Anda di halaman 1dari 7

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik responden

1. Karakteristik responden berdasarkan usia


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh karakteristik

responden berdasarkan usia sebagai berikut :

Tabel 5.1. Karakteristik responden berdasarkan usia


Nomor Usia Jumlah Persentase

1 Elderly 16 61,5 %
2 Old 10 38,4 %

Berdasarkan tabel 5.1 responden yang termasuk kelompok usia elderly

dengan rentang usia 60 sampai 70 tahun sebanyak 16 orang dengan persentase

61,5 %, sedangkan kelompok usia old dengan rentang usia 71 sampai 90 tahun

sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 38,4 %.

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh karakteristik

responden berdasarkan usia sebagai berikut :

Tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Nomor Jenis kelamin jumlah Persentase

1 Laki laki 12 46,2 %


2 Perempuan 14 53,8 %

Berdasarkan tabel 5.2 responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12

orang dengan prevalensi sebesar 46,2 %, sedangkan responden berjenis

kelamin perempuan berjumlah 14 orang dengan prevalensi 53,8 %.

30

ANALIS KESEHATAN-WIKA BALI


31

5.1.2. Hasil pengamatan terhadap objek penelitian berdasarkan variabel

penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh rerata kadar asam

urat responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3. Rerata kadar asam urat responden sebelum dan sesudah
diberikan intervensi

No Pemeriksaan Rerata kadar asam urat ± Std.Deviasi

1 Sebelum (pre-test) 6.44 ±1,14 mg/dL


2 Sesudah (post-test) 6,08 ± 1.03 mg/dL

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa rerata kadar asam urat responden

sebelum diberikan intervensi adalah 6,44 ±1,14 mg/dL dan rerata kadar asam urat

responden sesudah diberikan intervensi berupa senam ergonomis adalah 6,08 ±

1.03 mg/dL.

5.1.3. Analisa Data

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuji secara statistik, pada uji

normalitas data terdistribusi normal dengan nilai p value > 0,05. Sedangkan pada

uji paired sample T-test didapatkan rerata kadar asam urat sebelum intervensi

sebesar 6,44 ± 1,14 mg/dL dan rerata kadar asam urat sesudah intervensi sebesar

6,08 ±1.03 mg/dL dengan p value sebesar 0,025 (p<0,05) yang menunjukan

perbedaan signifikan antara kadar asam urat lansia sebelum dan sesudah

diberikan intervensi berupa senam ergonomis. Hal ini menunjukan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak sehingga menunjukan adanya pengaruh senam

ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia di wilayah Desa Jegu Kecamatan

Penebel Kabupaten Tabanan.

ANALIS KESEHATAN-WIKA BALI


32

5.2. Pembahasan

Interpretasi dan pembahasan hasil penelitian dipaparkan berdasarkan

tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui karakteristik responden, mengetahui

perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah melaksanakan senam ergonomis,

dan mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat

pada lansia diwilayah Desa Jegu Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan.

5.2.1. Karakteristik responden

Batasan usia lansia menurut WHO, lanjut usia dibagi menjadi empat

kelompok, meliputi usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59

tahun, usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun, usia lanjut

tua (old) adalah kelompok usia antara 71-90 tahun, usia sangat tua (very old)

adalah kelompok usiadi atas 90 tahun ( Simanullang dkk, 2011).

Pada penelitian ini responden terbagi menjadi 2 kelompok usia, yaitu

kelompok elderly dan kelompok old, dimana responden yang termasuk kelompok

elderly (60 – 70 tahun) dengan persentase sebesar 61,5% , sedangkan kelompok

old (71 – 90 tahun) sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 34,8%.

Pada penelitian ini proporsi laki-laki lebih sedikit dibandingkan

perempuan, disebabkan karena beberapa responden diesklusi karena tidak

mengikuti seluruh prosedur penelitian . Responden laki-laki memiliki lebih

banyak kesibukan oleh sebab itu tidak dapat mengikuti prosedur penelitian.

Responden laki-laki berjumlah 12 orang dengan persentase 46,2 % sedangkan

responden perempuan berjumlah 14 orang dengan persentase sebesar 53,8%.

ANALIS KESEHATAN-WIKA BALI


33

Kadar asam urat pada pria meningkat dengan bertambahnya usia.

Sedangkan pada wanita cenderung meningkat setelah menopause pada rentang

usia 60-80 tahun. Kadar asam urat juga sangat dipengaruhi oleh konsumsi purin

dan pola hidup (Karimba, 2013).

Peningkatan kadar asam urat cenderung terjadi pada pria dibandingkan

dengan wanita. Hal ini disebabkan karena pria memiliki kadar asam urat yang

lebih tinggi daripada wanita didalam tubuh. Hal ini berkaitan dengan hormon

estrogen. Hormon esterogen berperan dalam merangsang perkembangan folikel

yang mampu meningkatkan kecepatan poliferasi sel dan menghambat keaktifan

enzim proteinkinase yang berfungsi mempercepat aktifitas metabolik. Peran

hormon estrogen ini membantu mengekskresikan asam urat melalui urin. Pria

tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi, sehingga asam urat sulit

dieksresikan melalui urin, dan dapat menyebabkan resiko peningkatan kadar asam

urat pada pria lebih tinggi (Fauzia, 2013). Hal ini juga diperkuat oleh penelitian

yang dilakukan oleh Lioso dkk (2015), dimana dalam penelitiannya responden

laki-laki memiliki rerata kadar asam urat lebih tinggi daripada responden

perempuan dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin

dengan kadar asam urat.

