BAB V Baruuu
BAB V Baruuu
1 Elderly 16 61,5 %
2 Old 10 38,4 %
61,5 %, sedangkan kelompok usia old dengan rentang usia 71 sampai 90 tahun
30
penelitian
urat responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi adalah sebagai berikut :
Tabel 5.3. Rerata kadar asam urat responden sebelum dan sesudah
diberikan intervensi
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa rerata kadar asam urat responden
sebelum diberikan intervensi adalah 6,44 ±1,14 mg/dL dan rerata kadar asam urat
1.03 mg/dL.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuji secara statistik, pada uji
normalitas data terdistribusi normal dengan nilai p value > 0,05. Sedangkan pada
uji paired sample T-test didapatkan rerata kadar asam urat sebelum intervensi
sebesar 6,44 ± 1,14 mg/dL dan rerata kadar asam urat sesudah intervensi sebesar
6,08 ±1.03 mg/dL dengan p value sebesar 0,025 (p<0,05) yang menunjukan
perbedaan signifikan antara kadar asam urat lansia sebelum dan sesudah
ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia di wilayah Desa Jegu Kecamatan
5.2. Pembahasan
perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah melaksanakan senam ergonomis,
dan mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat
Batasan usia lansia menurut WHO, lanjut usia dibagi menjadi empat
kelompok, meliputi usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59
tahun, usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun, usia lanjut
tua (old) adalah kelompok usia antara 71-90 tahun, usia sangat tua (very old)
kelompok elderly dan kelompok old, dimana responden yang termasuk kelompok
banyak kesibukan oleh sebab itu tidak dapat mengikuti prosedur penelitian.
usia 60-80 tahun. Kadar asam urat juga sangat dipengaruhi oleh konsumsi purin
dengan wanita. Hal ini disebabkan karena pria memiliki kadar asam urat yang
lebih tinggi daripada wanita didalam tubuh. Hal ini berkaitan dengan hormon
hormon estrogen ini membantu mengekskresikan asam urat melalui urin. Pria
tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi, sehingga asam urat sulit
dieksresikan melalui urin, dan dapat menyebabkan resiko peningkatan kadar asam
urat pada pria lebih tinggi (Fauzia, 2013). Hal ini juga diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Lioso dkk (2015), dimana dalam penelitiannya responden
laki-laki memiliki rerata kadar asam urat lebih tinggi daripada responden
kolesterol, gula darah, asam laktat, kristal oksalat), sistem konversi karbohidrat,
sistem pembuatan elektrolit dalam darah, sistem kesegaran tubuh dan sistem
kekebalan tubuh dari virus, sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh.
(Komariah, 2015).
Berdasarkan analisis data yang telah diuji secara statistik dengan uji
paired sample T-test didapatkan rerata kadar asam urat sebelum intervensi
sebesar 6,44 ±1,14 mg/dL dan rerata kadar asam urat sesudah intervensi sebesar
6,08 ±1.03 mg/dL dengan p value sebesar 0,025 (p<0,05) yang menunjukan
perbedaan signifikan antara kadar asam urat lansia sebelum dan sesudah
ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia di wilayah Desa Jegu Gede
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatara dkk
intervensi berupa senam bugar lansia dengan intensitas intervensi 3x dalam satu
minggu selama 3 minggu. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh p value
sebesar 0,001 dan dinyatakan terdapat perbedaan signifikan antara kadar asam
urat sebelum diberikan intervensi dengan kadar asam urat setelah diberikan
intervensi. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Komariah, A (2015) dimana
intensitas intervensi 2x dalam satu minggu selama 4 minggu, dan kadar asam urat
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan dan peningkatan pada setiap
Asam urat adalah bahan normal dalam tubuh dan merupakan hasil akhir
dari metabolisme purin, yaitu hasil degradasi purin nukleotida yang merupakan
bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan penghasil
energi dalam inti sel. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2-6 mg/dL
untuk perempuan, dan 3-7,2 mg/dL untuk laki-laki. Hiperurisemia dapat terjadi
faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat itu sendiri seperti adanya
peningkatan asam nukleat akibat suatu kelainan atau penyakit, genetik atau
obat seperti menjaga pola hidup sehat, membatasi konsumsi purin dan
menghindari konsumsi alkohol, dan melakukan aktifitas fisik atau olahraga yang
rutin. Olahraga yang baik dilakukan adalah olahraga yang disesuaikan dengan
kondisi tubuh, Olahraga sebaiknya dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu dengan
lama latihan minimal 15-45 menit secara rutin dan teratur (Tatara, 2013).
Olahraga memiliki banyak manfaat untuk tubuh dan pikiran, salah satunya
untuk mencegah dan mengatasi peningkatan asam urat. Bagi penderita asam urat
relaksasi saraf yang terjadi saat olahraga bermanfaat untuk mengatasi nyeri akibat
sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi.
Olahraga yang dilakukan secara rutin akan memperlancar sirkulasi darah dan