www.google.com
BAB I PENDAHULUAN
Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 1 Ruang Lingkup pengelolaan barang
milik daerah pada Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah meliputi:
a. pejabat pengelola barang milik daerah;
b. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
c. pengadaan;
d. penggunaan;
e. pemanfaatan;
f. pengamanan dan pemeliharaan;
g. penilaian;
h. pemindahtanganan;
i. pemusnahan;
j. penghapusan;
1
Pasal 1 angka 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah.
1
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
k. penatausahaan;
l. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
m. pengelolaan barang milik daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
menggunakan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
n. barang milik daerah berupa rumah negara; dan
o. ganti rugi dan sanksi.
Barang milik daerah dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
Tahun 2016 meliputi:
a. barang milik daerah yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD); atau
b. barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pasal 6 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 menyebutkan barang milik daerah yang berasal
dari perolehan yang sah, meliputi:
2
Pasal 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah
3
Pasal 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah
2
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
BAB II PERMASALAHAN
Bagaimanakah tata cara pelaksanaan pinjam pakai barang milik daerah?
4
Pasal 1 angka 32 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
5
Kerja Sama Pemanfaatan yang selanjutnya disingkat KSP adalah pendayagunaan barang milik daerah oleh
pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan pendapatan daerah atau sumber
pembiayaan lainnya (Pasal 1 Angka 35 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
6
Bangun Guna Serah yang selanjutnya disingkat BGS adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah
oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk
selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah
berakhirnya jangka waktu (Pasal 1 Angka 36 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
7
Bangunan Serah Guna yang selanjutnya disingkat BSG adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah
oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang disepakati (Pasal 1 Angka 37 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
8
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur yang selanjutnya disingkat KSPI adalah kerjasama antara pemerintah
dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengen ketentuan peraturan perundang-
undangan (Pasal 1 Angka 38 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
3
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
Gubernur/Bupati/Walikota.9
Pelaksanaan pinjam pakai barang milik daerah dilakukan oleh:
1. Pengelola Barang, yaitu untuk barang milik daerah yang berada pada Pengelola Barang;
dan
2. Pengguna Barang, yaitu untuk barang milik daerah yang berada pada Pengguna Barang.10
Pelaksanaan Pinjam Pakai oleh Pengelola Barang/Pengguna Barang sebagaimana dimaksud
di atas dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.11
Objek pinjam pakai meliputi barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
dan selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang,
yang dapat dilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.12
Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang 1 (satu) kali13. Perpanjangan dilakukan dengan pertimbangan:
1. Mengoptimalkan barang milik daerah yang belum atau tidak dilakukan penggunaan
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang; dan
2. Menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah14
Pelaksanaan pinjam pakai sesuai Pasal 157 ayat (1) Permendagri Nomor 19 Tahun
2016 dituangkan dalam perjanjian serta ditandatangani oleh:
a. Peminjam pakai dan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk barang milik daerah yang berada
pada Pengelola Barang; dan
b. Peminjam pakai dan Pengelola Barang, untuk barang milik daerah yang berada pada
Pengguna Barang.
Pada Pasal 157 ayat (2) Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 Perjanjian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. Para pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. Dasar perjanjian;
c. Identitas para pihak yang terkait dalam perjanjian;
d. Jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka waktu;
e. Tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka
9
Pasal 1 Angka 34 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
10
Pasal 153 ayat (1) dan (2) Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
11
Pasal 153 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
12
Pasal 154 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
13
Pasal 155 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
14
Pasal 152 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
4
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
waktu peminjaman;
f. Hak dan kewajiban para pihak; dan
g. Persyaratan lain yang dianggap perlu.
Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah Tata cara pelaksanaan pinjam pakai Barang Milik Daerah
terbagi menjadi:
1. Tata cara pelaksanaan pinjam pakai Barang Milik Daerah Pada Pengelola Barang
Tata cara pelaksanaan pinjam pakai Barang Milik Daerah pada Pengelola Barang15
sesuai Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, diatur sebagai berikut:
1) Calon peminjam pakai mengajukan permohonan pinjam pakai kepada Pengelola
Barang16.
2) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan pinjam pakai. Penelitian
atas permohonan pinjam pakai meliputi17:
a. kepastian belum digunakan atau tidak adanya penggunaan barang milik daerah;
b. tujuan penggunaan objek pinjam pakai; dan
c. jangka waktu pinjam pakai.
3) Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan pinjam pakai kepada Gubernur/Bupati/Walikota.18
4) Pemberian persetujuan/penolakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota atas permohonan
pinjam pakai dilakukan dengan mempertimbangkan19:
a. barang milik daerah yang dimohon dalam kondisi belum atau tidak sedang
digunakan untuk tugas dan fungsi Pengelola Barang; dan
b. barang milik daerah yang dimohon akan digunakan untuk menunjang pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintah pusat/pemerintahan daerah lainnya.
