Panduan Rawat Gabung
Panduan Rawat Gabung
TAHUN 2019
1
BAB. I
DEFINISI
2
4. MANFAAT RAWAT GABUNG
A. Mempercepat Mantapnya dan Terus Terlaksananya Proses Menyusui
Dengan rawat gabung ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga lebih mudah memberikan
ASI. Adanya kontak terus menerus antara ibu dan bayinya memungkinkan ibu segera mengenali
tanda-tanda bayinya ingin minum sehingga ibu/bayi dapat menyusui/menyusui on demand. Ibu
yang melakukan rawat gabung menghasilkan ASI yang lebih banyak, lebih dini, menyusui lebih
lama, dan lebih besar kemungkinannya menyusui eksklusif dibandingkan ibu yang tidak
melakukan rawat gabung.
C. Peralatan Minimal
Jika dilakukan rooming in (bedding-in, bayi satu tempat tidur dengan ibu), akan mengurangi
pembelian boks bayi. Pada bedding-in, bimbingan posisi menyusui dengan posisi ibu tidur
sebaiknya dilakukan sejak di Rumah sakit yang masih mengenal kan botol untuk memberikan
minum bayi (walau isinya ASI perah) akan mempersulit bayi melekatkan mulutnya pada
payudara ibu.
D. Menurunkan Infeksi
Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-
bakteri normal pada kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap kuman-kuman berbahaya.
Kolostrum (ASI berwarna bening yang keluar di awal kelahiran dan jumlahnya sangat sedikit)
mengandung banyak antibodi, yang segera didapat bayi, juga melindungi bayi terhadap penyakit.
3
Dahulu, pelayanan kesehatan sering mendorong bayi ke kamar bayi bila jam besuk tiba.
Kekhawatiran bayi tertular penyakit dari pengunjung merupakan alasan utama. Ibu yang sakit flu
cukup memakai masker saja. Menyusui di kala ibu sakit memberikan paparan antibodi yang
dihasilkan pada ibu yang sakit. Antibodi terhadap penyakit tertentu tidak akan terjadi saat ibu
sehat. Juga penekanan kualitas kolostrum yang sangat baik.
4
BAB. II
RUANG LINGKUP
5
Kamar mandi tersendiri bagi ibu.
Sarana penghubung (bel/intercom)
Tersedia poster, leaflet, buku-buku, model tentang manajemen laktasi.
2. KRITERIA RAWAT GABUNG
A. Ibu dan Bayi dalam Keadaan Sehat
1. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
2. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks
mengisap baik, tidak ada tanda infeksi dan sebagainya.
3. Bayi yang lahir dengan sectio cesarea dengan anestesia umum, rawat gabung dilakukan
segera setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk), misalnya 4-6 jam setelah
operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus.
4. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar minimal 7).
5. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
6. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih.
7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
6
3. PERAN DALAM MENCIPTAKAN RAWAT GABUNG
A. Peran Institusi
1) Pimpinan mengeluarkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan rawat gabung.
2) Mensosialisasikan kebijakan pada unsur terkait.
3) Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung.
4) Menyiapkan SDM yang terampil.
5) Melakukan monitoring dan evaluasi.
6) Memberikan Reward dan Punishment secara internal.
C. Peran Ibu
1) Mempraktekkan hal-hal yang diajarkan petugas kesehatan, misalnya : merawat payudara,
kebersihan diri, menyusui dan merawat bayi.
2) Mengamati kelainan yang terjadi pada bayi atau dirinya dan melaporkan kepada petugas
7
4) Mengambil keputusan yang mendukung.
BAB. III
TATA LAKSANA
B. Cara Menyusui
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
2) Ibu duduk atau berbaring santai.
3) Payudara dipijat / massage supaya lemas.
4) Tekan areola antara ibu jari dan telunjuk sehingga keluar beberapa tetes ASI. Oleskan ASI
tersebut pada putting susu dan areola sekitarnya sebelum menyusui.
5) Bayi diletakkan di pangkuan bila ibu duduk, dan di sebelah ibu bila ibu tiduran.
6) Ibu harus memegang payudara dengan posisi ibu jari di atas dan keempat jari lainnya di
bagian bawah payudara.
7) Sebagian besar areola payudara harus berada di dalam mulut bayi.
8) Setiap payudara harus disusui sampai kosong, kurang lebih 10-15 menit.
8
9) Bayi menyusu pada dua payudara bergantian, setelah payudara pertama terasa kosong.
10) Bila akan melepaskan mulut bayi dari putting susu, masukkan jari kelingking antara mulut
bayi dan payudara.
