MEMPAWAH
A. PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat yang
efektifitasnya terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah harga, yaitu
dengan harga yang paling menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Untuk
menjamin efektifitas dan keamanan, pemberian obat harus dilakukan secara rasional, yang
berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat, memilih obat yang tepat, serta meresepkan
obat tersebut dengan dosis, cara, interval serta lama pemberian yang tepat.
Penggunaan obat rasional juga berarti menggunakan obat berdasarkan indikasi yang
manfaatnya jelas terlihat dapat diramalkan (evidence based therapy). Manfaat tersebut
dinilai dengan menimbang semua bukti tertulis hasil uji klinik yang dimuat dalam
kepustakaan yang dilakukan melalui evaluasi yang sangat bijaksana.
Menimbang manfaat dan resiko tidak selalu mudah dilakukan, hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk menentukannya yaitu derajat keparahan penyakit yang akan diobati,
efektivitas obat yang akan digunakan, keparahan dan frekuensi efek samping yang mungkin
timbul, serta efektivitas dan keamanan obat lain yang bisa dipakai sebagai pengganti.
Semakin parah suatu penyakit, semakin tinggi pula tindakan pengobatan yang beresiko
memiliki efek samping, namun bila efek samping mengganggu dan relatif lebih berat dari
penyakitnya sendiri mungkin pengobatan tersebut perlu diurungkan.
Kemampuan untuk melakukan telaah terhadap berbagai hasil uji klinik yang
disajikan menjadi amat penting dalam masalah ini. Biasanya dalam pedoman pengobatan,
pilihan obat yang ada telah melalui proses tersebut, dan dicantumkan sebagai obat pilihan
utama (drug of choice), pilihan kedua, dan seterusnya.
Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang
diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang
diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.
Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi
ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang
dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam
tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian
merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini.
Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman.
Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh
sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah
tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan
depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang
berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien
yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam
darah yang digunakan bersamaan.
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan
(gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta
morfin.
3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
7. Kematian, akibat Propofol.
8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
10. Diare, akibat penggunaan Orlistat.
11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
12. Demam, akibat vaksinasi.
13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.
15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status
ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
16. Kerusakan hati akibat Parasetamol.
17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.
Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat dihindari begitu saja. Oleh
karena itu, kemungkinan dampak negatif yang terjadi, misalnya:
1. Kegagalan pengobatan
2. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat yang semula tidak
diderita oleh pasien
3. Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan terapi,
memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak ekonomik)
4. Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi keberhasilan terapi
lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat.
Tidak semua efek samping dapat dideteksi secara mudah dalam tahap awal, kecuali
jika yang terjadi adalah bentuk-bentuk yang berat, spesifik dan jelas sekali secara klinis.