi.
5. Menjaga kebersihan kulit
Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahirnya, sebelum
mandi sebaiknya periksa suhu tubuh bayi, jika terjadi hipotermi lakukan skin
to skin dan tutupi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya bayi
mandi minimal 2 kali sehari, mandikan bayi dengan air hangat dan ditempat
hangat.
F. Keadaan Pada Saat Bayi Baru Lahir
1. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsang terhadap
reaksi rayuan, rangsang sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara
mainan
2. Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan- gerakan tangan yang simetris pada
waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu
menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pada pemeriksaan
lebih lanjut.
3. Simetris
Apakah secara keseluruhan badan seimbang, kepala, apakah terlihat
simetris, benjolan seperti tumor yang lunak di belakang atas yang
menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses
kelahiran, benjolan pada kepala tersebut hanya terdapat di sebelah kiri atau
kanan saja, atau di sisi kiri atau kanan tetapi tidak melampaui garis tengah
bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol

8
( Capput sucssedeneum ) di kepala hilang dan jika terjadi moulase, tunggu
hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
4. Muka wajah
Bayi tampak ekspresi, mata perhatikan kesimetrisan antara mata kiri
dan kanan, perhatikan adanya tanda – tanda perdarahan berupa bercak merah
yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.
5. Mulut
Penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut
ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada bayi
normal, bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan adanya kelainan
bawaan saluran cerna.
6. Leher dada dan abdomen
Melihat adanya cedera akibat persalinan perhatikan ada tidaknya
kelainan pada pernafasan bayi, karena bayi biasanya ada pernafasan perut.
7. Punggung
Adanya benjolan, tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang
kurang sempurna, bahu, tangan, sendi, tungkai, perlu perhatikan bentuk,
gerakannya, fraktur bila ekstermitas lunglai atau kurang gerak, farices.
8. Kulit dan kuku
Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang – kadang
didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang berlebihan
harus difikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit yang
warnanya tidak rata ( Cutis marmorata ) ini dapat disebabkan karena
temperatur dingin, telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru,
kulit menjadi pucat dan kuning, bercak – bercak besar biru yang sering
terdapat di sekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1 -
5 tahun.

9
9. Kelancaran menghisap dan pencernaan
Harus diperhatikan tinja dan kemih, diharapkan keluar dalam 24 jam
pertama, waspada bila terjadi perut yang tiba – tiba membesar, tanpa adanya
keluarnya tinja, disertai muntah dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap
segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinan
Hirschprung/Congenital Megacolon
10. Refleks
Reflex rooting, bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi,
reflex isap, terjadi apabila terdapat benda yang menyentuh bibir, yang disertai
reflex menelan, reflex moro ialah timbulnya gerakan tangan yang simetris
seperti merangkul apabila kepala tiba – tiba digerakkan, reflex mengeluarka
lidah terjadi apabila diletakkan di dalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi
menolak makanan atau minuman.
11. Berat badan
Sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%
berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
G. APGAR Score
APGAR Sroce adalah penilaian sederhana yang dilakukan dokter
untuk memastikan kondisi kesehatan bayi secara menyeluruh setelah lahir.
Penilaian ini membantu dokter atau bidan untuk menentukan apakah bayi
dalam kondisi baik atau justru membutuhkan pertolongan medis. Jika bayi
mendapatkan score rendah setelah dilakukan penilaian artinya bayi
membutuhkan perawatan khusus sedangkan jika baik mendapatkan score
tinggi bayi dalam kondisi baik sehingga tidak memerlukan perawatan medis
tertentu.
Pemeriksaan ini dilakukan secara cepat bayi baru lahir akan
mengevaluasi keadaan fisik dari bayi baru lahir dan sekaligus mengenali
adanya tanda - tanda darurat yang memerlukan dilakukannya tindakan segera