11) Sesudah selesai menyusui, oleskan ASI pada putting susu dan areola sekitarnya serta
biarkan kering oleh udara.
12) Bayi digendong di bahu ibu atau dipangku tengkurap agar dapat bersendawa.
13) Periksa keadaan payudara, mungkin ada perlukaan / pecah-pecah atau terbendung.
14) Bayi menyusu setiap kali membutuhkan, sebagian dengan posisi berubah-ubah.
15) Pakailah bahan penyerap ASI di balik kutang, di luar waktu menyusui.
9
dapat setiap saat mendapatkan ASI sesuai kebutuhan, mendapat kasih sayang dan selalu
dekat dengan ibunya.
C. Petugas
Kesiapan petugas dalam melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi adalah sebagai berikut :
1) Memahami pentingnya rawat gabung untuk kesejahteraan ibu dan bayi.
2) Mampu menilai persyaratan ibu dan bayi untuk dilakukan rawat gabung.
3) Terampil dalam memberikan asuhan rawat gabung untuk kesejahteraan ibu dan bayi.
4) Terampil melakukan asuhan pada ibu dan bayi yang lahir dengan tindakan.
5) Mampu menolong ibu dalam memposisikan bayi dan perlekatan yang baik.
6) Mampu menolong ibu dalam mengatasi kendala yang timbul dalam menyusui bayinya,
misalnya : puting ibu lecet, payudara bengkak, dll.
7) Mampu menolong ibu memerah ASI, bila atas indikasi medis bayi harus berpisah dari
ibunya.
8) Memahami dan mampu melaksanakan laktasi yang benar.
9) Pelatihan petugas untuk menghindari hambatan dalam pelaksanaan rawat gabung.
10
3) Ruang perinatologi, dilengkapi dengan ruang istirahat bagi ibu yang bayinya dirawat.
4) Sarana dan prasarana yang tersedia harus memenuhi persyaratan rawat gabung.
3. PELAKSANAAN RAWAT GABUNG IBU DAN BAYI
A. Pelaksanaan rawat gabung hendaknya disiapkan semenjak perawatan kehamilan (ANC).
B. Diawali dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada masa persalinan di kamar bersalin.
C. Dilanjutkan rawat gabung di ruang perawatan, antara lain :
1) Menyusui On Cue (melihat tanda-tanda bayi ingin menyusui).
2) Menyusui eksklusif.
3) Asuhan bayi baru lahir, antara lain :
Mencegah hypotermi.
Pemeriksaan klinis bayi.
Perawatan umum (merawat tali pusat, mengganti popok, memandikan bayi, menjaga
hygiene bayi).
Deteksi dini bayi baru lahir.
4) Asuhan ibu nifas, antara lain :
Puerperium.
Breast care, termasuk memerah dan menyimpan ASI.
Perdampingan menyusui, termasuk perlekatan dan posisi menyusui yang benar,
mengenali tanda bayi ingin menyusu, dan tanda bayi telah puas dalam menyusu.
Mengenali hambatan nifas.
Asuhan ibu nifas pasca tindakan.
Membantu ibu bila ditemukan penyulit dalam menyusui (kelainan puting,
pembengkakan mamae, engorgement, dll).
Senam nifas.
5) Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Keberhasilan dalam melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi, untuk mendukung
keberhasilan menyusui, calon ibu perlu mendapatkan informasi tentang :
Nutrisi ibu menyusui.
Pengetahuan tentang menyusui secara eksklusif.
Kerugian bila bayi tidak mendapatkan ASI.
Manajemen laktasi yang benar, termasuk kendala dalam menyusui bayi.
Mengenali tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi.
11
Perawatan payudara, cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI dengan sendok.
KB terutama Metode Amenorrhoe Laktasi (MAL).
BAB. IV
DOKUMENTASI
Pencatatan merupakan bukti dari kualitas pelayanan / asuhan yang diberikan kepada ibu dan
bayi, hal-hal yang perlu ditulis/direkam pada pencatatan dan pelaporan rawat gabung adalah :
1. Cakupan Rawat Gabung
A. Jumlah rawat gabung
1) Rawat gabung penuh
2) Rawat gabung parsial
B. Inisiasi menyusu dini
C. Menyusui On Cue
Pendokumentasian rawat gabung menggunakan formulir :
a. Formulir Follow Up Bayi
b. Informasi dan Persetujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Rawat Gabung
c. Formulir Rawat Gabung dan ASI Eksklusif
2. Jumlah Persalinan
A. Persalinan normal.
B. Persalinan dengan tindakan.
12