Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah masalah kesehatan yang umum terjadi pada
semua rentang populasi namun sering kali dianggap sebelah mata. Nyeri punggung bawah
terjadi dengan proporsi yang sama di berbagai negara, yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup dan performa dalam bekerja serta merupakan alasan paling umum untuk konsultasi
kesehatan. Sebagian kecil kasus nyeri punggung disebabkan oleh hal yang spesifik sedangkan
kebanyakan penyebabnya bersifat tidak spesifik.1
Pada Global Burden of Disease Study (GBD) tahun 2010, para ahli memperlihatkan
bahwa NPB berada diantara sepuluh penyakit dan cedera terbanyak, dengan angka rata-rata
Disability-Adjusted Life Years (DALYs) lebih tinggi dibanding HIV, cedera kecelakaan lalu
lintas, tuberculosis, kanker paru, PPOK dan komplikasi kelahiran prematur.1
Dampak sosioekonomi akibat NPB cukup signifikan dalam hal kehilangan pekerjaan.
NPB merupakan penyebab kedua penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan (disability)
pada orang dewasa di Amerika Serikat dan juga merupakan sebagai alasan umum untuk tidak
masuk kerja. Dengan prevalensi seumur hidup berkisar antara 60% sampai 90%. NPB terutama
mempengaruhi penduduk yang bekerja baik di negara maju maupun berkembang. Dampak
nyeri punggung bawah tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga negara, melalui
pengeluaran medis yang terjadi serta mengurangi produktivitas pekerja. Penderita
mengeluarkan 60% dari biaya kesehatannya untuk pengobatan. Di negara-negara industri maju
seperti Amerika, biaya yang dikeluarkan akibat hilangnya jam kerja dan biaya pengobatan per
tahun bisa mencapai lebih dari 200 milyar dolar.1,2
Prevalensi nyeri punggung bawah di negara negara Eropa mencapai lebih dari 70% dan
puncaknya terjadi pada usia produktif yaitu antara 35 sampai 55 tahun. Sedangkan di Thailand
prevalensi dalam waktu 6 bulan mencapai lebih dari 50% pada populasi penelitian lebih dari
50 tahun. Di Indonesia sendiri data epidemiologi mengenai nyeri punggung bawah belum ada,
namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia 65 tahun pernah menderita
nyeri punggung. Insidensi berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia
berkisar 3-17%.3,4

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat : RT 08 Ds Setia Jaya Kumpe Ulu
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MR : 866719

DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
1. Nyeri punggung bawah 2017 2017
2. Kesemutan pada kedua 2017
telapak kaki

II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis September 2017)


1. Keluhan utama :
Nyeri di punggung bagian bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang


a. Lokasi : Punggung bawah
b. Onset : Perlahan semakin memberat.
c. Kualitas : Rasa nyeri hebat timbul jika banyak digerakkan sehingga sangat
mengganggu aktivitas sehari hari.
d. Kuantitas : Nyeri bersifat hilang timbul, tidak menentu jumlahnya dalam sehari
e. Kronologis :
Os. dtg ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak
3 bulan yang lalu dan memberat sejak 3 hari yang lalu. Nyeri terasa tajam dirasakan

2
secara perlahan yang makin lama makin memberat seperti di tusuk – tusuk dan seperti
keseterum. Nyeri dirasakan hilang timbul kadang menjalar sampai ke tungkai bawah.
Keluhan disertai rasa kesemutan dan kebas pada tungkai bawah. Nyeri bertambah jika
pasien membungkuk, mengangkat beban dan duduk. Nyeri berkurang jika pasien
berbaring. Saat ini pasien tidak bisa duduk dan berdiri karena nyeri.
Pasien tidak mengalami keluhan buang air kecil dan buang air besar. Nyeri tidak
bertambah berat saat batuk atau bersin. Riwayat jatuh sebelumnya tidak ada. Riwayat
demam (-), batuk lama (-), penurunan berat badan (-), sering mengangkat beban berat
(+), riwayat trauma (-), Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, pusing berputar (-),
pelihatan ganda (-), bicara pelo (-), kesemutan pada ekstremitas (+), kelemahan anggota
gerak (-), kehilangan kesadaran (-), saat dianamnesis pasien sadar dan dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan baik.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat keluhan serupa sebelumnya nyeri pinggang disangkal
Riwayat jatuh pada daerah pinggang disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat batuk lama disangkal
Riwayat hipertensi
Riwayat keganasan atau tumor disangkal
Riwayat operasi disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga: Diabetes Mellitus (-), Asam Urat (-), Alergi (-), Hipertensi (-),
Riwayat keganasan pada keluarga (-)
5. Riwayat sosial, ekonomi, kebiasaan : Pasien seorang perempuan yang memiliki tiga orang
anak, perekonomian menengah, terdapat riwayat sering mengangkat beban saat aktivitas harian
di rumah yaitu saat menimba sumur dan memindahkan air, di rumah pasien sehari-hari sering
naik-turun tangga.
6. Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : Rasa kesemutan dan kebas pada kedua kaki
Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Sistem respirasi : tidak ada keluhan
3
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem musculoskeletal : Nyeri punggung bawah
Sistem integumentum : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan

III. OBYEKTIF
1. Status Presens
Kesadaran : Compos mentis, GCS: 15 E: 4 M: 6 V: 5
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36.8 oC
Respirasi : 19 x/menit
SpO2 : 99%
IMT : TB: 158 cm; BB: 63 Kg

2. Status Generalis
Kepala : Mata : CA-/-, SI -/-
Pupil : Isokor, refleks cahaya (+/+).
Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar, KGB tidak membesar,
tidak ada deviasi trakhea.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi.
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V, 2 jari medial
LMC sinistra, selebar ± 2 cm, tidak kuat
angkat.
Perkusi :
 Batas Atas : Linea parasternal dextra ICS II
 Pinggang Jantung : Linea parasternal sinistra ICS II
 Batas kiri : 2 jari medial LMC sinistra ICS V
 Batas kanan : Linea parasternal dextra ICS IV
Auskultasi : BJ I/II reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-)

4
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, Nyeri tekan (-/-), krepitasi (-
/-).
Perkusi : Sonor paru kanan = kiri.
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Perut : Inspeksi : Datar, luka operasi (-).
Auskultasi : Bising usus (+) Normal.
Palpasi : Distensi (-), sikatrik (-), Supel, nyeri tekan(-), massa (-),
hepar lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.
Alat kelamin : tidak diperiksa.
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

3. Status Psikiatri
Cara berpikir : Koheren
Perasaan hati : Cukup Baik.
Tingkah laku : Normoaktif.
Ingatan : Baik.
Kecerdasan : Baik.

4. Status Neurologi
a. Kepala
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
Pulsasi : (-)
b. Leher
Sikap : Normal
Pergerakan : Normal
Kaku kuduk : (-)
c. Nervus Kranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik Baik
N II (Optikus)
Tajam penglihatan Baik Baik
5
Lapangan pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil :
bentuk Bulat, isokor,  3 mm Bulat, isokor,  3 mm
reflex cahaya + +
reflex konvergensi + +
Melihat kembar - -
N IV (Trochlearis)
Pergerakan bola mata ke Normal Normal
bawah-dalam
Diplopia - -
N V (Trigeminus)
Motorik
Otot Masseter Normal Normal
Otot Temporal Normal Normal
Otot Pterygoideus Normal Normal
Sensorik
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal
Mandibula Normal Normal
N VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata (lateral) Normal Normal
Diplopia - -
N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Bersiul Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Normal Normal
N VIII (Vestibularis)
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test Normal Normal
Weber test Normal Normal
Swabach test Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
N IX (Glossofaringeus)
Sensasi lidah 1/3 blkg Normal Normal
Refleks muntah + +
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Berbicara Normal
Menelan Baik
Refleks muntah Baik
Nadi Normal
N XI (Assesorius)
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +
6
N XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah dijulurkan Lurus ke depan
Atropi papil -
Disartria -

