Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No.20 Tahun 2003). Dalam

pengertian pendidikan menurut sisdiknas, pendidikan dimaksud untuk

memberikan peluang dan kesempatan terhadap peserta didik agar mampu

mengakses sumber pengetahuan berdasarkan tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan

primotorik. Pendidikan juga harus mencapai tiga fondasi utama dalam pendidikan

agar memberikan ruang interaksi dinamis bagi siswa dalam praktik disekolah:

pertama, pendidikan harus membebaskan; kedua, pendidikan harus memberikan

akses yang sama kepada setiap peserta didik; ketiga, pendidikan harus

memberikan ruang bagi terbentuknya interaksi yang seimbang antar setiap peserta

didik (Yusuf, 2017). Begitu pula, secara umum telah munculnya desentralisasi

pendidikan yang mana akses untuk mendapatkan pendidikan sudah disebarkan

atas otonomi pendidikan daerah.

Namun, munculnya otonomi pendidikan dari pusat ke lokal tidak

sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan. Generalisasi dalam pendidikan masih

terjadi pada beberapa daerah yang diidentifikasi sebagai wilayah marginal. Sistem

1
2

pendidikan nasional dan standardisasi dalam pendidikan juga telah memberikan

akses yang sempit terhadap stakeholders pendidikan, khususnya siswa sebagai

implementator dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan dalih kesetaraan

dalam akses pendidikan, problem pendidikan semakin bermunculan karena

dominasi dan hegemoni pasar terhadap sistem pendidikan. Dalam praktiknya,

hanya golongan tertentu saja yang dapat menikmati pendidikan tersebut. Siswa

dituntut unuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh

pasar, dalam konteks ini negara berperan secara politik. Sehingga muncul

pemikiran paham bahwa sekolah sama dengan mencari kerja. Pun, muncul

anggapan kuat dimasyarakat bahwa sekolah itu identik dengan mencari kerja.

Pertimbangan orang tua menyekolahkan anaknya adalah agar kelak mendapatkan

pekerjaan yang memadai sesuai dengan inventasi yang telah ditanamkan oleh

sekolah. Ketika sekolah dipersepsi sebagai inventasi ekonomi, maka tujuan utama

sekolah adalah mencari kerja.

Pendidikan sebagai suatu sistem terbuka tidak lepas dari masalah, baik

masalah mikro ataupun makro. Masalah mikro yaitu masalah yang timbul dalam

komponen komponen yang terdapat dalam pendidikan itu sendiri sebagai suatu

sistem, antara lain masalah kurikulum, masalah pendidikan, administrasi

pendidikan dan sebagainya. Masalah makro yaitu masalah yang muncul dalam

pendidikan itu sebagai suatu sistem dengan sistem sistem lainya yang lebih luas

didalam seluruh kehidupan manusia, antara lain masalah kurang meratanya

pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, masalah efisiensi, relevansi, dan


3

sebagainya. Berkaitan dengan peermasalahan yang terjadi, guru dianggap sebagai

sumber dari masalah tersebut, sehingga dengan mengidentifikasi permasalahan

pendidikan kita ketahui letak permasalahan yang sebenarnya dan berusaha untuk

memberi solusi dari permasalahan tersebut.

Pendidikan itu tidak pernah usang, yang dapat dimaknai bahwa

pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan mendasar secara intelektual

dan emosional yang matang, akan tetap dibutuhkan manusia, karena tanpa

pendidikan manusia tidak akan pernah layak disebut sebagai seorang manusia.

Pendidikan bertujuan untuk membentuk anggota masyarakat menjadi orang-orang

yang berpribadi, berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat yang

dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mengurangi

beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan hidupnya dan berusaha untuk

memenuhi kebutuhan hidup maupun mengatasi problematikanya.

Memang selama ini masyarakat seringkali tidak ,menyadarai atau bahkan

sering kali lupa, bahwa pendidikan adalah bekal yang paling penting. Pendidikan

bukan sekedar bekal manusia pada masa kanak-kanaknya, namun pendidikan

adalah bekal hidup dan dengan fungsinya sebagai bekal maka ia tidak boleh

sampai terlupakan.

Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan, maka segala sesuatu yang

berhubungan dengan manusia juga secara otomatis tidak bisa terlapas pula dari

pendidikan. Padahal kemajuan suatu masyarakat, negara dan peradaban sangat

ditentukan oleh manusia yang berda didalamnya dengan dukungan dari sumber
4

daya alam yang dimilikinya. Atau dengan kata lain peradaban sangat

membutuhklan generasi dengan suplemen intelektual yang berintegrasi dengan

potensi

Maka dengan adanya kondisi seperti itu masyarakat memerlukan sebuah

pendidikan untuk memberikan suatu pengaruh kehidupan untuk masyarakat, agar

masyarakat dapat meningkatkan kulaitas kehidupan menjadi lebih baik.

Permasalahn pendidikan yang terjadi diatas, akan dijelaskan pada karya

tulis ini dengan melihat dari bagaimana pendidikan kritis memberikan penahaman

tentang penerapan dalam pendidikan. Dalam literatur sendiri dijelaskan bahwa

pendidikan harus melampaui tranfer pengetahuan dan pelatihan angkatan kerja

masa depan, untuk membantu kesadaran kritis, yang mengarah pada perubahan

individu, lingkungan belajar, dan masyarakat pada umumnya. Bahwa

permasalahan dalam pendidikan kritis tidak melulu fokus pada sistem makro

pendidikan, melainkan juga dalam menyadarkan ketidak adilan dimasyarakat

untuk terlibat dalam pengubahan pembelajaran di sekolah dan masyarakat.

Kebebasan siswa dalam praktik sekolah pun biasanya terhenti atas adanya

pandangan bahwa siswa ini atas adanya pandangan bahwa siswa ini sekedar

menerima ilmu dari telinga didik. Jauh dari pada itu sistem pendidikan yang tidak

membebaskan, membuat siswa menjadi terpatok sebagai penerima ilmu saja,

padahal lebih daripada itu pendidikan seharusnya bisa memberikan ruang siswa

untuk berfikir kritis terhadap sosial dan masyarakat diluar sekolah.


5

Berangkat dari permasalahan diatas, pendidikan sering melupakan aspek

penting dalam sistem pembelajaran dikelas. Siswa hanya dihadapkan dengan

pekerjaan mata pelajaran dikelas tanpa diberikan pemahaman mengenai

kehidupan sosial di lingkungan masyarakatnya. Padahal apa yang ia pelajari

dikelas terkadang tidak terwujud dalam praktik dimasyarakat. Bahkan dalam

critycal pedagogy ini tidak hanya ingin menciptakan pendidikan yang

membebaskan siswa dalam berfikir kritis saja, lebih dari itu pada perubahan

masyarakat. Sehingga perlunya diangka kembali bahwa prinsip ini sejalan dengan

kehidupan sosial-budaya masyarakat. Apalagi, siswa yang terlalalu sibuk di kelas

dengan hanya transferan ilmu sesuai kurikulum hanya akan membuat siswa bosan

saja. Akan terasa mutlak jika ditambak racikan sosial, budaya, politik dalam

pemikiran siswa sehingga ketika ia lulus mampu mengkritisi apa yang seharusnya

masyarakat dan ia lakukan di lingkunganya. Tentu, kritis disini tidak selalu

dibayangkan dengan demo atau sejenisnya, namun lebih kepada pengolahan

kembali bahwa berfikir sebelum bertindak itu perlu.

Dengan demikian, pendidikan kritis bukan hanya berfungsi dalam sistem

pendidikan yang berlaku disekolah, melainkan juga bagaimana menerapkan

pemikiran kritis terhadap siswa. Serta memberikan peluang bagi siswa untuk

berfikir transformatif terhadap perubahan sosial di masyarakat. Bahwasanya

pendidikan di sekolah dilandaskan untuk membangun masyarakat yang

demokratis. Namun, terkadang dalam praktiknya anti-demokratis dengan tidak

memberikan ruang bagi tumbuhnya siswa yang kritis, toleransi dan


6

mulrikurturalisme. Menariknya lagi guru yang biasanya sebagai pemberi

pengetahuan memiliki celah antara siswa dengan guru dalam transfer ilmu.

Bahkan sekolah yang memiliki slogan “mencerdaskan anak bangsa” tidak

terjamah oleh semua golongan, hanya mereka yang mempunyai modal dan kapital

saja yang mendapatkan akses dalam pendidikan. Maka dari itu penulis tertarik

unuk mengkaji “MEMBANGUN KESADARAN KRITIS DALAM

PENDIDIKAN”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mengungkapkan

rumusan masalah yang dapat menjadi acuan dalam pembahasan berikutnya.

Diantara pokok masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana urgensi kesadaran kritis dalam pendidikan Islam

2. Bagaimana tingkat ketergantungan orang dewasa dengan anak-

anak dalam andragogi dan pedagogi.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut:

a. Memahami pentingnya pendidikan kritis pada orang dewasa

(Andragogi)
7

b. Memahami keterlibatan orang dewasa dengan anak-anak dalam

andragogi dan pedagogi

2. Kegunaan penelitian

Serta yang menjadi kegunaan dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut:

a. Untuk menambah wawasan penulis lebih jauh tentang pendidikan

kritis

b. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pendidikan gaya

dewasa

c. Bermanfaat bagi para pelajar, khususnya santri SMA Plus Muallimin

Pesantren Persatuan Islam 182 Rajapolah, agar memahami dari karya

tulis ini

D. Metode Penelitian dan Penulisan

1. Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research),

yaitu penelusuran terhadap buku-buku, dokumen-dokumen, serta referensi

lainnya yang relevan dengan masalah yang penulis bahas dalam Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini, yang terdiri dari dua sumber :


8

a. Sumber primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan masalah

yang dibahas.

b. Sumber sekunder, yaitu buku-buku atau dokumen-dokumen lain,yang

ada kaitannya dengan masalah yang dibahas.

2. Metode penulisan

Adapun metode tulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah mode deskriptif, yaitu penulis mencoba

mendeskripsikan masalah yang di bahas dari hasil penelitian dalam Karya

Tulis Ilimah (KTI) ini.

3. Sistematika penulisan

Saistematika penulisan dalam karya tulis ilmiah (KTI) ini diantara


lain sebagai berikut: BAB I pendahuluan, meliputi: Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,
Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.

Anda mungkin juga menyukai