10
terhadap bayi baru lahir. Seorang bayi dengan berbagai tanda bahaya
merupakan masalah yang serius, bayi dapat meninggal bila tidak ditangani
segera. APGAR dipakai untuk menilai kemajuan kondisi. Bayi baru lahir
pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran. Pengukuran menit pertama
digunakan untuk menilai bagaimana ketahanan bayi melewati proses
persalinan. Pengukuran pada menit kelima menggambarkan sebaik apa bayi
dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu. Pada situasi tertentu pengukuran
ke tiga kalinya dan selanjutnya dapat dilakukan pada menit ke 10, 15, dan 20
setelah kelahiran.
Pengkajian ini didasarkan pada lima aspek yang menunjukan kondisi
fisiologis neonatus tersebut, yakni :
1. Denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop
2. Pernafasan, dilakukan bersadarkan pengamatan gerakan dinding dada
3. Tonus otot, dilakukan berdasarkan derajat fleksi dan pergerakan ekstermitas
4. Iritabilitas reflex, dilakukan berdasarkan respons terhadap tepukan halus
pada telapak kaki
5. Warna dideskripsikan sebagai pucat, sianotik, atau merah muda
Setiap hal di atas diberi nilai 0, 1, atau 2. Evaluasi dilakukan pada 1
menit pertama dan menit kelima setelah bayi lahir.
NO TANDA NILAI 0 NILAI 1 NILAI 2
1. Denyut jantung Tidak ada Lambat< 100 >100
2. Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis
menangis lemah dengan baik
3. Tonus otot Lemah Ekstermitas Fleksi
sedikit fleksi dengan baik
4. Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis
respon (Grimace)
5. Warna Biru, pucat Tubuh merah Merah muda

11
muda,ekstermitas seluruhnya
biru
Keterangan :
Pemberian nilai APGAR baik itu pada APGAR 1 (1 menit pertama), atau
pada APGAR 2 (5 menit kemudian) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Nilai 0-3 : Mengindikasikan bayi distres berat
Nilai 4-6 : Mengindikasikan kesulitan moderat ( depresi sedang )
Nilai 7-10 : Mengindikasikan bayi kondisi normal atau baik tidak akan
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan
kehidupan di luar rahim.
H. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar
dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24
jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus
dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang
muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan
lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal,
mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan
kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan, terutama
pencegahan terhadap sudden infant death syndrome (SIDS) (Lissauer, 2013).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008).
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1. Mengatur dan mempertahankan suhu bayi pada tingkat yang normal

12
Menurut Roberton NRC, 1996 Bayi kehilangan panas melalui 4 cara
yaitu :
a. Konduksi : melalui benda – benda padat yang berkontrak melalui kulit
bayi
b. Konfeksi : suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20°C
dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yag
terbuka. Kipas angin dan AC harus cukup jauh dari area resusitasi.
Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konfeksi
ke udara sekitar bayi.
c. Cara evaporasi : BBL yang dalam keadaan basah kehilangan panas
dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan
seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah di
lahirkan. Lebih baik bila menggunakan handuk hangat unntuk
mencegah hilangnya panas secara konduktif.
d. Cara radiasi : bayi harus diselimuti , termaksuk kepalanya idealnya
dengan handuk hangat karena bayi yang mengalami asfiksia tidak
dapat menghasilkan panas untuk dirinya sendiri dan karenanya akan
kehilangan panas lebih cepat. Harus diingat bahwa bayi saat lahir
mempunyai suhu 0,5 – 1 °C lebih tinggi dari suhu ibunya.
2. Penilaian Awal Untuk Memutuskan Resusitasi Pada Bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan:
a. Apakah kehamilan cukup bulan ?
b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap ?
c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan

13
napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama
biasanya berlangsung pada menit ke 45-60 dan berlangsung selama 10-20
menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI,2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD
dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang
pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu
(Kementerian Kesehatan RI,2013).
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan
incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan
mencegah infeksi nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat
normal karena pengeluaran meconium lebih cepat sehingga dapat
menurunkan insiden icterus BBL. Kontak kulit dengan kulit juga
membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.
Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengelarkan hormone oksitosin,
prolactin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu
dan bayi (WHO 1998).

14
4. Pengikatan,Pemotongan Dan Perawatan Tali Pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau
perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali
pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat
adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan
cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus
(Lissauer, 2013).
5. Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu harus dilekatkan pada pergelangan
tangan atau kaki sejak di ruangan bersalin. Pemasangan dilakukan dengan
sesuai agar tidak terlalu ketat ataupun longgar sehingga mudah lepas
(Roberton NRC, 1996).
6. Pemberian Salep Mata/Tetes Mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin
1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes
mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
7. Pencegahan Perdarahan Melalui Penyuntikan Vitamin K1 Dosis Tunggal
Di Paha Kiri