Badan dan Anggota Gerak Kanan Kiri


Badan
Motorik
Respirasi Simetris Simetris
Duduk Normal Normal
Bentuk kolumna vertebralis Normal Normal
Pergerakan kolumna vertebralis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek
Reflek kulit perut atas Normal Normal
Reflek kulit perut tengah Normal Normal
Reflek kulit perut bawah Normal Normal
Anggota Gerak Atas
Motorik
Pergerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
Hoffman-Tromner - -
Anggota Gerak Bawah
Motorik
Pergerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Taktil L5-S1 menurun L5-S1 menurun
Nyeri L5-S1 menurun L5-S1 menurun
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek
Patella ++ ++
Achilles ++ ++
Babinsky - -
Chaddock - -
Rossolimo - -
Mendel-Bechterew - -
Schaefer - -
Oppenheim - -
Klonus Paha - -
7
Klonus Kaki - -
Tes Laseque + +
Kontra Laseque + +
Patrick - -
Kontra Patrick - -
Bragard + +
Sicard + +

Koordinasi, Gait dan Keseimbangan Hasil Pemeriksaan


Cara berjalan Butuh bantuan
Test Romberg Tidak dilakukan
Disdiadokinesis -
Ataksia -
Rebound Phomenon -
Dismetria -

Gerakan-gerakan Abnormal Hasil Pemeriksaan


Tremor -
Athetosis -
Miokloni -
Khorea -

Alat Vegetatif Hasil Pemeriksaan


Tidak ada kelainan 2-3 kali sehari,
Miksi
warna kuning, nyeri (-), darah (-).
Tidak ada kelainan 1-2 kali sehari,
Defekasi
nyeri (-), darah (-)

Tes tambahan
Tes Naffziger -
Tes Valsava -

5. Status lokalis punggung


 Look (inspeksi)
Tidak tampak deformitas, bengkak, kemerahan, panas.
 Feel (palpasi)
Nyeri tekan pada area punggung sekitar lumbal 3-5
 Move (gerak)
Pasien terbatas melakukan gerakan-gerakan tertentu karena menimbulkan nyeri.

8
IV. RINGKASAN
S:
• Nyeri punggung kanan bawah ± 3 bulan SMRS memberat pada 3 hari terakhir SMRS
• Kualitas nyeri dirasakan secara perlahan yang makin lama makin memberat seperti di
tusuk-tusuk dan terkadang menjalar ke kedua telapak kaki
• Nyeri di rasakan hilang timbul dan bila nyeri pasien sampai sulit untuk beraktivitas.
• Nyeri semakin hebat saat pasien berjalan dan membungkuk. Nyeri juga dirasakan
semakin berat saat pasien melakukan perubahan posisi (duduk ke berdiri ataupun tidur
ke duduk). Nyeri berkurang saat pasien beristirahat dan berbaring.
• Riwayat sering mengangkat dan melakukan pekerjaan berat diakui

O: Kesadaran : Compos mentis, GCS : 15 E: 4 M: 6 V: 5


Tekanan darah : 160/90 mmHg.
Nadi : 78 x/menit.
Suhu : 36.8 oC.
Respirasi : 19 x/menit.
IMT : 25.3
Skala Nyeri :6

A : Diagnosis Klinis : Nyeri Punggung Bawah dgn Parahipestesi Inferior


Diagnosis Topis : Vertebrae Lumbalis 3-4
Diagnosis Etiologi : Susp. Spinal Stenosis ec Osteoartritis Lumbalis

P : Non-medikamentosa:
 Tidur pada kasur yang datar dan tidak terlalu empuk
 Istirahat yang cukup
 Jangan terlalu banyak melakukan aktivitas
 Jangan mengangkat beban yang berat
Medikamentosa:
 IVFD RL + Ketorolac Amp No I 20 tpm
 Inj Omeprazole 1 x 40 mg
 Kalium Diclofenac 2 x 50 mg
 Amitriptilin 1 x 5 mg
9
 Amlodipin 1x 5 mg
Rencana pemeriksaan penunjang:
 Foto Rontgen Lumbosakral AP/Lateral
Monitoring
 Pantau tanda-tanda vital dan skala nyeri
 Pantau Sensorik tungkai
 Pantau Kekuatan Motorik
Edukasi: Beri penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya, faktor risiko, mengatur
pola makan yang sehat, penanganan stress dan istirahat yang cukup, komplikasi serta
prognosisnya.

V. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanam : dubia ad bonam

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi
Os. Vertebrae terdiri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral dan tulang koksigeus. Tulang servikal, torakal dan
lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan koksigeus satu
sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus
intervertebralis merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum
membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas
vertebrae.5

Gambar 1. Columna Vertebralis

11
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari
badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.
Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus
spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang
punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang
disebut foramen intervertebralis.5

Gambar 2. Anatomi Os. Vertebrae

12
Os Vertebrae Lumbal
Ukuran tulang vertebrae lumbal semakin bertambah dari L1 hingga L5 seiring dengan
adanya peningkatan beban yang harus disokong. Pada bagian depan dan sampingnya, terdapat
sejumlah foramina kecil untuk suplai arteri dan drainase vena. Pada bagian dorsal tampak
sejumlah foramina yang lebih besar dan satu atau lebih orificium yang besar untuk vena
basivertebral. Corpus vertebrae berbentuk seperti ginjal dan berukuran besar, terdiri dari tulang
korteks yang padat mengelilingi tulang medular yang berlubang-lubang (honeycomb-like).
Permukaan bagian atas dan bawahnya disebut dengan endplate. End plates menebal di bagian
tengah dan dilapisi oleh lempeng tulang kartilago. Bagian tepi end plate juga menebal untuk
membentuk batas tegas, berasal dari epiphyseal plate yang berfusi dengan corpus vertebrae
pada usia 15 tahun.5
Lengkung vertebrae merupakan struktur yang berbentuk menyerupai tapal kuda, terdiri
dari lamina dan pedikel. Dari lengkung ini tampak tujuh tonjolan processus, sepasang prosesus
superior dan inferior, prosesus spinosus dan sepasang prosesus tranversus. Pedikel berukuran
pendek dan melekat pada setengah bagian atas tulang vertebrae lumbal. Lamina adalah struktur
datar yang lebar, terletak di bagian medial processus spinosus. Processus spinosus sendiri
merupakan suatu struktur datar, lebar, dan menonjol ke arah belakang lamina. Processus
transversus menonjol ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel
dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamen-
ligamen yang menempel kepadanya. Processus articular tampak menonjol dari lamina.
Permukaan processus articular superior berbentuk konkaf dan menghadap kearah medial dan
sedikit posterior. Processus articular inferior menonjol ke arah lateral dan sedikit anterior dan
permukaannya berbentuk konveks.5,6
Diskus Intervertebralis
Sendi-sendi corpus vertebra termasuk jenis sendi kondral sekunder (simfisis) yang
dirancang untuk menanggung beban dan kekuatan. Permukaan vertebra berdekatan
memperoleh hubungan melalui sebuah diskus intervertebralis dan ligamentum.7
Diskus Intervertebralis menyusun seperempat dari panjang columna vertebralis. Diskus
ini paling tebal didaerah cervical dan lumbal, tempat banyak terjadinya gerakan columna
vertebralis. Diskus bersifat semielastis. Ciri fisik ini memungkinkannya berfungsi sebagai
peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak bertambah dan
kelenturan/daya pegas memungkinkan vertebra yang kaku dapat bergerak ssatu dengan yang

13
lain. Daya pegas ini berangsur menghilang dengan bertambahnya usia. Diskus intervertebralis
tidak ditemukan antara C1-C2, di dalam Os Sacrum dan di dalam Os Coccygeus.6,7
Diskus intervertebralis terdiri dari Annulus Fibrosus dan Nucleus Pulposus. Annulus
fibrosus terdiri atas jaringan kartilago, di dalamnya serabut kolagen tersusun di dalam lamel
yang kosentris, dimana lamel-lamel yang lain berjalan dalam arah sebaliknya. Serabut yang
lebih perifer melekat erat pada ligamentum longitudinale anterius dan posterius columna
vertebralis. Nucleus Pulposus pada anak dan remaja terdiri dari zat gelatin yang banyak
mengandung air, sedikit serabut kolagen dan sedikit tulang rawan. Biasanya berada dalam
tekanan dan terletak sedikit lebih ke posterior diskus. Sifat nucleus pulposus yang setengah cair
memungkinkan berubah bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan dan ke belakang di
atas yang lain, seperti gerakan fleksi dan ekstensi columna vertebralis. Permukaan atas dan
bawah corpus vertebra yang berdekatan yang menempel pada diskus diliputi oleh cartilage
hialin yang tipis.6,7

Gambar 3. Diskus Intervertebralis

Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada kolumna vertebralis menyebabkan


nucleus pulposus yang semicair menjadi gepeng. Dorongan keluar nucleus ini dapat ditahan
oleh gaya pegas annulus fibrosus disekelilingnya. Kadang dorongan ini terlalu kuat bagi
annulus sehingga menjadi robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol ke dalam kanalis
vertebralis serta dapat menekan radiks saraf spinalis, nervus spinalis atau bahkan medulla
spinalis.7

14
Dengan bertambahnya usia, kandungan air di dalam nucleus pulposus berkurang dan
digantikan oleh fibrokartilago. Serabut kolagen annulus berdegenerasidan sebagai akibatnya
annulus tidak lagi berada dalam tekanan. Pada usia lanjut, diskus ini tipis, kurang lenturdan
tidak dapat dibedakan lagi antara nucleus dengan annulus.
Ligamen dan Otot

Gambar 4. Ligamen penyokong vertebrae

Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat badan, maka
tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain:7
Ligament:
1. Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari ujung ke
ujung):
a. Ligament Longitudinalis Anterior
b. Ligament Longitudinalis Posterior
c. Ligament Praspinosum
2. Ligament Intrasegmental (Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang
berdekatan)
a. Ligamentum Intertransversum
b. Ligamentum flavum
c. Ligamentum Interspinosum
3. Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis dengan
vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum dengan tulang
pinggul
15
Otot-otot:
1. Otot-otot dinding perut 4. Otot illiopsoas
2. Otot-otot extensor tulang punggung 5. Otot Hamstrings
3. Otot gluteus maximus
Di daerah lumbal, fleksio dilakukan oleh m. rectus abdominis dan mm. psoas. Ekstensio
dilakukan oleh mm. postvertebrales. Laterofleksio dilakukan oleh mm. postvetebralis,
m.quadratus lumborum, dan otot-otot serong dinding anterolateral abdomen. M. psoas
mungkin ikut dalam gerakan ini. Rotasio dilakukan oleh otot-otot rotator dan otot-otot dinding
anterolateral abdomen.7

Gambar 5. Otot pada Os. Vertebrae

Otot Postvertebralis
Pada posisi berdiri, garis gaya berat berjalan melalui dens axis, di belakang pusat sendi
koksa, dan di depan sendi lutut dan pergelangan kaki. Akibatnya bila tubuh dalam posisi ini,
sebagian besar berat badan jatuh di depan kolumna vertebralis. Oleh karena itu, otot
postvertebralis pada manusia berkembang dengan lebih baik. Tonus posturnal otot-otot
postvertebralis ini merupakan faktor utama dalam mempertahankan kelengkungan normal
kolumna vertebralis.6
Otot-otot punggung profunda membentuk kolum jaringan otot yang lebar dan tebal,
yang menempati lekukan di kanan kiri prosesus spinosus. Otot-otot ini terbentang dari sakrum
16
sampai kranium. Prosesus spinosus dan prosesus transversus vertebra berfungsi sebagai
pengungkit yang mempermudah kerja otot. Otot-otot terpanjang terletak superfisial dan
berjalan vertical dari sakrum ke angulus kosta, prosesus transversus, dan prosesus spinosus
vertebra bagian atas. Otot-otot dengan panjang sedang (intermedia) berjalan miring dari
prosesus spinosus ke prosesus transversus. Otot-otot paling pendek dan paling dalam berjalan
di antara prosesus spinosus dan diantara prosesus transversus vertebra yang berdekatan.6

Gambar 6. Otot yang membantu pergerakan vertebra

Fasia Profunda Punggung (Torakolumbal)


Fasia torakolumbal berfungsi untuk membantu menyatukan gerakan tubuh bagian atas
dengan bagian bawah. Hal ini didukung oleh bentuk dan lokasinya yang cukup terpusat di
bagian belakang, serta memiliki tingkat fleksibilitas dan memungkinkan fasia torakolumbal
untuk melakukan transmisi kekuatan untuk kontraksi dan relaksasi otot.6
Pars lumbalis fasia profunda terletak di dalam celah antara kristailiaka dan kosta XII.
Bagian ini membentuk aponeurosis kuat dan di lateral menjadi tempat origo serabut-serabut
tengah m.transversus abdominus dan serabut-serabut atas m.obliquus internus dinding
abdomen.6,7
Di medial, pars lumbalis fasia profunda pecah menjadi tiga lamel. Lamel posterior
menutupi otot-otot profunda punggung dan melekat pada prosesus spinosus vertebra lumbalis.
Lamel tengah berjalan ke arah medial, dan melekat pada ujung prosesus transversus vertebra
lumbalis, lamel ini terletak di depan otot punggung profunda dan di belakang m.quadratus
lumborum. Lamel anterior berjalan ke medial dan melekat pada permukaan anterior prosesus
17
transversus vertebra lumbalis, lamel ini terletak di depan m.quadratus lumborum. Di daerah
torakal, fasia profunda melekat dimedial pada prosesus spinosus vertebra dan di lateral pada
angulus kosta. Fasia ini menutupi permukaan posterior otot punggung profunda. Di daerah
servikal, fasia profunda jauh lebih tipis.6,7
Gerakan kolumna vertebralis
a. Fleksio adalah gerakan ke depan, dan ekstensio adalah gerakan ke belakang. Keduanya
dapat dilakukan leluasa di daerah servikal dan lumbal, tetapi terbatas di daerah torakal.
b. Laterofleksio adalah melengkungnya tubuh ke salah satu sisi. Gerakan ini mudah
dilakukan di daerah servikal dan lumbal, tetapi terbatas di daerah torakal.
c. Rotasio adalah gerakan memutar kolumna vertebralis. Gerakan ini sangat terbatas di
daerah lumbal.
d. Sirkumdiksio adalah kombinasi dari seluruh gerakan-gerakan diatas7
Pendarahan Punggung
Di daerah servikal, cabang-cabang yang berasal dari a.occipitalis, sebuah cabang
a.carotis externa dari a.vertebralis, sebuah cabang a.subclavia dari a.cervicalis profunda,
sebuah cabang dan truncus costoservikalis, cabang dari a.subclavia, dan dari a.cervicalis
ascenden, sebuah cabang dari a.thyroidea inferior. Di daerah torakal, cabang-cabang berasal
dari aa. Intercostales posteriors, dan di daerah lumbal cabang-cabang dari a.subcostalis dan
lumbalis. Di daerah sakrum, cabang-cabang berasal dari a.iliolumbalis dan a.sacralis lateralis,
cabang-cabang dari a.iliaca interna. Vena-vena yang mengalirkan darah dari struktur-struktur
di punggung membentuk pleksus rumit yang terbentang sepanjang kolumna vertebralis dari
kranium sampai ke koksigis. Vena-vena ini dapat dibagi menjadi (a) yang terletak di luar
kolumna vertebralis dan mengelilinginya membentuk pleksus venosus vertebralis eksternus
dan (b) yang terletak di dalam kanalis vertebralis dan membentuk pleksus venosus vertebralis
internus. Pleksus-pleksus ini berhubungan secara bebas dengan vena-vena di leher, toraks,
abdomen dan pelvis. Di atas, pleksus ini berhubungan dengan sinus venosus oksipitalis dan
basilaris di dalam kavum kranial melalui foramen magnum.5
Pleksus venosus vertebralis internus terletak di dalam kanalis vertebralis tetapi di luar
durameter medulla spinalis. Pleksus ini tertanam di dalam jaringan areolar dan menampung
cabang-cabang dari vertebra dengan perantaraan vv.basivertebralis dan dari meningen serta
medulla spinalis. Pleksus internus bermuara ke dalam v.intervertebralis, yang berjalan ke luar
bersama dengan saraf spinal melalui foramen intervertebralis. Lalu, vena ini akan bergabung

