Anda di halaman 1dari 8

Milik Teknik Mesin Universitas Pamulang (untuk kalangan sendiri)

DiktatKuliah

Metalurgi Fisik

(TMC39)

Diagram TTT dan CTT


(lanjutan)

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Pamulang
2016
Diagram CTT
Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahamidiagram TTT dan CTT

Isothermal Transformation Diagram

Diagram TTT atau Isothermal Transformation Diagram (I-T diagram) merupakan sebuah
diagram yang menghubungkan transformasi austenite terhadap waktu (dalam skala log) dan
temperatur. Dalam proses laku panas pada baja, biasanya pemanasan dilakukan hingga
mencapaitemperature austenite, kemudian ditahan pada temperature tersebut beberapa saat
lalu didinginkan dengan laju pendinginan tertentu. Struktur mikro yang terjadi setelah
pendinginan akan tergantung pada laju pendinginan. Karenanya sifat mekanik dari baja
setelah akhir suatu proses laku panas akan banyak ditentukan oleh laju pendinginan. Proses
transformasi ini dibaca dengan diagram TTT karena kondisi tidak setimbang. Setiap baja
(komposisi penyusun baja yang berlainan) akan mempunyai I-T diagram sendiri.

Gambar 1. Diagram TTTbaja

2
Kurva sebelah kiri menunjukkan saat mulainya transformasi isothermal dan kurva
sebelah kanan menunjukkan saat selesainya transformasi isothermal. Diatas garis A1 austenit
dalam keadaan stabil (tidak terjadi transformasi walaupun waktu penahannya bertambah). Di
bawah temperature kritis A1 pada daerah di sebelah kiri kurva awal transformasi austenite
tidak stabil (suatu saat ia akan bertransformasi) dan disebelah kanan kurva akhir transformasi
terdapat hasil transformasi isothermal dari austenite, sedang pada daerah diantara dua kurva
tersebut terdapat sisa austenite (yang belum bertransformasi) dan hasil transformasi
isotermalnya. Titik paling kiri dari kurva awal transformasi disebut hidung (nose) diagram
ini. transformasi austenite diatas nose akan menghasilkan perlit sedangkan di bawah nose
akan menghasilkan bainit. Tetapi bila transformasi berlangsung pada temperature yang lebih
rendah lagi (dibawah garis Ms = Martensite start) akan diperoleh martensit.

Mekanisme Transformasi
Perubahan austenite menjadi perlit berlangsung dengan difusi, suatu proses yang
berlangsung dengan difusi selalu temperature activated dan time dependent serta berlangsung
dengan mekanisme pengintian dan pertumbuhan.
Bila austenite dipaksa berada pada temperature di bawah temperature kritis A1 maka
dorongan untuk berubah makin besar, perubahan terjadi lebih awal tetapi pertumbuhan makin
lambat, sehingga perlit yang terjadi makin halus. Makin rendah temperaturnya, maka
dorongan termodinamik ini berubah menjadi gaya geser (shear force) yang dapa menggeser
atom besi pada posisi tertentu (agar dapat berubah dari FCC menjadi BCC).
Sebenarnya belum ferrit BCC yang terjadi namun suatu struktur BCT (Body Centered
Tetragonal) karena austenite mengandung banyak karbon ketika berada di bawah temperatur
A1. Atom karbon yang terperangkap dalam ferrit tersebut membuat BCC memanjang.
Karbon yang banyak ini akan keluar melalui proses difusi membentuk sementit dan BCT
akan menjadi BCC (ferrit). Sementit yang keluar dari BCT akan keluar pada arah/bidang
kristallografik tertentu dari ferrit yang terbentuk ( struktur bainit). Proses ini terjadi bila
austenite didinginkan cepat sampai dibawah nose dan temperature berada diatas Ms. Bainit
akan terjadi pada transformasi isothermal dari austenite pada temperature di bawah nose.
Pada temperature lebih tinggi diperolehupper bainite (bainit atas) atau feathery bainite
sedangkan pada temperature lebih rendah diperoleh lower bainite (bainit bawah) atau acicular
bainite. Perbedaan dari kedua bainit tersbeut terletak pada susunan lamellarnya.

3
Selain itu, dari phase austenite pada suhu diantara A1 dan dibawah nose, terbentuk
pulaperlit (struktur eutectoid 0.8% C yang terdiri dari phasa ferit yang diselingi dengan
lapisan-lapisan Fe3C). dekomposisi dimulai dari nucleus cementit yang nantinya membentuk
nodule dari ferrit. Nodul perlit terbentuk dari plat-plat ferit yang diselingi dengan pelat-pelat
cementit. Pada suhu dekomposisi austenit pada daerah nose akan menghasilkan
campuran perlit dan bainit dalam periode waktu tertentu.

Gambar 2. Diagram CCT

Ketika austenite berada dibawah Ms, maka yang terjadi adalah difusi telah terhenti (karena
atom karbon sudah tidak memiliki cukup energi) dan timbul struktur baru dari atom karbon
menjadi BCT yaitu martensit. Karena adanya karbon yang terperangkap maka struktur itu
menjadi tegang dan kekerasannya tinggi, tetapi juga getas. Banyaknya austenite yang
bertransformasi menjadi martensit hanya tergantung pada temperature (mulai Ms dan
berakhir di Mf).

4
Diagram CCT
(Continous Cooling Transformation Diagram)

Diagram continous cooling transformation atau biasa disebut CTT diagram, merupakan diagram yang
menggambarkan hubungan antara laju pendinginan kontinyu dengan fasa atau struktur yang terbentuk
setelah terjadinya transformasi fasa.
Gambar dibawah menunjukkan diagram CCT untuk baja secara skematika. Terlihat bahwa kurva-
kurva pendinginan kontinyu dengan laju pendinginan yang berbeda akan menghasilkan fasa atau
struktur baja yang berbeda. Setiap kurva pendinginan yaitu kurva (a), (b), (c), memperlihatkan
permulaan dan akhir dari dekomposisi austenite menjad fasa atau struktur baja akhir.

Gambar 3. Diagram CCT

Sebagai ilustrasi, baja mengandung 0,2% karbon yang telah diaustenisasi pada temperatur 9200C,
kemudian didinginkan dengan laju yang berbedasampai temperature 2000C dan 2500C.
Kurva pendinginan (a) menunjukkan pendinginan secara kontinyu yang sangat cepat dari
temperatureaustenite sekitar 9200C ke temperature 2000C .laju pendinginan cepat ini menghasilkan
dekomposisi fasa austenite menjadi martensit. Fasa austenite akan mulai terdekomposisi menjadi
martensit pada temperature Ms, martensite start. Sedangkan akhir pembentukan martensite akan
berakhir ketika pendinginan mencapai temperature Mf,martensite finish.
Kurva pendinginan (b) menunjukkan pendinginan kontinyu dengan laju sedang/medium dari
temperature 9200C ke 2500C. Dengan laju pendinginan kontinyu ini fasa austenite terdekomposisi
menjadi struktur bainite.
Kurva pendinginan (c) menunjukkan pendinginan kontinyu dengan laju pendinginan lambat dari

5
temperature 9200C celsius ke 2500C. Pendinginan lambat ini menyebabkan fasa austenite
terdekomposisi menjadi fasa ferit dan perlit.

Saat kondisi perlakuan panas sebenarnya, transformasi umumnya tidak terjadi saat kondisi isotermal
tetapi terjadi saat kondisi pendinginan yang terus menerus (Continuous Cooling). Proses ini dapat kita
lihat pada diagram CCT (Continuous Cooling Transformation) berikut:

Gambar 4. Diagram CCT pada baja Karbon.

Beberapa spemen baja eutektoid dipanaskan pada temperatur di atas titik A1. Temperatur ini
ditunjukkan oleh diagram CCT di atas sebaga titik t. kemudian baja didinginkan dengan berbagai
macam variasi pendinginan. Proses pendinginan diperlihatkan oleh garis miring dimana semakin miring
garis yang terbentuk semakin cepat pendinginannya.

Pendinginan yang paling lambat (untuk annealing) diperlihatkan oleh garis lurus v1, pendinginan yang
sedikit lebih cepat diperlihatkan oleh garis v2, yang lebih cepat (untuk quenching dengan oli)
diperlihatkan oleh garis v3 dan v4 dan yang paling cepat (pendinginan dengan air) ditunjukkan oleh
garis v5 dan v6.

Saat pendinginan paling lambat pada garis v1 yang berpotongan dengan dua buah kurva transformasi
berikut sewaktu awal transformasi berpotongan pada titik a1 dan dan kurva akhir transformasi
berpotongan dengan titik b1. Ini berarti bahwa pendinginan yang lambat, austenit seluruhnya
bertransformasi menjadi aggregat ferit – sementit.

Karena transformasi terjadi sewaktu temperatur tertinggi (range temperatur A1 – M), butiran ferit –
sementit bergumpal dan sedikit menyebar dengan bentuk yang lain yang disebut dengan perlit.

6
Pendinginan yang lebih cepat (seperti sewaktu normalizing) garis v2 juga berpotongan dengan dua
kurva transformasi. Ini berarti bahwa meskipun austenit telah seluruhnya berubah menjadi gumpalan
ferit sementit, namun pada range a2 – b2, melalui temperatur yang lebih merata yang disebut dengan
sorbit.

Pendinginan yang tidak melewati v3, kurva memperlihatkan proses pendinginan memotong kedua
kurva transformasi, yang menghasilkan dekomposisi austenit menjadi butiran ferit sementit.
Pendinginan yang lebih cepat dari v3, seperti v4, garis v4 hanya memotong kurva pada saat awal
transformasi (titik a4), dan tidak melewati kurva akhir transformasi. Ini berarti, ferit sementit mulai
terbentuk namun tidak seluruhnya. Dengan kata lain sebagian volume butir austenit berubah jadi ferit
dan sementit, namun bagian lainnya menjadi martensit sewaktu mencapai temperatur M (di titik M4).
Dengan demikian, struktur baja dingin pada v4 sebagian terdiri dari troostie dan yang lainnya martensit.
Struktur yang aneh ini pada seluruh baja didinginkan lebih cepat dari v3, namun lebih lambat dari v5.
Untuk baja karbon pendinginan ini sama dengan quenching dalam oli.

7
Daftar Pustaka
1. Heinz Heisler, Advanced Engine Technology, Edward Arnold.1995 (BabIV.
VI. VII dan VIII)
2. Stoecker, W.F., Refrigeneration and Airconditioning, MeGrow-HillBook
Company.
3. L.H. Van Vlack, Ilmu dan Teknologi Logam (Terjemahan), Erlangga, 1983.
4. W.D. Callister, Materials Science & Engineering, John Willey & Sons, 2004.
5. R.E. Smallman, Metalurgi Fisik Modern (Terjemahan), Erlangga, 1991.
6. G.E. Dieter, Mechanical Metallurgi, Mc. Graw-Hill,

Anda mungkin juga menyukai