Anda di halaman 1dari 6

Peran Penting Kerajaan Samudra Pasai dalam Pengembangan Islam di Nusantara

Masa kerajaan Islam dalam sejarah merupakan salah satu periode dalam perjalanan
perkembangan dunia Islam di Indonesia. lahirnya kerajaan Islam ini pun disertai dengan adanya
kebijakan para penguasa yang saat itu penuh pro dan kontra dan mewarnai sejarah panjang
masuknya Islam di nusantara. Bahkan agama Islam juga pernah menjadi agama resmi di negara
dan kerajaan di masa tersebut yang berarti bahwa peran Islamisasi ini pun juga sebetulnya
sangatlah besar.

Dapat diakui jika peran kerajaan Islam di nusantara dalam dakwah pendidikan ekonomi
dan kebudayaan telah memasuki semua aspek kehidupan dari mulai kerajaan hingga ke dalam
aspek negara. Tumbuhnya kerajaan Islam di nusantara ini menjadi pusat kekuasaan Islam
Indonesia sangat memberikan pengaruh besar terhadap segala segi di proses Islamisasi sebagai
wadah penyebaran Islam di negeri ini.

Peran Kerajaan Samudra Pasai

Peran kerajaan Islam di nusantara dalam dakwah pendidikan ekonomi dan


kebudayaan bisa terlihat dalam cara menyebarkan agama Islam di negara Indonesia yang hingga
saat ini masih tetap ada, yaitu melalui jalur perdagangan, perkawinan, kesenian, tasawuf dan
pendidikan.

Pada abad ke-13 Masehi, Samudra Pasai yang terletak di pantai utara Sumatra itu, di
sepanjang Selat Malaka, telah menjadi bandar perdagangan internasional pertama untuk
mengekspor lada dan sutra. Sebagian besar pantai-pantai utara Sumatra seperti Barus di pantai
barat dan Ramni di sebelah utara, bahkan menjadi wilayah kekuasaan perniagaan Pasai.

Walaupun dikenal sebagai Pasai dalam naskah Melayu dan Laporan portugis, kota bandar
ini disebut Samudra oleh pedagang India, dan akhirnya nama ini dipakai untuk seluruh Pulau
Sumatra. Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar 1270-an dengan rajanya yang pertama bergelar
Islam; Malikh as Shaleh. Kemunculan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 Masehi sejalan
dengan memudarnya pengaruh kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra dan sekitarnya. Kejayaan
Samudra Pasai diperkirakan berada di kawasan daerah Aceh Utara, di hulu sungai Peusangan
sekarang, di pedalaman daerah Gayo.

Sehubungan dengan letak geografis yang sangat strategis dalam kegiatan jalur
perdagangan, wilayah ini kemudian menjadi jalur dagang yang ramai. Sejak abad ke-13, utusan
Samudra Pasai telah berkunjung ke Cina. Sumber Sejarah Samudra Pasai dapat merujuk kepada
kronik Dinasti Yuan (1280-1367 Masehi). Diketahui bahwa mereka telah kedatangan utusan dari
Sawen-Ta-La (Samudra) tahun 1288 Masehi. Samudra Pasai juga pada tahun 1282 juga
mengirim utusan ke Quilon, India Barat, sepuluh tahun sebelum Marco Polo mendaratkan
perahunya di Perlak.

Catatan Marco Polo (1292 Masehi) menuturkan bahwa di kawasan Sumatra diantaranya
yaitu Perlak, Basma, Dagrian, Lamuri, dan Fansur. Marco Pola sama sekali tidak menyinggung
Samudra Pasai tetapi Basma yang letaknya berdekatan dengan Pasai justru tercatat. Apakah
Marco Polo ini mendapat informasi yang keliru? Tapi dari Maco Polo ini kemudian kita
mengetahui bahwa Islam telah berkembang di Perlak dan telah ada perkampungan Islam di
wilayah tersebut.

