Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Obesitas pada Anak


Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian obesitas pada anak
2. Ciri obesitas pada anak
3. Penyebab obesitas pada anak
4. Dampak obesitas pada anak
5. Mengatasi obesitas pada anak
6. Diet untuk anak
7. Menu untuk anak obesitas dan makanan yang dianjurkan
Hari / tanggal :
Waktu : 30 menit
Tempat :
Sasaran : Umum
Target Sasaran : 20 orang
Penyuluh :

A. Latar Belakang

Obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak tubuh berlebihan. Sejumlah
tertentu lemak tubuh diperlukan untuk menyimpan energi, menginsulasi panas, meredam
goncangan, dan fungsi lainnya (Kamus Kesehatan). Kegemukan dan obesitas merupakan
masalah gizi berlebih yang kian marak dijumpai pada anak di seluruh dunia.

Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi dari asupan


kalori(energi) yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses
metabolisme di dalam tubuh. Kebanyakan orang tua akan sangat senang kalau anak-
anaknya yang berusia antara 5 – 10 tahun tubuhnya gemuk, dan anggapan bahwa gemuk
itu sehat, masih mendasari pola pikir kebanyakan orang tua. Selain itu pernyataan bahwa
lucu dan menggemaskan kalau anak-anak gemuk membuat orang tua kadang salah
menafsirkan sehat bagi anak-anaknya. Padahal berat badan berlebih perlu diwaspadai
meskipun mereka masih anak-anak. Jika berat badan tersebut masih dalam konteks normal,
berarti pertumbuhan berat badan sesuai pertumbuhan tinggi badan dan usia

Perlu kita ketahui obesitas kini menjadi masalah besar di negara-negara maju.
Sebab anak-anak yang mengalami kegemukan sudah membawa bibit penyakit. Jadi
kelebihan berat badan pada anak adalah berbahaya dan obesitas ini bisa kita sebut sebagai
penyakit.
Obesitas pada anak ini membawa bibit penyakit seperti gangguan pembuluh darah, jantung,
diabetes dan hipertensi selain itu obesitas pada anak juga akan
berdampak ketika dewasa. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam
British Medical Journal, anak berusia sembilan tahun dengan berat badan berlebih memiliki
risiko penyakit jantung.

Resiko ini meningkat jika mereka tidak menormalkan berat badan sampai usia 15 tahun.
Timbunan lemak dalam tubuh memicu tekanan darah tinggi dan meningkatkan kadar
kolesterol darah dan insulin. Kondisi kegemukan yang dialami anak-anak sejak kecil jelas
meningkatkan resiko kematian dini.
Angka kejadian overweight dan obesitas anak secara global meningkat dari 4,2% pada
tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Kecenderungan ini diperkirakan akan mencapai
9,1 % atau 60 juta ditahun 2020. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013, secara nasional menunjukkan bahwa masalah overweight dan obesitas
pada anak umur 5 sampai 12 tahun berturut-turut sebesar 10,8% dan 8,8%, sudah
mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020. Peningkatan obesitas tersebut di sertai
dengan peningkatan ko-morbiditas yang berpotensi menjadi penyakit degeneratif di
kemudian hari misalnya penyakit jantung koroner, hipertensi, DM Tipe 2, dll.
Berdasarkan data yang ditemukan pada Riskesdas 2013, beberapa penelitian yang
telah dilakukan mengenai prevalensi anak dan remaja obes serta komorbiditas yang
menyertai di Indonesia, dan kecenderungan anak obes menjadi dewasa obes yang
diperberat dengan kejadian obesitas pada orangtua, oleh karena itu peran orangtua sangat
penting dalam pencegahan obesitas pada anak.

