Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :
NAMA : WENDI YUWANDA
NIM : 149012019299

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. KASUS / MASALAH UTAMA: DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. Pengertian DPD
Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kemampuan untuk melakukan akrifitas perawatan diri, seperti manid, berganti
pakaian, makan dan toileting (Wilkson, 2007).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri : mandi, berpakaian dan berhias
untuk diri sendiri, aktifitas makan sendiri dan aktifitas eliminasi sendiri (Herdman, 2012).
Menurut Hedrman (2012) defisit perawatan diri atas 4 kegiatan yaitu: mandi/ hygine,
berpakaian/ berhias, makan, dan toileting.
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting)
(Fitria,2012).

2. Komponen Perawatan Diri


a. Kategori I : Perawatan Mandiri, yang meliputi;
 Aktivitas Sehari-hari, pada kategori ini, seperti makan daminum; dapat
dilakukansecara mandiri atau dengan sedikit bantuan. Merapikan diri, kebutuhan
eliminasi dan kenyamana posisi tubuh dapat dilakukan secara mandiri.
 Keadaam umum, baik seperti klien yang masuk rumah sakit untuk keperluan
pemeriksaan.
 Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan penjelasan
untuk tiap prosedur tindakan.
 Pengobatan atau tindakan tidak ada atau hanya pengobatan sederhana.

b. Kategori II : Perawatan Minimal, yang meliputi;


 Aktivitas sehari-hari, pada kategori ini, seperti makan dan minum perlu bantuan
dalam persiapannya dan masih dapat makan sendiri. Merapikan diri perlu sedikit
bantuan. Kebutuhan eliminasi perlu dibantu ke kamar mandi atau menggunakan
urinal. Kenyamanan posisi tubuh dapat melakukan sendiri.
 Keadaan Umum; tampak sakit ringan, perlu pemantauan tanda vital.
 Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan 10-15 menit
per shift, sedikit bingung atau agitasi, tapi terkendari dengan obat.
 Pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu 20-30 menit per shidt, perlu sering
dievaluasi kefektifan pengobatan dan tindakan, perlu observasi status mental setiap
2 jam.

c. Kategori III : Perawatan Moderat, meliputi


 Aktivitas sehari-hari, pada kategori ini seperti makan dan minum harus disuapi,
masih dapat menngunyah dan menelan. Merapikan diri tidak dapat melakukan
sendiri. Kebutuhan eliminasi disediakan pispot/uriinal, sering ngompol. Kenyaman
posisi tubuh bergantung pada perawat.
 Keadaan umum; gejala akut, bisa hilang timbul, perlu pemantauan fisik dan emosi
tiap 2-4 jam.
 Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi; membuthkan 10-30 menit
per shift, gelisah, menolak bantuan, cukup dikendalikan dengan obat.
 Pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu 30-60 menit per shift, perlu sering
diawasi terhadap efek samping pengobatan dan tindakan, perlu observasi mental
setiap 1 jam.

d. Kategori IV : Perawatan Ekstensif (Semi total), meliputi;


 Aktivtas sehari-hari, pada kategori ini, seperti makan dan minum; tidak bisa
menguunyah dan menelan, perlu makan lewat sonde. Merapka diri; perlu diurus
semua, dimandikan, penataan rambut dan kebersihan mulut. Kebutuhan eliminasi
sering ngompol lebih dari 2 kali per shift. Kenyamanan posisi tubuh perlu dibantu
oleh 2 orang.
 Keadaan umum; tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah, gangguan
sistem pernafasan akut.
 Kebutuha pendidikan kesehatan dan emosi; membutuhkan waktu lebih dari 30
menit pershift, gelisah, agitasi dan tidak dapat dikendalikan dengan obat.
 Pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu lebih dari 60 menit pershift, perlu
observasi status mental setiap kurang dari 1 jam.

e. Kategori V : Perawatan Intensif (Total, pada kategori ini, pemenuhan kebutuhan dasar
seluruhnya bergantung pada perawat. Keadaan umum harus diobservasi secara terus
menerus. Perlu frekuensi pengobatan dan tindakan lebih sering, maka klien harus
dirawat oleh seorang perawat per shift