15
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease
of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan
beberapa dosis untuk mengat asi absorbsi yang bervariasi dan proteksi
yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat diberikan
dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).
8. Pemberian Imunisasi Hepatitis B (HB 0) Dosis Tunggal Di Paha Kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan
hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9. Pengukuran Berat Dan Panjang Lahir
BBL harus ditimbang berat lahirnya. Dua hal yang selalu ingin
diketahui orang tua tentang bayinya yang baru lahir adalah jenis kelamin
dan beratnya. Pengukuran panjang bayi tidak rutin dilakukan karena tidak
banyak bermakna. Pengukuran dengan menggunakan pita ukur tidak
akurat. Bila diperlukan data mengenai panjang lahir, maka sebaiknya
dilakukan dengan menggunakaan stadiometer bayi dengan menjaga bayi
dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam keadaan ekstensi(Roberton
NRC, 1996).
10. Memandikan Bayi
Menurut Roberton NRC, 1996 memandikan bayi segera setelah lahir
dapat mengakibatkan hipotermia. Pada beberapa kondisi seperti bayi
kurang sehat, bayi belum lepas dari tali pusat atau dalam perjalanan, tidak

16
perlu untuk mandi berendam. Bayi cukup diseka dengan sabun dan air
hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih. Saat mandi bayi
dalam keadaan telanjang dan basah sehingga mudah kehilangan panas.
Karena itu, harus dilakukan upaya untuk mengurangi terjadinya
kehilangan panas. Suhu ruang saat memandikan bayi harus hangat
(>25°C) dan suhu air yang optimal adalah 40°C untuk bayi kurang dari 2
bulan dan dapat berangsur turun sampai 30°C untuk bayi diatas diatas 2
bulan.
Menurut Roberton NRC, 1996 Urutan memandikan bayi yang benar
dimulai dari membersihkan wajah. Mata dibersihkan dengan kapas yang
telah direndam air matang, lubang hidung dibersihkan perlahan dan tidak
terlalu dalam dengan cotton buds yang dicelupkan kedalam air bersih.
Bagian luar telinga di bersihkan dengan cutton buds yang telah diberikan
baby oil. Kemudian wajah bayi diusap waslap yang telah direndam
dengan air hangat setelah wajah dibersihkan bukalah baju bayi lalu
bersihkan alat kelamin dan bokong bayi dengan kapas basah. Usap
seluruh permukaan dan lipatan tubuh bayi dengan waslap yang direndam
dengan air hangat. Tangan kiri ibu menyanggah kepala dan memegang
erat ketiak bayi sedangkan tangan kanan ibu membersihkan sabun di
tubuh bayi. Untuk membersihkan punggung bayi balikan badan bayi
perlahan dengan tangan kanan ibu sedangkan tangan kiri ibu tetap
menopang badan bayi dan memeganag erat ketiaknya. Pencucian rambut
hanya dilakukan bila rambut keliatan kotor atau ada kerak di kulit
kepalanya dengan mengoleskan beberapa tetes baby oil atau shampoo
bayi di kuliat kepala bayi, lalu disisir dengan dengan sikat rambut halus
untuk memudahkan lepasnya kerak di kulit kepala bayi. Selanjutnya usap
rambut dan kepala bayi dengan waslap yang direndam air hangat sampai
bersih. Segera bungkus bayi dengan handuk kering dan letakan diatas

17
handuk kering. Pemakaian lation setelah mandi tidak umum dibutuhkan
bayi karena justru membuat pori – pori kulit tertutup.
11. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap
berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian
BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut
(KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali
pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
12. Pemberian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia
2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur
dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian
ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk
dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru
lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
I. Proses Manjemen Menurut Helen Varney (1997)
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan
proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal
1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian
pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik
bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana
prilaku yang diharapkan dari pemberian asuhan. Proses manajemen bukan
hanya terdiri atas pemikiran dan tindakan, melainkan juga prilaku pada setiap
langkah agar layanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan

18
demikian, proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberi
pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang
terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
Proses manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, dan
setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi
langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa berubah sesuai dengan
kebutahan klien.