Sumber sejarah Samudra Pasai lainnya adalah catatan Ibn Batutah, pengembara Islam
dari Marokko. Dalam catatannya ia menyebut Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malikh Al
Zahir, putra Sultan Malikh as Saleh. Islam sudah ada hampir satu abad lamanya didakwahkan di
tempat itu. Beliau juga meriwayatkan kerendahan hati, kesalehan, dan semangat keagamaan raja
Pasai itu yang menurutnya mengikuti mahzab Syafi’i. Dalam catatannya juga disebutkan
Samudra Pasai telah menjadi pusat studi Islam dan tempat para ulama dari berbagai negeri Islam
berkumpul dan berdiskusi. Kaisar Cina juga tercatat mengirimkan beberapa kali utusannya ke
Samudra Pasai pada tahun 1403, 1414, dan 1430.

Pasai Sebagai Pusat Islam

Islam hadir secara nyata di Sumatra paling utara pada akhir abad ke-13. Dari Pasai,
Sumatera Utara, Islam menyebar ke bandar lain di Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Filipina
selatan. Pada akhir abad ke-14 Islam mengubah kepercayaan hingga jauh ke Trowulan, Jawa
Timur. Antara tahun 1290 sampai dengan 1520, Samudra Pasai bukan hanya menjadi kota
dagang terpenting di Selat Malaka, tetapi juga menjadi pusat perkembangan Islam dan
kesusasteraan melayu. Selain berdagang, para pedagang Arab, Gujarat, dan Persia itu
menyebarkan agama Islam.

Pengaruh Pasai sebagai pusat Islam menyebar ke seluruh bagian utara Sumata, dan tidak
hanya merambah Aceh, tapi juga ke Semenanjung Malaka dan Jawa. Seorang Sheikh dari Pasai
dicatat dalam sejarah sebagai penasihat keagamaan. Makam-makam di Malaka dan Pahang
sering menyalin tulisan dari makam-makam Pasai. Eratnya hubungan Samudra Pasai -Jawa juga
dapat ditelusuri dari latar belakang para Wali Songo. Konon Sunan Kalijaga memperistri putri
Sultan Pasai. Sunan Gunung Jati pendiri kerajaan Islam di Cirebon, Banten, dan Jakarta ini pun
lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho tercatat juga pernah berkunjung ke Pasai.

Jalur Perdagangan

Selama abad ke-13 sampai awal abad ke-16 Masehi, Samudra Pasai menjadi bandar
pelabuhan yang sangat sibuk. Pedagang India dari Gujarat, Bengal, dan India Selatan serta para
pedagang dari Pegu, Siam, dan Birma berbaur di bandar Selat Malaka dengan para pedagang
Cina, Arab, Persia, dan Jawa. Pasai merupakan bandar yang berkuasa abad ke-14 Masehi, meski
memperoleh tantangan serius dari Pidie, sedang Malaka baru berkuasa pada abad ke-15 Masehi.

Hubungan dagang Pasai dan Jawa berkembang dengan pesat. Para pedagang Jawa itu
membawa beras ke Samudra Pasai, dan sebaliknya dari kota pelabuhan tersebut mereka
mengangkut lada ke Jawa. Konon pedagang dari Jawa bahkan mendapat hak istimewa dengan
dibebaskan dari besa dan cukai. Bahar: Satuan ukuran panjang yang diukur dari bagian ujung
kaki ke bagian ujung tangan yang diluruskan ke atas.Perwakilan Portugis, Tome Pires,
menyebutkan bahwa Pasai mengekspor lebih kurang 8.000 sampai 10.000 bahar lada per tahun
dan bisa mencapai 15.000 bahar bila terjadi panen besar. Selain lada, Pasai juga mengekspor
Sutera, Kamper, dan emas dari pedalaman.

Batu Nisan Islam di Pasai

Sejarah Pasai yang yang panjang masih bisa ditelusuri melalui sejumlah situs berupa
makam para pendiri kerajaan beserta keturunannya, para pemuka agama, dan juga tokoh-tokoh
penyiar Islam di beberapa wilayah di ujung utara Pulau Sumatera. Makam Sultan Malikh as
Saleh dan Makan Ratu Nahrisyah, merupakan dua kompleks situs yang masih terawat dengan
baik. Makam terindah di Samudra Pasai, dibuat dari pualam, yakni makan Ratu Nahraisyah yang
meninggal tahun 1428, mirip makam umar ibn Ahmad al-Kazaruni di Cambay, Gujarat–
meninggal tahun 1333, juga mirip dengan makam Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim.