18
dengan cabang-cabang dari pleksus venosus vertebralis eksternus dan selanjutnya bermuara
berturut-turut ke dalam v.vertebralis, v.intercostalis, v.lumbalis, dan v.sacralis lateralis.5
Persarafan Punggung
Kulit dan otot-otot pinggang dipersarafi secara segmental oleh rami posterior 31 pasang
saraf spinalis. Rami posterior C1, C6, C7 dan C8 serta L4 dan L5 mempersarafi otot punggung
profunda, tetapi tidak mempersarafi kulitnya. Ramus posterior C2 (n. occipitalis major)
berjalan ke atas melalui tengkuk dan mempersarafi kulit kepala, rami posterior berjalan ke
bawah dan lateral serta mempersarafi sebagian kulit, sedikit di bawah tempat keluarnya
foramen intervertabralis. Setiap ramus posterior terbagi menjadi dua, yaitu cabang medial dan
lateral.5

Gambar 7. Dermatom
Aliran Limfe Punggung
Pembuluh-pembuluh limfe profunda mengikuti vena dan bermuara ke dalam nodi
lymphoidei cervicalis profunda, mediastinalis posterior, aortica lateralis dan sacralis.
Pembuluh limfe dari kulit leher bermuara ke nodulus servikalis, yang berasal dari batang tubuh
diatas crista iliaca bermuara ke nodus axillaris, dan yang berasal dari daerah di bawah crista
iliaca bermuara ke nodus inguinalis superficialis.5

19
Nyeri Punggung Bawah
Definisi
Nyeri punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) didefinisikan sebagai nyeri
yang dirasakan diantara sudut iga terbawah (Costal Margin) dan lipat bokong bawah (Gluteal
Inferior Fold) yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral.8

Etiologi
Kongenital
a. Spina bifida
Defek pada arcus spinosus lumbal/sacral akibat gangguan proses pembentukan sehingga
tidak terdapat ligament interspinosus yang menguatkan daerah tersebut. Hal ini
menyebabkan mudah timbulnya lumbosacral strain yang bermanifestasi sakit pinggang.9
b. Spondilolisis
Bagian posterior ruas tulang belakang terputus sehingga tidak terdapat diskontinuitas antara
prosesus artikularis superior dan inferior. Kelainan ini terjadi karena arcus neuralis putus
tidak lama setelah neonatus dilahirkan.9
c. Spondilolistesis
Suatu keadaan dimana terjadi pergeseran lumbar ke arah anterior ruas vertebrae. Biasanya
antara lumbar L4 dan L5.9
Trauma
a. Trauma besar
Trauma besar merupakan tercabutnya insersi otot erector trunci, dimana pada keadaan ini
penderita dapat menunjuk daerah yang nyeri tekan pada daerah tersebut (udem atau
hematom). Ruptur ligament interspinosum, secara mutlak atau parsial mengakibatkan nyeri
tajam pada tempat ruptur yang makin berat jika pasien membungkuk. Fraktur korpus
vertebrae lumbal, penderita merasakan nyeri setempat yang kemudian dapat disertai radiasi
ke tungkai (referred pain).9
b. Trauma kecil
Trauma kecil terdiri dari sacroiliaca strain dan lumbosacral strain. Hal ini disebabkan daerah
tersebut merupakan penunjang utama dari tubuh dan aktivitas fisik. Kelainan terjadi karena
daerah tersebut bekerja terus menerus. Keluhan utamanya berupa pegal, ngilu, panas pada
bagian bawah punggung. Tidak didapatkan nyeri tekan dan mobilitas tulang masih baik.9
Inflamasi
20
a. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang.
Sendi yang terjangkit mengalami peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
kemudian sendi mengalami kerusakan. Akibat peradangan pada sinovium (sinovitis) yang
menahun, maka akan terjadi kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan
ligament di sendi.9
b. Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikulasio sakroiliaka yang merupakan bagian dari poliarthritis rheumatoid.
Rasa nyeri timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis, artikulasio
sakroiliaka, artikulasio costovertebralis dan penyempitan foramen intervertebralis.9
Tumor
a. Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat mengakibatkan nyeri
hebat yang dirasakan terutama pada malam hari. Hemangioma merupakan tumor yang
berada di dalam kanalis vertebralis dan dapat membangkitkan nyeri punggung bawah.
Meningioma merupakan suatu tumor intradural namun ekstramedular. Tumor ini dapat
menjadi besar sehingga menekan pada radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali
membangkitkan nyeri hebat pada daerah lumbosakral.9
b. Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder. Tumor primer
yang sering dijumpai adalah myeloma multiple. Tumor sekunder yaitu tumor metastatik
mudah bersarang di tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh
darah. Tumor primernya bisa berada di glandula mamae, prostat, ginjal, paru dan glandula
tiroid.9
Gangguan metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan
nyeri pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau gangguan hormonal
(menopause, penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur karena kolaps
korpus vertebra. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah
pinggang.9
Sebagai referred pain
Nyeri punggung bawah dirasakan oleh seseorang penderita ulkus peptikum,
pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya.9
21
Psikoneurotik
Nyeri punggung bawah yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan
kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis.9
Infeksi
Nyeri punggung bawah yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus). Sedangkan nyeri punggung bawah yang disebabkan infeksi
kronik misalnya spondylitis TB, osteomyelitis kronik.9
Proses Degeneratif
 Spondilosis
Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan discus dan
osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan penyempitan dari foramina intervertebralis.9
 Hernia nukleus pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif mengenai annulus fibrosus discus intervertebralis yang bila
suatu saat terobek dapat disusul dengan protusio discus intervertebralis yang akhirnya
menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus
intervertebralis L4-L5 dan L5-S1.9
 Osteoarthritis
Pada osteoartrhritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi berulang-ulang
selama bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna vertebralis akan
menyebabkan tarikan dan tekanan otot-otot/ligament pada setiap gerakan sehingga
menimbulkan nyeri punggung bawah.9
 Stenosis spinal
Pada setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu satu di depan yang dibentuk oleh
korpus vertebrae dengan discus intervertebralis dan dua di belakang yang dibentuk oleh
prosesus artikularis superior dan inferior kedua korpus vertevra yang ada di atas dan di
bawah diskus intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif yang terjadi di sekitar ketiga
persendian itu berupa osteofit dan proliferasi jaringan kapsul persendian yang kemudian
mengeras (hard lesion). Bangunan degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis
intervertebralis setempat dan menyempitkan foramen intervertebra.9

22
Patofisiologi
Nyeri Punggung Bawah (NPB) secara umum seringkali terkait dengan trauma mekanik
akut, tetapi dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu.
Akumulasi trauma dalam jangka panjang seringkali ditemukan pada tempat kerja. Kebanyakan
kasus NPB terjadi dengan adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot
berlebihan, ketegangan otot, cedera otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang
belakang. tetapi keadaan ini dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti
peradangan pada ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.9
Patofisiologi dari NPB sangatlah kompleks. Beragam struktur anatomi dan elemen dari
tulang lumbal (tulang, ligamen, tendon, otot, dan diskus) diyakini sangat berperan dalam
timbulnya gangguan. Sebagian besar dari elemen lumbal memiliki inervasi sensorik, sehingga
dapat memicu sinyal nosiseptif yang timbul sebagai respons terhadap stimulus kerusakan
jaringan. Sebab lainnya adalah gangguan pada saraf, contohnya adalah skiatika. Pada kasus
NPB kronis, seringkali dijumpai penyebabnya adalah campuran antara nosiseptif dan
neurologis.10
Daerah lumbal, khususnya daerah LV-SI mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1. Mobilitas
daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi. Diperkirakan hampir
57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi LV-SI. Daerah lumbal terutama
LV-SI merupakan daerah rawan, karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh
menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero
lateral.11