Langkah I: Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan


mengumpulkan semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu:

1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannnya
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi

Pada tahap ini, bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat


dari berbagai sumber. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap
tentang kodisi klien. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan konsultasikan melalui
upaya manejemen kolaborasi. Pada kondisi tertentu, langkah pertama dapat
tumpang tindih dengan langkah ke-5 dan ke-6 (atau menjadi bagian langkah
tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostic yang lain. Terkadang bidan perlu
19
memulai manajemen dari langkah ke-4 untuk memperoleh data dasar awal
yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II: Interpretasi data dasar

Pada tahap ini, bidan mengindentifikasi diagnosis atau masalah dan


kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interpretasi data yang akurat. Data
dasar yang telah dikumpulkan kemudian di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis
sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan
layaknya diagnosis,tetapi membutuhkan penanganan yang tertuang dalam
sebuah rencana asuhan bagi klien. Sebagai contoh, diperoleh bayi baru lahir
normal umur 0 jam kemungkinan bayi harus diberikan asuhan kebidanan
segera supaya kondisi bayi tetap baik-baik saja.

Langkah III: Mengidentifikasikan diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis


potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
didentifikasi sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau
bila memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien.
Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini
benar-benar terjadi.

Langkah ini sangat penting dalam memberikan asuhan yang aman bagi
klien. Mari kita lihat contoh kasus bayi baru lahir normal dari NY.A, bidan
harus membuat dan melakukan perencanaan asuhan yang tepat tehadap bayi
baru lahir normal tersebut.

Langkah IV: Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan


segera

20
Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi perlu/tidaknya tindakan segera
oleh bidan maupun oleh dokter, dan/atau kondisi yang perlu dikonsultasikan
atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manejemen
kebidanan. Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan selama
pemberian asuhan primer berkala atau kunjungan prenatal saja,tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan,misalnya pada waktu persalinan.

Pada tahap ini, bidan dapat mengumpulkan dan mengevaluasi


sejumlah data baru.beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat yang mengharuskan bidan mengambil tindakan segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (mis.,perdarahan kalaIII atau
perdarahan segera setelah lahir,distosia bahu , atau nilai APGAR yang
rendah). Dari data yang dikumulkan,akan terlihat mana situasi yang
memerlukan tindakan segera dan mana yang harus menunggu intervensi dari
dokter(miss.,prolapse tali pusat).

Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan yang menyeluruh yang


ditentukan menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan
kelanjutan manajemen diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
sebelumnya,dan bidan dapat segera melengkapi informasi atau data yang tidak
lengkap.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang


sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti yang
apa diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan

21
dengan kondisi social-ekonomi, budaya, atau psikologis. Setiap rencana
asuhan harus sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klie

n, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari
pelaksanaan perencanaan tersebut. Oleh sebab itu, tugas bidan dalam tahap ini
adalah meremuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh


ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up-tu-date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak
akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai
dengan keaaadan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap valid, sehingga
menghasilkan asuhan kebidanan klie ynag lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah ke VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini, perencana asuhan menyeluruh seperti yang telah


diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya. Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan rencana asuhan bersama tersebut. Manajem yang efisien
akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

22
Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah


diberikan. Ini mencangkup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah
benar – benar telah terpenuhu sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah
teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila memang telah
dilaksankan secara efektif. Bisa saja sebagian dari rencana tersebut telah
efektif, sedangkan sebagian lagi belum. Mengingat manajemen asuhan
kebidanan merupakan suatu kontinum, bidan perlu mengulang kembali dari
awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tersebut tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah- langkah pada proses
mmanajement umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang memengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis.
Proses manajemen tersebut berlangsung dalam tatanan klinis, dan 2 langkah
yang terkahir tergantung pada klien dan situasi kilinik. Oleh sebab itu, tidak
mungkin proses manajemen ini dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja.

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


No. Register : 07111240
Masuk RS tanggal/jam : 19 Mei 2019 jam 19.00 WIB
Diruang : Ruang Bersalin RSDMDN Yogyakarta
1. PENGKAJIAN
Tanggal 20 Mei 2019 jam 02.00 WIB
a. Data Subyektif
1) Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. RH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 jam
Anak ke- : II (Dua)
Lahir : 19 Mei 2019 jam 02.00 WIB
2) Identitas Orangtua
Ibu
Nama : Ny.RH
Umur : 34 tahun
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Banjardadap,Banguntapan, Potorono, Bantul
Ayah
Nama : Tn. S

24
Umur : 35 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Banjardadap,Banguntapan, Potorono, Bantul
3) Data Kesehatan
a) Riwayat Kehamilan
P2 A0 Ah2
Riwayat ANC : Teratur, 12 kali, di RSDMDN
oleh dokter spOG
Imunisasi TT : 3 kali, TT 1 tanggal 10 juli
2018 TT 2 11 agustus 2018 TT3
tanggal februari 2019
Kenaikan BB : 12 kg
Keluhan saat hamil : Anemia
Penyakit selama hamil : tidak ada
Kebiasaan : Tidak merokok dan tidak
minum jamu
Komplikasi pada kehamilan : Tidak ada komplikasi
Komplikasi Janin : Tidak ada
b) Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal/Jam persalinan : 20 Mei 2019 / 02.00 WIB.
Jenis persalinan : Pervaginam, spontan.
Lama persalinan : 7 jam 20 menit.
Kala I : 5 jam 10 menit
Kala II : 5 menit
Kala III : 5 menit

25
Kala IV : 2 jam
Warna air ketuban : Jernih
Trauma persalinan : Tidak ada
Kondisi saat lahir :Menangis kuat, tubuh
kemerahan,
gerakan : aktif
Penolong persalinan : Dokter
Penyulit dalam persalinan : Tidak ada
Inisiasi Menyusu Dini : Dilakukan selama 1 jam dan
berhasil (Bayi dapat menyusu
pada menit ke-30)
Bonding attachment : Dilakukan
4) Keadaan bayi baru lahir
Nilai APGAR : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit : 9/10/10
No Kriteria 1 Menit 5 Menit 10 Menit
1. Denyut Jantung 2 2 2
2. Usaha Nafas 2 2 2
3 Tonus Otot 1 2 2
4. Reflek 2 2 2
5. Warna Kulit 2 2 2
TOTAL 9 10 10
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal 20 Mei 2019 jam 02.20 WIB
a. Diagnosa kebidanan
Bayi baru lahir Ny. RH umur 0 jam
b. Data Dasar
Data Subyektif
1) Riwayat Persalinan Sekarang

26
Tanggal/Jam persalinan : 19 Mei 2019 / 19.00 WIB.
Jenis persalinan : Pervaginam, spontan.
Lama persalinan : 7 jam 20 menit.
Kala I : 5 jam 10 menit
Kala II : 5 menit
Kala III : 5 menit
Kala IV : 2 jam
Warna air ketuban : Jernih
Trauma persalinan : Tidak ada
Kondisi saat lahir : Menangis kuat, tubuh kemerahan.
Penolong persalinan : Bidan.
Penyulit dalam persalinan : Tidak ada
Inisiasi Menyusu Dini : Dilakukan selama 1 jam dan berhasil
2) Keadaan bayi baru lahir
Nilai APGAR : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit : 8/9/9
Kebutuhan : Perawatan bayi setelah lahir, Menjaga
kehangatan bayi
Data Objektif
Jenis kelamin : Laki – Laki
c. Masalah
Tidak ada
d. Kebutuhan
Perawatan bayi setelah lahir, Menjaga kehangatan bayi
3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA
Tanggal 20 Mei 2019 jam 02.25 WIB
Tidak ada diagnosa terhadap bayi Ny. RH
4. IDENTIFIKASI PENANGANAN SEGERA
Tanggal 20 Mei 2019 jam 02.30 WIB

27
Tidak ada tanda- tanda untuk melakukan penanganan segera
5. RENCANA ASUHAN
Tanggal 20 Mei 2019 jam 03.10 WIB
a. Beri tahu ibu akan dilakukan periksaan lebih lanjut pada bayi nya
b. Lakukan pemeriksaan fisik umum dan fisik khusus, pemeriksaan refleks,
dan pemeriksaan penunjang
c. Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir normal 1 jam
d. Berikan identitas bayi berupa gelang di tangan kiri bayi
e. Pertahankan suhu tubuh bayi baru lahir tetap hangat
f. Berikan salep mata atau tetes mata pada bayi
g. Berikan vitamin K pada bayi dengan dosis 1 mg secara intramuscular pada
⅓ paha anterolateral sebelah kiri.
h. Berikan imunisasi Hb-0 secara intramuscular pada ⅓ paha anterolateral
sebelah kiri setelah 1 jam pemberian vitamin K.
i. Perlihatkan bayi pada orang tua atau keluarga
j. Beritahu hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga
6. MELAKSANAKAN PERENCANAAN
Tanggal 20 Mei 2019 jam 03.20 WIB
a. Memberitahukan ibu akan dilakukan periksaan lebih lanjut pada bayi nya
b. Melakukan pemeriksaan fisik umum dan fisik khusus, pemeriksaan
refleks, dan pemeriksaan penunjang
c. Melakukan perawatan dan pencegahan infeksi pada tali pusat dengan cara
membungkus tali pusat dengan kassa steril
d. Memberikan identitas bayi berupa gelang di tangan kiri bayi
e. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat
f. Memberikan salep mata oksitetrasiklin 1 % pada kedua mata bayi.
g. Memberikan vitamin K pada bayi dengan dosis 1 mg secara intramuscular
pada ⅓ pahaanterolateral sebelah kiri

