Anda di halaman 1dari 3

LEARNING OBJECTIVE

1. Factor risiko kejang demam


2. Penatalaksanaan kejang deman dan edukasi pada orang tua
3. Penanganan awal pasien kejang demam
4. Prognosis kejang demam

Jawaban :

1. Factor risiko kejang demam


Jawab : Adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kejang demam
berulang adalah riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12
bulan, temperatur yang rendah saat kejang, dan cepatnya kejang setelah demam.
Selain empat faktor di atas, adanya faktor jenis kelamin, riwayat epilepsi dalam
keluarga, dan kejang demam kompleks pada kejang demam pertama juga
ditambahkan sebagai faktor prediktif kejang demam berulang.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang
didapatkan dari kepustakaan meliputi usia pasien ketika mengalami kejang
demam pertama, jenis kelamin pasien, riwayat kejang demam dalam keluarga
pasien, riwayat epilepsi dalam keluarga pasien, tipe kejang demam pertama
pada pasien, durasi demam sebelum bangkitan kejang demam pertama dan suhu
tubuh pasien pada bangkitan kejang demam pertama. Durasi demam sebelum
bangkitan kejang demam pertama dan suhu tubuh pada kejang demam pertama
tidak tercantum dalam berkas rekam medis pasien maka pada penelitian ini
kedua hal tersebut tidak dimasukkan.

2. Penatalaksanaan kejang deman dan edukasi pada orang tua


Jawab : dosis diazepam yang diberikan :

Jika kejang masih berlanjut :

a. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang
infus, 0,5 mg/kg per rektal
b. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :

a. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20
mg/kg per infus dalam 30 menit.
b. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam


jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh
spesialis . Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah
sebagai berikut :

a. Antipiretik Antipiretik tidak mencegah kejang demam . Penelitian menunjukkan


tidak ada perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara
pemberian asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara
sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen.
b. Diazepam . Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten
(berkala) saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko
tinggi berulangnya kejang demam yang berat . Edukasi orang tua merupakan
syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia
(gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel.
Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada
onset demam sebelum diazepam sempat diberikan . Efek sedasi (menenangkan)
diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti
infeksi sistem saraf pusat.
c. Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan. Efektivitas profilaksis dengan
fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas,
hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh . Profilaksis
dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah
berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang
demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama
pada anak berusia
d. Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan
sebagai profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam
secara berkala pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada
orang tua. Dan tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa
yang akan dating.

3. Penanganan awal pasien kejang demam


Jawab :
a. Jangan panik berlebihan.
b. Jangan masukkan sendok atau jari ke mulut.
c. Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih belum
sadar.
d. Letakkan anak dalam posisi miring, buka celananya kemudian berikan diazepam
melalui anus dengan dosis yang Sama.
e. Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil membawa
anak ke rumah sakit.
f. Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda
dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu berikan
penurun demam bila ia sudah sadar.
g. Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat kejang,
berusahalah untuk tetap tenang.
h. Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.
i. Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda
untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.
j. Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.
k. Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan
mengobati demam.

Penangatan di Rumah Sakit


a. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
b. Pemberian oksigen melalui face mask
c. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika
telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
d. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
e. Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan
pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan
pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan

4. Prognosis kejang demam


Jawab : Meskipun memiliki prognosis yang baik, namun kejang demam tetap
menjadi hal yang menakutkan bagi orang tua. Untuk itu diperlukan pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi berulangnya kejang demam yang bisa
diberikan kepada orangtua untuk meredakan ketakutan yang berlebihan dan
kepentingan tatalaksana.

Anda mungkin juga menyukai