Faktor Risiko
Faktor risiko yang ditemukan didalam penelitian di R.S. DR Hasan Sadikin, Bandung
menunjukkan penyebab NPB, antara lain ialah usia, jenis kelamin, body mass index, kebiasaan
merokok, kurang olahraga, dan posisi saat melakukan tindakan anestesia,seperti posisi statis,
posisi canggung, manual handling procedure, dan kombinasi ketiganya.12
Usia
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori,
nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja dan pada umur berapa
saja. Namun demikian, keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini
mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologi tertentu yang lebih sering dijumpai
23
pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur
dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada decade kelima. Bahkan keluhan nyeri
pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai umur 60 tahun, tetapi pada kenyataannya keluhan lebih sering terjadi pada wanita,
misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi. Selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang
lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat.
Pekerjaan
Faktor risiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama
adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi
atau sikap tubuh selama bekerja, getaran dan kerja statis, sehingga riwayat pekerjaan sangat
diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini.
Aktivitas /olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari
oleh penderitanya seperti duduk, berdiri, tidur dan mengangkat beban pada posisi yang salah
dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantor yang terbiasa duduk dengan
posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri
dengan membungkuk atau menekuk kedepan. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur
yang tidak menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada
tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri
langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban
tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang
seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan
posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang
monoton lebih dari 2 jam dalam sehari ,berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan risiko timbulnya nyeri pinggang.
Kebiasaan merokok
24
Hubungannya dengan kejadian NPB, diduga karena perokok memiliki kecenderungan
untuk mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.
Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lordosis, maupun
kifosis, menjadikan beban yang ditumpu oleh tulang belakang tidak pada tempatnya, sehingga
memudahkan timbulnya berbagai gangguan pada struktur tulang belakang.
Riwayat episode NPB sebelumnya
Individu dengan riwayat episode NPB, memiliki kecenderungan dan risiko untuk
berulangnya kembali gangguan tersebut.

Klasifikasi
Berdasarkan lama perjalanan penyakitnya, nyeri punggung bawah diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu akut, subakut, dan kronis. Nyeri punggung bawah akut didefinisikan sebagai
timbulnya episode nyeri punggung bawah yang menetap dengan durasi kurang dari enam
minggu. Untuk durasi antara 6-12 minggu didefinisikan sebagai nyeri punggung bawah
subakut, sedangkan untuk durasi lebih lama dari 12 minggu adalah nyeri punggung bawah
kronis.13
Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut: (a) viserogenik, (b) vaskulogenik,
(c) neurogenik, (d) psikogenik, dan (e) spondilogenik.4
a. NPB Viserogenik
NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera
di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
b. NPB Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri
menyerupai iskialgia. Iskialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N. Iskiadikus ditandai
dengan adanya nyeri atau rasa tidak enak di tungkai, baik yang terasa setempat maupun yang
menjalar sampai ke lutut atau lipatan lutut, atau yang menjalar ke selangkangan.
c. NPB Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah, yaitu pada:
1. Neoplasma
Neoplasma seperti neurinoma, hemangioma, ependimoma, dan meningioma sering
menyebabkan nyeri punggung bawah.
2. Araknoiditis
25
Araknoiditis merupakan gangguan rasa sakit yang disebabkan oleh peradangan pada
araknoid, salah satu dari membran yang mengelilingi dan melindungi saraf tulang
belakang.
3. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses degenerasi diskus
intervertebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum. Gejala klinik yang timbul
ialah adanya klaudikasio intermiten yang disertai rasa kesemutan dan pada saat penderita
istirahat maka rasa nyerinya masih tetap ada.
d. NPB Psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi.
e. NPB Spondilogenik
NPB spondilogenik ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di
kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis
(diskogenik), dan miofasial (miogenik), serta proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
1. NPB osteogenik disebabkan oleh:
 Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis tuberkulosa.
 Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis.
 Keganasan, dapat bersifat primer (terutama mieloma multipleks) maupun
sekunder/metastatik yang berasal dari proses keganasan di kelenjar tiroid, paru-paru,
payudara, hati, prostat dan ovarium.
 Kongenital, misalnya skoliosis lumbal. Nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan
peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi.
 Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia
familial.
2. NPB diskogenik, disebabkan oleh:
 Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi progresif pada diskus intervertebralis,
yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebra sehingga
mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen
intervertebra serta iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada spondilisis ini
disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantong
duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang.

26
 Hernia Nukleus Pulposus (HNP), ialah keadaan di mana nucleus pulposus keluar
menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus
yang robek.
 Spondilitis Ankilosa, proses ini mulai dari sendi sakroiliaka, yang kemudian menjalar
ke atas, ke daerah leher yang terus berlanjut selama lebih dari tiga bulan. Gejala
permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang
setelah mengadakan gerakan.
3. NPB miogenik, disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot dan
hipersensitif.
 Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang yang
akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari
kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang
normal, kontraksi otot mengurangi beban pada ligamentum dalam waktu yang wajar.
Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan menerima
beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan
otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta
regangan pada kapsula.
 Spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme
otot ini memberikan gejala yang khas, yaitu adanya kontraksi otot yang disertai dengan
nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah
kontraksi. Akan terjadi lingkaran antara nyeri, kejang atau spasme dan
ketidakmampuan bergerak.
 Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang
berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.
 Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila dirangsang
akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu. Daerah kecil tadi
disebut sebagai noktah picu (trigger point). Dalam pemeriksaan klinik terhadap
penderita NPB, tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini.

27
Manifestasi Klinis
Dari beberapa gejala penyakit spinal (nyeri, kekakuan, keterbatasan ruang gerak dan
deformitas) nyeri adalah yang paling penting. Empat jenis tipe nyeri dapat dibedakan yaitu:
lokal, referred, radicular dan sekunder akibat spasme otot. Beberapa tipe nyeri ini dapat sering
dipahami dari deskripsi pasien, hal terpenting adalah pada karakter nyeri, lokasinya dan kondisi
yang mempengaruhinya.14
Nyeri lokal disebabkan oleh beberapa proses patologis yang menimpa struktur yang
mengandung ujung serabut sensoris. Termasuk periosteum corpus vertebrae, kapsula sendi
apofiseal, otot, annulus fibrosus dan ligament sering menyebabkan nyeri yang cukup jelas,
sedangkan destruksi nucleus pulposus sendiri menyebabkan nyeri yang minimal atau tidak
sama sekali. Nyeri lokal paling sering digambarkan sebagai nyeri yang menetap dan berdenyut,
namun dapat intermiten dan bersifat tajam serta tidak berbatas tegas, selalu terasa di dalam atau
dekat area vertebrae yang terkena. Biasanya terdapat upaya protektif spontan pada segmen
vertebrae dengan kontraksi musculus paravertebrae yang intens dan pergerakan atau postur
yang menetralkan spasme tersebut dan merubah posisi jaringan cedera yang cenderung
memperberat nyeri. Struktur superfisial pada area yang terlibat juga nyeri dan tekanan langsung
pada area tersebut menimbulkan nyeri. Otot yang secara berkelanjutan berada pada spasme
juga menjadi nyeri dan sensitive terhadap tekanan dalam.14
Nyeri alih (referred pain) terdapat dua jenis, pertama adalah nyeri yang diproyeksikan
dari tulang punggung ke organ viscera dan struktur lain yang terdapat di dalam lumbar dan
dermatom di atas sacrum dan jenis yang lain adalah nyeri yang diproyeksikan dari pelvis dan
organ viscera abdomen ke tulang punggung. Nyeri akibar penyakit dari bagian atas verterbrae
lumbal sering menjalar ke sisi samping, lateral panggul, pangkal paha dan paha baian depan.
Hal ini diakibatkan iritasi dari nervus nukleal superior yang berasal dari divisi posterior nervus
spinal lumbal tiga pertama dan menginervasi bagian superior bokong. Nyeri dari bagian bawah
segmen lumbal umumnya menjalar ke bokong bagian bawah dan paha bagian posterior. Nyeri
tipe ini umumnya lebih difus dan kualitas nyeri yang dalam namun butuh waktu untuk menjadi
lebih terproyeksi secara lebih superfisial. Secara umum intensitas referred pain sejalan dengan
nyeri lokal. Dengan kata lain maneuver yang mengubah nyeri lokal memiliki efek yang sama
pada nyeri alih, meskipun kurang presisi sehingga disebut nyeri akar. Nyeri dari penyakit
visceral biasanya terasa di dalam abdomen, perut bagian lateral, regio lumbar dan dapat
dipengaruhi oleh keadaan aktivitas organ visera dan kadang dengan asumsi posisi supinasi atau