3. Rentang Respons

a. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang-kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor Predisposisi
Stuart (2009) mendefinisikan stressor predisposisi sebagai faktor risiko yang menjadi
sumber terjadinya stres yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk
menghadapi stres baik yang biologis, psikologis d an sosial kultural.
1) Biologis, terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmitternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perlaku maladaptif klien (Townsend. 2005). Secara Biologi riset
neurobiologikal memfokuskan pada tiga area otak yaitu :
a. Sistem Limbik, Klien dengan defisit keperawatan diri mengalami gangguan pada
sistem limbik sehingga tidak bisa mengontrol perilaku untuk dapat membersihkan
diri.
b. Lobus Frontal, Klien defisit perawatan diri yang mengalami kerusakan pada lobus
frontal mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif yaitu tidak mampu
berperilaku untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c. Hypotalamus, Klien DPD yang terjadi kerusakan pada hipotalamus maka akan
terjadi ganggaun mood dan penurunan motivasi sehingga mengakibatkan klien
tidak dapat melakukan aktifitas perawatan diri. Selain gangguan pada struktur otak,
proses terjadinya gangguan defisit perawatan diri berdasarkan faktor biologis
disebabkan juga oleh adanya kondisi patologis dan ketidakseimbangan dari
beberapa neurotransmitter.
d. Dopamine, fungsinya mencakup regualsi gerak dan volunter. Apabila gangguan
fungsi dopamin ini terjadi pada klien skizofrenia, akan menyebabkan klien
mengalami gangguan dalam regulasi gerak dan koordinasi, emosi, serta
kemampuan pemecahan masalah sehinggaklien tidak dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
e. Serotinin, berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotin dapat mempengaruhi sistem kognitif
yaitu alam pikir, afektif dan psikomotor. Klien akan cenderung berperilaku
maladaptif, yang dapat dilihat yaitu tidak adanya aktifitas dalam melakukan aktifias
perawatan diri seperri mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
f. Norepineprin, berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi proses
pembelajaran dan memori. Klien cenderung akan berperilaki negatif seperti tidak
melakukan aktifitas mandi, tidak berhias, tidak memperhatikan makan dan minum,
serta tidak melakukan aktifitas toileting dengan benar.
g. Acetylcholine (Ach) berperan penting untuk belajar dan memori. Jika terjadi
peningkatan kadar Ach akan dapat menurunkan atensi dan mood yang dapat dilihat
dengan adanya gejalan kurang perhatian untuk dirinya dan malas dalam
beraktifitas.

2) Psikologis
a. Konsep diri, mulai dari gambaran diri secara keseluruhan yang diterima secara
positif atau negatif oleh seseorang.
b. Identitas diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengenal siapa dirinya
dengan segala keunikannya, dan mampu menghargai dirinya sendiri.
c. Intelektualitas ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan.
d. Kepribadian, pada klien defisit perawatan diri biasnaya ditemukan klien memiliki
kepribadian yang tertutup.
e. Moralitas, klien defisit perawatan diri menganggap dirinya tidak beguna, negatif
terhadap diri sendiri ini menyebabkan klien mengalmai penuruan motivasi untuk
melakukan aktifitas perawatan diri.

3) Sosial Budaya
a. Faktor sosial ekonomi tersebut meliputi kemiskinan, tidak memadainya sarana dan
prasarana, tidak adekuatnya nutrisi, rendahnya pemenuhan kebutuhan perawatan
untuk anggota keluarga, dan perasaan tidak berdaya.
b. Tahap perkembangan, pelajaran kebersihan dari orang tua yang meliputi kebiasaan
keluarga.
c. Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi kebersihan diri.
d. Kultur atau budaya, kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan diri.
e. Motivasi, setiap orang memliki keinginan dan pilihan tentang waktu untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut sesuia dengan kebutuhan.
f. Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu atau yang
akan menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untk
melakukan perawatan kebersihan diri

2. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mendefinisikan stressor presipitasi sebagai suatu stimulus yang
dipersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suati kesempatan, tantangan,
ancaman/tuntutan. Komponennya :
1) Sifat stressor, terjadinya defisit perawatan diri berdasarkan sifat terdiri dari biologis
(infeksi, peny. kronis), psikologis (intelegensi, verbal, moral, kepribadian), dan sosial
budaya (tuntutan masy. yang tidak sesuai dengan kemampuan seseorang).
2) Asal stressor, terdiri dari internal dan eksternal. Stressor internal atau yang berasal dari
diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungan, merasa tidak mampu, ketidakberdaya.
3) Waktu, dilihat sebagai dimensi kapan stressor mulai terjadi dan beberapa lama
terpapat stressor sehingga menyebabkan munculnya gejala.
4) Lama dan jumlah stressor yaitu terkait dengan sejak kapan, sudah berapa lama, berapa
kali kejadiannya, serta jumlah stressor.