B. Tujuan
1. Tujuan intruksional Umum
Setelah dilakukan promosi gizi, orang tua dapat memahami tentang obesitas dan
pencegahan obesitas pada anak.
2. Tujuan pembelajaran Khusus
Setelah diberikan penjelasan, diharapkan :
1. Mampu menjelaskan Pengertian obesitas pada anak
2. Mampu mendeteksi obesitas pada anak
3. Mengetahui akibat obesitas pada anak
4. Mengetahui penyebab obesitas
5. Mengetahui pencegahan obesitas pada anak
6. Mengetahui tips mengurangi berat badan bagi obesitas
7. Mengetahui menu dan makanan yang dianjurkan
C. Pokok Materi Penyuluhan
1. Pengertian obesitas pada anak
2. Ciri obesitas pada anak
3. Penyebab obesitas
4. Dampak obesitas pada anak
5. Mengatasi obesitas pada anak
6. Diet untuk anak obesitas
7. Menu dan Makanan yang dianjurkan pada anak obesitas

A. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN
PESERTA
1 5 menit Pembukaan
a. Membuka kegiatan dengana. Menjawab salam
mengucapkan salam b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri pembukaan .
c. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
e. Menyampaikan kontrak
waktu
2 5 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh memberikan umpan
pemateri: balik tehadap materi
a. Menggali pengetahuan yang disampaikan.
peserta tentang obesitas
1. Mampu menjelaskan
Pengertian obesitas pada
anak
2. Mampu menyebutkan ciri
obesitas pada anak
3. Mengetahui penyebab
obesitas pada anak
4. Mengetahui dampak
obesitas pada anak
5. Mengetahui cara
mengatasi obesitas pada
anak
6. Mengetahui diet obesitas
pada anak
7. Mengetahui menu untuk
anak obesitas

3 10 menit Tanya jawab Mengajukan


Memberikan kesempatan pertanyaan
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
3 5 menit Evaluasi Menjawab
Menanyakan kembali kepada pertanyaan
peserta tentang materi yang
telah diberikan
4 5 menit Penutup Mendengarkan
a. Mempersilahkan pembimbing dengan seksama dan
untuk menambahkan menjawab salam
ataupun menjelaskan
kembali jawaban pertanyaan
peserta yang belum terjawab.
b. Menjelaskan kesimpulan dari
materi penyuluhan Ucapan
terima kasih Salam penutup

F. Metode Promosi Kesehatan


1. Ceramah
2. Diskusi

G. Media
Media promosi kesehatan yang digunakan pada penyuluhan ini berupa:
1. Leaflet
H. Evaluasi
Evaluasi peserta
1. Apakah pengertian dari Obesitas?
Jawaban : Obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak tubuh berlebihan.
2. Apa ciri obesitas pada anak?
Jawaban : badan besar tidak sesuai umur, lebih dari ukuran normal, bentuk wajah
bentuk muka anak yang obesitas udak proporsional, hidung dan mulut relatif kecil, dagu
ganda, lipatan tubuh, alat kelamin kecil pada anak laki-laki yang obesitas.
3. Bagaimana cara pencegahan obesitas pada anak ?
Jawaban : mulai dengan asi eksklusif, makanan yang sehat dan seimbang, lakukan kegiatan
fisik minimal 20-30 menit per hari

I. Daftar Pustaka
Ginanjar, Genis. 2009. Obesitas pada Anak. Jakarta: Mizan
IDAI. 2014. Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja.
Jakarta: UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Lampiran