28
tegak. Hubungan karakter dan perjalanan waktu dari nyeri tipe ini kurang berhubungan
terhadap pergerakan punggung.14
Nyeri radikuler atau nyeri radiks memiliki beberapa karakteristik nyeri alih namun
berbeda pada intensitasnya yang lebih besar, radiasi terhadap distal, batas pada wilayah akar,
dan faktor yang mempengaruhinya. Mekanismenya adalah perenggangan, iritasi atau kompresi
akar spinal di dalam atau bagian sentral foramen intervertebralis. Nyerinya bersifat tajam,
sering intens dan biasanya bertumpang tindih pada rasa nyeri tumpul pada nyeri alih; umumnya
nyeri ini selalu beradiasi dari posisi parasentral dekat tulang belakang ke beberapa bagian
tungkai. Batuk, bersin, dan renggangan secara karakteristik memicu nyeri radier yang tajam,
meskipun tiap tindakan ini menggertarkan atau menggerakkan tulang belakang dan
memperberat nyeri lokal; kompresi vena jugular yang meningkatkan tekanan intraspinal dan
dapat menyebabkan desakan di dalam posisi radiks, memiliki efek yang sama. Faktanya,
beberapa maneuver merenggangkan radiks nervus (tes laseque pada kasus sciatica memicu
nyeri radikuler. Pola paling sering adalah sciatica, nyeri yang berasal dari bokong dan
diproyeksikan disepanjang paha posterior atau posterolateral. Hal tersebut dihasilkan dari
iritasi radiks nervus L5 atau S1. Paresthesia atau kehilangan sensoris superfisial, rasa sakit pada
kulit, dan nyeri di daerah yang terbatas di sepanjang saraf biasanya timbul bersamaan nyeri
radicular. Jika radiks anterior terlibat, dapat timbul kehilangan reflex, kelemahan, atrofi dan
fasikulasi.14
Pasien dengan konstriksi parah yang mengelilingi pada cauda equine karena spondilosis
(lumbar stenosis), gangguan sensorimotor dan kadang nyeri alih terangsang oleh berdiri dan
berjalan. Gejala neurologis melibatkan betis dan bagian belakang paha, yang lalu menstimulasi
gejala yang diinduksi peningkatan aktivitas fisik karena insufiensi vascular yang lalu
diistilahkan sebagai claudikasio spinal. Hal yang penting adalah observasi bahwa nyeri alih
dari punggung bagian bawah (pseudoradikular) tidak berproyeksi kebawah lutut dantidak
dibarengi perubahan neurologis disbanding mati rasa yang samar tanpa gangguan sensoris yang
nyata. Jaringan subkutan pada area nyeri alih juga dapat nyeri, dan tentu saja nyeri lokal, alih
dan radicular dapat muncul bersamaan.14
Nyeri akibat spasme otot umumnya timbul dala hubungannya terhadap nyeri lokal.
Spasme dipikirkan sebagai reflex nosiseptif untuk proteksi bagian yang sakit terhadap gerak
yang menimbulkan cedera. Spasme otot dihubungkan dengan banyak gangguan punggung
bawah dan dapat mengganggu postur normal. Kontraki muscular kronik menimbulkan nyeri
tumpul kadang nyeri keram. Seseorang dapat merasakan ketegangan muskulus sakrospinalis
29
dan gluteal dan ditemukan dari palpasi bahwa nyeri terlokalisir pada area tersebut. Namun
kontribusi komponen nyeri ini pada NPB relatif kecil
Nyeri lain sering berasal dari tempat yang tidak dapat ditentukan kadang
digambarkan oleh pasien dengan penyakit kronik punggung bawah: sensasi keram (tanpa
spasme otot involunter); nyeri menusuk, merobek atau berdenyut; rasa terbakar atau dingin.
Sensasi ini, seperti pada kesemutan dan baal, menunjukkan kemungkinan penyakit nervus atau
radiks.14
Sebagai tambahan untuk menilai karakter dan lokasi nyeri, harus ditentukan factor yang
memperberat dan meringkan gejala, keteguhannya, dan hubungannya dengan aktivitas dan
istirahat, postur tubuh, tekukan maju, dan batuk, bersin, dan ketegangan. Seringkali, petunjuk
terpenting berasal dari pengetahuan tentang mode onset dan keadaan yang memicu rasa sakit.
Karena banyak kondisi punggung yang menyakitkan akibat cedera yang terjadi saat bekerja
atau dalam kecelakaan mobil, kemungkinan pembesaran atau perpanjangan rasa sakit untuk
keperluan kompensasi harus selalu diingat.14

Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya, lokasi nyeri,
sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali dengan kegiatan fisik, faktor yang
memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada keluarga
penderita penyakit yang sama. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dengan sikap
tubuh yang salah dan berulangkali, kegiatan fisik atau olahraga yang tidak biasa.8 Sifat nyeri
yang tajam, menusuk dan berdenyut, seringkali bersumber dari sendi, tulang dan ligamen.
Sedangkan rasa pegal, biasanya berasal dari otot. Nyeri yang disertai dengan penjalaran ke arah
tungkai menunjukkan adanya keterlibatan radiks saraf. Sedangkan nyeri yang berpindah-
pindah dan tidak wajar, sangat mungkin merupakan nyeri psikogenik. Harus pula diperhatikan
adanya gangguan miksi dan defekasi untuk mengetahui gangguan pada radiks saraf. Hal lain
yang perlu diketahui adalah adanya demam selama beberapa waktu terakhir untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi, misalnya spondilitis. Riwayat penyakit terdahulu dan
riwayat pekerjaan harus diketahui untuk mempertajam penegakan diagnosis.13
 Keluhan Utama: Nyeri diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah.
 Onset: akut, kronik, insidious, kronis-progresif.
 Kualitas: sifat nyeri (tumpul, seperti tertusuk, terbakar).
30
 Kuantitas: pengaruh nyeri terhadap ADL, frekuensi, durasi, intensitas/derajat nyeri.
 Kronologis: riwayat penyakit sekarang.
 Faktor Memperberat: saat batuk, mengejan, membungkuk, aktivitas.
 Faktor Memperingan: istirahat.
 Gejala penyerta: kesemutan, rasa baal, gangguan berkemih, gangguan BAB, disfungsi
seksual.
 Riwayat penyakit dahulu: keluhan serupa sebelumnya, riwayat trauma, riwayat .
 Riwayat penyakit keluarga: riwayat keganasan dalam keluarga.
 Riwayat sosial ekonomi: pekerjaan yang berhubungan dengan keluhan utama.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tanda vital
Pemeriksaan fisik neurologis:
 Pengukuran skala nyeri: VAS/NPRS/Faces Scale/CPOT
 Inspeksi (Range of motion, Alignment)
Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak
untuk duduk, maka harus sudah dicurigai adanya suatu herniasi diskus. Gerakan aktif
pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk
kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai
hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
o Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena
gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu
kompresi pada saraf spinal.
o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
o Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang

31
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.
o Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.8,13
 Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa
ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan
intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan
jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada
vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.13
 Pemeriksaan nyeri ketok columna vertebrae
 Pemeriksaan nyeri tekan lamina
 Tes Provokasi (Valsava, Naffziger, Laseque, kontra Laseque,Braggard/Sicard, Patrick,
Kontra Patrick, nyeri ketok costovertebrae)
o Tanda Laseque
Menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu
di panggul sampai 90° dengan perlahan-lahan kemudian dilakukan ekstensi lutut
dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes
yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.14
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam
keadaan ekstensi (straight leg rising). Modifikasi tanda laseque yang lain semua
dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler.14
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri
makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga
dengan tanda laseque kontralateral.14

32
o Tanda Laseque kontralateral
Dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri
diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral
yang sakit.14
o Tes Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi
sakroiliaka. Penderita dalam posisi berbaring. Tungkai dalam posisi fleksi di sendi
lutut sementara tumit diletakkan di atas lutut tungkai yang satunya lagi, kemudian
lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan ke bawah. Apabila ada kelainan di sendi
panggul maka penderita akan merasakan nyeri di sendi panggul tadi.14

33
o Tes Kontra-Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi di sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut
didorong ke medial; bila di sendi sakroiliaka ada kelainan maka disitu akan terasa
sakit.14
 Pemeriksaan motorik tungkai bawah
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan
abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang
mempersarafinya.13
 Pemeriksaan sensibilitas tungkai bawah
Membantu menentukan lokalisasi lesi sesuai dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.13
 Pemeriksaan otonom
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (atas indikasi):
Evaluasi komprehensif yang dapat dilakukan termasuk hitung darah lengkap,
penentuan laju endap darah dan tes spesifik. Secara khusus, tes ini sangat berguna ketika infeksi
atau keganasan dianggap sebagai kemungkinan penyebab nyeri punggung pasien.8
 Laju endap darah
 Darah perifer lengkap
 Ureum, creatinin
 elektrolit
 C – reaktif protein (CRP)
 Faktor rematoid
 Urinalisa
 LCS
 Tumor marker (PSA, AFP, CEA, ALP, β-hCG, thyroglobulin, calcitonin)
Pemeriksaan Radiologis (atas indikasi):
X-ray
X-ray merupakan tes yang sederhana dan sangat membantu untuk menunjukkan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk
mengevaluasi nyeri punggung. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral
dan bila perlu oblique kanan dan kiri.13

34
Myelografi
Myelografi adalah pemeriksaan X-ray pada spinal cord dan kanalis spinalis. Myelografi
merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikkan ke kanalis
spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluroskopi dan gambar
Xray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, tumor spinalis, atau abses spinal.13
Computted Tomografi Scan (CT-scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah
jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang. Sedangkan MRI dapat menunjukkan gambaran
tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai
dengan yang dikehendaki. MRI juga dapat memperlihatkan diskus interveretebralis, nervus dan
jaringan lainnya pada punggung.13
MRI atau CT-Scan harus dipertimbangkan pada pasien dengan defisit neurologis yang
makin memburuk atau diduga adanya penyebab sistemik yang menyebabkan nyeri punggung
seperti infeksi atau neoplasma. Pemeriksaan tulang terutama digunakan untuk mendeteksi
metastasis tulang, fraktur yang tidak terlihat dan infeksi.13

Diagnosis Banding
Pembagian Nyeri Punggung bawah menurut Alberta Canada:8
 Spondylogenik
 Nyeri neurogenik
 Nyeri punggung bawah vaskulogenik
 Nyeri punggung bawah viscerogenik
 Nyeri punggung bawah psikogenik

Tatalaksana
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB yaitu konservatif dan operatif.13
Terapi konservatif
Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), medikamentosa dan fisioterapi.
Rehat baring
Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per dengan
35
demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus, dan kemudian ditutup dengan lembar
busa tipis. Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat dilakukan latihan tertentu, atau
terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya
kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi otot-otot.13
Medikamentosa
Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB, yaitu obat yang
bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal. Obatobat simptomatik antara lain analgetika
(salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), Obat anti-inflamasi
non steroid (OAINS) misalnya piroksikam, antidepressan trisiklik (secara sentral) misalnya
amitriptilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam, klordiasepoksid. Sedangkan
obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk spondilitis piogenik,
nukleolisis misalnya khimopapain, kolagenase (untuk HNP).8,13,15
Nyeri inflamasi:
 Anti inflamasi (steroid, NSAID sesuai fornas)
 Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
 Analgetik opioid lemah (Codein)
 Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Nyeri neuropatik:
 Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (Carbamazepine, Gabapentin,
Okscarbazepine, Fenitoin, Asam Valproat, Pregabalin)
 Anti depresant (amitryptiline)
 Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
 Analgetik opioid lemah (Codein)
 Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Nyeri campuran (kombinasi nyeri inflamasi dan neuropatik)
 Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada sindroma radikuler (atas indikasi).
Fisioterapi8,13
 Terapi panas
Menggunakan kantong dingin–kantong panas. Lakukan dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-10
menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad
(kantong hangat).

36
 Elektro stimulus
Contohnya seperti acupunture, ultra sound, radiofrequency lesioning, spinal
endoscopy, percutaneous electrical nerve stimulation (PENS), electro thermal disc
compression, dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).
 Traksi
Tarikan pada badan (punggung) untuk kontraksi otot.
 Massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merelaksasikan otot belakang dan
melancarkan perdarahan.
Terapi invasif minimal (atas indikasi):
 Lumbar facet joint pain: Radiofrekuensi ablasi pada cabang medial rami dorsales
(1B+),injeksi kortikosteroid intra-articular
 Sacroiliac jointpain: radiofrekuensi ablasi
 Coccygodynia: ganglion impar block, terapi elektrothermal intra-discal (IDET)
 Injeksi proloterapi

Terapi operatif 8,13


Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik.
Indikasi dilakukan tindakan operatif yaitu :
 Sciatica dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu; nyeri
berat/intractable/menetap/progresif.
 Sindroma kauda equine, dimana diskus bagian tengah menekan kauda equine dengan
gejala inkontinensia urin dan alvi, paraparesis dan deficit sensorik pada kedua tungkai.
 Bila kompresi radiks saraf disertai deficit motoric terutama kelumpuhan quadricep atau
tidak dapat dorsofleksi kaki.
 Terdapat iskialgia berat >4 bulan.
Beberapa tindakan operatif yang dapat dilakukan :
a. Laminectomy : prosedur bedah untuk memisahkan lamina dari vertebrae.
b. Discectomy : prosedur bedah untuk memisahkan bagian yang keluar dari diskus.
Biasanya dilakukan pada kasus HNP.

37
c. Endoscopy : prosedur bedah menggunakan serat fiber optic yang memungkinkan
tidak dilakukannya operasi terbuka.