3. Penilaian Terhadap Stressor


Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkunga yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan
kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang
menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang
baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan
menyulitkan sehingga rasa man itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan diri dengan kenyataan. Keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan
umber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif)

4. Sumber Koping
Herdman (2012), kemampuan individu yang harus dimilki oleh klien defisit perawatan
diri adlah kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri dalam hal pemenuhan
kebutuhan mandi, berhias, makan dan minum, serta toileting. Sedangkan pada klien yang
sangat mempengaruhi dalam kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fisik serta
ketidakmampuan memanfaatkan dukungan sosial.

5. Mekanisme Koping
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi perumbuhan, belajar dan
menbapai tujuan.
2) Mekanisme koping mal adaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integras memecahkan pertumbuhan,
menurunkan otonoms dan cenderung menguasai lingkungan.

6. Tanda Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1) Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
a. Interaksi dan kegiatan kurang
b. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
c. Cara makan tidak teratur
d. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

7. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phenobarbital

2) Terapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian seperti BHSP, Jangan memancing emosi klien,
Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga, Berikan
kesempatan klien mengemukakan pendapat, Dengarkan , bantu dan anjurkan
pasien untuk mengemukakan masalah yang dialaminya.
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau aktivitas
lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalah sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.

C. POHON MASALAH
1. PohonMasalah

Kerusakan Integritas Kulit

Defisit Perawatan Diri

Intoleransi Aktivitas

2. Daftar Masalah Keperwatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1) Daftar Masalah Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
b. Harga Diri Rendah
c. Isolasi Sosial

2) Data Yang Perlu Dikaji


NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH
1 Data Subjektif : Pasien mengatakan tentang : Defisit Perawatan Diri
 Malas mandi
 Tidak mau menyisir rambut
 Tidak mau menggosok gigi
 Tidak mau memotong kuku
 Tidak mau berhias/berdandan
 Tidan bisa/mau menggunakan alat mandi.
 Tidak menggunakan alat makan dan minum
 BAB dan BAK sembarangan
 Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK.
 Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar.

Data Objektif :
 Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi
dengan benar.
 Rambut kotor, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,
pakain tidak rapi, tifak mampu berdandan, memilih,
mengambil, dan memakai pakaian, memakai sandal,
sepatu, memakai resleting.
 Makan dan mnum sembarangan, berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tifak mampu (Menyiapkan
makanan, memindahkan makanan ke alat makan,
memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman.
 BAB & BAK tidak pada tempatnya, tifak membersihkan
diri setelah BAB dan BAK, tifak mampu (Menjaga
kebersihan toilet, menyiram toilet)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan Integritas Kulit
Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau jaringan) atau jaringan (membran mukosa,
kornea, fasia, otot, tedon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).
(SDKI Hal.282)

2) Defisit Perawatan Diri


Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
(SDKI Hal.240)

3) Intoleransi Aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivtas sehari-hari (SDKI
Hal.128)

2. Diagnosa Medis
1) Skizofrenia
Skizofrenia adalah sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang
tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta adanya
gangguan fungsi psikososial. (NIC-NOC Jilid 3 Hal.137)

2) Depresi
Menurut Kusumanto (1981), dalam psikologi definisi depresi adalah gejala dan
sindroma perasaan sedih yang bersifat psikopatologis yang disertai dengan hilangnya
minat, kurang energi, dan meningkatnya rasa lelah.
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN MASALAH UTAMA)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, pasien SP 1