5.2.2. Pengaruh senam ergonomis terhadap kadar asam urat

Senam ergonomis merupakan suatu teknik senam yang berfungsi untuk

mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem syaraf dan

aliran darah. Senam ergonomis dapat memaksimalkan suplai oksigen ke otak,

sistem keringat, sistem pemanas tubuh, sistem pembakaran (asam urat,

kolesterol, gula darah, asam laktat, kristal oksalat), sistem konversi karbohidrat,

ANALIS KESEHATAN-WIKA BALI


34

sistem pembuatan elektrolit dalam darah, sistem kesegaran tubuh dan sistem

kekebalan tubuh dari virus, sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh.

(Komariah, 2015).

Berdasarkan analisis data yang telah diuji secara statistik dengan uji

paired sample T-test didapatkan rerata kadar asam urat sebelum intervensi

sebesar 6,44 ±1,14 mg/dL dan rerata kadar asam urat sesudah intervensi sebesar

6,08 ±1.03 mg/dL dengan p value sebesar 0,025 (p<0,05) yang menunjukan

perbedaan signifikan antara kadar asam urat lansia sebelum dan sesudah

diberikan intervensi berupa senam ergonomis. Hal ini menunjukan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak sehingga menunjukan adanya pengaruh senam

ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia di wilayah Desa Jegu Gede

Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatara dkk

(2013) dimana penelitiannya menggunakan subyek lansia hipertensi, dengan

intervensi berupa senam bugar lansia dengan intensitas intervensi 3x dalam satu

minggu selama 3 minggu. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh p value

sebesar 0,001 dan dinyatakan terdapat perbedaan signifikan antara kadar asam

urat sebelum diberikan intervensi dengan kadar asam urat setelah diberikan

intervensi. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Komariah, A (2015) dimana

penelitian ini menggunakan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan

intensitas intervensi 2x dalam satu minggu selama 4 minggu, dan kadar asam urat

dipantau setiap minggunya. Hasilnya diperoleh penurunan kadar asam urat

disetiap minggunya pada kelompok perlakuan dengan p value sebesar 0,001,

ANALIS KESEHATAN-WIKA BALI


35

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan dan peningkatan pada setiap

minggunya dengan p value sebesar 0,138.

Asam urat adalah bahan normal dalam tubuh dan merupakan hasil akhir

dari metabolisme purin, yaitu hasil degradasi purin nukleotida yang merupakan

bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan penghasil

energi dalam inti sel. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2-6 mg/dL

untuk perempuan, dan 3-7,2 mg/dL untuk laki-laki. Hiperurisemia dapat terjadi

karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan

pengeluaran asam urat urin (underexcretion), atau gabungan keduanya. Banyak

faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat itu sendiri seperti adanya

peningkatan asam nukleat akibat suatu kelainan atau penyakit, genetik atau

keturunan seseorang, konsumsi purin, kebiasaan minum air putih,

pengkonsumsian alkohol, dan aktifitas fisik atau olahraga. Untuk pencegahan

meningkatnya asam urat dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan

nonfarmakologi. Terapi farmakologi yaitu pencegahan dengan cara

mengkonsumsi obat, sedangkan terapi nonfarmakologi dilakukan dengan tanpa

obat seperti menjaga pola hidup sehat, membatasi konsumsi purin dan

memperbanyak konsumsi karbohidrat, meningkatkan pengkonsumsian air putih,

menghindari konsumsi alkohol, dan melakukan aktifitas fisik atau olahraga yang

rutin. Olahraga yang baik dilakukan adalah olahraga yang disesuaikan dengan

kondisi tubuh, Olahraga sebaiknya dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu dengan

lama latihan minimal 15-45 menit secara rutin dan teratur (Tatara, 2013).

ANALIS KESEHATAN-WIKA BALI


36

Olahraga memiliki banyak manfaat untuk tubuh dan pikiran, salah satunya

untuk mencegah dan mengatasi peningkatan asam urat. Bagi penderita asam urat

relaksasi saraf yang terjadi saat olahraga bermanfaat untuk mengatasi nyeri akibat

penumpukan Kristal asam urat, memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan

sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi.

Olahraga yang dilakukan secara rutin akan memperlancar sirkulasi darah dan

mengatasi penyumbatan pembuluh darah. Kondisi ini akan berpengaruh positif

bagi tubuh karena akan memperlancar sistem metabolisme sehingga dapat

mengoptimalkan ekskresi asam urat dan mengurangi penumpukan asam urat

didalam tubuh (Sustrani 2006).

ANALIS KESEHATAN-WIKA BALI

Anda mungkin juga menyukai