Ada dua makam Pasai yang tak kalah indahnya, dipenuhi dengan ukirak kaligrafi dan
hiasan indahnya, dipenuhi dengan ukiran kaligrafi dan hiasan indah; pertama makam Paengeran
Abdullah dari dinasti Abbasiyah, Baghdad, yang meninggal di Pasai tahun 1407, dan makam
kedua milik seorang keturunan Iran, Na’ina Husan al-Din, yang meninggal tahun 1420. Makam
Na’ina Husam al-Din mengandung sebuah syair yang ditulis penyair kenamaan Persia, Syaikh
Muslih al-din Sa’di (1193-1292), penulis Gullistan dan Bustan. Ditulis dalam bahasa Parsi
dengan tulisan Arab, merupakan satu-satunya syair berbahasa Parsi yang ditemukan di Asia
Tenggara. Selain ukiran sebuah pohon indah, ada kutipan Al-Quran II: 256, Ayat Kursi, seperti
yang ditemukan pad makan Ratu Nahrasiyah.

Tokoh Penyebar Islam Awal di Asia Tenggara

Kedatagan Islam di Asia Tenggara telah banyak dibicarakan, terutama oleh para sarjana
Islam. Banyak pendapat mengatakan Islam tersebar di Asia Tenggara sejak abad 11, 12 dan 13
M. Ada berpendapat bahawa pengislaman negeri Kelantan datangnya dari negeri Patani. Sejak
akhir abad ke- 2 Hijrah atau abad ke-7 Masihi telah datang pedagang Arab ke Patani yang
kemudian terjadi asimilasi perkahwinan dengan orang-orang Melayu, dan dipercayai, sekaligus
mereka menyebarkan Islam di pantai Timur Semenanjung Tanah Melayu.

Aceh termasuk negeri yang pertama diketemui oleh para pedagang Islam yang datang ke
wilayah Nusantara tersebut. Di antara penyebar Islam yang terkenal bernama Sheikh Abdullah
Arif (di abad ke 12M). Sedangkan para penyebar Islam di Pulau Jawa memuncak tinggi dengan
sebutan Wali Songo/ Wali Sembilannya, yang terkenal di antara penyebar itu seumpama
Maulana Malik Ibrahim yang makamnya di Gresik tahun 1419 Masihi. Pada abad ke-15 Masehi
Islam berkembang di Maluku dengan pantas, terkenal penyebarnya bernama Sheikh Manshur
yang berhasil mengislamkan Raja Tidore serta rakyat di bawah pemerintahannya.
Adapun Sulawesi yang terakhir menerima Islam ialah bangsa Bugis. Dato’ Ri Bandang
(Khathib Tunggal Abdul Makmur) telah mengislamkan Raja Tallo I Malingkaan Daeng Manyore
dan Raja Goa I Mangarangi Daeng Manrabia, yang memeluk agama Islam pada hari Jumaat 9
Jamadilawal 1015 Hijrah bersamaan 22 September 1605 Masihi. Dato’ Ri Bandang dibantu oleh
Raja Goa menyiarkan Islam di Wajo. Beliau meninggal dunia di Patimang negeri Luwu
(Indonesia), maka terkenallah beliau dengan sebutan Dato’ Patimang. Penyiar Islam yang
seorang lagi bernama Dato’ Ri Tiro. Barangkali Islam masuk di Sulawesi lebih awal dari tahun
tersebut di atas. Pada tahun 1412 Masihi, seorang ulama Patani pernah mengembara hingga ke
Pulau Buton dengan tujuan menyiarkan agama Islam ke bahagian Timur. Raja Mulae i-Goa
menyambut kedatangan ulama itu dengan berlapang dada.

Pada tahun 1564 Masihi, disusul oleh Sheikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman yang
lama menetap di Johor lalu melanjutkan perjalanannya ke Pulau Buton. Walaupun beliau berasal
dari Patani tetapi dikatakan masyarakat bahawa beliau adalah ulama Johor.
Seorang bangsa Portugis bernama Pinto pernah datang ke Sulawesi Selatan dalam tahun 1544
Masihi, beliau melaporkan bahawa di Sulawesi Selatan telah banyak pedagang Islam yang
datangnya dari Johor, Patani dan Pahang. Selanjutnya terjadi perkahwinan para pedagang yang
beragama Islam itu dengan penduduk asli sehingga ramai rakyat memeluk agama Islam.

Pada tahun 1565-1590 Masihi, Raja Goa Tunijallo mendirikan sebuah masjid untuk
pedagang Islam itu di sebuah kampong bernama Mangallekana berdekatan kota Makasar/Ujung
Pandang (Indonesia). Di dalam Hadiqatul Azhar, Sheikh Ahmad bin Muhammad Zain bin
Musthafa Al-Fathani menyebut Islam masuk ke Sulawesi pada tahun 800 Hijrah, dan raja yang
pertama Islam bernama Lamadasilah (La Meddusala).

Kalimantan (Indonesia) dikatakan menerima Islam pada abad ke 16M, Raja Banjar yang
pertama memeluk agama Islam ialah Raden Samudera yang menukar namanya kepada Sultan
Surian Syah selepas memeluk Islam dan akhir pemerintahannya ialah pada tahun 1550 M.
Di antara ulama Banjarmasin yang paling terkenal ialah Sheikh Muhammad Arsyad bin
Abdullah Al-Banjari, penyusun kitab Sabilul Muhtadin dan Sheikh Muhammad nafis bin Idris
Al-Banjari, penyusun kitab Ad-Durrun Nafis.
Sukadana menerima agama Islam yang dibawa oleh dua mubaligh bernama Sheikh
Syamsuddin dan Sheikh Baraun, mubaligh yang membawa surat dari Mekah untuk memberi
gelaran Raja Sukadana itu dengan Sultan Aliuddin atau juga digelar dengan nama Sultan
Shafiuddin. Sambas didatangi oleh mubaligh-mubaligh Islam yang paling ramai setelah Portugis
menakluk Melaka dan setelah Aceh menakluk Johor. Di antara mubaligh yang sampai sekarang
sebagai keramat (disebut keramat Lumbang) bernama Sheikh Abdul Jalil berasal dari Patani.
Ada juga mubaligh berasal dari Filipina, salah seorang keturunannya sebagai ulama besar, iaitu
Sheikh Nuruddin kuburnya di Tekarang, Kecamatan Tebas, dan Sambas.

Pengislaman Sulu dilakukan dengan aman, yang datang ke sana adalah seorang mubaligh
yang berpengalaman sejak dari Mekah, dan beliau sampai di Sulu pada tahun 1380 Masihi.
Nama beliau ialah Syarif Karim Al-Makhdum. Selepas Syarif Karim Makhdum datang pula
Syarif Abu Bakar pada tahun 1450 Masihi. Beliau juga dipercayai seorang mubaligh yang
banyak pengalaman dan aktiviti dakwahnya dilakukan sejak dari Melaka, Palembang dan Brunei.

Selain itu yang agung juga namanya dalam pengislaman di Filipina ialah Syarif
Kebungsuan. Nama asalnya ialah Syarif Muhammad bin Zainal Abidin yang datang dari negeri
Johor. Adapun Syarif Zainal Abidin itu diketahui adalah keturunan Rasulullah yang
menyebarkan Islam di Johor.

http://www.wacana.co/2010/02/samudra-pasai/

https://uangteman.com/blog/info/peran-kerajaan-islam-di-nusantara/

http://hikmatunnailah.blogspot.co.id/2012/06/islam-di-asia-tenggara.html

http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2008&dt=0505&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bica
ra_Agama&pg=ba_01.htm

Anda mungkin juga menyukai