28
h. Memberikan imunisasi Hb-0 dengan dosis 0,5 cc dan jarak pemberian
minimal 1 jam dari pemberian vitamin K secara intramuscular pada paha
anterolateral
sebelah kanan.
i. Memperlihatkan bayi pada orang tua atau keluarga
j. Memberitahu hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga
7. EVALUASI
Tanggal 20 Mei 2019 jam 04.20 WIB
a. Ibu sudah diberitahu akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada
bayinya
b. Telah dilakukan pemeriksaan fisik umum dan fisik khusus, pemeriksaan
refleks, dan pemeriksaan penunjang
c. Telah dilakukan perawatan pada tali pusat
d. Bayi telah diberikan identitas berupa gelang di tangan kiri bayi
e. Suhu tubuh bayi sudah dipertahankan dengan kain hangat
f. Mata bayi telah diberikan salep mata antibiotic profilaksis (Oksitetrasiklin
1 %) untuk mencegah infeksi
g. Bayi telah mendapatkan vitamin K 1 mg pada paha kiri
h. Telah diberikan imunisasi Hb-0 0,5 cc pada bayi setelah 1 jam pemberian
vitamin K 1
i. Ibu dan keluarga telah mengetahui kondisi bayinya yang baru lahir dan
senang mendengar keadaan bayinya yang lahir dengan sehat

29
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus di atas pada tahap awal sudah dilakukan pengkajian sesuai
dengan teori varney, dimulai dengan menanyakan data subjektif yaitu identitas,
riwayat kehamilan , dalam riwayat kehamilan Ny RH tidak ada masalah yang serius,
tidak terjadi komplikasi, Ny RH juga tidak mempunyai penyakit turunan dan penyakit
menular seksual , hanya saja Ny RH mengalami keluhan pada saat hamil yaitu
anemia tetapi anemia yang terjadi pada Ny RH bisa diatasi dan tidak terjadi masalah
yang serius. Ny RH melakukan imunisai TT sebanyak 3 kali sudah sesuai dengan
yang dianjurkan oleh dokter. Untuk riwayat persalinan sekarang Ny RH melakukan
persalinannya normal pervagina dengan lama waktu yang normal,selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik yang termasuk dalam data objektif, Nilai APGAR pada
bayi Ny RH bagus. Hasil keseluruhan dari anamnesa dan pemeriksaan baik dan
normal dan sudah sesuai dengan teori asuhan kebidanan pada neonatus.sehingga tidak
ada tanda-tanda bahaya atau yang harus di khawatirkan oleh dokter.
Selanjutnya untuk tahap kedua yaitu menginterpretasi data dari pengkajian
yang telah dilakukan dengan hasil diagnosa kebidanan yaitu Bayi baru lahir Ny. RH
umur 1 jam yang telah diperoleh dari data subjektif dan objektif yang sudah
dilakukan dilangkah awal yaitu pengkajian . Pada bayi Ny RH tidak mempunyai
masalah yang harus dikhawatirkan. Untuk kebutuhan Bayi baru lahir 1 jam pada bayi
Ny RH diperlukan tindakan Perawatan bayi setelah lahir dan Menjaga kehangatan
bayi.
Untuk langkah yang ketiga menurut teori varney adalah mengidentifikasi
diagnosa, Dalam kasus tersebut di diagnosa bayi dari Ny. RH lahir dengan cukup
bulan dan tidak ada kelainan pada bayi atau tanda-tanda bahaya pada bayi sehingga
tidak ada diagnosa atau masalah potensial yang perlu diwaspadai pada bayi Ny RH