MATERI OBESITAS PADA ANAK


A. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak tubuh berlebihan.
Sejumlah tertentu lemak tubuh diperlukan untuk menyimpan energi, menginsulasi panas,
meredam goncangan, dan fungsi lainnya (Kamus Kesehatan). Kegemukan dan obesitas
merupakan masalah gizi berlebih yang kian marak dijumpai pada anak di seluruh dunia.
Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi)
yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses metabolisme di
dalam tubuh.
B. Ciri Obesitas pada Anak
1. Badan Besar Tidak Sesuai Umur
Biasanya anak yang mengalami obesitas akan terlihat lebih besar dan gemuk, ukuran tubuh
ini tidak sesuai dengan usia yang mereka miliki. Segera konsultasikan pada dokter jika Si
Kecil memiliki tubuh yang gemuk dan besar untuk memastikan apakah ia mengalami
obesitas atau bukan.
2. Lebih dari Ukuran Normal
Jika Si Kecil mengalami kenaikan berat badan secara signifikan dalam kurun wak tu 3 bulan
dan kenaikannya melebihi berat badan normal pada balita, maka dapat dikatakan anak
Anda mengalami obesitas.
3. Bentuk Wajah
Bentuk muka anak yang obesitas udak proporsional, hidung dan mulut relatif kecil, dagu
ganda
4. Lipatan Tubuh
Tidak hanya dilihat dari berat badan, obesitas pada anak juga dapat dilihat melalui kondisi
fisik secara lebih spesifik lagi. Contohnya adalah terdapat lipatan di beberapa bagian tubuh
seperti di bagian dagu dan perut, pipi terlihat tembem, dan leher terlihat pendek.
5. Alat Kelamin Kecil
Pada anak laki-laki yang obesitas, akan terlihat bagian dada yang lebih besar, serta alat
kelamin yang akan terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan anak laki-laki dengan berat
badan normal. Hal ini disebabkan karena penumpukan lemak di area alat kelamin yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan alat kelamin.
C. Faktor Penyebab Obesitas Anak
Obesitas dapat terjadi bila terdapat kelebihan energi yang menetap, atau akibat pemakaian
energi yang berkurang secara menetap, atau kombinasi keduanya.
I. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh.
a) Pada bayi
Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa setiap kali minum
harus habis.
 Kebiasaan untuk memberikan minuman/makanan setiap kali anak menangis.
 Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.
 Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu manis, kalorinya
tinggi), sehingga bayi selalu haus/minta minum.
Obesitas pada bayi umur satu tahun pertama. sebagian berhubungan dengan berat badan
lahirnya dan cara pemberian makannya. Tetapi sebagian besar obesitas pada usia 6-12
bulan masih sulit diterangkan penyebabnya. Faktor-faktor dibawah ini mempengaruhi
teriadinya bayi berat badan lahir yang lebih tinggi dari biasanya, yaitu Faktor keturunan , ibu
yang obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan, Ibu
diabetes/pradiabetes.
II. Gangguan emosional
Biasanya pada anak yang lebih besar, dimana baginya makanan merupakan pengganti
untuk mencapai kepuasan dalam memperoleh kasih sayang.
III. Gaya hidup masa kini
Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori tinggi seperti
hamburger. pizza, ayam goreng dengan kentang goreng, es krim. aneka macam mie, dll.
IV. Penggunaan kalori yang kurang
Berkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktifitas fisiknya,
seharian nonton TV dll Lebih-lebih kalau nonton sambil tidak berhenti makan. maka
kecenderungan menjadi obesitas akan lebih besar.

D. Dampak Obesitas pada Anak


Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa
bayi maupun pada masa dewasa, antara lain:
a. Terhadap kesehatan.
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila
obesitas masih teriadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun mortalitasnya akan
meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit
infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitkan dengan
menurunnya respons imunologik sel T dan aktifitas sel polimorfonuklear
b. Saluran pernafasan.
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian bawah,
karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid akan
mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan
saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksikronis saluran
pernafasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid. dapat mengakibatkan gangguan tidur,
gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal. Keluhan lainnya
adalah nafas yang pendek.
c. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah/panas, sering disertai miliaria,
maupun jamur pada lipalan-lipatan kulit.

