A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan audiens lebih mampu dan mengerti
mengenai apa saja gangguan tumbang dan gizi pada balita
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan audiens dapat memahami tentang:
1. Pengertian obesitas pada balita
2. Penyebab obesitas
3. Cara mengatasi obesitas
B. Materi
1. Pengertian obesitas pada balita
2. Penyebab obesitas
3. Cara mengatasi obesitas
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Media
1. LCD dan Proyektor
2. PPT Materi
E. Proses Kegiatan
N Tahap Kegiatan Pemateri Wakt Kegiatan Peserta
o u
1 Pembu 1. Memberikan salam 5 1. Menjawab salam
kaan 2. Memperkenalkan diri Menit 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan
4. Kontrak waktu 4. Menyetujui
5. Menyamakan Persepsi 5. Menjawab
2 Inti Menjelaskan tentang : 20 1. Memperhatikan
1. Pengertian obesitas pada Menit 2. Mendengarkan
balita 3. Bertanya
2. Penyebab obesitas 4. Memperhatikan
3. Cara mengatasi obesitas 5. Mendengarkan
6. Bertanya
F. Evaluasi
1. Memahami Pengertian obesitas pada balita
2. Mengetahui Penyebab (nah disini kita carinya penyebab yg ada keseimbangan
gizi pada balita - Sufor kandungan normal konsumsi pd balita)
3. Menegtahui Cara mengatasi obesitas (salah satunya konsumsi gizi seimbang
perbanyak sayur & kurangi sufor)
G. Materi
1. Definisi
Sedangkan menurut WHO dalam P2PTM Kemenkes RI
(2018) obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan
(energy expenditure) dalam waktu lama.
Anak akan mengalami berat badan berlebih (kegemukan) dan kelebihan lemak
dalam tubuh (obesitas) anak selalau makan dalam porsi besar dan tidak di
imbangi dengan aktivitas yang seimbang. Dampak obesitas pada anak memiliki
faktor resiko penyakit kardiovaskuler, seperti hiperlipidemia (tingginya kadar
kolestrol dan lemak dalam darah), hipertensi, hiperinsulinemia, gangguan
pernapasan, dan komplikasi ortopedik (tulang). Apabila hal ini tidak teratasi,
berat badan berlebih (obesitas) akan berlanjut sampai anak beranjak remaja dan
dewasa.
Menurut aven – HAN (1992), obesitas sering di temui pada anak-anak sebagai
berikut:
a. Anak yang setiap tangisan sejak bayi di beri susu botol
b. Anak yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat
c. Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi
d. Anak yang selalu di beri makanan yang mengandung gula
e. Anak yang malas untuk beraktivitas fisik
upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni kunci nya ada pada keluarga.
Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukan pada anak
a. Orang tua perlu melakukan pecegahan seperti mengendalikan pola makan
anak agar tetap seimbang. Awasi kebiasaan makan nya, jangan berikan
makanana yang kandungan lemaknya tinggi
b. Perbanyak makan sayuran. Hindari memberikan masakan yang
mengandung banyak lemak seperti santan yang terlalu kental.
c. Berikan cemilan yang sehat seperti buah-buahan.
d. Hindari terlalu banyak memberikan makanan dan minuman manis, karena
makanan dan minuman manis mengandung sumber kalori yang dapat
meningkatkan berat badan.
e. Upayakan melibatkan anak pada aktivitas yang bisa mengeluarkan
energinya, terutama di luar ruangan seperti lari, berenang, atau sedanga
bermail bola dan lain-lain
2. Pengaturan makan balita
Priode 7-24 bulan terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya adalah
memberikan ASI sampai usia 2 tahun, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI),
imunisasi, dan sumplemntasi vitamin A. Makanan pendamping ASI adalah
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai
dengan kemampuan bayi (Winarno. 1987, dalam Mufida, dkk. 2015).
Penelitian terkait sistem rekomendasi resep makanan telah dilakukan oleh Mikami
(2014) memperhatikan beberapa faktor dalam menentukan rekomendasi resep
makanan yaitu keseimbangan kandungan protein, lemak dan karbohidrat dalam
setiap bahan makanan. Penelitian lain oleh Fitri (2013) yang merekomendasikan
makanan berdasarkan kebutuhan kalori harian anak yang telah dihitung dan
disesuaikan dengan kalori total dari setiap resep makanan. Dalam
merekomendasikan alternatif resep menu yang paling mendekati kebutuhan terkait
pola diet, Chien dkk (2011) menggunakan metode fuzzy technique for order
preference by similarity to ideal solution(TOPSIS). Fuzzy dalam metode tersebut
digunakan untuk mengubah variabel linguistik ke dalam bentuk numerik. TOPSIS
dipilih karena dapat mengevaluasi solusi terbaik dengan nilai tertinggi dari indeks
persamaan dan cocok digunakan untuk merekomendasikan resep makanan.
Perpindahan dari pemberian ASI eksklusif ke MPASI biasanya mencakup
periode usia enam bulan hingga delapan belas sampai dua puluh empat bulan.
Periode tersebut merupakan periode rentan malnutrisi pada banyak anak. World
Health Organization (WHO) memperkirakan 2 dari 5 anak tidak tumbuh dengan
baik pada negara-negara dengan penghasilan rendah (WHO 2014), pemberian
MPASI harus bersifat mencukupi, yang artinya makanan tersebut harus diberikan
dalam jumlah, frekuensi, konsistensi dan menggunakan bermacam makanan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan anak dengan masih memperhatikan
keberlangsungan pemberian ASI (WHO 2014).
Kebutuhan protein dan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral di perlukan
dalam jumlah tinggi karena pada masa anak usia 2 tahun merupakan masa
pertumbuhan dan dengan laju dengan metabolisme tinggi. Kandungan lemak pada
makanan pendamping asi anak di perlukan sebagai sumber asam lemak esensial,
memfalitasi penyerapan vitamin larut lemak. Kebutuhan lemak bagi anak dalam
makanan pendamping ASI berkisar antara 30%-45% kebutuhan energi.
Membuat makanan keluarga yang cocok untuk anak yaitu gunakan sedikit gula,
garam, dan hindari bumbu-bumbu dengan rasa yang tajam. Susu masih sangat
penting dalam pola makan anak meskipun harus di kurangi sekitar 200-600ml susu
atau 2-3 porsi. Berikan anak makanan yang sehat, bervariasi dan seimbang, anak
harus makan berbagai macam makanan dari setiap kelompok makanan:
Jenis karbohidrat perhari
a. 2-3 porsi susu perhari
b. 1-2 porsi jenis daging atau jenis ikan lainnya perhari
c. 5 porsi jenis buah dan sayur perhari
MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam proses
belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik.
Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang
diperlukan balita karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan balita secara terus
menerus, dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi
kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang
didapatkan dari ASI
Untuk tumbuh kembang optimal, anak membutuhkan asupan gizi yang cukup.
Bagi bayi usia 0-6 bulan, pemberian ASI saja sudah cukup, namun bagi bayi di atas
6 bulan diperlukan makanan selain ASI yaitu berupa makanan pendamping ASI
atau MP-ASI (Depkes RI., 2006)
Dalam pemberian MP-ASI, yang perlu diperhatikan adalah usia pemberian
MP-ASI, jenis MPASI, frekuensi dalam pemberian MP-ASI, porsi pemberian MP-
ASI, dan cara pemberian MP-ASI pada tahap awal tidak hanya dapat memenuhi
kebutuhan gizi anak, namun juga merangsang keterampilan makan dan
merangsang rasa percaya diri pada anak. Pemberian makanan tambahan harus
bervariasi, dari bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar,
makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Dinkes. (2006)
Lestar. U.M, Lubis. G, dan Pertiwi. D. (2014). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping
Asi (MP-ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun di Kota Padang Tahun 2012:
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(2), hal 188-189
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka
Depkes RI, (2006). Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) Lokal. Jakarta
Dinkes Provinsi Sumatera Barat. Petunjuk pelaksanaan dan teknis pemberian MP-ASI Lokal.
2006.
Depkes RI. (2007). Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta
Winarno, FG. 1987. Gizi dan Makanan Bagi Bayi Anak Sapihan, Pengadaan dan
Pengolahannya. Pustaka Sinar Harapan
Mikami, R., Nakano, H., Dowaki, K., & Ohwada, H. 2014. A Next-Generation Recipe
Recommendation System for Health and Environment. International Journal of
eEducation, e-Business, e-Management and e-Learning, 4 (1), 63-66
Chien, Y. H., Li, C. H., Tzuo, M. C., Li, F. C., & Chao, J. 2011. A Web-Based Decision
Support System for Dietary Analysis and Recommendation, 11 (2), 69-75.
Fitri, Setyawati, O., & Rahadi, D. 2013. Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan untuk Penentuan
Status Gizi Balita dan Rekomendasi Menu Makanan yang Dibutuhkan. Electric power,