Anda di halaman 1dari 54

i

KATA PENGANTAR

Assaalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT.


Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena atas berkat nikmat dan
hidayahNya penulis bisa menyelasikan Laporan Akhir Praktikum Batuan Sedimen
I ini dengan semaksimal mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahcurahkan kepada Nabi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW., kepada
keluarganya, kepada sahabatnya, dan semoga syafa’atnya sampai kepada kita
selaku umatnya hingga hari akhir. Aamiin.
Ucapan terimakasih penulis disampaikan kepada seluruh pihak yang
terlibat dalam pembuatan laporan akhir ini, yang telah memberikan dukungan, baik
moril maupun materil. Utamanya kepada Asisten Laboratorium Geologi Prodi
Teknik Pertambanngan Universitas Islam Bandung yang telah memberikan
bimbingan serta arahannya sehingga laporan akhir ini dapat diselesaikan
meskipun jauh dari kata sempurna. Tanpa abang-abang dan kakak-kakak semua,
mustahil laporan akhir ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Tidak lupa pula ucapan permohonan maaf penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan akhir ini apabila selama
penyusunan laporan, kerap kali melakukan kesalahan yang kurang berkenan.
Mohon maaf pula penulis sampaikan apabila laporan akhir ini jauh dari kata
sempurna atau masih banyak kesalahan di dalamnya. Penulis berharap kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan akhir ini tidak segan untuk
mengoreksi dan memberikan saran agar penulis dapat memperbaikinya.
Akhir kata, penulis berharap laporan akhir ini dapat diterima oleh pembaca
serta dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, 29 Oktober 2019
Penyusun,

Muhamad Ra’if Gaura


NPM 10070118072

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................ 2
1.2.1 Maksud ......................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3


2.1 Pengertian Batuan Sedimen .................................................................. 3
2.2 Keterbentukan Batuan Sedimen............................................................. 4
2.3 Proses yang Mempengaruhi Pembentukan Batuan Sedimen ................. 6
2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen .................................................................... 6
2.4.1 Batuan Sedimen Klastik ................................................................ 6
2.4.2 Batuan Sedimen Nonklastik .......................................................... 7

BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ................................................................ 8


3.1 Tugas ............................................................................................... 8
3.2 Pembahasan .......................................................................................... 8

BAB IV ANALISA.............................................................................................. 48

BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi
material-material yang telah ada sebelumnya yang kemudian mengendap
mengalami litifikasi serta diagenesa sehingga menghasilkan batuan yang baru.
Dalam dunia pertambangan, batuan sedimen merupakan suatu hal yang perlu
dipelajari. Karena salah satu bahan galian yang paling banyak dicari adalah hasil
dari keterbentukan batuan sedimen, salah satu contohnya adalah batubara.
Batubara merupakan salah satu bahan galian yang banyak terkandung di
bumi pertiwi ini. Batubara bahkan menjadi suatu sektor industri andalan yang
mampu mendongkrak perekonomian Indonesia. Banyaknya kebutuhan dunia akan
batubara atau yang sering disebut “emas hitam” ini membuat Indonesia aktif
mengekspor batubara ke berbagai penjuru dunia. Tidak heran bila lulusan-lulusan
Teknik Pertambangan seringkali mengincar sektor perindustrian batubara ini
dikarenakan gajinya yang lumayan fantastis.
Tentunya untuk bisa menembus bursa kerja di industri batubara diperlukan
sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi di bidang pertambangan. Salah
satunya adalah menguasai ilmu tentang batubara, dari mulai eksplorasi,
eksploitasi, hingga pemasarannya. Dalam kaidah ilmu geologi, batubara
merupakan salahsatu batuan sedimen yang terbentuk dari secara organis dimana
ada peran makhluk hidup dalam proses keterbentukannya. Kemudian ciri khas dari
batuan sedimen ini adalah berupa lapisan-lapisan. Sehingga batubara seringkali
ditemukan dalam bentuk lapisan-lapisan bersamaan dengan batuan yang lainnya.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa pertambangan, kita wajib menguasai
ilmu mengenai batuan sedimen ini. Karena akan berhubungan dengan metode apa
yang akan digunakan dalam menambang batubara ini. Kemudian dikarenakan
batuabara berbentuk lapisan-lapisan, maka dengan kita belajar mengenai batuan
sedimen, maka kita akan mengetahui lapisan apa saja yang menjadi penutupnya
dan bagaimana kita harus membuangnya. Dalam petrologi ini, semua hal
mengenai batuan sedimen akan dikupas tuntas.

1
2

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan
Petrologi ini adalah untuk mempelajari cara mendeskripsikan batuan
sedimen mengguanakan parameter-parameter yang telah ditentukan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi pada
Modul Batuan Sedimen I ini diharapkan mahasiswa Teknik Pertambangan
UNISBA mampu:
1. Mendeskripsian batuan sedimen mengguanakan parameter-parameter
yang telah ditentukan untuk kemudian dapat mengetahui nama dari
batuan sedimen tersebut berdasarkan Skala Wenworth;
2. Mendeskripsian batuan beku mengguanakan parameter-parameter
yang telah ditentukan untuk kemudian dapat mengetahui nama dari
batuan sedimen tersebut berdasarkan Flow Chart;
3. Mengetahui hubungan antar parameter-paremeter pada
pendeskripsian batuan sedimen serta keterkaitannya dengan genesa
batuan tersebut.

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batuan Sedimen


Batuan sedimen dibentuk dari batuan-batuan yang telah ada oleh kekuatan-
kekuatan luar yang disebut dengan gaya eksogen. Oleh pelapukan, gaya-gaya air,
pengikisan-pengikisan angin, maka batuan-batuan yang telah ada seperti batuan
beku, dihancurkan, diangkut kemudian diendapkan ditempat-tempat yang rendah
letaknya misalkan di laut, samudra ataupun danau-danau. Mula-mula sedimen ini
merupakan batuan yang lunak, akan tetapioleh proses diagenesis, maka sedimen-
sedimen lunak tadi akan menjadi keras. Pasir yang tadinya merupakan batuan-
batuan yang lepas dan gembur, akan menjadi batuan pasir, lempung akan menjadi
batuan lempung. Proses diageneis ini dapat merupakan kompaksi yaitu
pemadatan karena tekanan lapisan diatas atau sementasi yaitu perekatan bahan-
bahan lepas tadi menjadi bataun keras oleh larutan-laruan kimia misalnya larutan-
larutan kapur atau sisilium. Sebahagian besar dari batuan endapan atau batuan
sedimen ini terbentuk di dalam samudra-samudra. Beberapa zat-zat ini
menegendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (NaCl)
atau gypsum. Ada pula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik
tumbuhan maupun hewan.

Sumber:Agnas, 2015
Gambar 2.1
Batuan Sedimen

3
4

Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik


mempunyai satu sifat yang sama ialah pembentukan dari larutan-larutan.
Disamping sedimen-sedimen yang disebut diatas, ada pula sejenis batuan
endapan yang sebagian besar mengandung bahan-bahan tidak larut, misalnya
endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil
penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran
matahari, kikisan angin, dll. Batuan-batuan yang demikian disebut batuan eluvium
jikalau tinggal pada tempatnya dan alluvium jikalau dihancurkan oleh air yang
mengalir. Sifat utama dari batuan sedimen ialah berlapis-lapis dan pada awalnya
diendapkan secara mendatar.
Lapisan-lapisan ini tebalnya berbeda-beda dari beberapa cm sampai
beberapa meter. Didekat muara sungai, endapan-endapan itu ada umumnya tebal,
sedangkan semakin maju kearah laut endapan-endapan ini menjadi semakin tipis
(membaji) dan akhirnya hilang. Dekat pantai, endapan-endapan itu biasanya
merupakan butir-butir besar sedangkan kearah laut kita temukan butir yang lebih
halus lagi. Terjadinya lapisan-lapisan dalam sedimen itu disebabkan oleh bedanya
butir batuan yang diendapkan , perbedaan warna, atau perbedaan kekerasan dari
material-material itu. Biasanya dekat pantai kita temukan batuan pasir. Lebih ke
arah laut batu pasir ini berganti dengan bataun lempung dan lebih dalam lagi terjadi
pembentukan batuan gamping. Dibandingkan dengan batuan beku, batuan
sedimen hanya merupakan tutupan-tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen
hanya merupakan 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat di kerak bumi.
Dari jumlah 5% ini, lempung atau batuan lempungan adalah 80%, batuan pasir 5%
dan gamping kira-kira 5%. Pembagian batuan sedimen dapat dilakukan antara lain
berdasarkan besar butir sedimen itu yang sering dikenal dengan Skala Wentworth.

2.2 Keterbentukan Batuan Sedimen


Selain dari pembagian berdasarkan ukuran butirnya kita mengenal pula
pembagian yang didasarkan atas genesis atau cara terbentuknya sedimen-
sedimen itu. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sedimen-sedimen yang terbentuk secara mekanik, ialah batuan-batuan yang
terdiri dari bagian-bagian atau fragmen-fragmen (keratin-keratan) batuan.
Endapan demikian disebut juga sedimen klastika, dan contohnya ialah batu
pasir, tanah liat, konglomerat, breksi, dll.

4
5

Sumber:Bagas, 2017
Gambar 2.2
Batu Konglomerat
2. Batuan sedimen yang dibentuk secara kimia, ialah batuan-batuan yang
langsung mengendap dari larutan-larutan yang mengandung berbagai unsur
seperti garam dapur, gipsum, batuan gamping.

Sumber:Bagas, 2017
Gambar 2.3
Batu Gamping
3. Batuan sedimen yang terbentuk secara organik, ialah batuan-batuan yang
diendapkan langsung dari larutan-larutan dengan pertolongan-pertolongan
jasad-jasad, baik itu tumbuhan ataupun hewan. Contohnya ialah batuan
gamping, radiolarit, dll.

Sumber:Bagas, 2017
Gambar 2.4
Batu Gamping Gastrophoda

5
6

2.3 Proses yang Mempengaruhi Pembentukan Batuan Sedimen


Dalam proses pembentukan batuan sedimen di alam dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Proses Pelapukan, yaitu proses yang mempengaruhi keterbentukan batuan
sedimen secara kimiawi dan mekanik.
a) Secara Kimiawi, terdiri dari :
i. Proses pelarutan
ii. Proses dehidrasi, yaitu proses pengahancuran oleh air
b) Proses Karbonasi, yaitu proses pembentukan mineral Karbonat yang
kaya akan kalsium.
c) Secara Fisika atau Mekanik
i. Pemecahan atau pemisahan batuan asal yang diakibatkan oleh
perbedaan sushu yang tinggi.
ii. Proses pelapukan akibat radiasi sinar matahari disertai curah hujan
yang sangat rendah.
2. Proses Pengangkutan atau Transportasi, adalah seberapa jauh batuan
tersebut dapat ditransportasikan dan dapat dilihat dari ukuran butir serta
mineral yang dibawanya.
3. Proses Pengendapan, di dalamnya terdapat beberapa hal yang terjadi,
diantaranya adalah :
a) Proses pemadatan oleh gaya gravitasi;
b) Proses pembatuan akibat tekanan yang berkelanjutan yang
mengakibatkan kadar air dalam batuan keluar sehingga menghasilkan
rongga pori yang semakin kecil.
c) Proses diaganesa yang diikuti penghabluran kembali sebagai material
asal (allogenik) menjadi material baru (autigenik), jika berlangsung
secara berkelanjutan terbentuk batuan sedimen dan batuan malihan
(metamorf).

2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen


Secara umum, batuan sedimen dibagi menjadi 2 jenis batuan, ialah:
2.4.1 Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik adalah batuan yang terbentuk secara alami, yang
disebabkan oleh proses-proses di bawah ini:

6
7

a) Proses Pelapukan (Kimia dan Mekanik)


b) Proses Pengangkutan
c) Proses Pengendapan
2.4.2 Batuan Sedimen Nonklastik
Batuan sedimen nonklastik adalah batuan yang terbentuk akibat proses
penghabluran suatu larutan kimia yang jenuh terhadap kandungan kimia
tertentu yang diakibatkan oleh suatu penguapan, proses penggantian secara
biokimia. Adapun proses-proses yang mengontrolnya antara lain:
a) Adanya reaksi-reaksi kimiawi yang berlangsung;
b) Penghabluran dari larutan jenuh, misal kadar garam tinggi pada suatu
danau;
c) Oleh proses biokimia yang diakibatkan oleh suatu aktivitas organisme
yang ada pengendapan / pembentukan batuan sedimen organik.
Tabel 2.1
Skala Wentworth

Sumber: Rayan, 2016

7
8

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Pendeskripsian batuan sedimen klastik sebanyak 10 batuan (A4) dan
menggunakan flow chart batuan sedimen, sertakan genesa dari tiap sampel.
2. Mencari persebaran batuan sedimen dalam peta Indonesia (A3).
3. Gambarkan dan jelaskan Golongan Batuan Endapan Utama menurut
Koesoemadinata, 1984 (A4).
4. Mencari literatur tentang Arkose dan Greywacke serta contoh perhitungan
dengan diagramnya.
5. Gambarkan dan jelaskan struktur batuan sedimen (minimal 10 struktur
batuan sedimen) (A4).

3.2 Pembahasan
1. Pendeskripsian Batuan Sedimen
Untuk mengenali suatu batuan sedimen, maka harus dilakukan
pendeskripsian mengguanakan parameter-parameter guna memumadahkan
dalam mengenali serta mengetahui nama dari batuan sedimen tersebut.
Pendeskripsian dapat dilihat dari parameter berupa tekstur dan struktur serta jenis
dan genesa dari batuan sedimen tersebut.
Tekstur dalam batuan sedimen sangatlah banyak, diantaranya adalah
ukuran butir, bentuk butir, porositas, permeabelitas, pemilahan, kekompakan,
kemas, semen, matrik dan reaksi terhadap HCl.
Ukuran butir (Grain Size) adalah ukuran (diameter dari fragmen) batuan.
Skala pembatas yang dipakai adalah Skala Wentworth. Bentuk butir (Roundness)
adalah tingkat kelengkungan dari setiap butiran/fragmen batuan. Porositas adalah
tingkat kesarangan batuan terhadap fluida. Permebelitas adalah kemampuan
batuan dalam meneruskan suatu fluida. Pemilahan adalah tingkat keseragaman
besar butir. Kekompkan adalah sifat batuan dalam kerekatan antar butir. Kemas
adalah sifat hubungan antar butir. Semen adalah bahan yang mengikat butiran dan
matrik adalah masa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan.

8
9

a) Sampel Batuan Sedimen 1


Tabel 3.1
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/207/2019
Warna : AntiqueWhite
Tekstrur :
 Ukuran Butir : Kerakal (4 – 64 mm)
 Bentuk Butir : Membundar tanggung
 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Buruk
 Kekompakan : Padat
 Kemas : Terbuka
 Semen : Silika

 Matrik : Pasir kasar (1⁄2 - 1 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Konglomerat
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

9
10

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.1
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

10
11

Batu ini merupakan batuan sedimen yang memiliki ukuran atau besar butir
(fragmen) sekitar 4 – 64 mm atau disebut dengan istilah kerakal dalam Skala
WenWorth. Kemudian fragmen-fragmen tersebut berbentuk membundar
tanggung, artinya tidak terlalu membundar dan tidak pula terlalu menyudut.
Porositas dengan permeabelitas dalam batuan sedimen akan selalu berbanding
lurus. Batuan sedimen akan selalu mempunyai dua kemampuan ini dikarenakan
batuan sedimen merupakan batuan yang terdiri atas kumpulan butir-butir atau
batuan yang tersusun atas butiran-butiran sehingga selalu memungkinkan adanya
celah daintara butiran tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan batuan sedimen
pada umunya memiliki porositas dan permeabelitas yang baik, meskipun tidak
cukup dapat dibuktikan dalam waktu yang singkat. Percobaan untuk membuktikan
porositas dan permeabelitas membutuhkan waktu yang lama.
Pemilahan batuan ini buruk dikarenakan terlihat secara kasat mata fargmen-
fragmen memiliki ukuran butir yang mencolok. Kemudian kekompakan pada
batuan ini padat, artinya kekuatan rekatan antar butirnya baik. Kemas batuan
sedimen ini buruk karena memperlihatkan fragmen-fragmen yang tidak saling
berkontakan atau dengan kata lain letaknya yang tersebar saling berjauhan
terpisahkan oleh masa dasarnya. Untuk semen dari batuan sedimen ini adalah
Oksida besi, hal ini dapat dilihat dari warna yang tampak pada batuan ini yaitu
terdapat sisi yang menampakan warna seperti warna karat besi pada umumnya.
Untuk masa dasar yang menyusun batu ini adalah pasir kasar Pasir kasar.
Kemudian ketika batu ini ditetesi dengan asam atau HCl, tidak berbusa atau
bereaksi, hal ini mengindikasikan bahwa batuan ini tidak mengandung karbonat.
Pada batu ini tidak ditemukannya struktur. Jenis batu sedimen ini adalah
batuan sedimen klastik. Untuk genesa dari batuan ini akan sangat berhubungan
dengan hasil pendeskripsian dari parameter-parameter yang telah diketahui.
Batuan ini terbentuk secara mekanik. Pada tahap awal, batuan asal dari batuan ini
akan mengalami pelapukan sehingga menghasilkan material lepas yang kamudian
akan tertransportasikan oleh media air ataupun angin dan akan terjebak disuatu
cekungan lalu terendapkan dan terbentuklah batu ini. Ukuran butir pada batuan ini
menunjukan bahwa jarak transportasi material batuan ini dekat atau tidak jauh dari
batuan asalnya. Kemudian apabila dilihat dari semennya yang berupa oksida besi,
maka dapat diindikasikan bahwa batuan ini terendapkan di lingkungan
pengendapan daratan. Dapat diketahui nama batuan ini adalah Konglomerat.

11
12

b) Sampel Batuan Sedimen 2


Tabel 3.2
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/2/2019
Warna : DimGrey
Tekstrur :

 Ukuran Butir : Lempung (1⁄256 - 1⁄16 mm)

 Bentuk Butir : Membundar sangat


 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Baik
 Kekompakan : Lunak
 Kemas : Tertutup
 Semen : Lempung

 Matrik : Lempung (1⁄256 - 1⁄16 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batulempung
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

12
13

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.2
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

13
14

Batuan dengan kode LG/BS/2/2019 memiliki ukuran atau besar butir sekitar
1⁄ 1
256 - ⁄16 mm atau disebut lempung dalam batasan Skala Wentworth. Bentuk
dari butiran batuan ini membundar sangat, artinya sudah tidak ada lagi sudut pada
butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya, bahwa
porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik. Pemilahan dari
batu ini baik, artinya ukuran butirnya seragam. Kekompakan batuan ini lunak,
artinya tidak padat tidak pula mudah hancur. Hal ini ditandai dengan bekas
serbukan pada saat dipegang. Kemas pada batuan ini tertutup yang berarti
fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini saling bersinggungan atau rapat.
Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini adalah lempung. Ketika sampel
batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang menunjukan bahwa batuan ini
tidak mengandung senyawa karbonat.
Struktur dari batuan ini tidak ada. Jenis batuan ini adalah batuan sedimen
klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat diketahui lebih
mendalam dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya. Pada
tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat dari
pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan material-
material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan menuju
suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan sedimen ini.
Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material sedimen ini.
Karena ukurannya sangat kecil dan bentuknya membundar sangat, maka dapat
diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi sanga jauh (alluvium). Kemudian dari
pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat material-material
sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya laminar atau
tenang, sehingga menghasilkan pemilahan yang baik serta kemas yang baik pula.
Selain itu, dari tekstur batuan ini dapat diindikasikan pula bahwa tempat atau
lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah di lingkungan air yang tenang
seperti danau ataupun rawa. Dari parameter-parameter ini dapat ditentukan nama
dari batuan ini adalah Batulempung.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Batua ini bernama Serpih.

14
15

c) Sampel Batuan Sedimen 3


Tabel 3.3
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/110/2019
Warna : Grey
Tekstrur :

 Ukuran Butir : Pasir halus (1⁄8 - 1⁄4 mm)

 Bentuk Butir : Menyudut tanggung


 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Buruk
 Kekompakan : Mudah hancur
 Kemas : Tertutup
 Semen : Karbonat

 Matrik : Pasir halus (1⁄8 - 1⁄4 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

15
16

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.3
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

16
17

Batuan dengan kode LG/BS/110/2019 memiliki ukuran atau besar butir


sekitar 1⁄8 - 1⁄4 mm atau disebut pasir halus dalam batasan Skala Wentworth.
Bentuk dari butiran batuan ini menyudut tanggung, artinya masih terdapat sudut
pada bentuk butirnya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya,
bahwa porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik.
Pemilahan dari batu ini buruk, artinya ukuran butirnya tidak seragam. Kekompakan
batuan ini mudah hancur, artinya sangat rapuh apabila digores. Kemas pada
batuan ini tertutup yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini saling
bersinggungan atau rapat. Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini adalah
karbonat. Ketika sampel batuan ini ditetesi dengan HCl bereaksi yang menunjukan
bahwa batuan ini mengandung senyawa karbonat.
Struktur dari batuan ini tidak ada. Jenis batuan ini adalah batuan sedimen
klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat diketahui lebih
mendalam dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya. Pada
tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat dari
pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan material-
material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan menuju
suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan sedimen ini.
Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material sedimen ini.
Karena ukurannya sangat kecil dan bentuknya membundar sangat, maka dapat
diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi sanga jauh (alluvium). Kemudian dari
pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat material-material
sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya laminar atau
tenang, sehingga menghasilkan pemilahan yang baik serta kemas yang baik pula.
Selain itu, pada saat ditetesi HCl, batuan ini berekasi. Hal ini bisa saja dikarenakan
batuan asalnya yang merupakan batugamping atau pada saat transportasi,
material-material batuan ini melewati suatu lingkungan pengendapan laut dangkal
yang pada umumnya kaya akan senyawa karbonat. Dari parameter-parameter ini
dapat ditentukan nama dari batuan ini adalah Batupasir.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Batua ini bernama Dolomit.

17
18

d) Sampel Batuan Sedimen 4


Tabel 3.4
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/124/2019
Warna : DarkGrey
Tekstrur :

 Ukuran Butir : Pasir sangat halus (1⁄16 - 1⁄8 mm)

 Bentuk Butir : Membundar


 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Baik
 Kekompakan : Padat
 Kemas : Tertutup
 Semen : Silika

 Matrik : Pasir halus (1⁄8 - 1⁄4 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan : Perlapisan
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

18
19

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.4
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

19
20

Batuan dengan kode LG/BS/124/2019 memiliki ukuran atau besar butir


sekitar 1⁄16 - 1⁄8 mm atau disebut pasir sangat halus dalam batasan Skala
Wentworth. Bentuk dari butiran batuan ini membundar, artinya sudah tidak ada lagi
sudut pada butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan
sebelumnya, bahwa porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya
baik. Pemilahan dari batu ini baik, artinya ukuran butirnya seragam. Kekompakan
batuan ini padat, artinya kerekatan antar butirnya baik ketika digores kuat. Kemas
pada batuan ini tertutup yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini
saling bersinggungan atau rapat. Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini
adalah silika. Ketika sampel batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang
menunjukan bahwa batuan ini tidak mengandung senyawa karbonat.
Struktur dari batuan ini adalah perlapisa. Jenis batuan ini adalah batuan
sedimen klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat diketahui
lebih mendalam dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya. Pada
tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat dari
pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan material-
material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan menuju
suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan sedimen ini.
Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material sedimen ini.
Karena ukurannya sangat kecil dan bentuknya membundar, maka dapat
diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi sanga jauh (alluvium). Kemudian dari
pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat material-material
sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya laminar atau
tenang, sehingga menghasilkan pemilahan yang baik serta kemas yang baik pula.
Selain itu, dari struktur yang ditemukan pada batuan ini dapat diindikasikan pula
bahwa tempat atau lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah di lingkungan
darat yang tenang seperti danau ataupun rawa. Dari parameter-parameter ini
dapat ditentukan nama dari batuan ini adalah Batupasir.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Sehingga apabila dilihat dari
flowchart batuan ini bernama Batupasir.

20
21

e) Sampel Batuan Sedimen 5


Tabel 3.5
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/152/2019
Warna : SaddleBrown
Tekstrur :
 Ukuran Butir : Kerakal (4 – 64 mm)
 Bentuk Butir : Membundar
 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Buruk
 Kekompakan : Padat
 Kemas : Terbuka
 Semen : Oksida besi

 Matrik : Pasir kasar (1⁄2 - 1 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tidak Bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Konglomerat
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

21
22

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.5
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

22
23

Batuan dengan kode LG/BS/152/2019 memiliki ukuran atau besar butir


sekitar 4 – 64 mm atau disebut kerakal dalam batasan Skala Wentworth. Bentuk
dari butiran batuan ini membundar, artinya sudah tidak ada lagi sudut pada
butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya, bahwa
porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik. Pemilahan dari
batu ini buruk, artinya ukuran butirnya tidak seragam. Kekompakan batuan ini
padat, artinya kerekatan antar butirnya baik ketika digores kuat dan tidak lepas.
Kemas pada batuan ini terbuka yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun
batuan ini saling tidak bersinggungan atau tidak rapat. Sedangkan semen dan
matrik dari batuan ini adalah oksida besi. Hal ini ditandai dengan warna yang
tampak pada salah satu sisi batuan ini yang mirip dengan warna karat. Ketika
sampel batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang menunjukan bahwa
batuan ini tidak mengandung senyawa karbonat.
Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat diketahui lebih
mendalam dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya. Pada
tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat dari
pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan material-
material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan menuju
suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan sedimen ini.
Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material sedimen ini.
Karena ukurannya besar dan bentuknya membundar, maka dapat diindikasikan
bahwa batuan ini tertrasportasi tidak jauh (elluvium). Kemudian dari pemilahan dan
kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat material-material sedimen batu ini
tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya turbulen atau menggulung,
sehingga menghasilkan pemilahan yang buruk serta kemas yang terbuka. Selain
itu, dari tekstur pada batuan ini dapat diindikasikan pula bahwa tempat atau
lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah di lingkungan darat yang aktif
seperti sungai. Dari parameter-parameter ini dapat ditentukan nama dari batuan
ini adalah Konglomerat.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Batuan ini bernama
Konglomerat.

23
24

f) Sampel Batuan Beku 6


Tabel 3.6
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/220/2019
Warna : Moccasin
Tekstrur :
 Ukuran Butir : Butiran (2 – 4 mm)
 Bentuk Butir : Menyudut tanggung
 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Buruk
 Kekompakan : Padat
 Kemas : Terbuka
 Semen : Oksida besi

 Matrik : Pasir kasar (1⁄2 - 1 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tida bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Breksi
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

24
25

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.6
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

25
26

Batuan dengan kode LG/BS/220/2019 memiliki ukuran atau besar butir


sekitar 2 – 4 mm atau disebut butiran dalam batasan Skala Wentworth. Bentuk dari
butiran batuan ini menyudut tanggung, artinya masih terdapat sudut pada
butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya, bahwa
porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik. Pemilahan dari
batu ini buruk, artinya ukuran butirnya tidak seragam. Kekompakan batuan ini
padat, artinya kerekatan antar butirnya baik ketika digores kuat dan tidak lepas.
Kemas pada batuan ini terbuka yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun
batuan ini saling tidak bersinggungan atau tidak rapat. Sedangkan semen dan
matrik dari batuan ini adalah silika. Ketika sampel batuan ini ditetesi dengan HCl
tidak bereaksi yang menunjukan bahwa batuan ini tidak mengandung senyawa
karbonat.
Tidak ditemukan struktur pada sampel batuan ini. Jenis batuan ini adalah
sedimen klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat diketahui
lebih mendalam dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya. Pada
tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat dari
pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan material-
material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan menuju
suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan sedimen ini.
Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material sedimen ini.
Karena ukurannya besar dan bentuknya membundar, maka dapat diindikasikan
bahwa batuan ini tertrasportasi tidak jauh (elluvium). Kemudian dari pemilahan dan
kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat material-material sedimen batu ini
tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya turbulen atau menggulung,
sehingga menghasilkan pemilahan yang buruk serta kemas yang terbuka. Selain
itu, dari tekstur pada batuan ini dapat diindikasikan pula bahwa tempat atau
lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah di lingkungan darat yang aktif atau
tidak tenang seperti sungai. Dari parameter-parameter ini dapat ditentukan nama
dari batuan ini adalah Breksi. Perbedaan breksi dan konglomerat terdapat pada
bentuk fragmennya, apakah menyudut (breksi) atau membulat (konglomerat).
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Batuan ini bernama Breksi.

26
27

g) Sampel Batuan Sedimen 7


Tabel 3.7
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/133/2019
Warna : Sienna
Tekstrur :

 Ukuran Butir : Lempung (1⁄256 - 1⁄16 mm)

 Bentuk Butir : Membundar sangat


 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Baik
 Kekompakan : Lunak
 Kemas : Tertutup
 Semen : Lempung

 Matrik : Lempung (1⁄256 - 1⁄16 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batulempung
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

27
28

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.7
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

28
29

Batuan dengan kode LG/BS/133/2019 memiliki ukuran atau besar butir


sekitar 1⁄256 - 1⁄16 mm atau disebut lempung dalam batasan Skala Wentworth.
Bentuk dari butiran batuan ini membundar sangat, artinya sudah tidak ada lagi
sudut pada butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan
sebelumnya, bahwa porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya
baik. Pemilahan dari batu ini baik, artinya ukuran butirnya seragam. Kekompakan
batuan ini lunak, artinya tidak padat tidak pula mudah hancur. Hal ini ditandai
dengan bekas serbukan pada saat dipegang. Kemas pada batuan ini tertutup yang
berarti fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini saling bersinggungan atau
rapat. Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini adalah lempung. Ketika
sampel batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang menunjukan bahwa
batuan ini tidak mengandung senyawa karbonat.
Struktur dari batuan ini tidak ada. Jenis batuan ini adalah batuan sedimen
klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat diketahui lebih
mendalam dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya. Pada
tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat dari
pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan material-
material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan menuju
suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan sedimen ini.
Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material sedimen ini.
Karena ukurannya sangat kecil dan bentuknya membundar sangat, maka dapat
diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi sanga jauh (alluvium). Kemudian dari
pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat material-material
sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya laminar atau
tenang, sehingga menghasilkan pemilahan yang baik serta kemas yang baik pula.
Selain itu, dari tekstur batuan ini dapat diindikasikan pula bahwa tempat atau
lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah di lingkungan air yang tenang
seperti danau ataupun rawa. Dari parameter-parameter ini dapat ditentukan nama
dari batuan ini adalah Batulempung.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Batua ini bernama Lanau.

29
30

h) Sampel Batuan Sedimen 8


Tabel 3.8
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/119/2019
Warna : Grey
Tekstrur :

 Ukuran Butir : Pasir sedang (1⁄4 - 1⁄2 mm)

 Bentuk Butir : Membundar tanggung


 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Buruk
 Kekompakan : Padat
 Kemas : Tertutup
 Semen : Karbonat

 Matrik : Pasir halus (1⁄8 - 1⁄4 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

30
31

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.8
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

31
32

Batuan dengan kode LG/BS/119/2019 memiliki ukuran atau besar butir


sekitar 1⁄4 - 1⁄2 mm atau disebut pasir sedang dalam batasan Skala Wentworth.
Bentuk dari butiran batuan ini membundar tanggung, artinya masih ada sudut pada
butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya, bahwa
porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik. Pemilahan dari
batu ini buruk, artinya ukuran butirnya tidak seragam. Kekompakan batuan ini
padat, artinya kerekatan antar butirnya baik ketika digores kuat. Kemas pada
batuan ini tertutup yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini saling
bersinggungan atau rapat. Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini adalah
karbonat. Ketika sampel batuan ini ditetesi dengan HCl bereaksi yang menunjukan
bahwa batuan ini mengandung senyawa karbonat.
Tidak ditemukan struktur pada sampel batuan ini. Jenis batuan ini adalah
batuan sedimen klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat
diketahui lebih rinci dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya.
Pada tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat
dari pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan
material-material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan
menuju suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan
sedimen ini. Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material
sedimen ini. Karena ukurannya sedang dan bentuknya membundar tanggung,
maka dapat diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi tidak terlalu jauh
(colluvium). Kemudian dari pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada
saat material-material sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang
sifatnya turbulen atau menggulung, sehingga menghasilkan pemilahan yang buruk
namun dengan kemas yang tertutup. Dengan bereaksinya sampel batuan ini ketika
ditetesi HCl, maka mengindikasikan bahwa batuan asalnya adalah batu gamping
atau terendapkan di lingkungan laut dangkal yang kaya akan unsur karbonat. Dari
parameter-parameter ini dapat ditentukan nama dari batuan ini adalah Batupasir.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Sehingga apabila dilihat dari
flowchart batuan ini bernama Batupasir.

32
33

i) Sampel Batuan Sedimen 9


Tabel 3.9
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/99/2019
Warna : Tan
Tekstrur :

 Ukuran Butir : Pasir sedang (1⁄4 - 1⁄2 mm)

 Bentuk Butir : Membundar


 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Buruk
 Kekompakan : Mudah hancur
 Kemas : Tertutup
 Semen : Silika

 Matrik : Pasir halus (1⁄8 - 1⁄4 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

33
34

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.9
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

34
35

Batuan dengan kode LG/BS/99/2019 memiliki ukuran atau besar butir sekitar
1⁄ - 1⁄ mm atau disebut pasir sedang dalam batasan Skala Wentworth. Bentuk
4 2
dari butiran batuan ini membundar, artinya sudah tidak ada sudut pada butirannya.
Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya, bahwa porositas dan
permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik. Pemilahan dari batu ini buruk,
artinya ukuran butirnya tidak seragam. Kekompakan batuan ini mudah hancur,
artinya kerekatan antar butirnya lemah sehingga ketika digores lepas. Kemas pada
batuan ini tertutup yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini saling
bersinggungan atau rapat. Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini adalah
silika. Ketika sampel batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang
menunjukan bahwa batuan ini tidak mengandung senyawa karbonat.
Tidak ditemukan struktur pada sampel batuan ini. Jenis batuan ini adalah
batuan sedimen klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat
diketahui lebih rinci dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya.
Pada tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat
dari pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan
material-material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan
menuju suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan
sedimen ini. Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material
sedimen ini. Karena ukurannya sedang dan bentuknya membundar tanggung,
maka dapat diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi tidak terlalu jauh
(colluvium). Kemudian dari pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada
saat material-material sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang
sifatnya turbulen atau menggulung, sehingga menghasilkan pemilahan yang buruk
namun dengan kemas yang tertutup. Kemudian, dari tekstur batuan ini, dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah lingkungan darat
seperti danau atau sungai. Dari parameter-parameter ini dapat ditentukan nama
dari batuan ini adalah Batupasir.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Sehingga apabila dilihat dari
flowchart batuan ini bernama Batupasir.

35
36

j) Sampel Batuan Sedimen 10


Tabel 3.10
Deskripsi Bauan Sedimen Secara Megaskopis
Parameter Pengamatan
Kode : LG/BS/119/2019
Warna : DarkGray
Tekstrur :

 Ukuran Butir : Pasir sangat halus (1⁄16 - 1⁄8 mm)

 Bentuk Butir : Membundar


 Porositas : Baik
 Permeabelitas : Baik
 Pemilahan : Baik
 Kekompakan : Padat
 Kemas : Tertutup
 Semen : Silika

 Matrik : Pasir halus (1⁄8 - 1⁄4 mm)

 Sifat Butir :-
 Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019

36
37

Sumber: British Geological Survey, 1999


Gambar 3.10
Chart Dasar untuk Batuan Sedimen

37
38

Batuan dengan kode LG/BS/119/2019 memiliki ukuran atau besar butir


sekitar 1⁄16 - 1⁄8 mm atau disebut pasir sangat halus dalam batasan Skala
Wentworth. Bentuk dari butiran batuan ini membundar, artinya sudah tidak ada lagi
sudut pada butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan
sebelumnya, bahwa porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya
baik. Pemilahan dari batu ini baik, artinya ukuran butirnya seragam. Kekompakan
batuan ini padat, artinya kerekatan antar butirnya baik ketika digores kuat. Kemas
pada batuan ini tertutup yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini
saling bersinggungan atau rapat. Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini
adalah silika. Ketika sampel batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang
menunjukan bahwa batuan ini tidak mengandung senyawa karbonat.
Tidak ditemukan struktur pada sampel batuan ini. Jenis batuan ini adalah
batuan sedimen klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat
diketahui lebih rinci dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya.
Pada tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat
dari pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan
material-material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan
menuju suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan
sedimen ini. Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material
sedimen ini. Karena ukurannya sangat kecil dan bentuknya membundar, maka
dapat diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi sanga jauh (alluvium).
Kemudian dari pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat
material-material sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya
laminar atau tenang, sehingga menghasilkan pemilahan yang baik serta kemas
yang baik pula. Selain itu, dari struktur yang ditemukan pada batuan ini dapat
diindikasikan pula bahwa tempat atau lingkungan pengendapan dari batuan ini
adalah di lingkungan darat yang tenang seperti danau ataupun rawa. Dari
parameter-parameter ini dapat ditentukan nama dari batuan ini adalah Batupasir.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Sehingga apabila dilihat dari
flowchart batuan ini bernama Batupasir.

38
39

2. Sebaran Batuan Sedimen di Indonesia


Ditinjau dari volumenya, batuan sedimen hanya mempunyai volume sebesar
7,9% dari total penyusun kerak bumi. Ini sangat kecil dibandingkan dengan jenis
batuan lainnya. Akan tetapi, batuan sedimen merupakan jenis batuan yang
tersebar paling luas dimuka bumi dibandingkan dengan batuan lainnya.
Persebarannya mencapai hampir 75% dari seluruh dataran bumi. Oleh karena itu,
walaupun mempunyai volume yang kecil dibandingkan batuan lainny, batuan
sedimen sangat penting dalam ilmu geologi, karena di dalamnya terekam sejarah
peristiwa-peristiwa (events) dan proses-proses geologi di masa lampau. Rekaman
peristiwa yang tersimpan pada batuan sedimen akan emberikan informasi yang
penting dan sangat bernilai ekonomis.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.11
Peta Sebaran Batuan Sedimen di Indonesia

1) Batubara – Sumatera Utara


2) Batubara – Sumatera Barat
3) Batubara – Lampung
4) Batubara – Tanjung Enim (Sumatera Selatan)
5) Semen – Banten (Jawa Barat)
6) Pasir Kuarsa – Majalengka (Jawa Barat)
7) Kapur – Purawokerto (Jawa Tengah)
8) Semen – Gresik (Jawa Timur)
9) Bauksit – Singkawang (Kalimantan Timur)
10) Gipsum – Tohasa

39
40

3. Golongan Batuan Endapan Utama menurut Koesoemadinata, 1984

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.12
Golongan Endapan Batuan Sedimen Utama menurut Koesoemadinata, 1984
Menurut R.P. Koesoemadinata, 1984 batuan sedimen digolongan menjadi
enam golongan utama yaitu:
a Golongan Detritus Kasar
Batuan golongan detritus kasar ini terbentuk melalui proses mekanik.
Contoh dari batuan ini antara lain breksi, konglomerat, dan batupasir.
Golongan ini biasanya terendapkan di lingkungan darat seperti sungai,
danau, dan laut.
b Golongan Getritus Halus
Batuan golongan detritus terdiri atas batulanau, batulempung, serpih,
dan napal. Lingkungan pengendapannya biasanya di lingkungan laut
dangkal sampai laut dalam.

40
41

c Golongan Evaporit
Batuan sedimen evaporasi atau penguapan adalah batuan yang
terbentuk sebagai hasil dari proses evaporasi dan presipitasi air laut.
Contoh batuan jenis ini adalah batu garam atau halit, dan gipsum.
d Golongan Karbonat
Batuan karbonat merupakan batuan yang mempunyai komposisi utama
berupa mineral karbonat (Folk, 1959, Boggs, 1987). Secara umum,
batuan karbonat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu batukapur atau
batugamping (limestone) yang disusun oleh mineral kalsit (CaCO3 ), dan
dolomit (dolomite atau dolostone [MgCaCO3 ] yang disusun oleh mineral
dolomit.
e Golongan Silika
Batuan sedimen bersilika adalah batuan sedimen yang mempunyai
komposisi utama berupa silika (SiO2 ). Banyak eendapan silikaan
terbentuk koloid; lainnya terbentuk melalui proses-proses kimia.
Beberapa endapan ini mengendap langsung dari air, sedang yang lain
terbentuk melalui proses rekristalisasi dalam sedimen selama
konsolidasi. Jenis batuan ini sering dijumpai dalam bentuk berupa nodul-
nodul atau konkresi dalam lapisan-lapisan batugamping. Banyak nodul
yang materialnya bersilika ini berintikan fosil. Hal ini menunjukan bahwa
pembentukannya melalui proses sekunder.
f Golongan Organik
Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses biokimia
yang berasal dari material tumbuhan yang terkompaksi di lingkungan
rawa. Pembentukan batubara dimulai dengan sisa-sisa tumbuhan yang
membusuk dan terendapkan yang disebut dengan gambut (peat).
Selanjutnya, akibat pembebanan dan suhu yang meningkat, gambut
akan berubah menjadi lignit. Pembebanan terus berlanjut dan tekanan
akan semakin meningkat yang disertai dengan peningkatan suhu. Seiring
dengan perkembangan waktu, lignit akan berubah menjadi bitumen
(bituminous). Proses pembebanan yang terus berlanjut disertai dengan
deformasi, dan struktur geologi yang berkembang disertai dengan
kenaikan suhu akan menyebabkan bitumen berubah membentuk antrasit
(antrachite).

41
42

4. Arkose dan Grewak


a Arkos
Arkose (arkose) atau batupasir arkose adalah kelompok batuan arkose
yang terdiri atas campuran pasir kuarsa dan fragmen feldspar (sekurang-
kurangnya 25%). Pada beberapa contoh, komposisi feldspar lebih besar
daripada kuarsa. Dapat juga mengandung fragmen batuan dan mineral
yang berbutir kecil dan menyudut. Kenampkan arkose mirip dengan
granit. Seringkali arkos berwarna merah atau merah muda yang
disebebkan oleh kandungan oksida besi pada mineral penyusunnya.
Kehadiran arkos biasanya menunjukkan proses pengendapan yang
cepat, erosi yang cepat, iklim yang kering, dan lingkungan yang aktif
secara tektonik.
b Grewak
Grewak (greywacke) adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggolongkan batupasir yang berkomposisi kuarsa, feldspar, dan
sejumlah besar fragmen batuan (beku, sedimen, dan metamorf) yang
memperlihatkan sortasi yang buruk. Secara umum, batuan ini yang
menyerupai batu sabak (slate) dan sekilas kenampakannya sperti basalt
dengan kekerasan yang tinggi. Komposisi matriksnya terdiri atas
campuran mika, klorit, dan kuarsa. Grewak mempunyai arti penting,
karena keberadaannya yang luas di jalur tektonik aktif di berbagai tempat
di dunia.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.13
Diagram Segitiga Batupasir (QLF) (Pettijohn, 1975)

42
43

i. Jika unsur utamanya fragmen pada namanya menjadi likarenit


dengan kandungan fragmen ±50% bersama kuarsa 75%
ii. Jika batuan lithik arenit banyak tercampur mineral kuarsa maka
dinamakan sublitik arenik.
iii. Jika unsur utamanya feldspar mafik, namanya arkose arenik dengan
feldspar ±50% bersama kuarsa 20%.
iv. Jika batuan arkosik banyak mengandung mineral kuarsa maka
namanya subarkose.
v. Jika kandungan kuarsa 79% maka disebut quartz aretik.
vi. Luasan segitiga kedua terdapat kandungan matrik antara 15%
dengan nama grewak.
5. Struktur Primer Batuan Sedimen
a Flute
Flute adalah rongga yang berbentuk tumit yang menggerus bagian dasar
perlapisan yang terdiri atas material mud. Secara umum, rongga-rongga
tersebut terisi oleh pasir yang tidak terhubung dengan lapisan alasnya.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.14
Struktur Flute
b Graded Bedding
Graded bedding adalah struktur sedimen yang memperlihatkan
perlapisan yang mempunyai perbedaan atau gradasi berdasarkan
ukuran material yang menyusun perlapisan tersebut. Struktur ini
menggambarkan perbedaan waktu perlapisan ataupun energi
perlapisan.

43
44

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.15
Struktur Graded Bedding
c Cross Bedding
Cross bedding adalah struktur sedimen yang menunjukan adanya
lapisan yang memotong lapisan lainnya pada suatu perlapisan dalam
suatu batuan. Struktur sedimen ini menggambarkan lapisan yang
membentuk planar (mendatar) dan trough atau miring, yang disebabkan
oleh perubahan pola migrasi pengendapan.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.16
Struktur Cross Bedding
d Ripple Mark
Ripple mark adalah kenampakan tiga dimensi dari struktur sedimen yang
mempunyai panjang gelombang yang terdiri atas pematang (ridges) dan
rendahan (trough) yang terbentuk dari material berukuran pasir sampai
lempung oleh hembusan angina atau arus air.