5) Apabila Gubernur/Bupati/Walikota menyetujui permohonan pinjam pakai,
Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan surat persetujuan pinjam pakai dan
15
Pengelola Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang
dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah (Pasal 1 angka 8
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
16
Pasal 158 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
17
Pasal 158 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah
18
Pasal 159 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
19
Pasal 160 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
5
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
20
Pasal 160 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
21
Pasal 160 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
22
Pasal 161 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
23
Pasal 159 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
24
Pasal 159 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
6
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
Selama jangka waktu pinjam pakai, peminjam pakai wajib memelihara dan
mengamankan objek pinjam pakai dengan biaya yang dibebankan pada peminjam pakai.
Sebelum jangka waktu pinjam pakai berakhir, peminjam pakai harus memberitahukan
kepada pengelola barang akan mengakhiri atau memperpanjang pinjam pakai.25
Dalam hal pinjam pakai akan diperpanjang, peminjam pakai mengajukan permohonan
perpanjangan jangka waktu pinjam pakai kepada pengelola barang, kemudian pengelola
barang menyampaikan pengajuan permohonan persetujuan perpanjangan pinjam pakai
kepada Gubernur/Bupati/Walikota.26
Pengajuan perpanjangan permohonan persetujuan pinjam pakai dilampiri dengan27:
a. surat persetujuan pinjam pakai sebelumnya dari Gubernur/Bupati/Walikota;
b. surat pernyataan dari peminjam pakai bahwa objek pinjam pakai masih digunakan
untuk menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah pusat/pemerintahan
daerah lainnya; dan
c. surat pernyataan dari Pengelola Barang bahwa pelaksanaan pinjam pakai tidak
mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam hal peminjam pakai akan mengakhiri pinjam pakai sebelum masa pinjam pakai
berakhir, maka peminjam pakai harus memberitahukan kepada Pengelola Barang dan
dituangkan dalam BAST, untuk selanjutnya Pengelola Barang melaporkan BAST kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.28
2. Tata cara pelaksanaan pinjam pakai Barang Milik Daerah Pada Pengguna Barang
Tata cara pelaksanaan pinjam pakai Barang Milik Daerah Pada Pengguna Barang 29 sesuai
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, diatur sebagai berikut:
1) Calon peminjam pakai mengajukan permohonan pinjam pakai kepada Pengguna
Barang.30
25
Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah
26
Pasal 162 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah
27
Pasal 162 ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
28
Pasal 163 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Milik Daerah
29
Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah (Pasal 1 angka
11 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
7
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
30
Pasal 164 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
31
Pasal 164 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
32
Pasal 165 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Milik Daerah
33
Pasal 166 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
8
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
Pelaksanaan pinjam pakai barang milik daerah yang berada pada Pengguna Barang
dituangkan dalam perjanjian pinjam pakai antara Pengelola Barang dengan peminjam
pakai, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyerahan objek pinjam pakai dari
Pengguna Barang kepada peminjam pakai yang dituangkan dalam BAST. Selama jangka
waktu pinjam pakai, peminjam pakai wajib memelihara dan mengamankan objek pinjam
pakai dengan biaya yang dibebankan pada peminjam pakai37.
Sebelum jangka waktu pinjam pakai berakhir, peminjam pakai harus memberitahukan
kepada Pengguna Barang akan mengakhiri atau memperpanjang pinjam pakai. Dalam hal
pinjam pakai akan diperpanjang, peminjam pakai mengajukan permohonan perpanjangan
jangka waktu pinjam pakai kepada Pengguna Barang38.
34
Pasal 166 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
35
Pasal 166 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
36
Pasal 164 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah
37
Pasal 167 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
38
Pasal 167 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah
9
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
BAB IV PENUTUP
Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
Pelaksanaan pinjam pakai barang milik daerah dilakukan oleh Pengelola Barang
atau Pengguna Barang. Objek pinjam pakai meliputi barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola
Barang/Pengguna Barang, yang dapat dilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.
Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali.
Pasal 158 sampai dengan Pasal 168 Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah mengatur tentang tata cara pelaksanaan pinjam
pakai barang milik daerah pada Pengelola Barang dan pada Pengguna Barang, meliputi
permohonan, penelitian, pemberian persetujuan dan pelaksanaan pinjam pakai.
39
Pasal 167 ayat (6) dan ayat (7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah
40
Pasal 168 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Milik Daerah
10
Sub Bagian Hukum
BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Penulis:
Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Banten
Disclaimer:
Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan
disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan
pendapat instansi.
11