E. Mengatasi Obesitas Anak


Prinsip tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak adalah menerapkan pola makan yang
benar, aktivitas fisis yang benar, dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan.
Tujuan tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus disesuaikan dengan usia dan
perkembangan anak, penurunan berat badan mencapai 20% di atas berat badan ideal, serta
pola makan dan aktivitas fisis yang sehat dapat diterapkan jangka panjang untuk
mempertahankan berat badan tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
1. Pola makan yang benar
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA) merupakan prinsip
pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan
metode food rules, yaitu
a. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang terjadwal (camilan
diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih di antara jadwal makan utama
dan camilan, serta lama makan 30 menit/kali
b. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi makanan
tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh anak
c. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang
diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height age
dengan berat badan ideal menurut tinggi badan
Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin menurunkan
berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi
badannya, diikuti dengan membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat
badan yang dikehendaki.
2. Pola aktivitas fisis yang benar
Pola aktivitas yang benar pada anak dan remaja obes dilakukan dengan melakukan latihan
dan meningkatkan aktivitas harian karena aktivitas fisis berpengaruh terhadap penggunaan
energi. Peningkatan aktivitas pada anak gemuk dapat menurunkan napsu makan dan
meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan
pengurangan energi akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar
dibandingkan hanya dengan diet saja.
Ilyas EI menyatakan bahwa latihan fisis yang diberikan pada anak disesuaikan dengan
tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisis, dan umurnya. Pada anak berusia 6-12
tahun atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai latihan fisis dengan keterampilan otot
seperti bersepeda, berenang, menari, karate, senam, sepak bola, dan basket, sedangkan
anak di atas usia 10 tahun lebih menyukai olahraga dalam bentuk kelompok. Aktivitas
sehari-hari dioptimalkan seperti berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, menempati kamar
tingkat agar naik dan turun tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain games
komputer, dan menganjurkan bermain di luar rumah.

3. Modifikasi perilaku
Tata laksana diet dan latihan fisis merupakan komponen yang efektif untuk pengobatan,
serta menjadi perhatian paling besar bagi ahli fisiologi untuk memperoleh perubahan makan
dan aktivitas perilakunya.Oleh karena prioritas utama adalah perubahan perilaku, maka
perlu menghadirkan peran orangtua sebagai komponen intervensi.
Beberapa cara pengubahan perilaku berdasarkan metode food rules diantaranya adalah
a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan, dan aktivitas fisis, serta
mencatat perkembangannya
b. Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat menonton televisi diusahakan
untuk tidak makan karena menonton televisi dapat menjadi pencetus makan. Orangtua
diharapkan dapat meniadakan semua stimulus di sekitar anak yang dapat merangsang
keinginan untuk makan
c. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang
dikonsumsi, serta mengurangi makanan camilan
d. Penghargaan, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan dorongan, pujian terhadap
keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anaknya, misalnya makan makanan
menu baru yang sesuai dengan program gizi yang diberikan, berat badan turun, dan mau
melakukan olahraga
e. Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila menghadapi rencana
bepergian atau pertemuan sosial yang memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu
dengan memilih makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya dengan melakukan
latihan tambahan untuk membakar energi

F. Pengaturan Diet pada anak obesitas


a. Menetapkan target penurunan berat badan
1. Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan : umur anak, yaitu usia 2 -7
tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta
/komplikasi.
2. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan
cukup dengan mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan
komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun
dianjurkan untuk menurunkan berat badan.
3. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 -5 kg atau dengan kecepatan 0,5 -2 kg
per bulan.
4. Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan
RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
5. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada
tidaknya penyakit penyerta.

Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori
dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97
persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah
(very low calorie diet).

b. Hal yang perlu diperhatikan :

• Tetap mempetahankan pertumbuhan normal


• Diet dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% (dengan lemank jenuh < 10%),
protein 15-20%, kolesterol < 300 mg/hari
• Tinggi serat, dianjurkan pada anak umur > 2 tahun dengan penghitungan dosis
menggunakan rumus: (umur dalam tahun +
5) gram per hari.

c. Contoh menu untuk anak obesitas

 Sesuaikan porsi makan dengan piramida makanan anak, yakni panduan pola makan
sehari-hari untuk anak usia 2-6 tahun.
 Biasakan anak menyenangi aktivitas fisik untuk membakar kalori. Misalnya, bermain
petak umpet, berenang dan bermain bola yang dilakukan bersama orang tua atau
teman.
Contoh menu sehari balita usia 3 tahun:

Pagi bangun tidur: Susu 1 gelas

 Pukul 08.00 : Bubur Isi Sayur


 Pukul 10.00 : Srikaya Roti Apel

Makan Siang :

 Nasi 100 gram


 Semur Bola Daging Isi Telur Puyuh
 Tempe Bacem (25 gr)
 Sup Sayuran 1 mangkuk kecil
 Buah Jeruk 1 buah

Pukul 16.00: Bubur Kacang Ijo

Sore:

 Nasi 100 gr
 Ikan Grill Bumbu Teriyaki
 Tahu Tim
 Sup Sayuran 1 mangkuk kecil
 Buah Pepaya Potong

Sebelum tidur: Susu 1 gelas

1. Makanan Yang dianjurkan:


• Memilih makanan yang mengenyangkan (pilih makanan lengkap: nasi merah, roti
gandum beserta lauk pauk dan sayuran. (Catatan: lauk pauk atau makanan sumber
protein dan sayuran mempunyai efek mengenyangkan lebih lama sehingga anak
tidak mudah lapar)
• Konsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks tinggi serat dan mengenyangkan
(roti gandum, beras merah, oat),
• Konsumsi banyak sayuran dan buah-buahan untuk sumber vitamin, mineral dan
serat dan mengenyankan.
• Makan secara teratur sesuai jadual, diberikan dengan porsi kecil
• Pilih camilan sehat: buah potong (pepaya, pier, apel, melon, mangga, anggur)
• Pilih susu low fat
• Mengikutsertakan anak dalam memilh dan menyiapkan makanan
• Pilih tehnik memasak yang tidak menambah lemak dengan cara di: kukus, rebus,
panggang, tumis
2. Yang harus dihindari atau dibatasi:
• Makanan yang digoreng atau berlemak, sisihkan lemak atau gajih pada daging
dan kulit ayam karena tinggi lemak.
• Makanan bersantan karena mengandung tinggi lemak
• Tidak menggunakan margarin untuk olesan roti
• Tidak mengkonsumsi makanan siap saji atau fast food karena biasanya tinggi
lemak dan kalori
• Tidak mengkonsumsi makanan bergula dan manis karena tinggi kalori dan
membuat anak lekas lapar contoh kudapan atau snack yang memiliki energi tinggi
tapi nutrisi rendah (donat, kentang goreng, keripik kentang/singkong)
• Gula pasir, the manis, susu kental manis
Meningkatkan keluaran energi dengan aktifitas fisik
• Mengajak anak bermain diluar rumah, jalan-jalan, main bola, main sepeda untuk
membakar lemak ditubuhnya,
• Mengurangi aktivitas santai: kurangi nonton TV dan main game
• Melibatkan keluarga dalam aktivitas – berenang, bersepeda dan jalan pagi
bersama keluarga

Pola makan yang dianjurkan adalah pola makan gizi seimbang, yaitu mengkonsumsi
bervariasi makanan dengan porsi sesuai kebutuhan tubuhnya. Sebagai panduan,
berdasarkan angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia, rata-rata anak usia 4-6 tahun
tersebut membutuhkan zat gizi sebagai berikut:
• Energi: 1.550 kkal
• Protein: 39 gram
• Kalsium 500 mg
• Zat besi 9 mg

Panduan pemberian makan memperhatikan: 3 J dan 1 A yaitu:


• Jumlah: porsi sesuai kebutuhan tubuh anak
• Jenis: konsumsilah bervariasi makanan (nasi/roti, sayur, buah, lauk pauk (hewani dan
nabati), susu)
• Jadwal: 3 kali makan besar dan 2-3 kali makan camilan sehat
• Aman; tidak mengkonsumsi pewarna buatan, tidak basi, tidak kadaluarsa

Anda mungkin juga menyukai