Prognosis8
Ad vitam = Tergantung etiologi dan beratnya defisit neurologis
Ad sanationam = Tergantung etiologi dan beratnya defisit neurologis
Ad Fungsionam = Tergantung etiologi dan beratnya defisit neurologis

38
BAB IV
ANALISIS KASUS

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi. Pada saat
mencapai usia pertengahan, sebagian orang mulai didera oleh rasa nyeri pada tulang belakang,
khususnya leher (servikal) dan punggung bawah (lumbal). Kedua bagian ini mengalami
degenerasi karena banyak dipakai untuk gerakan menekuk ke depan atau berputar ke kanan
dan ke kiri. Di antara tulang-tulang belakang leher/servikal dan punggung bawah/lumbal
terdapat bantalan yang disebut diskus intervertebralis. Karena usia dan sering digunakan,
diskus tersebut aus dan menipis sehingga ruas-ruas tulang saling bergesekan. Gesekan inilah
yang menimbulkan peradangan dan pengapuran sehingga terjadi rasa nyeri.
Berdasarkan anamnesis, diperoleh data bahwa pasien merasa sakit di daerah punggung
bawah dengan intensitas sedang sejak 3 bulan yang lalu. Sakit dirasakan seperti menusuk-
nusuk yang kadang menjalar dan terdapat kesemutan dikedua kaki. Punggung bawah sakit bila
digerakkan terutama pada posisi membungkuk berdiri dan duduk. Berdasarkan keterangan ini
disimpulkan bahwa pasien menderita Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah). LBP adalah
perasaan nyeri yang di rasakan di daerah antara iga terbawah dan lipat bokong bawah
(lumbal/lumbosacral), nyeri ini dapat berupa nyeri local, nyeri radikuler, atau campuran. Untuk
low back pain sendiri penyebabnya dapat berasal dari otot, saraf, atau tulang belakang sendiri.
Melihat keluhan pasien, di duga terdapat nyeri yang dapat bersifat lokal dan radikuler. Nyeri
lokal dapat diakibatkan pada kondisi dimana vertebrae lumbal mengalami proses peradangan
berupa osteoarthritis lumbal sehingga menimbulkan nyeri lokal serta dapat disertai nyeri lokal
yang berasal dari spasme otot paravertebralis sebagai respon kompensasinya. Nyeri radikuler
ditandai dengan nyeri yang menjalar hingga ketungkai bawah disertai dengan gangguan
sensorik berupa kesemutan ataupun kebas menunjukkan terdapat kompresi pada radiks nervus
spinalis segmen lumbal yang dapat diakibatkan oleh kelainan seperti hernia nucleus pulposus,
spinal stenosis akibat OA lumbal, fraktur kompresi lumbal, proses desak ruang akibat
neoplasma ataupun akibat infeksi.8,15
Mengingat riwayat kebiasaan pasien sering mengangkat dan melakukan pekerjaan berat
seperti menimba air dan pasien memiliki rumah yang bertingkat sehingga sehari-hari pasien
sering naik-turun tangga, dengan landasan tersebut dapat diperkirakan bahwa sering terjadi
jejas minimal pada vertebra, jejas ini merangsang kerja osteoblas yang akan membentuk tulang
39
baru (osteofit) yang tujuan awalnya adalah menstabilkan rangka, tetapi osteofit tersebut justru
dapat menekan otot, ligament sekitar sehingga menimbulkan nyeri.
Terapi Non-Farmakologis berupa edukasi, adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk
beluk tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah
serta persendiannya tetap dapat terpakai. Berat badan yang berlebihan teryata merupakan faktor
yang memperbesar dan memperberat keadaan OA. Apabila berat badan berlebihan, maka harus
selalu di usahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.
Terapi Farmakologis berupa analgesik opiate non narkotik, untuk mengurangi rasa sakit
ketorolac intravena dapat digunakan sebagai analgesik, tetapi tidak untuk mengurangi
peradangan. Terbukti cukup efektif untuk mengurangi nyeri dengan skala sedang. Apabila
dengan cara-cara tersebut diatas tidak berhasil, dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk
pemberian OAINS berupa Kalium Diclofenac, oleh karena obat gologan ini di samping
mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Selain itu untuk mengurangi
nyeri lokal akibat spasme otot, dapat diberikan muscle relaksan seperti eperisone HCl. Oleh
karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat
berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek samping nya minimal dan dengan cara pemakaian
yang sederhana. Nyeri pinggang pada pasien ini adalah nyeri pinggang bawah kronik yang
lamanya lebih sekitar 3 bulan. Sehingga pada pasien ini perlu ditambahkan Amitriptilin.15
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran pasien Compos Mentis dan vital sign dalam batas
normal, status pshychicus tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan reflek fisiologis tidak
didapatkan kelainan. Untuk penatalaksanaan definitif, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan berupa
pencitraan untuk memastikan diagnosis etiologi.

40
BAB V
KESIMPULAN

NPB sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sebagian besar dari kita
pernah menderita NPB pada suatu waktu dalam masa hidup kita. Penyebab NPB beraneka
ragam dan dibagi dalam kausa neurologis dan non-neurologis. Kausa neurologis dibagi lagi
dalam non-diskogenik dan diskogenik. Sebagian besar kausa neurologis disebabkan oleh
sindroma radikuler spinal khususnya lumbal.
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal, nyeri radikuler, maupun keduanya. NPB merupakan
gejala, bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung merupakan kelainan dengan berbagai etiologi
dan membutuhkan penanganan simtomatis serta rehabilitasi medik. Diagnosis klinis NPB
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis, serta pemeriksaan penunjang.
Kejadian timbulnya NPB pada pekerja erat hubungannya dengan pekerjaan yang dilakukan,
oleh karena itu diperlukan tindakan yang tepat untuk pencegahan yang meliputi pencegahan
primer, sekunder, dan tersier. Tujuan akhir dari program pencegahan meliputi penurunan
insidens dan prevalensi NPB, penurunan angka disabilitas dan perbaikan fungsi, menjaga
pekerja tetap dapat bekerja sehingga meningkatkan produktivitas, dan mengurangi dampak
sosioekonomi dari kejadian timbulnya NPB.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Duthey B. Background Paper of Low Back Pain. Pain Priority Medicines for Europe
and the World. 2013.
2. Janet KF, George MH, Robert PA, Anne MJ, Jane DD, Andrea SW et al. The rising
prevalence of chronic low back pain. North Carolina: American Medical Association;
2009
3. Tomita S, Arphorn S, Muto T, Koetkhlai K, Naing SS, Chaikittiporn C. Prevalence and
risk factors of low back pain among thai and myanmar migrant seafood processing
factory workers in Samut Sakorn Province, Thailand. Thailand: Industrial Health; 2010
4. Harsono. Kapita Selekta Neurologi edisi ke-dua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 2009
5. Mckinley M, O’loughlin VD. Human Anatomy 3rd Edition. New York : Mcgraw-Hill;
2008
6. Vitriana. Aspek Anatomi Dan Biomekanik Tulang Lumbosakral Dalam Hubungannya
Dengan Nyeri Pinggang. Bandung: FK Unpad/Rsup Dr.Hasan Sadikin; 2001
7. Snell RS. Clinical Anatomy by Systems. New York: Lippincott wilkin; 2006.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Acuan Panduan Praktik Klinis
Neurologi. 2016
9. Purba JS, Ng DS. Nyeri punggung bawah: patofisiologi, terapi farmakologi dan non-
farmakologi akupunktur. Medicinus 2008; 21(2): 38-42 6.
10. Rossignol M, Arsenault B, Dionne C, Poitras S, Tousignant M, Truchon M, et al. CLIP
Practice Guideline : Clinic on Low-Back Pain in Interdisciplinary Practice guidelines.
Montreal Public Health Department. 2007. 7.
11. New Zealand Guidelines Group. New Zealand Acute Low Back Pain Guide. 2004.
12. Patrianingrum M, Oktaliansah E, Surahman E. Prevalensi dan faktor risiko nyeri
punggung bawah di lingkungan kerja anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif. 2015: vol 3.
13. Winata SD. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dari Sudut
Pandang Okupasi. Fakultas Kedokteran Ukrida. 2013
14. Robert AH. Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology Ed. 8. New York:
McGraw-Hill. 2005
15. Chou R et al. Diagnosis and Treatment of Low Back Pain: A Joint Clinical Practice
Guideline from the American College of Physicians and the American Pain Society.
American College of Physicians. 2007

42

Anda mungkin juga menyukai