30
Selanjutnya dalam langkah ke empat yaitu mengidentifikasi penanganan
segera, Dalam kasus tersebut bayi tidak mengalami kelainan dan tidak ada tanda-
tanda bahaya pada bayi sehingga dokter tidak perlu memberikan tindakan
penanganan segera pada bayi Ny RH.
Langkah yang kelima adalah Melakukan rencana asuhan pada bayi baru lahir
usia 1 jam, setelah bayi dipotong tali pusat dan dilakukan IMD, kemudian dalam
langkah ini dilakukan rencana lanjutan,dokter harus beritahukan terlebih dahulu
kepada ibu jika akan dilakukan pemeriksaan lanjutan, setelah ibunya menyetujui
dokter merencanakan untuk pemeriksakan fisik, refleks, dan penunjang. rencana ini
sudah sesuai dengan teori asuhan kebidanan pada BBL usia 1 jam. . Kemudian yanng
kedua dilakukan rencana pencegahan infeksi pada tali pusat dengan kassa steril,
dalam rencana tersebut sudah sesuai dengan teori juga setelah melakukan perawatan,
selanjutnya rencana asuhannya pemberian label atau identitas bayi , pemberian salep
mata kepada bayi agar terhindar dari infeksi , pemberian vitamin K agar tidak terjadi
pendarahan pada bayi, dan juga dilakukan rencana pemberian suntik imunisasi pada
bayi kurang lebih setelah 1 jam pemberian vitamin K, dan beritahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu. Rencana asuhan pada kasus tersebut sudah sesuai dengan
teori yang ada untuk Asuhan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir usia 1 jam.
Langkah ke enam yaitu melaksanakan rencana yang telah dibuat sebelumnya
yang ada di langkah kelima, Dalam pelaksanaan perencanaan yang telah dilakukan
pada kasus tersebut sudah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dalam rencana
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 1 jam
Langkah yang terakhir yaitu dilakukannya evaluasi dari yang telah dilakukan
dilangkah sebelumnya, Pelaksanaan evaluasi yang telah terdapat dalam kasus tersebut
sudah sesuai dengan keinginan dan tujuan dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir. Keinginan dan tujuan dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
yaitu sudah memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan lanjutan
kemudian bayi Ny. RH sudah dilakukan pemeriksaan fisik dari pengukuran BB dan

31
PB , pemeriksaan reflek dan pemeriksaan penunjang, Bayi juga sudah dilakukan
perwatan tali pusat menggunakan kassa steril dan sudah diberikannya salep mata
pada bayi , bidan juga sudah memberikan vitamin K dan imunisai pada BBL setelah 1
jam pemberian vitamin K.

32
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ny RH melakukan persalinan secara pervaginam dan spontan dengan di


tolong oleh dokter. Bayi baru lahir Ny RH usia 1 jam dilakukan perawatan sesuai
dengan asuhan kebidanan bayi baru lahir, dari beberapa asuhan yang diberikan pada
bayi tidak ada masalah dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bayi juga sudah
dilakukan periksaan lanjutan sesuai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
dan telah dilakukan pemberian vitamin K supaya tidak ada perdarahan pada tali pusat
bayi, dilakukan juga perawatan untuk mencegah infeksi pada bagian mata bayi
dengan pemberian salep mata, bayi juga diberikan imunisasi hepatitis.
B. Saran
Dalam melakukan perawatan bayi baru lahir 1 jam harus di lakukan sesegera
mungkin dan di lakukan dengan hati-hati. Untuk penolong persalinan di sarankan
untuk mempersiapkan segala persiapan alat maupun perlindung diri karena meskipun
kondisi bayi di ketahui sudah baik dan normal namun akan ada segala kemungkinan
yang terjadi. Pasien atau klien juga harus mempersiapkan diri dari jauh jauh hari agar
persalinan berjalan dengan lancar dan bayi lahir dengan selamat dan sehat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, M. 2015. BAYI BARU LAHIR. Diambil pada tanggal 18 Oktober 2019.
Diperoleh pada https://www.academia.edu
Fatiscya,T. 2015. KEBUTUHAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI DAN
ANAK. Diambil pada tanggal 20 April 2019. Diperoleh pada
https://www.academia.edu
Nur,Wafi Muslihatun, Mufdlilah, dan Nanik Setiyawati. 2009. DOKUMENTASI
KEBIDANAN. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya
Rahmah,N. 2015. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI BAYI DAN BALITA.
Diambil pada tanggal 20 April 2019. Diperoleh pada
https://www.academia.edu/

34

Anda mungkin juga menyukai