1) Melakukan dapat menjelaskan pentingnya 1) Identifikasi kebersihan diri, berdandan, 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek yang
kebersihan diri : makan dan BAB atau BAK. akan di tingkatkan kebersihan/perawatan diri klien.
sendiri secara 1) Kebersihan diri 2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri. 2) Memberi pengetahuan
mandiri. 2) Berdandan atau berhias 3) Jelaskan alat dan cara kebersihan diri. 3) Memberi pengetahuan
2) Melakukan berhias 3) Makan 4) Masukan dalam jadwal kegiatan pasien. 4) Mengontrol apa apa saja yang pasien lakukan untuk
atau berdandan 4) BAB dan BAK latihannya.
secara baik. 5) Dan mampu melakukan SP 2
3) Melakukan makan cara perawatan diri. 1) Evaluasi Kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
dengan baik. 2) Jelaskan pentingnya berdandan 2) Memberi pengetahuan.
4) Melakukan BAB 3) Latih cara berdandan untuk pasien laki-laki 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
dan BAK secara meliputi cara berpakaian, menyisir rambut, meningkatkan kemampuan motorik klien.
mandiri. bercukur.
4) Latih berdandan untuk pasien perempuan 4) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meliputi berpakaian, menyisir rambut, meningkatkan kemampuan motorik klien.
berhias.
5) Masukkan jadwal kegiatan pasien 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien lakukan untuk
latihannya.
SP 3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Jelaskan cara dan alat makan yang benar. 2) Memberi pengetahuan .
3) Jelaskan cara menyiapkan makanan. 3) Memberi pengetahuan.
4) Jelaskan cara merapikan peralatan makan 4) Memberi pengetahuan.
setelah makan.
5) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan 5) Memberikan latihan praktik langsung untuk
yang baik. meningkatkan kemampuan motorik klien.
6) Latih kegiatan makan. 6) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
7) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien. 7) Mengontrol apa apa saja yang pasien lakukan untuk
latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan pasien yang lalu (SP 1, 1) Membandingkan hasil dan harapan.
SP 2 dan SP 3)
2) Latih cara BAB dan BAK yang baik. 2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
3) Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang 3) Memberi pengetahuan
sesuai.
4) Menjelaskan cara membersihkan dan berdiri 4) Memberi pengetahuan.
setelah BAB atau BAK.
Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan keluarga SP 1
merawat anggota mampu meneruskan melatih 1) Indentifikasi masalah keluarga dalam 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek yang
keluarga yang pasien dan mendukung agar merawat pasien dengan masalah kebersihan akan di tingkatkan kebersihan/perawatan diri
mengalami masalah kemampuan dalam perawatan diri, berdandan, makan, BAB dan BAK. keluarga klien.
kurang perawatan diri pasien dirinya meningkat. 2) Jelaskan defisit perawatan diri. 2) Memberi pengetahuan
3) Jelaskan cara merawat kebersihan diri, 3) Memberi pengetahuan
berdandan, makan, BAB atau BAK.
4) Bermain peran cara merawat. 4) Memberikan latihan praktik langsung dalam
melakukan perawatan.
5) Rencana tindak lanjut keluarga atau jadwal 5) Mengontrol apa-apa saja yang pasien lakukan untuk
keluarga untuk merawat pasien. latihannya.
SP 2
1) Evaluasi SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung kepasien, 2) Memberikan latihan praktik langsung dalam
kebersihan diri dan berdandan. melakukan perawatan.
3) RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien lakukan untuk
merawat pasien. latihannya.
SP 3
1) Evaluasi kemampuan SP 2 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung kepasien 2) Memberikan latihan praktik langsung dalam
cara makan. melakukan perawatan.
3) RTL krluarga atau jadwal keluarga untuk 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien lakukan untuk
merawat. latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan keluarga. 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Rencana tinfak lanjut keluarga. 2) Mengontrol
3) Follow up 3) Dorongan/motivasi untuk mampu
4) Rujukan 4) Untuk meningkatkan perkembangan
Terapi Spesialis
1. Terapi infivisu : Terapi perilaku : Token Ekonomi.
2. Terapi kelompok : Support Group Theraphy.
3. Terapi keluarga : Terapi Triangel.
4. Terapi komunitas : ACT
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. 2009. Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis : Mosby.

Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Heath Nursing (9th ed). Mosby. Inc.

Fontaine. 2009. Mental Heath Nursing Care (Sixth Edit). New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Herdman, T Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Dialihbahasakan Oleh Made Sumarwati, Nike Budhi Subekti. Bararah bariid, Monica
Ester & Wuri Praptiani (ed). Jakarta : EGC.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai