KATA PENGANTAR
i
ii
DAFTAR ISI
BAB IV ANALISA.............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Sumber:Agnas, 2015
Gambar 2.1
Batuan Sedimen
3
4
4
5
Sumber:Bagas, 2017
Gambar 2.2
Batu Konglomerat
2. Batuan sedimen yang dibentuk secara kimia, ialah batuan-batuan yang
langsung mengendap dari larutan-larutan yang mengandung berbagai unsur
seperti garam dapur, gipsum, batuan gamping.
Sumber:Bagas, 2017
Gambar 2.3
Batu Gamping
3. Batuan sedimen yang terbentuk secara organik, ialah batuan-batuan yang
diendapkan langsung dari larutan-larutan dengan pertolongan-pertolongan
jasad-jasad, baik itu tumbuhan ataupun hewan. Contohnya ialah batuan
gamping, radiolarit, dll.
Sumber:Bagas, 2017
Gambar 2.4
Batu Gamping Gastrophoda
5
6
6
7
7
8
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
1. Pendeskripsian batuan sedimen klastik sebanyak 10 batuan (A4) dan
menggunakan flow chart batuan sedimen, sertakan genesa dari tiap sampel.
2. Mencari persebaran batuan sedimen dalam peta Indonesia (A3).
3. Gambarkan dan jelaskan Golongan Batuan Endapan Utama menurut
Koesoemadinata, 1984 (A4).
4. Mencari literatur tentang Arkose dan Greywacke serta contoh perhitungan
dengan diagramnya.
5. Gambarkan dan jelaskan struktur batuan sedimen (minimal 10 struktur
batuan sedimen) (A4).
3.2 Pembahasan
1. Pendeskripsian Batuan Sedimen
Untuk mengenali suatu batuan sedimen, maka harus dilakukan
pendeskripsian mengguanakan parameter-parameter guna memumadahkan
dalam mengenali serta mengetahui nama dari batuan sedimen tersebut.
Pendeskripsian dapat dilihat dari parameter berupa tekstur dan struktur serta jenis
dan genesa dari batuan sedimen tersebut.
Tekstur dalam batuan sedimen sangatlah banyak, diantaranya adalah
ukuran butir, bentuk butir, porositas, permeabelitas, pemilahan, kekompakan,
kemas, semen, matrik dan reaksi terhadap HCl.
Ukuran butir (Grain Size) adalah ukuran (diameter dari fragmen) batuan.
Skala pembatas yang dipakai adalah Skala Wentworth. Bentuk butir (Roundness)
adalah tingkat kelengkungan dari setiap butiran/fragmen batuan. Porositas adalah
tingkat kesarangan batuan terhadap fluida. Permebelitas adalah kemampuan
batuan dalam meneruskan suatu fluida. Pemilahan adalah tingkat keseragaman
besar butir. Kekompkan adalah sifat batuan dalam kerekatan antar butir. Kemas
adalah sifat hubungan antar butir. Semen adalah bahan yang mengikat butiran dan
matrik adalah masa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan.
8
9
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Konglomerat
Sketsa Foto
9
10
10
11
Batu ini merupakan batuan sedimen yang memiliki ukuran atau besar butir
(fragmen) sekitar 4 – 64 mm atau disebut dengan istilah kerakal dalam Skala
WenWorth. Kemudian fragmen-fragmen tersebut berbentuk membundar
tanggung, artinya tidak terlalu membundar dan tidak pula terlalu menyudut.
Porositas dengan permeabelitas dalam batuan sedimen akan selalu berbanding
lurus. Batuan sedimen akan selalu mempunyai dua kemampuan ini dikarenakan
batuan sedimen merupakan batuan yang terdiri atas kumpulan butir-butir atau
batuan yang tersusun atas butiran-butiran sehingga selalu memungkinkan adanya
celah daintara butiran tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan batuan sedimen
pada umunya memiliki porositas dan permeabelitas yang baik, meskipun tidak
cukup dapat dibuktikan dalam waktu yang singkat. Percobaan untuk membuktikan
porositas dan permeabelitas membutuhkan waktu yang lama.
Pemilahan batuan ini buruk dikarenakan terlihat secara kasat mata fargmen-
fragmen memiliki ukuran butir yang mencolok. Kemudian kekompakan pada
batuan ini padat, artinya kekuatan rekatan antar butirnya baik. Kemas batuan
sedimen ini buruk karena memperlihatkan fragmen-fragmen yang tidak saling
berkontakan atau dengan kata lain letaknya yang tersebar saling berjauhan
terpisahkan oleh masa dasarnya. Untuk semen dari batuan sedimen ini adalah
Oksida besi, hal ini dapat dilihat dari warna yang tampak pada batuan ini yaitu
terdapat sisi yang menampakan warna seperti warna karat besi pada umumnya.
Untuk masa dasar yang menyusun batu ini adalah pasir kasar Pasir kasar.
Kemudian ketika batu ini ditetesi dengan asam atau HCl, tidak berbusa atau
bereaksi, hal ini mengindikasikan bahwa batuan ini tidak mengandung karbonat.
Pada batu ini tidak ditemukannya struktur. Jenis batu sedimen ini adalah
batuan sedimen klastik. Untuk genesa dari batuan ini akan sangat berhubungan
dengan hasil pendeskripsian dari parameter-parameter yang telah diketahui.
Batuan ini terbentuk secara mekanik. Pada tahap awal, batuan asal dari batuan ini
akan mengalami pelapukan sehingga menghasilkan material lepas yang kamudian
akan tertransportasikan oleh media air ataupun angin dan akan terjebak disuatu
cekungan lalu terendapkan dan terbentuklah batu ini. Ukuran butir pada batuan ini
menunjukan bahwa jarak transportasi material batuan ini dekat atau tidak jauh dari
batuan asalnya. Kemudian apabila dilihat dari semennya yang berupa oksida besi,
maka dapat diindikasikan bahwa batuan ini terendapkan di lingkungan
pengendapan daratan. Dapat diketahui nama batuan ini adalah Konglomerat.
11
12
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batulempung
Sketsa Foto
12
13
13
14
Batuan dengan kode LG/BS/2/2019 memiliki ukuran atau besar butir sekitar
1⁄ 1
256 - ⁄16 mm atau disebut lempung dalam batasan Skala Wentworth. Bentuk
dari butiran batuan ini membundar sangat, artinya sudah tidak ada lagi sudut pada
butirannya. Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya, bahwa
porositas dan permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik. Pemilahan dari
batu ini baik, artinya ukuran butirnya seragam. Kekompakan batuan ini lunak,
artinya tidak padat tidak pula mudah hancur. Hal ini ditandai dengan bekas
serbukan pada saat dipegang. Kemas pada batuan ini tertutup yang berarti
fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini saling bersinggungan atau rapat.
Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini adalah lempung. Ketika sampel
batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang menunjukan bahwa batuan ini
tidak mengandung senyawa karbonat.
Struktur dari batuan ini tidak ada. Jenis batuan ini adalah batuan sedimen
klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat diketahui lebih
mendalam dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya. Pada
tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat dari
pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan material-
material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan menuju
suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan sedimen ini.
Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material sedimen ini.
Karena ukurannya sangat kecil dan bentuknya membundar sangat, maka dapat
diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi sanga jauh (alluvium). Kemudian dari
pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada saat material-material
sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang sifatnya laminar atau
tenang, sehingga menghasilkan pemilahan yang baik serta kemas yang baik pula.
Selain itu, dari tekstur batuan ini dapat diindikasikan pula bahwa tempat atau
lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah di lingkungan air yang tenang
seperti danau ataupun rawa. Dari parameter-parameter ini dapat ditentukan nama
dari batuan ini adalah Batulempung.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Batua ini bernama Serpih.
14
15
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto
15
16
16
17
17
18
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan : Perlapisan
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto
18
19
19
20
20
21
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tidak Bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Konglomerat
Sketsa Foto
21
22
22
23
23
24
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tida bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Breksi
Sketsa Foto
24
25
25
26
26
27
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batulempung
Sketsa Foto
27
28
28
29
29
30
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto
30
31
31
32
32
33
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto
33
34
34
35
Batuan dengan kode LG/BS/99/2019 memiliki ukuran atau besar butir sekitar
1⁄ - 1⁄ mm atau disebut pasir sedang dalam batasan Skala Wentworth. Bentuk
4 2
dari butiran batuan ini membundar, artinya sudah tidak ada sudut pada butirannya.
Sebagaimana yang telah dibahas pada batuan sebelumnya, bahwa porositas dan
permeabelitas pada batuan sedimen umunya baik. Pemilahan dari batu ini buruk,
artinya ukuran butirnya tidak seragam. Kekompakan batuan ini mudah hancur,
artinya kerekatan antar butirnya lemah sehingga ketika digores lepas. Kemas pada
batuan ini tertutup yang berarti fragmen-fragmen yang menyusun batuan ini saling
bersinggungan atau rapat. Sedangkan semen dan matrik dari batuan ini adalah
silika. Ketika sampel batuan ini ditetesi dengan HCl tidak bereaksi yang
menunjukan bahwa batuan ini tidak mengandung senyawa karbonat.
Tidak ditemukan struktur pada sampel batuan ini. Jenis batuan ini adalah
batuan sedimen klastik. Genesanya adalah melalui proses mekanik serta dapat
diketahui lebih rinci dari parameter-parameter yang telah diketahui sebelumnya.
Pada tahap awal pembentukan, batuan asal akan mengalami pelapukan akibat
dari pengaruh iklim atau cuaca. Dari perlapukan tersebut akan menghasilkan
material-material lepas yang nantinya akan terakumulasi lalu tertransportasikan
menuju suatu cekungan hingga akhirnya mengendap dan membentuk batuan
sedimen ini. Dari ukuran butir dapat diketahui jarak transportasi dari material
sedimen ini. Karena ukurannya sedang dan bentuknya membundar tanggung,
maka dapat diindikasikan bahwa batuan ini tertrasportasi tidak terlalu jauh
(colluvium). Kemudian dari pemilahan dan kemas dapat diindikasikan bahwa pada
saat material-material sedimen batu ini tertransportasi dibawa oleh arus yang
sifatnya turbulen atau menggulung, sehingga menghasilkan pemilahan yang buruk
namun dengan kemas yang tertutup. Kemudian, dari tekstur batuan ini, dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari batuan ini adalah lingkungan darat
seperti danau atau sungai. Dari parameter-parameter ini dapat ditentukan nama
dari batuan ini adalah Batupasir.
Kemudian apabila dilihat dari flowchart, batuan ini dinamai berdasarkan
bereaksi atau tidaknya terhadap HCl, kemudian dari kenampakan butirnya atau
ukuran butirnya. Sehingga pendeskripsian melalui flowchart dapat berbeda
dengan pendeskripsian melalui Skala Wentworth. Sehingga apabila dilihat dari
flowchart batuan ini bernama Batupasir.
35
36
Sifat Butir :-
Reaksi HCl : Tidak bereaksi
Struktur Batuan :-
Jenis Batuan : Sedimen klastik
Genesa Batuan : Mekanik
Nama Batuan : Batupasir
Sketsa Foto
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
c Golongan Evaporit
Batuan sedimen evaporasi atau penguapan adalah batuan yang
terbentuk sebagai hasil dari proses evaporasi dan presipitasi air laut.
Contoh batuan jenis ini adalah batu garam atau halit, dan gipsum.
d Golongan Karbonat
Batuan karbonat merupakan batuan yang mempunyai komposisi utama
berupa mineral karbonat (Folk, 1959, Boggs, 1987). Secara umum,
batuan karbonat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu batukapur atau
batugamping (limestone) yang disusun oleh mineral kalsit (CaCO3 ), dan
dolomit (dolomite atau dolostone [MgCaCO3 ] yang disusun oleh mineral
dolomit.
e Golongan Silika
Batuan sedimen bersilika adalah batuan sedimen yang mempunyai
komposisi utama berupa silika (SiO2 ). Banyak eendapan silikaan
terbentuk koloid; lainnya terbentuk melalui proses-proses kimia.
Beberapa endapan ini mengendap langsung dari air, sedang yang lain
terbentuk melalui proses rekristalisasi dalam sedimen selama
konsolidasi. Jenis batuan ini sering dijumpai dalam bentuk berupa nodul-
nodul atau konkresi dalam lapisan-lapisan batugamping. Banyak nodul
yang materialnya bersilika ini berintikan fosil. Hal ini menunjukan bahwa
pembentukannya melalui proses sekunder.
f Golongan Organik
Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses biokimia
yang berasal dari material tumbuhan yang terkompaksi di lingkungan
rawa. Pembentukan batubara dimulai dengan sisa-sisa tumbuhan yang
membusuk dan terendapkan yang disebut dengan gambut (peat).
Selanjutnya, akibat pembebanan dan suhu yang meningkat, gambut
akan berubah menjadi lignit. Pembebanan terus berlanjut dan tekanan
akan semakin meningkat yang disertai dengan peningkatan suhu. Seiring
dengan perkembangan waktu, lignit akan berubah menjadi bitumen
(bituminous). Proses pembebanan yang terus berlanjut disertai dengan
deformasi, dan struktur geologi yang berkembang disertai dengan
kenaikan suhu akan menyebabkan bitumen berubah membentuk antrasit
(antrachite).
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
g Load Cast
Load cast merupakan struktur batuan sedimen yang merupakan lekukan
dari permukaan ataupun bentukan tak beraturan karena pengaruh suatu
beban diatas batuan tersebut.
46
47
47
48
BAB IV
ANALISA
Terdapat anomali yang terjadi disini, yaitu terdapat batuan sedimen dengan
ketika ditetesi HCl, dia mengeluarkan busa atau dalam kata lain bereaksi. Hal ini
cukup aneh karena pada umumnya batuan sedimen yang bereaksi ketika ditetesi
HCl adalah batuan sedimen berjenis non klastik yang terbentuk dari proses kimiawi
karena dia mengandung senyawa CaO. Sementara batuan tersebut adalah batuan
klastik yang terbentuk dari proses mekanik. Hal ini mengindikasikan bahwa batuan
klastik tersebut mengandung senyawa CaO. Peristiwa ini dapat saja terjadi apabila
terdapat batuan non klastik atau batugamping yang mengalami sedimentasi
kembali melalu proses mekanik. Ketika batuan nonklastik ini mengalami pelapukan
kemudian erosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan yang kemudian
mengendap membentuk batuan baru, maka secara tidak langsung bahwa batuan
yang terbentuk ini akan tersusun atas butiran-butiran dengan batuan asalnya
berupa nonklastik seperti batugamping yang mengandung senyawa CaO. Batuan
diatas merupakan contoh dari hasil proses keterbentukan tadi. Maka dapat
disimpulkan bahwa batuan mekanik atau klastik tidak selamanya tidak akan
bereaksi ketika ditetesi HCl, karena harus ditelusuri terlebih dahulu batuan asalnya
tersebut.
48
49
BAB V
KESIMPULAN
49
1
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Akhir
Format Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Dapus
(10) (15) (5) (20) (30) (15) (5)
Total Nilai
3
LAMPIRAN