44
45

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.17
Struktur Ripple Mark
e Slump
Slump adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat deformasi secara
plastik yang berlangsung terus-menerus antara batupasir dan
batulempung yang membentuk lipatan. Slump akan memperlihatkan
adanya pergerakan lateral yang ekspensif ke satu arah dan konsisten.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.18
Struktur Slump
f Laminasi
Laminasi adalah struktur sedimen yang memperlihatkan adanya
perlapisan tipis (kurang dari 1 cm). Laminasi menunjukan adanya kondisi
lingkungan pengendapan yang relatif tenang.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.19
Struktur Laminasi

45
46

g Load Cast
Load cast merupakan struktur batuan sedimen yang merupakan lekukan
dari permukaan ataupun bentukan tak beraturan karena pengaruh suatu
beban diatas batuan tersebut.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.20
Struktur Load Cast
h Perlapisan (Bedding)
Perlapisan atau bedding yang dihasilkan akibat proses pengendapan
yang menunjukan adanya energi yang konstan selama proses
sedimentasi.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.21
Struktur Perlapisan
i Rain Print
Rain print adalah struktur sedimen yang terbentuk dari batu lanau atau
batu lempung. Batu lanau atau batu lempung tersebut ditumpangi oleh
batupasir yang mengisi rongga-rongga yang dibentuk akibat tetesan air
hujan atau hembusan angina keras.

46
47

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.22
Struktur Rain Print
j Mud Crack
Mud crack atau desiccation crack menunjukan struktur pada lapisan
sedimen permukaan yang terbentuk rekahan-rekahan polygonal yang
menggambarkan kondisi lingkungan tempat material sedimen
terendapkan pada kondisi antara basah atau kering. Mud crack bisa
dijadikan untuk menentukan bagian atas dan bagian bawah perlapisan;
bagian yang cekung ke atas menunjukan bagian atas perlapisan. Mud
crack sangat umum dijumpai pada lingkungan dataran pasang surut atau
tidak flat dataran banjir atau floodplain.

Sumber: Data Hasil Praktikum Kristalografi, Mineralogi, dan Petrologi, 2019


Gambar 3.23
Struktur Mud Crack

47
48

BAB IV
ANALISA

Terdapat anomali yang terjadi disini, yaitu terdapat batuan sedimen dengan
ketika ditetesi HCl, dia mengeluarkan busa atau dalam kata lain bereaksi. Hal ini
cukup aneh karena pada umumnya batuan sedimen yang bereaksi ketika ditetesi
HCl adalah batuan sedimen berjenis non klastik yang terbentuk dari proses kimiawi
karena dia mengandung senyawa CaO. Sementara batuan tersebut adalah batuan
klastik yang terbentuk dari proses mekanik. Hal ini mengindikasikan bahwa batuan
klastik tersebut mengandung senyawa CaO. Peristiwa ini dapat saja terjadi apabila
terdapat batuan non klastik atau batugamping yang mengalami sedimentasi
kembali melalu proses mekanik. Ketika batuan nonklastik ini mengalami pelapukan
kemudian erosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan yang kemudian
mengendap membentuk batuan baru, maka secara tidak langsung bahwa batuan
yang terbentuk ini akan tersusun atas butiran-butiran dengan batuan asalnya
berupa nonklastik seperti batugamping yang mengandung senyawa CaO. Batuan
diatas merupakan contoh dari hasil proses keterbentukan tadi. Maka dapat
disimpulkan bahwa batuan mekanik atau klastik tidak selamanya tidak akan
bereaksi ketika ditetesi HCl, karena harus ditelusuri terlebih dahulu batuan asalnya
tersebut.

48
49

BAB V
KESIMPULAN

Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan Laporan


Akhir mengenai Batuan Sedimen I ini diantaranya ialah:
1. Pendeskripsian batuan sedimen dilakukan secara megaskopis artinya
dilakukan secara langsung tanpa memerlukan bantuan alat optik seperti
mikroskop ataupun melalui suatu percobaan kimia lebih lanjut. Diantara
parameter-parameter pendeskripsian batuan sedimen antara lain adalah
warna, ukuran butir, bentuk butir, porositas, permeabelitas, kemas,
kompaksi, pemilahan, reaksi HCl, ganesa batuan, dan jenis batuan. Untuk
penamaan batuan sedimen dapat dilihat berdasarkan ukuran butir bataun
sedimen tersebut. Semua itu dapat dilihat pada komparator batuan
sedimen atau berdasarkan Skala Wentworth.
2. Adapun cara lain dalam mengidentifikasi batuan sedimen selain
menggunakan Skala Wentworth adalah identifikasi berdasarkan tekstur
dan rekasi terhadap HCl. Hal ini dapat dilihat melalui Flow Chart Dasar
Batuan Sedimen. Tentunya dengan parameter pendeskripsian yang
berbeda akan tidak menutup kemungkinan menghasilkan penamaan yang
berbeda pula.
3. Parameter-parameter yang telah ditentukan memiliki hubungan dengan
proses batuan sedimen tersebut. Seperti ukuran butir butir akan menetukan
jauh dekatnya material pembentuk batuan sedimen tertransportasi.
Pemilahan dan kemas akan menentukan bagaimana kondisi material
sedimen tersebut tertransportasi. Kemudian struktur batuan sedimen akan
menunjukan keadaan serta tempat lingkungan material sedimen tersebut
terendapkan.

49
1

DAFTAR PUSTAKA

1. Katilli, J.A. dan P. Marks. 1980. “Geologi”. Jakarta: Departemen Urusan


Research Nasional.

2. Maulana, Adi. 2019. “Petrologi: Batuan Sedimen”. Yogyakarta: Penerbit


Ombak.

3. Nurwanda, Rayan. 2016. “Genesa Batuan Sedimen”. Indonesia:


geograph88.blogspot.com. Diakses pada 19 Oktober 2019 pukul
22.30 WIB.

4. Pradana, Bagas. 2017. “Tekstur dan Struktur Batuan Sedimen”.


Indonesia: orangtambang.id. Diakses pada 19 Oktober 2019 pukul
23.00 WIB.

5. Setiawan, Agna. 2015. “Manfaat Batuan Sedimen”. Indonesia:


budisma.net. Diakses pada 19 Oktober 2019 pukul 21.30 WIB.
2

FORM PENILAIAN LAPORAN

Laporan Akhir
Format Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Dapus
(10) (15) (5) (20) (30) (15) (5)

Total Nilai
3

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai