Anda di halaman 1dari 163

PEKERJAAN

PERSIAPAN
pada Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri
atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar;
dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PEKERJAAN
PERSIAPAN
pada Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Salmani, S.T., M.S., M.T.


PEKERJAAN PERSIAPAN
PADA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG

Salmani

Desain cover :
Herlambang Rahmadhani

Sumber :
www.freepik.com

Tata letak :
Nurul Fatma Subekti

Ukuran :
xii, 150 hlm, Uk: 15.5x23 cm

ISBN :
978-623-7022-46-6

Cetakan pertama :
Desember 2018

Hak Cipta 2018, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2018 by Deepublish Publisher
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras


menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup


Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
PRAKATA

Buku ajar yang berjudul Pekerjaan Persiapan Pada Pelaksana


Lapangan Pekerjaan Gedung ini merupakan bahan ajar pada mata kuliah
Teknik Pelaksanaan Bangunan Gedung yang diberikan pada semester IV
jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin. Tidak menutup
kemungkinan juga materi-materi yang disajikan sebagai bahan uji
kompetensi jabatan pekerjaan pelaksana lapangan pekerjaan gedung.
Karena sebagian besar materi-materi ini disajikan pada pembekalan atau
pelatihan-pelatihan Mandor konstruksi dan atau sebagai pelaksana
lapangan pekerjaan gedung pada pelatihan yang diadakan oleh LPJK dan
Balai Konstruksi wilayah V Banjarmasin.
Banyak sekali materi-materi pelaksana lapangan pekerjaan gedung,
salah satunya adalah pekerjaan persiapan di mana pada materi pekerjaan
persiapan ini terdiri dari tiga bab yaitu 1. Melaksanakan ketentuan
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan(K3L) di tempat kerja, 2.
Melaksanakan komunikasi di tempat kerja dan 3. Melaksanakan pekerjaan
persiapan.
Dari setiap bab dari buku ini diuraikan secara gamblang dan runtut
sehingga akan mudah dimengerti dan dipahami walaupun dari seorang
yang awam sekalipun. Dan setiap akhir bab disajikan evaluasi mandiri
sebagai dasar untuk kompeten dan pilihan ganda untuk melatih
pemahaman pembaca, ketika akan ikut uji kompetensi untuk mendapatkan
sertifikat kompeten sebagai pelaksana lapangan pekerjaan gedung.
Kritik dan saran yang membangun hendaknya diharapkan penulis
terhadap buku ajar ini demi kesempurnaan yang akan datang.

Wassalam,

Penulis

0 vi
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xii

BAB 1 ..................................................................................................... 1
MELAKSANAKAN KETENTUAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) DI TEMPAT
KERJA
1.1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM 1
1.2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1
1.3. UMUM 1
1.4. MENYIAPKAN PERLENGKAPAN PADA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
YANG DIPERLUKAN UNTUK PELAKSANAAN
PEKERJAAN 2
1.4.1. Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Perlengkapan
Kerja (APK) yang Diperlukan Diidentifikasi Sesuai
dengan Ketentuan .............................................................. 4
1.4.2. APD dan APK yang Diperlukan ....................................... 10
1.5. MENYIAPKAN APD DAN APK YANG DIPERLUKAN 12
1.6. MENERAPKAN KETENTUAN K3 DI TEMPAT KERJA 13
1.6.1. Rambu-rambu Keselamatan Kerja .................................... 16
1.6.2. Kotak P3K Berikut Isinya ................................................ 23
1.6.3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ................................. 24
1.7. MEMBUAT LAPORAN PENERAPAN KETENTUAN K3 29
1.8. DATA HASIL PENERAPAN K3 31
1.9. PENUTUP 32
1.10. EVALUASI MANDIRI 33

1 vi
1.11. EVALUASI PILIHAN GANDA 33
1.12. DAFTAR PUSTAKA 35

BAB 2 ....................................................................................................37
MELAKSANAKAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA
2.1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM 37
2.2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 37
2.3. UMUM 37
2.3.1. Unsur Komunikasi............................................................39
2.3.2. Manfaat Komunikasi ........................................................40
2.3.3. Jenis Komunikasi .............................................................41
2.3.4. Jenis Alat Komunikasi ......................................................42
2.4. INTERPRETASI INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA 44
2.5. IDENTIFIKASI INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA 51
2.6. PEMBUATAN DAFTAR SIMAK (CHECK LIST)
INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA 55
2.7. PEMERIKSAAN KESESUAIAN DAFTAR SIMAK
INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA DENGAN
KONDISI LAPANGAN 62
2.8. KOMUNIKASI INSTRUKSI KERJA KEPADA
BAWAHAN 64
2.9. PEMERIKSAAN HASIL KOORDINASI PELAKSANAAN
PEKERJAAN DENGAN RENCANA SEMULA 71
2.10. MELAKSANAKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK
LUAR 72
2.11. KOORDINASI PELAKSANAAN PEKERJAAN 73
2.12. PEMERIKSAAN HASIL KOORDINASI PELAKSANAAN
PEKERJAAN DENGAN RENCANA SEMULA 75
2.13. PENUTUP 76
2.14. EVALUASI MANDIRI 77
2.15. EVALUASI PILIHAN GANDA 77
2.16. DAFTAR PUSTAKA 80

77 777
BAB 3 ................................................................................................... 81
MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN
3.1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM 81
3.2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 81
3.3. UMUM 81
3.4. INTERPRETASI GAMBAR KERJA DAN SPESIFIKASI
TEKNIS....................................................................................... 84
3.4.1. Mengidentifikasi Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis.............................................................................. 85
3.4.2. Memeriksa Kesesuaian Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis dengan Prosedur ................................. 86
3.4.3. Pembuatan Hasil Pemeriksaan Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis sebagai Acuan Gambar Pekerjaan ....... 89
3.5. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PELAKSANAAN
PEKERJAAN 92
3.5.1. Identifikasi Jenis Pekerjaan, Material, Peralatan,
Alat Berat dan Tenaga Kerja yang Sesuai dengan
Dokumen Kontrak............................................................ 93
3.5.2. Pembuatan Jadwal (Schedule) Penggunaan Material,
Peralatan, Alat Berat, dan Tenaga Kerja yang Sesuai
dengan Dokumen Kontrak.............................................. 100
3.5.3. Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang
Sesuai dengan Dokumen Kontrak................................... 104
3.5.4. Menghitung Bobot Pekerjaan ......................................... 105
3.6. MOBILISASI SUMBER DAYA 110
3.6.1. Penentuan Metode Mobilisasi Sumber Daya yang
Sesuai dengan Prosedur.................................................. 110
3.7. PENENTUAN WAKTU MOBILISASI SUMBER DAYA
YANG SESUAI DENGAN PROSEDUR 120
3.7.1. Pelaksanaan Mobilisasi Sumber Daya yang Sesuai
dengan Program Kerja ................................................... 121
3.7.2. Mobilisasi Peralatan dan Alat Berat................................ 126
3.8. PENUTUP 128
3.9. EVALUASI MANDIRI 129

88 888
3.10. EVALUASI PILIHAN GANDA 130
3.11. DAFTAR PUSTAKA 132
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................133

9 9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kelengkapan APD ........................................................... 2


Gambar 1.2 Alat Pelindung Kepala ..................................................... 5
Gambar 1.3 Pelindung Muka dan Kepala ............................................ 6
Gambar 1.4 Pelindung Kaki ................................................................ 7
Gambar 1.5 Safety Belt....................................................................... 7
Gambar 1.6 Pelindung Tangan............................................................ 8
Gambar 1.7 Pelindung Pernapasan...................................................... 8
Gambar 1.8 Pelindung Pendengaran ................................................... 9
Gambar 1.9 Pakaian Pelindung ........................................................... 9
Gambar 1.10 Regu Pemadam Kebakaran ............................................ 15
Gambar 1.11 Sarana Rambu K3.......................................................... 16
Gambar 1.12 Logo Jaminan Sosial Tenaga Kerja ................................ 17
Gambar 1.13 Logo Rambu Peringatan K3........................................... 17
Gambar 1.14 Patuhi K3 ...................................................................... 18
Gambar 1.15 Kawasan Wajib Helm .................................................... 18
Gambar 1.16 Jamsostek ...................................................................... 19
Gambar 1.17 Rambu Hati-hati ............................................................ 19
Gambar 1.18 Rambu Tanah Longsor .................................................. 20
Gambar 1.19 Rambu Ruang Ber-AC................................................... 20
Gambar 1.20 Rambu di Ruangan Ada Tabung Gas ............................. 21
Gambar 1.21 Rambu Evakuasi dan Tempat Berkumpul ...................... 21

10 10
Gambar 1.22 Evakuasi dan Tempat Berkumpul Darurat ......................22
Gambar 1.23 Pemasangan Rambu Keselamatan...................................23
Gambar 1.24 Kotak P3K .....................................................................24
Gambar 1.25 Pelatihan Pemadaman Api ..............................................25
Gambar 1.26 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ...............................26
Gambar 1.27 Jenis-jenis APAR ...........................................................28
Gambar 2.1 Skema Komunikasi ........................................................38
Gambar 2.2 Skema Hubungan dan Media Komunikasi ......................39
Gambar 3.1 Denah Lantai Bawah ......................................................88

11 11
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Contoh Daftar Simak .......................................................... 29


Tabel 1.2 Daftar Simak Risiko dan Potensi Kecelakaan Kerja ............ 30
Tabel 2.1 Identifikasi Informasi dan Instruksi Kerja ........................... 45
Tabel 2.2 Menerjemahkan Sumber Informasi Menjadi Informasi
Kerja: ................................................................................. 46
Tabel 2.3 Contoh Menerjemahkan Sumber Informasi Menjadi
Instruksi Kerja:................................................................... 47
Tabel 2.4 Identifikasi Informasi dan Instruksi Kerja ........................... 53
Tabel 3.1 Contoh Identifikasi Spesifikasi Material Beton untuk
Bangunan Gedung: ............................................................. 86
Tabel 3.2 Jenis Pekerjaan dan Tenaga yang Dibutuhkan ..................... 98

12
12
12
MELAKSANAKAN KETENTUAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
(K3L) DI TEMPAT KERJA

1.1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah selesai mempelajari bab ini diharapkan peserta memiliki
kemampuan untuk melakukan ketentuan K3L di tempat kerja, dalam
rangka menunjang pelaksanaan lapangan pekerjaan gedung.

1.2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah selesai mempelajari materi ini peserta akan mampu:
1. Menyiapkan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan gedung.
2. Menerapkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
tempat kerja.
3. Membuat laporan penerapan ketentuan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).

1.3. UMUM
K3L ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman/acuan bagi tenaga kerja
dan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan gedung yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan terkoordinasi.
Dari pengertian ini K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dengan yang memberikan perlindungan kepada setiap orang yang berada
di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku,
penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan
sekitar tempat kerja.

1
13
13
13
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah,
di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Bahaya K3 adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai
pada suatu batas yang memadai. Sedang Risiko K3 adalah perpaduan
antara peluang dan frekuensi terjadinya peristiwa K3 dengan akibat yang
ditimbulkannya dalam kegiatan konstruksi. Dan Tenaga Kerja adalah
orang yang bekerja di suatu perusahaan dan/atau di tempat kerja.
Pada bab ini akan menguraikan tentang, Mengidentifikasi kebutuhan
perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L)
kepada pekerja, Memasang rambu-rambu dan semboyan K3-L di lokasi
pekerjaan sesuai dengan kebutuhan, Mengawasi pelaksanaan K3-L di
lingkungan tempat kerja.

1.4. MENYIAPKAN PERLENGKAPAN PADA KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA (K3) YANG DIPERLUKAN
UNTUK PELAKSANAAN PEKERJAAN
Penyiapan APD dan APK sebagai perlengkapan K3 sesuai tempat kerjanya
adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1 Kelengkapan APD

2 2 2
✓ Menyiapkan sejumlah APD & APK untuk sejumlah tenaga kerja.
✓ Memeriksa kelaikan sejumlah APD untuk sejumlah tenaga kerja.
✓ Setiap set APD terdiri atas: sepatu, helm, sarung-tangan, masker,
rompi.
1. APD untuk K3 yang diperlukan sebagai berikut.
✓ Safety helm.
✓ Sabuk keselamatan.
✓ Sepatu karet (sepatu boot).
✓ Sarung tangan.
✓ Baju rompi.
2. APK untuk K3 yang biasa dipakai sebagai berikut.
✓ Tali pengaman tubuh (safety body harness).
✓ Penutup telinga (ear plug/ear muff).
✓ Kaca mata pengaman (safety glasses).
✓ Masker (respirator).
✓ Kedok las.
✓ Pelindung wajah (face shield).
✓ Jas hujan (rain coat).
✓ Rambu-rambu k3.
3. Pedoman K3 sebagai berikut.
✓ UU 23 tahun 2003, tentang ketenagakerjaan.
✓ UU no.1 tahun 1070, tentang keselamatan kerja.
✓ UU no.3 tahun 1992, tentang jamsostek.
✓ PP 19 tahun 1973, tentang pengawasan keselamatan kerja bidang
pertambangan dan konstruksi.
✓ Permennakertrankop no.03/MEN/1978, pengawasan K3.
✓ Menakertran No.05 tahun 1985, tentang pesawat angkat dan angkut.
✓ SKB Menaker & Men PU no. 174/MEN/1986 dan
No.104/KPTS/1986, tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada
tempat kegiatan konstruksi.
✓ Permenaker No.04 tahun 1987, tentang panitia pembina K3 & tatacara
penunjukan ahli K3.
✓ Permenaker No.05 tahun 1996, tentang SMK3.

3 3
3
✓ Permenaker No. 03 tahun 1998, tentang tatacara pelaporan dan
pemeriksaan kecelakaan kerja.

1.4.1. Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Perlengkapan Kerja


(APK) yang Diperlukan Diidentifikasi Sesuai dengan
Ketentuan
1. Jenis APD dan APK yang diperlukan.
a. Jenis APD untuk K3 adalah sebagai berikut.
✓ Topi helm (safety helmet)
Jenis-Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman
(safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman
rambut, dan lain-lain.
✓ Sabuk keselamatan (safety belt)
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk
pengaman tubuh pengaman tubuh (body harness), karabiner, tali
koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali
(rope clamp), alat penurun (decende), alat penahan jatuh bergerak
(mobile fall arrester), dan lain-lain.
✓ Sepatu karet (sepatu boot)/sepatu pelindung (safety shoes)
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, konstruksi bangunan,
pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik,
tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik,
dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
✓ Sarung tangan
Jenis-Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang
terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis,
karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
✓ Baju rompi
Jenis-jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),
celemek (Apron/Coveralls, Jacket, dan pakaian pelindung yang
menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.
b. Jenis APK untuk K3 adalah sebagai berikut.
✓ Penutup telinga (ear plug/ear muff)

4 4
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup
telinga (ear muff)
✓ Kaca mata pengaman (safety glasses)
Jenis kaca mata pengaman baik yang hitam maupun transparan
untuk menahan percikan api, bram blasting atau pengaman dari
sinar matahari atau silang dari cahaya lampu.
✓ Masker (respirator)
Jenis-Jenis alat pelindung pernapasan (masker) dan
perlengkapannya terdiri dari masker (respirator), katrit, kanister,
Rebreather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine =
Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-
Contained Underwater Breathing Apparatus/SCUBA), Self-
Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency
breathing apparatus.
✓ Pelindung wajah (face shield)
Jenis pelindung wajah (full face) dipakai untuk melindungi
wajah dari percikan dari pengelasan, pengamplasan dan debu dari
arah depan.
✓ Jas hujan (rain coat) dan jas pelampung.
Jenis pakaian pelindung terdiri dari jas hujan (rain Coat) rompi
(Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung
yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan. Jenis-jenis
pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi
keselamatan (life vest), rompi pengatur
keterapungan (Bouyancy Control Device).
2. Fungsi APD dan APK yang diperlukan.
a. Alat pelindung kepala
Topi Pelindung/Pengaman (Safety
Helmet): Berfungsi melindungi kepala dari
benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh
dan terkena arus listrik.
Tutup Kepala: Melindungi kepala dari
kebakaran, korosif, uap-uap,
panas/dingin Hats/cap: Melindungi Gambar 1.2 Alat
kepala dari kotoran Pelindung Kepala

5 5
debu atau tangkapan mesin-mesin berputar.
Topi Pengaman yang digunakan untuk hal lain yang bersifat umum
dan pengaman dari tegangan listrik yang terbatas. juga tahan terhadap
tegangan listrik tinggi. Bilamana tanpa perlindungan terhadap tenaga
listrik, biasanya terbuat dari logam yang digunakan untuk pemadam
kebakaran. Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terkantuk, kejatuhan
atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-
bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrem.
b. Alat pelindung muka dan mata (face shield)
Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia
berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di
badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi
gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak
mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau
benda tajam.
Fungsi kaca mata pengaman adalah untuk melindungi mata dari:
1. Percikan bahan-bahan korosif.
2. Kemasukan debu atau partikel-partikel yang melayang di udara.
3. Lemparan benda-benda kecil.
4. Panas dan pancaran cahaya
5. Pancaran gas atau uap kimia yang dapat
menyebabkan iritasi mata.
6. Radiasi gelombang elekromaknetik
yang mengion maupun yang tidak
mengion
7. Benturan atau pukulan benda keras atau
benda tumpul dan benda tajam.
Gambar 1.3 Pelindung
Muka dan Kepala

6 6
c. Alat pelindung kaki
Pada industri ringan/tempat kerja biasa cukup dengan sepatu yang
baik, Sepatu pelindung (safety shoes) Dapat terbuat dari kulit, karet,
sintetik atau plastik, Untuk mencegah
tergelincir Dipakai sol anti slip, Untuk
mencegah tusukan, Dipakai sol dari
logam, Terhadap bahaya listrik, Sepatu
seluruhnya harus di jahit atau direkat
tak boleh memakai paku. Fungsi Alat
pelindung kaki berfungsi untuk
melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat,
tertusuk benda tajam, terkena cairan panas
atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
Gambar 1.4 Pelindung Kaki
ekstrem, terkena bahan kimia berbahaya
dan jasad renik, tergelincir.
d. Safety belt dan pelampung
Gambar 1.5 Safety Belt

membentur lantai dasar. Berguna untuk


melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh,
biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan
memanjat serta tempat tertutup atau boiler. Harus
dapat menahan beban sebesar 80 Kg. Fungsi Alat
pelindung jatuh perorangan (safety belt) berfungsi
membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke
tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang
diinginkan dalam keadaan miring maupun
tergantung dan menahan serta membatasi pekerja
jatuh sehingga tidak
Fungsi pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di
atas air atau di permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam
dan atau mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat

7 7
berada pada posisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang
(neutral buoyant) di dalam air.
e. Alat pelindung tangan
Untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,
panas, dingin, radiasi, elektromagnetik, radiasi
mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan
pukulan, tergores, terinfeksi.
Alat pelindung tangan biasa disebut
dengan sarung tangan. Fungsi pelindung
tangan (sarung tangan) adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan
dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,
radiasi elektromagnetik, radiasi mengion,
arus listrik, bahan kimia, benturan pukulan
Gambar 1.6 Pelindung dan tergores, terinfeksi zat pathogen
Tangan (virus, bakteri) dan jasad renik.
f. Alat pelindung pernapasan
Fungsi alat pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi organ
pernapasan dengan cara menyalurkan
udara bersih dan sehat dan atau
menyaring cemaran bahan kimia,
mikro-organisme, partikel yang
berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/fume dan sebagainya.
g. Alat pelindung pendengaran
Fungsi alat pelindung telinga adalah alat
Gambar 1.7 Pelindung pelindung yang berfungsi untuk
Pernapasan melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan atau tekanan.

8 8
Gambar 1.8 Pelindung Pendengaran
h. Pakaian pelindung
Fungsi Pakaian pelindung berfungsi
untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya
temperatur panas atau dingin yang
ekstrem, pajanan api dan benda-
benda panas, percikan bahan-bahan
kimia, cairan dan logam panas, uap
panas, benturan (impact) dengan
mesin, peralatan dan bahan, tergores,
radiasi, binatang, mikro-organisme
patogen dari manusia, binatang, Gambar 1.9 Pakaian
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, Pelindung
bakteri dan jamur.

3. Cara Mengenali APD dan APK yang Diperlukan


Tentunya dengan mengenali kegunaannya dari alat tersebut seperti:
a. sepatu safety dikenakan pada kaki,
b. helm proyek dikenakan pada kepala,
c. sarung tangan dikenakan pada jari-jari,

9 9
d. masker dikenakan pada mulut dan hidung,
e. rompi dipakai seperti mengenakan baju.

4. Pelaksanaan Pengenalan APD dan APK


Pelaksanaan pengenalan APD dan APK yang biasa dikenakan pada
K3L berdasarkan fungsi dan kegunaannya seperti:
a. sepatu safety biasa dikenakan pada kaki,
b. helm proyek biasa dikenakan pada kepala,
c. sarung tangan biasa dikenakan pada jari-jari,
d. masker biasa dikenakan pada mulut dan hidung,
e. rompi biasa dipakai seperti mengenakan baju.

5. Prosedur Mengidentifikasi APD dan APK Sesuai Prosedur K3


APD dan APK yang diperlukan diidentifikasi sesuai dengan prosedur
K3 adalah dengan cara:
a. sesuai dengan kebutuhan pekerja di tempat kerja,
b. laik dipakai, nyaman dan tidak mengganggu saat dipakai untuk
bekerja,
c. seminimal mungkin dapat melindungi pekerja atas pekerjaan yang
dilakukan.

1.4.2. APD dan APK yang Diperlukan


1. Persyaratan APD dan APK yang diperlukan. APD dan APK yang
disediakan harus memenuhi syarat: (1) harus memberikan
perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang dihadapi tenaga kerja
sesuai dengan sumber bahaya yang ada, (2) tidak mudah rusak, (3)
tidak mengganggu aktivitas pemakai, (4) mudah diperoleh di pasaran,
(5) memenuhi syarat spesifik lain, (6) nyaman dipakai. Dalam
program pengadaan APD dan APK untuk melindungi tenaga kerja
dalam bekerja, maka penyimpanan dan pemeliharaan APD dan APK
sebaiknya di bilik yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu,
waktu kedaluarsanya dan tidak akan menimbulkan alergi terhadap si
pemakai serta tidak menularkan penyakit. Alat Pelindung Diri lain
selain APD dan APK yang disebutkan di atas, tidak boleh

10 10
dilupakan/diabaikan adalah alat bantu lain untuk pekerjaan tertentu,
misalnya mereka yang bekerja di sumuran/piting di bawah permukaan
tanah atau di bawah permukaan air dan untuk mereka yang bekerja
pada ketinggian di atas tanah. Alat pelindung yang dimaksud
contohnya adalah: (1) safety bood, Gunanya untuk melindungi kaki
supaya tidak cedera. Dengan syarat safety boot terlindung metal
bagian depan, dengan daya tahan terhadap tekanan sampai 2500
pounds tahan panas, anti minyak dan bahan kimia serta non conductif,
dapat menahan benturan 450 kg dari ketinggian 30 cm. (2) safety belt
(sabuk pengaman), Safety belt biasa disebut dengan sabuk pengaman
atau body harnest sangat penting bagi mereka di tempat ketinggian
terutama di atas tiga meter. Selain APD dan APK pada saat tenaga
kerja melakukan seharusnya disiapkan seorang atau dua orang
pembantu karena sendirian sangat berisiko.
2. Cara menetapkan APD dan APK yang diperlukan. APD dan APK
adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melindungi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dan
APK merupakan suatu alat yang dipakai tenaga kerja dengan maksud
menekan atau mengurangi risiko masalah kecelakaan akibat kerja
yang akibatnya dapat timbul kerugian bahkan korban jiwa atau
cedera, ada 3 faktor utama terjadinya kecelakaan: (1) Perbuatan
manusia yang tidak aman (unsafe action), (2) Kondisi lingkungan
yang tidak aman (unsafe condition), (3) Manajemen pelaksanaan
kerja. Manusia merupakan faktor utama dalam segala kegiatan
pelaksanaan yang dapat memungkinkan melakukan tindakan yang
kurang aman yang disebabkan beberapa hal antara lain: (a) tingkat
pendidikan, keterampilan yang tidak sesuai, (b) keadaan dan mental
pekerja yang belum siap, (c) tingkah laku dan kebiasaan yang
ceroboh, (d) cara kerja yang tidak memenuhi syarat, (e) kurangnya
pengawasan dan pengendalian, (f) kemampuannya belum/tidak sesuai
dengan kebutuhannya, (g) tidak adanya standar/pedoman kerja yang
jelas, (h) kurangnya perhatian dari pihak manajemen terhadap K3, (i)
sistem dan mekanisme inspeksi kurang/masih lengah. Alat pelindung
diri sesuai dengan istilahnya, bukan sebagai alat pencegahan

11 11
kecelakaan namun berfungsi untuk memperkecil tingkat cederanya.
APD dan APK harus memiliki bantuan untuk melindungi seseorang
pemakainya dalam melaksanakan pekerjaannya yang berfungsi
mengisolasi tubuh atau bagian tubuh dari bahaya serta dapat
memperkecil akibat/risiko. Cara menetapkan APD dan APK harus
disesuaikan dengan lokasi tempat kerjanya.
3. Pelaksanaan menetapkan APD dan APK yang diperlukan sesuai
dengan SOP K3. Dalam pelaksanaan penetapan APD dan APK harus
disesuaikan dengan pekerjaan apa yang akan dilakukan di tempat
kerja. Bilamana sudah di tetapkan harus disesuaikan juga dengan
jumlah dan standard APD dan APK yang telah ditetapkan contoh
APD dan APK yang harus berstandar SNI.
4. Prosedur dalam menentukan APD dan APK yang diperlukan sesuai
SOP K3.
5. Tentukan APD dan APK sesuai undang-undang dan ketentuan
peraturan yang disyaratkan dalam SNI dengan cermat.
6. Harus melindungi saat bekerja dan sebagai alternatif terakhir
pelindung diri dari risiko bahaya di tempat kerja.
7. APD dan APK tidak mengganggu saat dipakai kerja.

1.5. MENYIAPKAN APD DAN APK YANG DIPERLUKAN


1. Kelaikan APD dan APK yang diperlukan.
APD dan APK adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seorang pekerja dalam pekerjaan yang fungsinya
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
APD dan APK dipakai apabila usaha rekayasa (engineering) dan
cara kerja yang aman (work praktis) telah maksimum. Dalam
penggunaan APD dan APK masih memiliki beberapa kelemahan
seperti:
a. kemampuan perlindungan yang tidak sempurna,
b. kondisi tenaga kerja tidak merasa aman,
c. komunikasi terganggu.

12 12
Jadi kelaikan APD dan APK yang diperlukan harus tidak
menyimpang dari kaidah di atas.
2. Cara memilih dan memilah APD dan APK yang diperlukan.
Dalam memilih dan memilah APD dan APK yang diperlukan
harus memenuhi ketentuan: (1) kuat, tidak mengakibatkan alergi dan
enak dipakai, (2) tidak mengganggu dan nyaman saat dipakai, (3)
memberikan perlindungan dari bahaya di tempat kerja.
3. Pelaksanaan memilih dan memilah APD dan APK yang
diperlukan sesuai SOP K3.
Memilih dan memilah APD dan APK yang diperlukan harus sesuai
dengan fungsi dan kegunaan APD dan APK yang dipakai untuk
bekerja di tempat kerja.
a. APD sesuai dengan ukuran, kuat dan aman dipakai.
b. APK sesuai dan dapat mengamankan lokasi kerja.
4. Prosedur menyiapkan APD dan APK yang diperlukan sesuai
SOP K3.
a. APD dan APK yang disiapkan sesuai dengan jumlah pekerja,
disiapkan sesuai keperluan dengan cermat.
b. APD dan APK yang disiapkan sesuai dengan tempat kerja.
c. APD dan APK yang disiapkan sesuai ukuran dan jenisnya
pekerjaan yang disiapkan dengan cermat.
d. APD dan APK yang disiapkan sesuai SNI.
e. APD dan APK yang disiapkan mudah dibeli di pasar.
f. APD dan APK yang disiapkan mudah dibawa dan disimpan.

1.6. MENERAPKAN KETENTUAN K3 DI TEMPAT KERJA


Perlengkapan APD dan APK digunakan
1. Cara pemakaian APD dan APK yang diperlukan.
a. Tali pengaman topi pada helm sebaiknya dipakai
b. Pakailah sepatu sesuai ukuran
c. Memakai rompi sebaiknya melekat pada tubuh
d. Gunakan pelindung mata pada lokasi yang tepat.
2. Cara memakai APK yang diperlukan.

13 13
a. Alat pengaman kerja yang diperlukan dipakai pada lokasi kerja
yang berisiko tinggi, dengan memberikan rambu-rambu (safety
line) di lokasi kerja.
b. APK dipakai untuk melindungi pekerja dan orang lain di
sekitarnya agar terhindar dari risiko bahaya kerja dan penyakit
akibat kerja.
3. Pelaksanaan pemakaian APD dan APK sesuai dengan prosedur K3.
Pelaksanaan pemakaian APD dan APK disesuaikan dengan
prosedur K3 dengan mengikuti petunjuk pengamanan K3L di tempat
kerja.
Pelaksanaan metode pemakaian APD dan APK yang dapat
dilakukan dalam cara memakai dan mengendalikan bahaya di tempat
kerja untuk menurunkan tingkat kecelakaan akibat kerja, yaitu:
a. Enngineering control, yaitu dengan menambahkan berbagai
pemakaian peralatan dan mesin yang dapat mengurangi bahaya
dari sumbernya. Contohnya adalah pemakaian exhaust dan sistem
ventilasi untuk meminimalisasi bahaya debu atau gas. Akan tetapi
pemakaian dengan system engineering control membutuhkan dana
yang besar.
b. Administrative control, yaitu dengan membuat berbagai prosedur
kerja termasuk kebijakan manajemen dalam implementasi K3.
Tujuannya adalah agar pekerja bekerja sesuai dengan instruksi
yang sudah ditetapkan sehingga kecelakaan atau kesalahan kerja
dapat dihindari. Termasuk di dalam administrasi control yaitu
dengan memakai alat pelindung diri (APD) atau Personnel
Pertective Equipment (PPE) bagi setiap pekerja yang terpajan
dengan bahaya di tempat kerja.
c. Metode lain yang dapat digunakan untuk pengendalian bahaya
adalah Inherently Safer Alternative Method, di mana metode ini
memiliki empat strategi pengendalian bahaya, yaitu:
1) Minimize; yaitu dengan cara meminimalkan tingkat bahaya dari
sumbernya dengan cara mengurangi jumlah pemakaian atau
volume penyimpanan dan proses.

14 14
2) Substitue; yaitu dengan cara mengganti bahan yang berbahaya
dengan yang kurang berbahaya. Contohnya hádala
menggunakan metode water base sebagai pengganti solven
base. Water base lebih aman dan ramah lingkungan
dibandingkan solven base.
3) Moderate; Mengurangi bahaya dengan cara menurunkan
konsentrasi bahan kimia yang digunakan. Contohnya adalah
menggunakan bahan kimia dengan konsentrasi yang lebih
rendah sehingga tingkat bahaya pajanannya menjadi lebih
rendah.
4) Simplify; Mengurangi bahaya dengan cara membuat prosesnya
menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah di control.
4. Prosedur dalam menggunakan APD dan APK sesuai SOP K3.
a. Pergunakan APD dan APK digunakan secara cermat pada
lingkungan kerja wajib memakai APD dan APK.
b. Lakukan pencegahan pada pekerja dan penyetopan pekerjaan
bilamana pekerja tersebut tidak menggunakan APD dan APK di
lingkungan kerja.
c. APD dan APK yang digunakan dan diperlukan memenuhi
persyaratan undang-undang dan standard SNI.

Gambar 1.10 Regu Pemadam Kebakaran

15 15
1.6.1. Rambu-rambu Keselamatan Kerja
1. Persyaratan pemasangan rambu-rambu keselamatan kerja.
Syarat pemasangan rambu-rambu K3 harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut.
a. Rambu yang dipasang di lokasi yang dekat dengan sumber listrik
dipasang rambu awas bahaya tersengat listrik dengan symbol petir.
b. Lokasi daerah galian dan penimbunan, dipasang rambu alat berat.
c. Lokasi batas ketinggian, dipasang polise line.
d. Lokasi daerah kerja di ketinggian, memasang rambu-rambu wajib
mengenakan safety belt.
e. Lokasi kerja yang mudah terbakar, wajib di beri rambu-rambu alat
APAR dan sekaligus alatnya.

Gambar 1.11 Sarana Rambu K3

2. Jenis dan fungsi rambu dan semboyan.


Jenis rambu yang disesuaikan dengan peruntukannya serta fungsinya
dan rambu tersebut sebagai semboyan untuk selalu menjaga K3L.

16 16
Gambar 1.12 Logo Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Gambar 1.13 Logo Rambu Peringatan K3


Secara urut rambu petunjuk dan perhatian utamakan keselamatan
dijelaskan sebagai berikut.
a. Buang sampah pada tempatnya
b. Hati-hati dalam mengangkat barang.
c. Gunakan selalu alat body harnest.

17 17
d. Gunakan selalu alat safety belt.
e. Gunakan baju rompi.
f. Wajib pakai baju rompi.
g. Hati-hati benda mudah jatuh.
h. Gunakan pelindung mata dan telinga.
i. Gunakan full face/pelindung muka bila bekerja

Gambar 1.14 Patuhi K3

3. Cara pemasangan rambu-rambu keselamatan kerja.


Pemasangan rambu-rambu K3 dipasang ditempat yang mudah dilihat
dan dipasang pada lokasi yang strategis. Seperti contoh:
a. Jenis rambu K3L wajib mengenakan APD bertuliskan.

Gambar 1.15 Kawasan Wajib Helm

b. Rambu tenaga kerja di sini dilindungi oleh JAMSOSTEK.

18 18
Gambar 1.16 Jamsostek

Rambu ini wajib dipasang pada setiap lokasi atau tempat kerja,
khususnya proyek dan pabrik untuk menginformasikan kepada publik
di samping juga untuk memberikan rasa aman dan ketenangan bagi
para pekerja yang bekerja di tempat tersebut.
c. Rambu hati-hati licin.

Gambar 1.17 Rambu Hati-hati

d. Rambu peringatan tanah longsor dari arah sebelah kanan.

19 19
Gambar 1.18 Rambu Tanah Longsor

e. Memilih rambu & semboyan yang sesuai dengan lokasi yang


berpotensi kecelakaan atau membahayakan:
1) Lokasi ruangan ber-AC, rambu yang tepat adalah dilarang
merokok.

Gambar 1.19 Rambu Ruang Ber-AC

2) Lokasi yang mempergunakan tabung gas.

20 20
Gambar 1.20 Rambu di Ruangan Ada Tabung Gas

3) Lokasi memasuki area pekerja wajib mentaati rambu.

Gambar 1.21 Rambu Evakuasi dan Tempat Berkumpul

21 21
a) Lingkungan kerja memberlakukan program K3L.
b) Tamu wajib lapor.
c) Parker pada tempatnya.
d) Tamu wajib berpakaian rapi.
e) Kecepatan berkendaraan tidak lebih dari 15 KM.
f) Dilarang mengambil gambar.
g) Dilarang merokok.
h) Dilarang memakai sandal/wajib pakai sepatu safety.
i) Dilarang membuang sampah sembarangan.
4) Rambu lokasi safety dan Lokasi memasuki area wajib APD.

4. Pelaksanaan pemasangan rambu-rambu keselamatan kerja.


Pemasangan rambu-rambu K3 harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan agar mudah dibaca dan dipahami, tata letak rambu-
rambu sesuai dengan peruntukannya.

Gambar 1.22 Evakuasi dan Tempat Berkumpul Darurat

5. Prosedur memasang rambu-rambu keselamatan kerja.


Rambu yang dipasang harus mengikuti persyaratan yang telah
ditentukan baik ukuran dan warna dalam sign safety (K3L) secara cermat
dan teliti.

22 22
Gambar 1.23 Pemasangan Rambu Keselamatan

1.6.2. Kotak P3K Berikut Isinya


1. Persyaratan kotak P3K berikut isinya.
Penjelasan standar isi kotak P3K mengacu pada analisis kebutuhan
berdasarkan potensi bahaya. Jadi sebelum mengisi kotak P3K, kita
perlu menganalisis dahulu apa saja potensi bahaya yang ada di lokasi
tempat kerja. Dari potensi bahaya tersebut lalu kita perkirakan jenis-
jenis kecelakaan yang mungkin terjadi dan bagaimana dampaknya
terhadap korban.
2. Cara memilih dan memilah kotak P3K berikut isinya.
Dalam memilih dan memilah kotak P3K harus di lihat dari
banyaknya orang yang bekerja di lokasi tersebut di mana kotak P3K
yang standard ada tiga jenis tipe.
3. Pelaksanaan memilih dan memilah kotak P3K sesuai SOP K3.
Cara memilih dan memilah isi kotak P3K harus sesuai standard isi
kotak P3K. Peraturan yang mengatur isi kotak P3K adalah peraturan
Menteri Tenaga kerja No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja. Ada tiga jenis
kotak P3K yang standard menurut peraturan tersebut yaitu kotak P3K
tipe A, Kotak P3K tipe B dan Kotak P3K tipe C.
4. Menyiapkan kotak P3K berikut isinya sesuai SOP K3.

23 23
a. Kotak P3K diletakkan pada lokasi yang aman dan mudah
dijangkau oleh setiap orang yang membutuhkan. Peletakan kotak
P3K harus mudah dijangkau oleh pengguna alat P3K yang
diletakkan maksimum 160 cm dari dasar lantai. Mudah terlihat dan
jauh dari jangkauan anak-anak.
b. Kotak P3K harus sesuai dengan tipe dan ukuran kebutuhan dari
banyaknya tenaga kerja.
c. Setiap kotak P3K harus ada yang mengontrol dan bertanggung
jawab atas isi dan pemakaiannya.
d. Kotak P3K harus diperiksa secara berkala, atas ketersediaan baik
isi maupun kualitasnya.

Gambar 1.24 Kotak P3K

1.6.3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


1. Kelaikan alat pemadam ringan (APAR).
Perlu diperhatikan dalam kelaikan alat pemadam api ringan
(APAR) yang pertama harus memperhatikan komponen spare part
APAR, apakah bekerja dengan baik seperti: 1 valve, 2 handle, 3 pin, 4
hose, 5 nozzle, 6 sabuk, 7 cartride/pressure geuge, 8 tabung, 9 box
fire.
Semua harus memenuhi syarat dan dapat bekerja dengan baik.
Tidak diperkenankan memindahkan APAR, kecuali sedang

24 24
digunakan, harus sering di kontrol terhadap masa berlakunya APAR
tersebut dapat digunakan secara efektif.
2. Cara memilih dan memilah alat pemadam api ringan (APAR)
Merencanakan tipe atau jenis dan jumlah APAR yang akan
digunakan sesuai risk control pada prosedur HIRAC yang sudah
dibuat. Cara memilih dan memilah APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) dengan memperhatikan daya guna untuk memadamkan api
pada lokasi kerjanya, di mana APAR dibagi 2 macam yaitu: 1)
Cartridge System adalah tabung apar yang medianya atau isi apar
terpisah dengan gas pendorongnya, gas pendorongnya disebut Co2
(Carbon Dioxide). 2) Stored Pressure System adalah tabung Apar
yang medianya atau isi apar bercampur dengan gas pendorongnya, gas
pendorongnya disebut N2 (angin kering).
Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon
atau tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau tempat
yang terbatas (confined space). Personil yang terlatih dan tahu cara
menggunakan APAR harus selalu siap di tempat selama jam kerja.

Gambar 1.25 Pelatihan Pemadaman Api

25 25
Media Apar atau isi Apar dibagi menjadi 4 macam: 1 Dry
Chemical Powder (Serbuk Kimia Kering), 2 Co2 (Carbon Dioxide), 3
Foam AFFF (Aqueoues Film Forming Foam), 4 (Clean Agent) Gas
Pengganti Hallon.
3. Pelaksanaan memilih dan memilah APAR sesuai SOP K3.
Pelaksanaan memilih dan memilah APAR dengan melakukan
prosedur sebagai berikut.
a. Pilihlah Tabung Apar yang berkualitas, tidak rentan bocor, pilih
tabung seamless (tidak ada las).
b. Pilihlah Tabung Pemadam Api yang bergaransi, menentukan
kualitas tabung serta media atau isi apar tersebut.
c. Direkomendasikan untuk memilih Apar dengan system stored
pressure, dikarenakan mudah dalam pengecekan serta
pengontrolan.
d. Tempatkan Apar pada tempat yang mudah dijangkau, tidak terlalu
tinggi ataupun terlalu rendah. Ikuti standar Dinas Pemadam
Kebakaran.

Gambar 1.26 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

e. Tempatkan apar di area yang mudah terlihat, tidak terhalang suatu


apapun.

26 26
f. Pasanglah stiker service, serta pasang stiker penunjuk arah panah
guna memudahkan dalam pencarian lokasi titik apar.
g. Mintalah Sertifikat Apar kepada vendor, untuk menghindari
terjadinya masalah di kemudian hari.
h. Pilihlah Vendor Tabung Apar yang mempunyai surat izin suplier
dari Dinas Damkar.
4. Prosedur menyiapkan APAR sesuai dengan prosedur K3.
Prosedur menyiapkan APAR harus di sesuaikan dengan kebutuhan
dan jenis APAR yang cocok untuk menanggulangi bahaya kebakaran
di lokasi kerja dan menggunakan APAR adalah sebagai berikut.
a. Tarik kunci pengaman.
b. Berdiri pada jarak 2-3 m dari api.
c. Arahkan penyembur pada pusat api.
d. Tekan pemicu APAR.
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah pemadam api ringan, arti
bisa dioperasikan seorang diri dan tidak mempunyai beban yang berat.
APAR digunakan pada awal terjadi kebakaran atau pada saat api
masih kecil dan tidak efektif saat kebakaran telah besar.
Klasifikasi Kebakaran mempunyai 4 klasifikasi, gunanya untuk
membedakan bahan-bahan atau jenis-jenis kebakaran.
Klasifikasi A: Kebakaran yang dikarenakan bahan-bahan yang
mudah terbakar, seperti: kayu, kain dll.
Klasifikasi B: Kebakaran yang dikarenakan oleh bahan bakar
minyak, seperti: bensin, oli, minyak tanah, dll.
Klasifikasi C: Kebakaran yang dikarenakan oleh listrik.
Klasifikasi D: Kebakaran yang dikarenakan logam.
Jenis-jenis APAR:
APAR terdiri dari 4 jenis, dan satu sama lain gunanya berbeda
menurut tergantung dari klasifikasi kebakarannya.
a. APAR jenis dry chemical powder (tepung kimia kering) berguna
untuk kebakaran klasifikasi A, B dan C.
b. APAR jenis foam (busa) berguna untuk kebakaran dengan
klasifikasi B.

27 27
c. APAR jenis CO2 (Karbon Dioksida) berguna untuk kebakaran
klasifikasi C.
d. APAR jenis hallon berguna untuk kebakaran dengan klasifikasi D.

Gambar 1.27 Jenis-jenis APAR

Yang paling efisien dan efektif serta banyak digunakan oleh


masyarakat adalah jenis APAR Dry Chemical Powder (tepung kimia
powder), karena dapat digunakan segala jenis kebakaran. Baik
kebakaran karena bahan-bahan yang mudah terbakar atau kebakaran
karena bahan-bahan minyak, maupun kebakaran yang disebabkan
oleh arus listrik.
Untuk kebakaran yang dikarenakan arus listrik, anda dilarang
untuk menyiram dengan air, karena air merupakan penghantar arus
listrik yang baik jadi dapat membahayakan diri anda selain APAR,
pasir pun dapat menjadi alat pemadam api, karena pasir dapat
memutuskan segitiga terjadinya api, yaitu bahan bakar, panas dan
oksigen. Proses terjadinya api adalah karena adanya bahan bakar,
panas dan oksigen, kita dapat memadamkan api dengan cara
memutuskan salah satunya dan pasir memutuskan oksigen di dalam
proses terjadinya api. APAR harus selalu dijaga dan dirawat dengan
baik agar tetap berfungsi.

28 28
1.7. MEMBUAT LAPORAN PENERAPAN KETENTUAN K3
Daftar Simak (Checklist) Penerapan K3
Daftar simak atau checklist merupakan bukti nyata bahwa prosedur
K3L di tempat kerja dijalankan dengan baik, dengan adanya data
terdokumentasi maka semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan gedung dapat
termonitor sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Tabel 1.1 Contoh Daftar Simak

29 29
Tabel 1.2 Daftar Simak Risiko dan Potensi Kecelakaan Kerja

1. Jenis daftar simak penerapan K3.


Jenis daftar simak penerapan K3 sebaiknya tercatat dan dapat
didokumentasikan agar, bisa dikontrol dan dapat dievaluasi hasil
kinerjanya untuk perbaikan berkelanjutan.
a. Jenis Daftar Simak pemakaian APD.

30 30
b. Jenis Daftar Simak Penggunaan APK.
c. Jenis Daftar Simak Safety Induksi.
d. Jenis Daftar Simak Safety Inspecsi dll.
2. Fungsi daftar simak penerapan K3.
Fungsi daftar simak penerapan K3, dapat digunakan untuk
mengontrol kinerja penerapan K3 untuk keperluan di evaluasi atau
peningkatan atau dieliminasi dari prosedur yang ada.
3. Cara memilih dan memilah daftar simak penerapan K3.
Pilihlah daftar simak yang simple dan lengkap untuk mendata
kondisi yang ada di tempat kerja perlu di pilih dan di pilah sesuai
kebutuhan pada saat berlangsungnya implementasi K3L.
4. Pelaksanaan memilih dan memilah daftar simak penerapan K3
sesuai dengan prosedur K3.
Pelaksanaan memilih dan memilah daftar simak agar sesuai
dengan prosedur yang ada sebaiknya dilakukan sebelum bekerja dan
setelah selesai bekerja secara cermat.
5. Prosedur dalam menyiapkan daftar simak penerapan K3 sesuai
dengan prosedur K3.
Sesuai dengan SOP penerapan implementasi K3L yang dilakukan
secara cermat dan berkesinambungan.

1.8. DATA HASIL PENERAPAN K3


1. Sumber data hasil penerapan K3.
Sebaiknya sumber data hasil penerapan K3 diambil dari tempat
kerja di lapangan.
2. Cara pengumpulan data hasil penerapan K3.
Pengumpulan data hasil penerapan K3, diambil dari proses
penentuan dan penyiapan serta penggunaan APD dan APK di tempat
kerja.
3. Prosedur pengumpulan data hasil penerapan K3 sesuai dengan
prosedur K3.
Prosedur pengumpulan data ini disesuaikan dengan SOP dari
setiap instansi dan lokasi kerja atau tempat kerja.

31 31
1.9. PENUTUP
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari
perlindungan tenaga kerja dari fisik kecelakaan yang berkembang secara
pesat sejak Revolusi Industri. Dalam sejarah perkembangannya
keselamatan dan kesehatan kerja di samping ditujukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, juga ditujukan untuk menghindarkan terjadinya
kerugian akibat rusaknya bahan, mesin, alat maupun hilangnya waktu
kerja. Aspek perlindungan atas dasar kemanusiaan di satu pihak, juga
mencakup aspek yang bersifat ekonomis dari sisi pengusaha.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur keselamatan dan
kesehatan kerja mempunyai peranan yang besar di dalam mendorong
diterapkannya usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan. Sikap pimpinan kontraktor dan komitmennya dalam
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga
kerja seharusnya seimbang dengan tujuan pemikiran untuk mencegah
kerugian ekonomis akibat kecelakaan.
Di Indonesia secara historis peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja telah. ada sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan
dan diberlakukannya Undang-undang Dasar 1945, maka beberapa
peraturan termasuk peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang pada
waktu itu berlaku yaitu Viligheids Reglement telah dicabut dan diganti
dengan Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara NO.1
Tahun 1970.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
konstruksi/proyek sangat tergantung dan kesadaran dan komitmen
pimpinan kontraktor, disiplin para pekerja dan pengawasan pemerintah.
Penerapan sanksi yang konsekuen akan berpengaruh terhadap kepatuhan
ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja.
Penggunaan teknologi maju untuk kepentingan kemajuan industri
dalam revolusi industri 4.0 konstruksi akan terus berkembang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan setiap negara. Untuk menghindarkan
dampak yang dapat merugikan terhadap manusia. Khususnya terhadap
para pekerja dan lingkungan, maka dibutuhkan peraturan-peraturan
maupun standar-standar yang sesuai dengan perkembangan. Peraturan

32 32
keselamatan dan kesehatan kera tersebut akan menciptakan rasa aman dan
memberi rasa perlindungan terhadap para pekerja.

1.10. EVALUASI MANDIRI


Pilih jawaban ya atau tidak dengan memberi tanda ceklis () pada kolom
jawaban yang anda anggap tepat.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Apakah Anda dapat mengidentifikasi APD dan APK yang
1
diperlukan sesuai dengan ketentuan?
Apakah Anda dapat menentukan APD dan APK yang
2
diperlukan sesuai dengan hasil identifikasi?
Apakah Anda dapat menyiapkan APD dan APK yang
3
diperlukan?
Apakah Anda dapat menggunakan Perlengkapan APD dan
4
APK sesuai dengan prosedur?
Apakah Anda dapat memasang Rambu-rambu
5
keselamatan kerja sesuai dengan prosedur?
Apakah Anda dapat menyiapkan Kotak P3K berikut isinya
6
disiapkan sesuai dengan prosedur?
Apakah Anda dapat menyiapkan Alat Pemadam Api
7
Ringan (APAR) disiapkan sesuai dengan prosedur?
Apakah Anda dapat menyiapkan Daftar simak penerapan
8
K3?
Apakah Anda dapat mengumpulkan Data hasil penerapan
9
K3?
Apakah Anda dapat menyusun Laporan penerapan K3
10
untuk diserahkan kepada pihak terkait?

1.11. EVALUASI PILIHAN GANDA


Pilih jawaban dengan memberi tanda silang (×) pada huruf jawaban yang
anda anggap paling tepat.
1. Faktor penyebab kecelakaan…
a. Kombinasi a dan b
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Semua jawaban benar
d. Perbuatan manusia tidak aman
e. Kondisi yang berbahaya

33 33
2. Ahli K3 yang bekerja di perusahaan jasa K3, menyampaikan laporan
kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi…
a. Setiap tahun
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Tiap tiga bulan sekali
d. Setiap saat setelah selesai kegiatan
e. Setiap dua bulan sesuai masa SK yang berlaku
3. Usaha pencegahan kecelakaan kerja melalui…
a. Tidak ada jawaban yang benar
b. Asuransi
c. Jawaban a, b, c benar
d. Riset
e. inspeksi
4. Keputusan penunjukan ahli K3 oleh menteri dinyatakan tidak berlaku
apabila…
a. Tidak ada jawaban yang benar
b. Pindah tugas ke perusahaan lain
c. Dimutasi ke unit lain
d. Terjadi penggantian pejabat
e. Dimutasi ke daerah lain
5. Keputusan penunjukan ahli K3 dicabut…
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan
b. Dengan sengaja dan lalai
c. Melakukan kesalahan dan kecerobohan
d. Semua jawaban benar
e. Semua jawaban tidak benar
6. Pengertian K3 secara etimologi adalah…
a. Suatu upaya perlindungan kerja
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Upaya agar produksi tidak terganggu
d. Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
e. Suatu upaya agar tenaga kerja bekerja sehat dan selamat

34 34
7. Salah satu kewajiban perusahaan sesuai dengan pasal 14 UU No1
tahun 1970 adalah…
a. Semua jawaban benar
b. Menempatkan semua persyaratan keselamatan kerja dan UU No 1
tahun 1970 secara tertulis di tempat kerja
c. Memasang gambar/poster K3 di tempat kerja
d. Menyediakan APD secara gratis
e. Tidak ada jawaban yang benar
8. Pengurus K3 di perusahaan diwajibkan melaporkan setiap kecelakaan
terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri tenaga kerja. Ketentuan ini terdapat dalam
undang-undang No 1 tahun1970 tentang keselamatan kerja pada
pasal…
a. Pasal 8
b. Pasal 3
c. Pasal 11
d. Pasal 15
e. Tidak ada jawaban yang benar.
9. Pengawas K3 yang bersifat preventif dan represif meliputi…
a. Tidak ada jawaban yang benar
b. Perencanaan, pembuat dan pemakai
c. Perencanaan dan modifikasi
d. Perencanaan
e. Pemikiran
10. Kondisi tempat kerja berbahaya bertalian dengan…
a. Semua jawaban benar
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Proses produksi
d. Mesin, pesawat, alat
e. Cara kerja

1.12. DAFTAR PUSTAKA


Alberta Environmental Protection, 1993. WRMM (Water Resources
Management Model), Program Description, Calgary, Canada.

35 35
Imam Syahputra Tunggal SH, CN, LLM, Drs. Amin Widjaja Tunggal Ak,
MBA, Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan di
Indonesia, Harvarindo, Jakarta, 2003.
Maman Somantri, FPTK UPI Tahun 2009, K3 dan Hukum
Ketenagakerjaan.
Mengikuti, Bagyono, Pesona Wisata Klaten, Tahun 2004 Prosedur K3 di
Tempat Kerja.
Nurseha, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Tahun 2005,
Mengikuti Prosedur K3 dalam Bekerja.
Rudi Suardi, PPM, Tahun 2005, SMK3.
Soedjono, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 2000
Kesehatan Kerja Jilid I.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara NO.1 Tahun 1970.

36 36
MELAKSANAKAN KOMUNIKASI DI TEMPAT
KERJA

2.1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah selesai mempelajari bab ini diharapkan pembaca memiliki
kemampuan untuk Melaksanakan Komunikasi di tempat kerja, dalam
rangka menunjang pelaksana lapangan pekerjaan gedung.

2.2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah selesai mempelajari materi pada bab ini pembaca akan mampu:
1. Menginterpretasikan informasi dan instruksi kerja yang diterima
terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.
2. Mengomunikasikan instruksi kerja kepada bawahan.
3. Melaksanakan koordinasi dengan unit-unit terkait.
4. Melaksanakan koordinasi dengan pihak luar.

2.3. UMUM
1. Pengertian Komunikasi Menurut Beberapa Ahli
a. Menurut Astrid S. Susanto
Dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Dalam Teori dan
Praktik” Komunikasi didefinisikan sebagai proses pengoperan
lambang-lambang yang mengandung arti.
b. Menurut Benny Kaluku
Dalam bukunya “Planning” Komunikasi adalah proses
penyampaian pengertian dan mengandung semua unsur prosedur yang
dapat mempertemukan suatu pemikiran dengan pemikiran lainnya.
c. Menurut Keith Davis
Dalam bukunya “Human Relation at Work” Komunikasi adalah

37 37
proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang ke orang lain.
d. Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dapat pula berarti
hubungan atau kontrak.
e. Menurut Ensiklopedi Indonesia
Komunikasi adalah perilaku suatu mahluk hidup (baik manusia,
hewan, tumbuhan) untuk mempengaruhi perilaku atau keadaan
mahluk lain.

Gambar 2.1 Skema Komunikasi

f. Menurut Keith Davis dalam Bukunya “Human Relation at Work”


Komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari
seorang ke orang lain.

2. Lambang Komunikasi
Lambang komunikasi adalah lambang-lambang atau simbol-simbol
yang mengandung arti.

38 38
Jenis-jenis lambang komunikasi:
a. lambang suara,
b. lambang bahasa,
c. lambang warna,
d. lambang gambar,
e. lambang gerak.

Gambar 2.2 Skema Hubungan dan Media Komunikasi

2.3.1. Unsur Komunikasi


Ada 5 unsur-unsur komunikasi yaitu:
1. Komunikator (communicator) atau sender yaitu: pihak yang
menyampaikan berita atau sumber berita, bisa perorangan bisa juga
kelompok.
2. Komunikan (communicant) atau receiver yaitu: pihak yang menerima
berita dan menerjemahkan lambang-lambang atau isyarat-isyarat.
3. Pesan (message) yaitu: berita yang mengandung arti atau inti sari
berita dari komunikator yang disampaikan dalam bentuk lambang-
lambang.

39 39
4. Pesan (message) yaitu: berita yang mengandung arti atau inti sari
berita dari komunikator yang disampaikan dalam bentuk lambang-
lambang.
Ada 4 jenis respons menurut Halph Weeb yaitu sebagai berikut.
a. Positive feed back yaitu: bila tanggapan yang diterima
komunikator dari komunikan dapat dimengerti dan hasilnya saling
pengertian.
b. Negative feed back yaitu: jika pesan yang disampaikan komunikan
kepada komunikator tidak mendukung. Di sini jika terjadi
kemarahan atau kritik.
c. Neutral feed back yaitu: bila pesan yang disampaikan komunikan
kepada komunikator tidak relevan bagi komunikator atau tidak ada
hubungannya dengan masalah yang disampaikan komunikator
kepada komunikan.
d. Zero feed back yaitu: pesan yang diterima komunikator dari
komunikan tidak dapat dimengerti.
5. Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk mempermudah
proses penyampaian warta/pesan informasi dari komunikator kepada
komunikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam hal ini komunikasi antara Pelaksana Lapangan dengan
Pekerja, dan media yang digunakan bisa berupa:
a. media gambar kerja,
b. media alat komunikasi (Handy Tallky/HT).

2.3.2. Manfaat Komunikasi


1. Untuk mendapatkan keterangan atau informasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Untuk mewujudkan kerja sama antar personil di tempat kerja dalam
rangka pelaksanaan tugas/pekerjaan.
3. Untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan.
4. Untuk memudahkan dalam penyampaian kebijakan, peraturan,
ataupun ketentuan yang berlaku di tempat kerja.
5. Untuk meningkatkan nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan di
tempat kerja.

40 40
6. Untuk memudahkan karyawan maupun pimpinan dalam mengakses
perkembangan ilmu dan teknologi.

2.3.3. Jenis Komunikasi


1. Jenis komunikasi menurut lawan bicara
a. Komunikasi pribadi.
b. Komunikasi umum.
2. Jenis komunikasi menurut jumlah orang yang berkomunikasi
a. Komunikasi perseorangan.
b. Komunikasi kelompok.
3. Jenis komunikasi menurut cara penyampaian
a. Komunikasi lisan
1) Langsung (komunikasi lisan adalah komunikasi yang bersifat
langsung, yaitu dalam bentuk pembicaraan. Komunikasi dalam
bentuk pembicaraan, diperlukan pembicara yang baik).
2) Tidak langsung.
b. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah penyampaian informasi dengan
tujuan tertentu dengan cara ditulis, baik ditujukan pada seseorang
maupun kepada kelompok orang. Komunikasi tertulis biasanya
berupa surat, kartu, tulisan dinding/poster dan sebagainya.
Komunikasi dalam bentuk gambar, foto, tabel, daftar, naskah,
surat, dll.
Komunikasi atau informasi kadangkala lebih tepat dengan
menggunakan gambar. Misalkan tanda-tanda penyimpanan bahan
berbahaya, larangan atau perintah terkait dengan keselamatan kerj,
gambar teknik dan sebagainya.
4. Jenis komunikasi menurut tujuan
a. Komunikasi untuk tujuan memberi perintah. Komunikasi ini
bersifat memerintah agar penerima pesan melakukan perintah
sesuai dengan arahan-arahan.
b. Komunikasi untuk tujuan diskusi atau perundingan. Komunikasi
ini menyampaikan berita untuk mendapatkan masukan dari pihak

41 41
lain agar dalam pelaksanaan pekerjaan tidak terjadi saling
berbenturan satu dengan yang lain.
c. Komunikasi untuk tujuan pemberian empati.
d. Komunikasi dengan tujuan memberi nasihat, saran, atau kritik.
Komunikasi ini lebih bersifat mengarahkan/memberi masukan
kepada penerima pesan agar melakukan perbaikan-perbaikan atas
metode pelaksanaan pekerjaan.
e. Komunikasi dengan tujuan wawancara, Komunikasi ini bersifat
menggali informasi/data dari penerima pesan, dengan metode
diwawancarai.
5. Komunikasi menurut ruang lingkup
a. Komunikasi internal yaitu komunikasi yang berlangsung di dalam
organisasi atau institusi.
1) Komunikasi antara atasan dan bawahan.
2) Komunikasi antara bawahan dan atasan.
3) Komunikasi horizontal.
b. Komunikasi eksternal yaitu komunikasi yang berlangsung antara
pihak organisasi/institusi dengan pihak di luar organisasi. Atau
dapat juga dilakukan oleh Pelaksana Lapangan dengan pihak lain
diluar lingkup pekerjaannya.

2.3.4. Jenis Alat Komunikasi


Pemilihan dan penggunaan peralatan komunikasi adalah hal yang tidak
dapat dihindarkan, bahkan menjadi sebuah kebutuhan pada jaman moderen
ini. Seseorang akan mudah berkomunikasi dengan orang lain yang
bertempat tinggal jauh dari komunikator dengan peralatan tertentu.
Berdasarkan cara menggunakan, alat komunikasi ada beberapa
macam, antara lain:
1. Alat komunikasi penglihatan (Visual)
Visual berarti dapat dilihat. Jadi alat komunikasi visual adalah alat
bantu komunikasi yang dapat dilihat, dibaca sehingga tujuan
komunikasi dapat tercapai. Alat komunikasi visual antara lain:
a. surat, instruksi kerja,
b. kartu,

42 42
c. poster,
d. gambar teknik,
e. spesifikasi teknis,
f. jadwal kerja,
g. metode kerja,
h. lampu isyarat,
i. dan sebagainya.
2. Alat komunikasi pendengaran (Audio)
Audio artinya dapat didengar. Alat komunikasi audio adalah suatu
alat bantu berkomunikasi yang dapat menyiarkan suara sehingga
komunikator dapat berbicara dengan komunikan dari jarak jauh.
Misalnya:
a. telepon,
b. hand phone,
c. microphone,
d. radio,
e. tape,
f. HT,
g. dan sebagainya.
3. Alat komunikasi pendengaran dan penglihatan (audio visual)
Audio visual artinya dapat didengar dan dilihat. Jadi alat
komunikasi audio visual adalah alat bantu komunikasi di mana
komunikator dapat berkomunikasi dengan komunikan dari jarak jauh
dengan masing-masing dapat berbicara, mendengar dan melihat
secara langsung. Contohnya: (1) televisi, (2) hand phone, (3) dan
sebagainya.
Contoh penggunaan alat komunikasi pada pelaksanaan pekerjaan
gedung meliputi:
a. Untuk pekerjaan persiapan alat komunikasi yang diperlukan
adalah:
1) instruksi kerja untuk membaca/mencermati gambar kerja,
2) spesifikasi teknis,
3) jadwal kerja.
b. Untuk pekerjaan tanah alat komunikasi yang diperlukan adalah:

43 43
1) instruksi kerja untuk membaca gambar kerja galian dan
timbunan,
2) spesifikasi teknis, dan
3) metode kerja, serta
4) jadwal kerja.
c. Untuk pekerjaan fondasi alat komunikasi yang diperlukan adalah:
1) metode kerja,
2) spesifikasi teknis,
3) gambar kerja fondasi,
4) jadwal kerja.
d. Untuk pekerjaan struktur, alat komunikasi yang diperlukan adalah:
1) metode kerja,
2) spesifikasi teknis,
3) gambar kerja struktur gedung,
4) jadwal kerja.
e. Untuk pekerjaan arsitektur, alat komunikasi yang diperlukan
adalah:
1) metode kerja,
2) spesifikasi teknis,
3) gambar arsitektur,
4) jadwal kerja.
f. Untuk pekerjaan laporan, alat komunikasi yang diperlukan adalah:
1) laporan progress pekerjaan,
2) jadwal kerja,
3) spesifikasi teknis,
4) dokumen kontrak.

2.4. INTERPRETASI INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA


Uraian pekerjaan menginterpretasikan informasi dan instruksi kerja, atau
work breakdown structure (WBS). Tugas dan fungsi seorang pelaksana
lapangan pekerjaan gedung meliputi pekerjaan-pekerjaan:
1. pekerjaan persiapan,
2. pekerjaan tanah,
3. pekerjaan fondasi,

44 44
4. pekerjaan struktur,
5. pekerjaan arsitektur,
6. pekerjaan laporan.
Instruksi kerja yang dibutuhkan oleh seorang pelaksana lapangan
pekerjaan gedung di setiap tahapan pekerjaan, seperti telah diuraikan pada
bagian lain sebelumnya. Dan setiap instruksi kerja selalu disertai dengan
perintah kapan harus dimulai, kapan berhenti kapan dilanjutkan dan kapan
diakhiri.
1. Mengidentifikasi Informasi dan Instruksi Kerja
Pada setiap tahapan pekerjaan pelaksanaan lapangan pekerjaan
gedung (PLPG) akan dapat diidentifikasi informasi dan instruksi kerjanya
dengan cermat.
Tabel 2.1 Identifikasi Informasi dan Instruksi Kerja
Tahapan Instruksi Kerja yang
No Pekerjaan Informasi yang Dibutuhkan Dibutuhkan
1 Persiapan • Kontrak kerja Perintah untuk
• Gambar kerja memulai kerja.
• Spesifikasi teknis Perintah menghentikan
• Metode kerja pekerjaan.
• Laporan hasil pengukuran Perintah mengakhiri
• Laporan hasil pek bowplank. pekerjaan.
2 Pekerjaan • Gambar kerja Perintah untuk
Tanah • Spesifikasi tek memulai kerja.
• Alat berat Perintah menghentikan
• Metode kerja pekerjaan.
• Jadwal kerja Perintah mengakhiri
• Lap hasil cut & fill pekerjaan.
• Lap hasil lab. bahan, tanah
• Lap hasil loading test.
3 Pekerjaan • Gambar kerja fondasi Perintah untuk
Fondasi • Spesifikasi tek memulai kerja.
• Metode kerja Perintah menghentikan
• Alat berat pekerjaan.
• Jadwal kerja Perintah mengakhiri
• Sop pekerjaan.

4 Pekerjaan • Gambar kerja struktur Perintah untuk


pekerjaa

45 45
n fondasi
• Lap hasil lab tanah.
Tahapan Instruksi Kerja yang
No Informasi yang Dibutuhkan
Pekerjaan Dibutuhkan
Struktur • Spesifikasi tek memulai kerja.
• Metode kerja Perintah menghentikan
• Alat berat pekerjaan.
• Jadwal kerja Perintah mengakhiri
• Sop pek. struktur pekerjaan.
5 Pekerjaan • Gambar kerja arsitektur Perintah untuk
Arsitekttr • Spesifikasi tek memulai kerja.
• Metode kerja Perintah menghentikan
• Alat berat pekerjaan.
• Jadwal kerja Perintah mengakhiri
• SOP pek. arsitektur pekerjaan.
6 Pekerjaan • Jadwal kerja Perintah untuk
Laporan • Gambar kerja tanah, fondasi memulai kerja.
struktur, dan arsitektur Perintah mengakhiri
• Spesifikasi tek pekerjaan.
• SOP laporan

2. Pembuatan Daftar Simak (Check List) Informasi dan Instruksi Kerja


Untuk mengetahui jenis daftar simak apa saja yang harus dibuat
dalam lingkup pelaksanaan pekerjaan gedung, maka terlebih dahulu harus
dirinci terlebih dahulu sumber informasi yang akan diubah menjadi
instruksi kerja yang harus masuk dalam daftar simak.
Tabel 2.2 Menerjemahkan Sumber Informasi Menjadi Informasi Kerja:
No Sumber Informasi Informasi Kerja
Informasi Berupa
1 Gambar Kerja 1.1. Jenis pekerjaan
1.2. Ukuran
1.3. Bentuk
1.4. Metodologi pelaksanaan pekerjaan
1.5. Kebutuhan material
1.6. Kebutuhan SDM
1.7. Kebutuhan alat
1.8. Kebutuhan waktu pelaksanaan
2 Laporan 2.1. Penggunaan material
2.2. Penggunaan tenaga kerja
2.3. Penggunaan alat
2.4. Kondisi cuaca
2.5. Laporan harian

46 46
No Sumber Informasi Informasi Kerja
Informasi Berupa
2.6. Laporan mingguan
2.7. Laporan bulanan
2.8. Laporan progress
3 Pemeriksaan 3.1. Checklist item pekerjaan
3.2. Berita acara pemeriksaan

Menerjemahkan Informasi kerja menjadi Instruksi kerja


Tabel 2.3 Contoh Menerjemahkan Sumber Informasi Menjadi Instruksi Kerja:
No Informasi Kerja Instruksi Kerja
1.1 Jenis Pekerjaan a. Instruksi pekerjaan persiapan
b. Instruksi pekerjaan tanah
c. Instruksi pekerjaan galian & timbunan
d. Instruksi pekerjaan fondasi
e. Instruksi pekerjaan pasangan
f. Instruksi pekerjaan bekisting, scaffolding, atau
perancah
g. Instruksi pekerjaan pembesian
h. Instruksi pekerjaan pembetonan
i. Instruksi pekerjaan instalasi
j. Instruksi pekerjaan plumbing
k. Instruksi pekerjaan kosen
l. Instruksi pekerjaan atap
m. Instruksi pekerjaan pengecatan
1.2 Kebutuhan Material a. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pekerjaan persiapan
b. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. tanah
c. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. galian & timbunan
d. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. pasangan fondasi
e. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. pasangan
f. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. bekisting scaffolding/perancah
g. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. pembesian
h. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. pembetonan
i. Penghitungan volume kebutuhan material untuk

47 47
No Informasi Kerja Instruksi Kerja
pek. instalasi
j. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. plumbing
k. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. kosen
l. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. atap
m. Penghitungan volume kebutuhan material untuk
pek. pengecatan
n. Instruksi penghitungan volume
1.3 Kebutuhan Tenaga a. terpasang/terlaksana.
Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
Kerja untuk pek. persiapan
b. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. tanah
c. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. galian & timbunan
d. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. pasangan fondasi
e. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. pasangan
f. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. bekisting, scaffolding/perancah
g. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. pembesian
h. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. pembetonan
i. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. instalasi
j. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. plumbing
k. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. kosen
l. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
untuk pek. atap
m. Penghitungan volume kebutuhan tenaga kerja
1.4 Kebutuhan a. untuk pek. pengecatan
Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
Peralatan dan Alat n. Instruksi
alat berat penghitungan tenaga
untuk pekerjaan dipakai.
persiapan.
Berat. b. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan

48
No Informasi Kerja Instruksi Kerja
alat berat untuk pekerjaan tanah
c. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan galian dan timbunan
d. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan pasangan fondasi
e. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan pasangan
f. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan bekisting,
scaffolding/perancah
g. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan pembesian
h. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan pembetonan
i. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan instalasi
j. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan plumbing
k. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan kosen
l. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan atap
m. Penghitungan volume kebutuhan peralatan dan
alat berat untuk pekerjaan pengecatan
n. Instruksi penghitungan peralatan dan alat berat
dipakai.
1.5 Kebutuhan Waktu a. Penyusunan program kerja/jadwal kerja
b. Instruksi pekerjaan mulai
c. Instruksi pekerjaan berhenti sementara
d. Instruksi pekerjaan dilanjutkan
e. Instruksi pekerjaan selesai.

Kebutuhan daftar simak (checklist) untuk seluruh pekerjaan pelaksana


lapangan pekerjaan gedung, terdiri atas:
a. daftar simak untuk pekerjaan persiapan;
b. daftar simak untuk pekerjaan tanah;
c. daftar simak untuk peralatan dan alat berat;
d. daftar simak untuk pekerjaan fondasi;
e. daftar simak untuk pekerjaan bekisting, scaffolding/perancah;

49 49
f. daftar simak untuk pekerjaan daftar simak untuk pekerjaan
pembesian;
g. daftar simak untuk pekerjaan pembetonan;
h. daftar simak untuk pekerjaan instalasi;
i. daftar simak untuk pekerjaan plumbing;
j. daftar simak untuk pekerjaan kosen;
k. daftar simak untuk pekerjaan atap;
l. daftar simak untuk pekerjaan pengecatan.
3. Pemeriksaan Kesesuaian Daftar Simak Informasi dan Instruksi Kerja
dengan Kondisi Lapangan
Pemeriksaan kesesuaian daftar simak informasi dan instruksi kerja
dengan kondisi lapangan:
Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
PEMERIKSAAN DAFTAR SIMAK
Kesesuaian
No Jenis Daftar Simak (Checklist)
S K TS

1 Daftar simak untuk pekerjaan persiapan


2 Daftar simak untuk pekerjaan tanah
3 Daftar simak untuk peralatan dan alat berat
4 Daftar simak untuk pekerjaan fondasi
5 Daftar simak untuk pekerjaan bekisting,
scaffolding/perancah
6 Daftar simak untuk pekerjaan Daftar simak
untuk pekerjaan pembesian
7 Daftar simak untuk pekerjaan pembetonan
8 Daftar simak untuk pekerjaan instalasi
9 Daftar simak untuk pekerjaan plumbing
10 Daftar simak untuk pekerjaan kosen
11 Daftar simak untuk pekerjaan atap
12 Daftar simak untuk pekerjaan pengecatan

50 50
Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh
Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

2.5. IDENTIFIKASI INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA


1. Pengertian informasi dan instruksi kerja
Informasi adalah
a. Joner Hasugian
Informasi adalah sebuah konsep yang universal dalam jumlah
muatan yang besar, meliputi banyak hal dalam ruang lingkupnya
masing-masing dan terekam pada sejumlah media.
b. Kenneth C. Laudon
Informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah
formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
c. Anton M. Moeliono
Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar
atau berita. Informasi juga merupakan keterangan atau bahan nyata
yang dapat dijadikan dasar kajian analisis atau kesimpulan.
d. Gordon B. Davis
Informasi adalah data yang telah diproses/diolah ke dalam bentuk
yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang
sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang
sekarang atau nantinya.
e. Robert G. Murdick
Informasi terdiri atas data yang telah didapatkan, diolah/diproses,
atau sebaliknya yang digunakan untuk tujuan penjelasan/penerangan,
uraian, atau sebagai sebuah dasar untuk pembuatan ramalan atau
pembuatan keputusan.

51 51
f. Kusrini
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk
yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan saat ni atau mendukung sumber informasi.
g. Davis
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan saat ini atau mendatang.
h. Mc Leon
Infomasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.

2. Pengertian instruksi kerja adalah:


Petunjuk kerja yang instruktif yang menjelaskan tahapan-tahapan
kerja secara terinci. Instruksi kerja dibuat jika suatu pekerjaan belum
memiliki standar atau (SOP) di lingkungan pekerjaan yang mengatur jenis
pekerjaan tersebut atau merupakan petunjuk kerja yang sistematis dalam
SOP.
Instruksi kerja akan menguraikan bagaimana langkah-langkah kerja
dalam suatu prosedur dilaksanakan.
a. Suatu Operasi: misalnya menurunkan barang dari truk, mengangkut
dan menyimpan, mengisi daftar simak barang masuk/keluar, dll.
b. Suatu Pengujian: misalnya mengukur dimensi barang yang masuk,
memeriksa spesifikasi barang, dll.
c. Suatu penggunaan alat atau mesin: misalnya menggunakan alat berat
untuk mengangkut barang, dll.
Instruksi kerja dapat ditulis dalam berbagai bentuk, penyajian
instruksi kerja dibuat dalam bentuk sederhana, singkat dan jelas. Dan yang
sangat diperhatikan dalam pembuatan instruksi kerja adalah kepada siapa
instruksi kerja ditujukan.
Instruksi kerja merupakan uraian cara melaksanakan dan merekam
pekerjaan yang harus didokumentasikan. Instruksi kerja dapat berupa
uraian tertulis/narasi/deskripsi secara rinci, bisa berbentuk diagram alir
yang dilengkapi dengan keterangan rinci (flowchart), model instruksi dapat

52 52
juga berupa catatan teknis yang tergabung dalam gambar kerja, spesifikasi
teknis, berupa panduan instruksi alat, foto, video, daftar simak atau
gabungan.
Instruksi kerja juga menguraikan bahan, alat, dokumen apapun
yang akan digunakan.
a. Cara mengidentifikasi informasi dan instruksi kerja.
Langkah-kerja mengidentifikasi atau membuat sebuah daftar yang
berisi informasi dan instruksi kerja.
Caranya:
1) baca gambar, dan buat daftar jenis tahapan pekerjaan;
2) dari tahapan yang diperoleh lakukan penjabaran informasi apa
yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan yang sesuai
SOP;
3) dari informasi-informasi pekerjaan tersebut dapat dirinci instruksi-
instruksi kerja yang diperlukan.
b. Mengidentifikasi informasi dan instruksi kerja.
Mengidentifikasi atau membuat sebuah daftar yang berisi
informasi dan instruksi kerja dapat dilakukan untuk di setiap tahapan
pekerjaan, sebagai acuan mengidentifikasi tahapan pekerjaan melalui
gambar kerja, spesifikasi teknis dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Berikut ini daftar informasi dan instruksi kerja yang dapat
diidentifikasi untuk pekerjaan pelaksanaan bangunan gedung.
Tabel 2.4 Identifikasi Informasi dan Instruksi Kerja
Tahapan Informasi yang Instruksi Kerja yang
No
Pekerjaan Dibutuhkan Dibutuhkan
1 Persiapan - Kontrak kerja Perintah melaksanakan pek site
- Gambar kerja visit
- Spesifikasi tek Perintah melaksanakan
- Jadwal kerja pekerjaan landdering
- Metode kerja Perintah melaksanakan
mobilisasi
Perintah melaksanakan
pekerjaan pembuatan bangunan
sementara
Perintah melaksanakan
pekerjaan pengukuran dan
pematokan

53 53
Tahapan Informasi yang Instruksi Kerja yang
No
Pekerjaan Dibutuhkan Dibutuhkan
2 Pek Tanah - Gambar kerja Perintah melaksanakan
- Metode kerja pengadaan peralatan dan alat
- Jadwal kerja berat
- Jenis kerja Perintah melaksanakan pek.
penggalian
Perintah melaksanakan pek.
penimbunan dan pengangkutan,
Perintah melaksanakan pek.
pembuangan dan penimbunan
Perintah melaksanakan
pemeriksaan daya dukung
3 Pek Fondasi - Gambar kerja Perintah melaksanakan
- Spesifikasi tek pengesetan alat berat
- Jadwal kerja Perintah mobilisasi material
- Metode kerja fondasi ke lokasi
Perintah melaksanakan
pemancangan
Perintah melaksanakan pilecap,
Perintah melakukan
pemotongan tiang
Perintah melaksanakan
pekerjaan bekisting
Perintah melaksanakan pek.
pengecoran fondasi kelompok
Perintah melaksanakan pek.
pengeboran
Perintah melaksanakan pek.
pemasangan pembesian
Perintah melaksanakan pek.
pengecoran
4 Pek Struktur - Spesifikasi tek. Perintah melaksanakan pek.
- Gambar kerja pembetonan
- Metode kerja Perintah melaksanakan pek.
- Jadwal kerja pembesian
Perintah melaksanakan pek.
pasangan
Perintah melaksanakan
plesteran
Perintah melaksanakan pek.
konstruksi kayu

54
Tahapan Informasi yang Instruksi Kerja yang
No
Pekerjaan Dibutuhkan Dibutuhkan
Perintah melaksanakan
pemasangan perancah
Perintah pek. pengujian
laboratorium
5 Pek - Spesifikasi tek Perintah melaksanakan pek.
Arsitektur - Gambar kerja pemasangan pintu dan jendela
- Metode kerja Perintah melaksanakan
- Jadwal kerja pekerjaan pasang ubin
Perintah melaksanakan
pekerjaan pasang kloset
Perintah melaksanakan
pekerjaan pasang pipa
plambing
Perintah melaksanakan
pengecatan
Perintah melaksanakan
pekerjaan plafon
Perintah melaksanakan
pekerjaan instalasi listrik

2.6. PEMBUATAN DAFTAR SIMAK (CHECK LIST)


INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA
1. Bentuk/format daftar simak (check list) informasi dan instruksi kerja,
contoh bentuk daftar simak.
2. Prosedur pembuatan daftar simak (check list) Informasi dan instruksi
kerja.
a. Lakukan identifikasi jenis pekerjaan.
b. Terjemahkan setiap jenis pekerjaan membutuhkan informasi apa
saja.
c. Dan rinci instruksi kerja pada setiap informasi pekerjaan.
d. Buat daftar simak informasi dan instruksi kerja.
e. Laporkan daftar simak tersebut kepada atasan.

Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …

55
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
DAFTAR SIMAK PEKERJAAN ………………………………………
Instruksi Kerja
No Informasi Pekerjaan Persiapan
Bahan Alat SDM
1
2
3
4
5
6
Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh
Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

3. Pembuatan daftar (check list) informasi dan instruksi kerja. Unsur-


unsur yang harus masuk dalam daftar simak meliputi:
a. nama proyek;
b. nilai proyek/biaya;
c. asal biaya;
d. nama konsultan;
e. nama kontraktor pelaksana;
f. waktu pelaksanaan proyek;
g. isi yang dalam daftar simak:
1) nomor,
2) jenis uraian pekerjaan,
3) instruksi kerja (mulai, berhenti, selesai),
h. yang membuat daftar simak;
i. yang mengesahkan.
Contoh daftar simak (checklist) informasi dan instruksi kerja:

56
Contoh Daftar Simak:
a. daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan persiapan;
b. daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan tanah;
c. daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan fondasi;
d. daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan struktur;
e. daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan arsitektur;
f. daftar simak (checklist) pekerjaan laporan akhir.
Daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan persiapan:
Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
DAFTAR SIMAK PEKERJAAN PERSIAPAN
Instruksi Kerja
No Informasi Pekerjaan Persiapan
Bahan Alat SDM
1 Pekerjaan mobilisasi
2 Pekerjaan pengukuran lapangan
3 Pekerjaan land clearing
4 Pekerjaan pembuatan bangunan sementara
5 Pekerjaan pematokan/bowplank
6 Pengadaan material

Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh


Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

57
Daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan tanah:
Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
DAFTAR SIMAK PEKERJAAN TANAH
Instruksi Kerja
No Informasi Pekerjaan Persiapan
Bahan Alat SDM
1 Mobilisasi alat ke lokasi
2 Mobilisasi tenaga operator
3 Pekerjaan galian dan timbunan
4 Pekerjaan penggusuran/penyimpanan tanah
5 Pekerjaan pemadaman
6 Pekerjaan uji kepadatan tanah

Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh


Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

58
Daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan pasangan fondasi:
Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
DAFTAR SIMAK PEKERJAAN PASANGAN FONDASI
Instruksi Kerja
No Informasi Pekerjaan Persiapan
Bahan Alat SDM
1 Pekerjaan persiapan peralatan & alat berat
2 Pekerjaan persiapan material fondasi di
lokasi pemasangan
3 Pekerjaan pemancangan
4 Pekerjaan pengeboran
5 Pekerjaan pemotongan dan penyambungan
6 Pekerjaan pile cap
7 Pekerjaan pengecoran fondasi kelompok
Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh
Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

59
Daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan struktur:
Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
DAFTAR SIMAK PEKERJAAN STRUKTUR
Instruksi Kerja
No Informasi Pekerjaan Struktur
Bahan Alat SDM
1 Persiapan pekerjaan struktur
2 Pekerjaan beton
3 Pekerjaan kayu
4 Pekerjaan pembesian
5 Pekerjaan instalasi
6 Pekerjaan …

Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh


Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

60
Daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan arsitektur:
Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
DAFTAR SIMAK PEKERJAAN ARSITEKTUR
Instruksi Kerja
No Informasi Pekerjaan Arsitektur
Bahan Alat SDM
1 Persiapan pekerjaan arsitektur
2 Pekerjaan dinding
3 Pekerjaan atap
4 Pekerjaan plafon
5 Pekerjaan pasang ubin
6 Pekerjaan batu permukaan
7 Pekerjaan pengecatan
8
9
Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh
Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

61
Daftar simak (checklist) untuk jenis pekerjaan pelaporan:
Nama Proyek
PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG
Nomor Proyek
Biaya Rp …
Dari APBD daerah tk
Nama Konsultan
Nama Kontraktor
PT ……………………………...
Waktu Pekerjaan
DAFTAR SIMAK PEKERJAAN PELAPORAN
Instruksi Kerja
No Informasi Pekerjaan Persiapan
Bahan Alat SDM
1 Persiapan pekerjaan pelaporan
2 Pengumpulan data
3 Penyusunan laporan harian, mingguan dan
bulanan
4 Komunikasi dengan pihak lain
5 Komunikasi dengan pihak luar
6

Mengetahui, menyetujui dikerjakan oleh


Manajer Lapangan Pelaksana Lapangan

(……………………….) (……………………….)

2.7. PEMERIKSAAN KESESUAIAN DAFTAR SIMAK


INFORMASI DAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KONDISI
LAPANGAN
1. Maksud dan tujuan pemeriksaan kesesuaian daftar simak (checklist)
informasi dan instruksi kerja.
Maksud dilakukan pemeriksaan kesesuaian daftar simak
(chechklist) informasi dan instruksi kerja adalah untuk mengetahui
apakah:

62 62
a. apakah tahapan pekerjaan dilaksanakan sesuai SOP;
b. apakah instruksi kerja dipatuhi;
c. apakah kondisi lapangan sesuai dengan gambar kerja.
Tujuan dilakukan pemeriksaan kesesuaian daftar simak (checklist)
informasi dan instruksi kerja adalah untuk menemukan tingkat
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Cara memeriksa kesesuaian daftar simak informasi dan instruksi kerja
dengan kondisi lapangan.
a. Pilih pekerjaan yang akan diperiksa daftar simaknya.
b. Menyiapkan daftar simak.
c. Memeriksa isi daftar simak.
d. Pergi ke lokasi pekerjaan yang sesuai dengan daftar simak.
e. Lakukan pemeriksaan.
3. Pemeriksaan kesesuaian daftar simak (checklist) informasi dan
instruksi kerja dengan kondisi di lapangan.
a. Siapkan daftar simak yang akan diperiksa kesesuainnya.
b. Lakukan pemeriksaan isi daftar simak tersebut.
c. Cocokkan daftar simak dengan kondisi lapangan sesungguhnya.
d. Catat ketidaksesuaiannya.
e. Lakukan tindakan atas temuan ketidak sesuaian tersebut.
4. Pemeriksaan kesesuaian daftar simak (checklist) informasi dan
instruksi kerja dengan kondisi di lapangan.
Prosedur atau tata cara pemeriksaan daftar simak (checklist)
informasi dan instruksi kerja dengan kondisi lapangan adalah sebagai
berikut.
a. Siapkan daftar simak yang akan diperiksa kesesuaiannya dengan
kondisi lapangan.
b. Periksa lokasi kerja lapangan yang sesuai dengan daftar simak
yang akan dilakukan pemeriksaan kesesuaiannya di lapangan.
c. Datangi dan periksa dengan teliti kondisi lapangan terkait dengan
pekerjaan yang terdapat dalam daftar simak.
d. Beri tanda cek poin pada jenis pekerjaan yang sesuai dengan daftar
simak.

63 63
e. Untuk pekerjaan yang tidak sesuai dengan daftar simak beri
catatan ketidaksesuaiannya;
f. Laporkan hasil pemeriksaan tersebut kepada atasan langsung.

2.8. KOMUNIKASI INSTRUKSI KERJA KEPADA BAWAHAN


1. Sosialisasi daftar simak informasi dan instruksi kerja kepada
bawahan
a. Maksud dan tujuan sosialisasi daftar simak (checklist) informasi dan
instruksi kerja.
Sosialisasi daftar simak dilakukan maksudnya adalah untuk
memberikan acuan kepada para pekerja bahwa informasi dan instruksi
kerja digunakan sebagai acuan kerja.
Tujuan sosialisasi adalah agar setiap pekerjaan mendapatkan
informasi dan instruksi yang sama, sehingga diperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknis.
b. Cara/prosedur sosialisasi daftar simak informasi dan instruksi kerja:
1) siapkan informasi dan instruksi kerja;
2) kumpulkan semua pekerja;
3) lakukan sosialisasi daftar simak;
4) catat hasil sosialisasi dan laporkan.
c. Sosialisasi daftar simak (chekclist) informasi dan instruksi kerja
kepada bawahan:
1) siapkan informasi dan instruksi kerja;
2) kumpulkan semua pekerja;
3) sampaikan jenis pekerjaan yang harus dikerjakan kepada bawahan;
4) instruksikan kepada bawahan agar melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan prosedur;
5) dan kepada kepala-kepala tukang perlu memegang 1 daftar simak.
d. SOP sosialisasi daftar simak (checklist) informasi dan instruksi kerja
kepada bawahan:
1) sosialisasi dilakukan kepada bawahan;
2) sosialisasi dilakukan setiap hari sebelum pekerjaan dimulai, atau
jika ada pekerjaan tambah kurang;

64 64
3) sosialisasi dilakukan secara bersama-sama, dengan mengumpulkan
pekerjaan pada jam apel.
2. Evaluasi terhadap masukan pelaksanaan dan instruksi kerja
a. Tata cara mengevaluasi masukan tentang pelaksanaan dan instruksi
kerja.
1) Masukan terkait pelaksanaan dan instruksi kerja diterima.
2) Masukan tidak mengubah metodologi pelaksanaan pekerjaan.
3) Masukan belum terlambat pelaksanaan pekerjaannya.
b. Cara melakukan mengevaluasi masukan tentang pelaksanaan dan
instruksi kerja untuk mendapatkan pemecahannya.
1) Pelajari masukan tersebut dengan teliti.
2) Cocokkan masukan tersebut dengan laporan hasil pekerjaan.
3) Cocokkan masukan tersebut dengan program kerja dan syarat.
4) Buatlah usulan untuk penetapan tindak lanjut.
c. Melaksanakan evaluasi masukan tentang pelaksanaan dan instruksi
kerja untuk mendapatkan pemecahannya.
1) Mengevaluasi masukan berarti mencocokkan.
2) Mengevaluasi masukan berarti membandingkan.
3) Mengevaluasi masukan berarti membuat hasil penilaian.
d. Contoh hasil evaluasi masukan tentang pelaksanaan dan instruksi
kerja untuk mendapatkan pemecahannya.
Kendala dan pemecahan masalah di lapangan, kendala yang
biasanya muncul dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:
1) lokasi pekerjaan gedung dan akses jalan terdekat sulit dijangkau;
2) lokasi pekerjaan gedung yang tergenang air;
3) lokasi pekerjaan gedung untuk saluran air;
4) lokasi pekerjaan gedung belum memiliki daya dukung tanah yang
sesuai dengan spesifikasi teknis.
Seorang Pelaksana Lapangan dalam hal menemukan permasalahan
di lapangan seperti diuraikan di atas, harus bisa memberikan solusi
yang tepat agar tukang dapat mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
perintah.

65 65
Selain itu seorang pelaksana lapangan juga perlu memperhatikan
masukan dari tukang, dan masukan tersebut perlu dipertimbangkan
boleh atau tidaknya untuk dikerjakan.
Sekiranya permasalahannya cukup rumit dan sulit untuk
dilakukan, maka seorang pelaksana lapangan harus meminta
pertimbangan kepada manajer lapangan dan juga konsultan pengawas
untuk masalah yang dihadapi terkait dengan kesulitan pelaksanaan
pekerjaan.
Seorang pelaksana lapangan juga harus bisa mempertimbangkan
masukan dari tukang, dalam pelaksanaan pekerjaan gedung, dan harus
mampu mengambil keputusan untuk segera dapat dikerjakan oleh
tukang
3. Konfirmasi pelaksanaan instruksi kerja kepada bawahan
a. Maksud dan tujuan konfirmasi pelaksanaan instruksi kerja.
Maksud dan tujuan melaksanakan konfirmasi pelerkaan instruksi
kerja adalah untuk kros cek apakah instruksi kerja telah dilaksanakan
dengan baik, dan apakah instruksi kerja dilaksanakan tidak menemui
kendala.
b. Prosedur konfirmasi pelaksanaan instruksi kerja.
1) Instruksi kerja diterima.
2) Instruksi kerja dikaji dicocokkan dengan gambar kerja, spesifikasi
teknis dan metode kerja.
3) Instruksi kerja diterjemahkan menjadi pekerjaan-pekerjaan dan
disosialisasikan kepada bawahan.
4) Pelaksanaan instruksi kerja dipantau/dimonitor.
c. Pelaksanaan konfirmasi instruksi kerja kepada bawahan.
1) Instruksi kerja diterima.
2) Instruksi kerja dipelajari dan dicocokkan dengan kondisi lapangan.
3) Metode kerja untuk melaksanakan instruksi kerja dipilih.
4) Peralatan, bahan/material dan tenaga kerja yang akan
melaksanakan instruksi kerja disiapkan.
5) Instruksi kerja dilaksanakan.
6) Pelaksanaan instruksi kerja dimonitor.
7) Laporan hasil pelaksanaan instruksi kerja dibuat.

66 66
d. Contoh hasil pelaksanaan konfirmasi instruksi kerja kepada bawahan.
PEKERJAAN SURAT PERINTAH KERJA
PEKERJAAN FONDASI Nomor: ………………..……………
TIANG PANCANG Tanggal: …………………………….
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :………………………………………..
Jabatan :………………………………………..
Alamat :………………………………………..
Selanjutnya disebut PIHAK KESATU
Memberikan perintah untuk melaksanakan pekerjaan kepada:
Nama :………………………………………..
Jabatan :………………………………………..
Alamat :………………………………………..
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Macam pekerjaan :………………………………………..
Syarat pekerjaan :………………………………………..
Harga pekerjaan : Rp……………………………………
(……………………………………..)
Pembayaran : ………………………………………..
Waktu penyelesaian : ……………………………..

Banjarmasin, ……………....................

Pihak kedua Pihak kesatu:

(………………….) (…………………….)

67 67
4. Pelaksanaan koordinasi dengan unit-unit terkait
Kompetensi koordinasi dengan unit-unit terkait dalam pekerjaan
pelaksana gedung ini tidak dilakukan oleh seorang Pelaksana Lapangan,
melainkan oleh Manajer Lapangan.
Seorang Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung dalam melaksanakan
tugasnya, tidak melakukan koordinasi horizontal dengan sesama pelaksana
pekerjaan bidang lain, melainkan yang dilakukan adalah komunikasi.
Sedang koordinasi di antara pelaksana-pelaksana lapangan dilakukan
oleh manajer lapangan, dan manajer lapangan akan memberikan instruksi
kerja terkait dengan pekerjaan-pekerjaan yang saling berkaitan, meskipun
dalam praktiknya pelaksana lapangan sering melakukan tugas-tugasnya
seorang manajer dalam hal koordinasi tersebut.
a. Penyusunan rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan
unit-unit terkait
Maksud dan tujuan Penyusunan rencana koordinasi pelaksanaan
pekerjaan dengan unit-unit terkait.
Rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan unit terkait
disusun dimaksudkan guna mendapatkan gambaran tentang
pelaksanaan pekerjaan yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, sehingga tidak terjadi saling tumpang tindih, atau saling
mengharapkan.
Tujuan menyusun rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan
dengan unit terkait adalah untuk mendapatkan acuan baku untuk
melaksanakan pekerjaan, dan saling mendukung satu dengan lain.
b. Cara membuat rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan
dengan unit terkait.
Caranya adalah sebagai berikut.
1) Identifikasi setiap jenis pekerjaan yang membutuhkan informasi
dari pekerjaan yang terkoneksi.
2) Buat daftar kebutuhan informasi yang anda perlukan sebagai
seorang pelaksana pekerjaan gedung.
3) Mintakan izin kepada manajer lapangan sebelum anda melakukan
koordinasi dengan unit lain.

68 68
4) Buatlah gambar sketsa untuk melakukan koordinasi dengan unit
lain, agar unit yang lain juga akan melakukan hal yang sama,
khususnya bagian-bagian kesepakatan dalam koordinasi.
c. Membuat rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan
unit-unit terkait.
Rencana koordinasi dengan pihak terkait dibuat oleh manajer
lapangan, rencana koordinasi tersebut meliputi koordinasi terkait
dengan pengerahan alat, koordinasi terkait dengan tenaga kerja dan
koordinasi terkait dengan material.
Dalam hal ini seorang pelaksana lapangan bertugas
mempersiapkan rencana kerja pelaksanaan yang meliputi:
1) jenis pekerjaan;
2) program waktu pelaksanaan pekerjaan;
3) materi koordinasi dengan pihak terkait (dalam bentuk gambar, bisa
instruksi kerja);
4) menetapkan sifat koordinasi (memberikan informasi,
membutuhkan klarifikasi, membutuhkan persetujuan).
d. Contoh rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan unit
terkait.
1) Koordinasi pelaksanaan pekerjaan pasangan dinding dengan
pekerjaan instalasi listrik.
2) Koordinasi pelaksanaan pekerjaan dinding dengan pekerjaan
instalasi pipa plambing.
3) Koordinasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan
pemasangan lift, dll.
5. Koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan unit terkait
a. Maksud dan tujuan koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan unit
terkait.
Maksud dan tujuan koordinasi pelaksanaan pekerjaan ini adalah
untuk menginformasikan bahwa akan dilaksanakan pekerjaan
pembangunan unit-unit lain gedung di sekitar area unit berada.
b. Prosedur koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan unit terkait.
1) Instruksi kerja dan data pendukungnya disiapkan.

69 69
2) Peta lokasi kerja (denah kerja) disiapkan, dan lokasi yang akan
berdampak pada pekerjaan dengan unit lain di beri tanda.
3) Koordinasi dengan pihak terkait dilakukan.
4) Hasil koordinasi dilaporkan kepada atasan.
c. Koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan unit terkait.
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang pelaksana lapangan harus
selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak, dan koordinasi dilakukan
secara:
1) koordinasi horizontal adalah koordinasi yang dilakukan oleh
seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung dengan sesama
pelaksana pekerjaan yang lain, jika ada;
2) koordinasi vertikal adalah koordinasi yang dilakukan oleh seorang
pelaksana lapangan pekerjaan gedung dengan atasannya dan juga
dengan konsultan pengawas;
3) materi koordinasi biasanya berbentuk tahapan pekerjaan, dan
metode kerja, serta penggunaan peralatan kerja dan SDM;
4) jadwal koordinasi, seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung
secara periodik 1 minggu sekali harus melakukan koordinasi
dengan atasannya, hal ini dimaksudkan selain sebagai laporan hasil
kemajuan pekerjaan, koordinasi juga berupa review pekerjaan dan
sebagai evaluasi pelaksanaan pekerjaan;
5) tempat koordinasi dapat dilakukan di lapangan atau pun di kantor
proyek.
d. Contoh tata cara berkoordinasi pekerjaan dengan unit terkait pada
pekerjaan pasangan dinding dengan instalasi listrik.
1) Instalasi listrik dikoordinasi oleh pelaksana instalasi bangunan.
2) Dan pekerjaan dinding dikoordinasi oleh pelaksana lapangan
pekerjaan gedung.
3) Sebelum pasangan dikerjakan finishingnya, maka perlu
dikoordinasikan dengan pihak instalator.
4) Koordinasi berkaitan dengan letak titik-titik stop kontak, ataupun
saklar, maupun box MCB dan pembobokannya.

70 70
2.9. PEMERIKSAAN HASIL KOORDINASI PELAKSANAAN
PEKERJAAN DENGAN RENCANA SEMULA
1. Maksud dan tujuan pemeriksaan kesesuaian hasil koordinasi
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana semula.
Pemeriksaan hasil koordinasi pelaksanaan pekerjaan terhadap
kesesuaian rencana semula dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
pekerjaan yang akan berkaitan dengan pekerjaan unit lain sudah
saling diinformasikan dan disepakati bersama.
Tujuan pemeriksaan hasil koordinasi ini adalah agar dalam
pelaksanaan pekerjaan yang saling berkaitan satu dengan yang lain
tersebut terjadi saling membongkar dan saling memasang kembali.
2. Prosedur pemeriksaan kesesuaian hasil koordinasi pelaksanaan
pekerjaan dengan rencana semula.
a. Hasil koordinasi pelaksanaan pekerjaan disiapkan.
b. Sebelum dilakukan pemeriksaan kesesuaiannya, perlu dimintakan
izin kepada atasan langsung (manajer lapangan).
c. Hasil koordinasi diperiksa.
d. Buat instruksi kerja.
3. Melaksanakan pemeriksaan kesesuaian hasil koordinasi
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana semula.
a. Siapkan gambar kerja dan spesifikasi teknis pekerjaan yang
membutuhkan koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Buat daftar jenis pekerjaan yang membutuhkan koordinasi.
c. Siapkan butir-butir hasil kesepakatan dalam koordinasi.
d. Pemeriksaan pekerjaan hasil kesepakatan yang tersebut dengan
koordinasi dilakukan terhadap:
1) bahwa pekerjaan pokok tidak menyimpang dari gambar kerja,
2) pekerjaan pokok tidak menyimpang dari spesifikasi teknis.
e. Buat catatan hasil kesesuaian dengan gambar kerja semula dari
hasil pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hasil koordinasi.
4. Contoh prosedur pemeriksaan kesesuaian hasil koordinasi
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana semula.
a. Prosedur pemeriksaan pekerjaan dinding setelah dipasang instalasi
listrik, telepon dan pipa plambing.

71 71
b. Prosedur pemeriksaan pekerjaan dinding setelah dipasang lift
vertikal.

2.10. MELAKSANAKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK LUAR


Kompetensi koordinasi dengan pihak luar dalam pekerjaan pelaksana
gedung ini tidak dilakukan oleh seorang Pelaksana Lapangan, melainkan
oleh Manajer Lapangan.
Seorang Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung dalam melaksanakan
tugasnya, tidak melakukan koordinasi dengan pihak luar. Pekerjaan
koordinasi dengan pihak luar adalah tugas manajer lapangan dan manajer
proyek, dan pelaksana lapangan menyiapkan materi koordinasi.
1. Penyusunan rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan
pihak luar.
Maksud dan tujuan menyusun rencana koordinasi pelaksanaan
pekerjaan dengan pihak luar.
Maksud dan tujuan menyusun rencana koordinasi pelaksanaan
pekerjaan dengan pihak luar adalah untuk mendapatkan informasi
(bisa berupa kesepakatan) terkait dengan pekerjaan yang dalam
pelaksanaannya akan saling membutuhkan.
Cara membuat rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan
pihak luar.
a. Identifikasi jenis pekerjaan yang membutuhkan koordinasi dengan
pihak luar.
b. Buat daftar kebutuhan koordinasi yang perlukan sebagai seorang
pelaksana pekerjaan gedung.
c. Buat bahan koordinasi dan dengan siapa harus koordinasi.
d. Mintakan kepada manajer lapangan dan atau manajer proyek untuk
melakukan koordinasi dengan pihak luar sebelum melakukan
pekerjaan yang membutuhkan koordinasi tersebut dilakukan.
2. Membuat rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan
pihak luar.
Rencana koordinasi dengan pihak luar dibuat oleh manajer
lapangan dan atau manajer proyek, rencana koordinasi tersebut

72 72
meliputi koordinasi terkait dengan pengerahan alat, dan pemanfaatan
fasilitas umum sebagai dampak pengerahan alat.
Dalam hal ini seorang pelaksana lapangan bertugas
mempersiapkan rencana kerja pelaksanaan yang meliputi:
a. jenis pekerjaan,
b. program waktu pelaksanaan pekerjaan,
c. materi koordinasi dengan pihak luar (dalam bentuk surat izin),
d. menetapkan sifat koordinasi (memberikan informasi,
membutuhkan klarifikasi, membutuhkan persetujuan)
3. Contoh rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan pihak
luar.
a. Koordinasi pelaksanaan pekerjaan pengecoran pembetonan.
b. Koordinasi pelaksanaan pekerjaan pemancangan fondasi.
c. Koordinasi pelaksanaan pekerjaan dewatering.
d. Dan lain-lain.

2.11. KOORDINASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Maksud dan tujuan koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan
pihak luar.
Maksud dan tujuan koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan
pihak luar ini adalah untuk menginformasikan bahwa akan
dilaksanakan pekerjaan pembangunan gedung di sekitar area unit
berada.
Tujuannya agar pihak luar tahu bahwa di sekitar areal tersebut ada
pekerjaan, sehingga dampak dari pekerjaan dapat diminimalisasi.
2. Prosedur koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan pihak luar.
a. Instruksi kerja dan data pendukungnya disiapkan.
b. Peta lokasi kerja (denah kerja) disiapkan, dan lokasi yang
berdampak pada pekerjaan dengan pihak luar di beri tanda.
c. Koordinasi dengan pihak luar dilakukan.
d. Hasil koordinasi dilaporkan kepada atasan.

73 73
3. Koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan pihak luar.
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang pelaksana lapangan harus
selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk dengan pihak
luar, dan koordinasi dilakukan secara berikut.
a. Koordinasi horizontal adalah koordinasi yang dilakukan oleh
seorang pelaksana lapangan pekerjaan bronjong dengan sesama
pelaksana pekerjaan yang lain, jika ada.
b. Koordinasi Vertikal adalah koordinasi yang dilakukan oleh
seorang pelaksana lapangan pekerjaan bronjong dengan atasannya
dan juga dengan konsultan pengawas.
c. Materi koordinasi biasanya berbentuk tahapan pekerjaan, dan
metode kerja, serta penggunaan peralatan kerja dan SDM.
d. Jadwal koordinasi, seorang pelaksana lapangan pekerjaan bronjong
secara periodik 1 minggu sekali harus melakukan koordinasi
dengan atasannya, hal ini dimaksudkan selain sebagai laporan hasil
kemajuan pekerjaan, koordinasi juga berupa review pekerjaan dan
sebagai evaluasi pelaksanaan pekerjaan.
e. Tempat koordinasi dapat dilakukan di lapangan ataupun di kantor
proyek.
4. Contoh tata cara berkoordinasi pekerjaan dengan pihak luar
Contoh tata cara berkoordinasi pekerjaan dengan pihak luar,
pekerjaan pengecoran yang membutuhkan fasilitas jalan raya sebagai
tempat untuk penumpukan antrean molen material cor beton dan alat
penyedot material cor:
a. menyiapkan surat koordinasi antara pihak pelaksana bangunan
gedung dengan pihak luar;
b. menyiapkan lokasi tempat pengecoran, dan tempat penumpukan
antrian kendaraan molen;
c. setelah semua persyaratan hasil koordinasi telah diperoleh,
persiapan pekerjaan pengecoran dilaksanakan;
d. instruksi kerja pelaksanaan pekerjaan pengecoran dikeluarkan oleh
manajer proyek.

74 74
2.12. PEMERIKSAAN HASIL KOORDINASI PELAKSANAAN
PEKERJAAN DENGAN RENCANA SEMULA
1. Maksud dan tujuan pemeriksa an kesesuaian hasil koordinasi
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana semula.
Pemeriksaan hasil koordinasi pelaksanaan pekerjaan terhadap
kesesuaian rencana semula dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
pekerjaan yang akan berkaitan dengan pekerjaan unit lain sudah
saling diinformasikan dan disepakati bersama.
Tujuan pemeriksaan hasil koordinasi ini adalah agar dalam
pelaksanaan pekerjaan yang saling berkaitan satu dengan yang lain
tersebut terjadi saling membongkar dan saling memasang kembali.
2. Prosedur pemeriksa an kesesuaian hasil koordinasi pelaksanaan
pekerjaan dengan rencana semula.
a. Instruksi kerja dan data pendukungnya disiapkan.
b. Peta lokasi kerja (denah kerja) disiapkan, dan lokasi yang
berdampak pada pekerjaan dengan pihak luar di beri tanda.
c. Koordinasi dengan pihak luar dilakukan.
d. Hasil koordinasi dilaporkan kepada atasan.
3. Pelaksanaan pemeriksaan kesesuaian hasil koordinasi
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana semula.
a. Siapkan gambar kerja dan spesifikasi teknis pekerjaan yang
membutuhkan koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan dengan
pihak luar.
b. Buat daftar jenis pekerjaan yang membutuhkan koordinasi.
c. Siapkan butir-butir hasil kesepakatan dalam koordinasi.
d. Pemeriksaan pekerjaan hasil kesepakatan yang tersebut dengan
koordinasi dilakukan terhadap:
1) bahwa pekerjaan pokok tidak menyimpang dari gambar kerja,
2) pekerjaan pokok tidak menyimpang dari spesifikasi teknis.
e. Buat catatan hasil kesesuaian dengan gambar kerja semula dari
hasil pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hasil koordinasi.

75 75
4. Contoh
a. Pekerjaan pengecoran pembetonan dengan volume yang cukup
besar, maka dibutuhkan koordinasi dengan pihak lain seperti
dengan pihak lalulintas jalan, dengan lingkungan karena bising.
b. Pekerjaan pemacangan fondasi tiang, perlu koordinasi dengan
pihak lain seperti dengan pengelola gedung di sebelahnya, atau
dengan lingkungan sekitar karena kebisingannya.
c. Dan pekerjaan yang lain.

2.13. PENUTUP
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung mengacu kepada SKKNI Ahli
untuk Bangunan Gedung, yang dalam penjabarannya kepada program
pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi
(KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengidentifikasi Unit-unit
Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
merupakan dasar rumusan penyusunan kurikulum dan silabus.
Bab ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam
pelatihan/pembekalan uji kompetensi sebagai upaya memenuhi
kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja sebagai seorang
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung, sehingga dimungkinkan adanya
tambahan materi-materi lainnya untuk lebih meningkatkan kompetensi dari
standar yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja.
Bab ini pada dasarnya disusun melalui beberapa tahapan di
antaranya pengalaman penyusun selama memberikan pelatihan/
pembekalan serupa, baik yang dilaksanakan oleh Balai Jasa Konstruksi
maupun dari kementerian PUPR untuk persiapan uji kompetensi tenaga
kerja yang bersangkutan, praktikum di bengkel kerja/Workshop yang
melibatkan para instruktur lainnya.
Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dalam proses
penyusunan bab ini, dan seiring dengan perkembangan dan dinamika
teknologi konstruksi ke depan, maka tetap diupayakan penyesuaian dan
perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan dilaksanakannya pelatihan

76 76
di lapangan melalui respons peserta pelatihan, instruktur, asesor serta
semua pihak.

2.14. EVALUASI MANDIRI


Pilih jawaban ya atau tidak dengan memberi tanda ceklis () pada kolom
jawaban yang anda anggap tepat.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk
Apakah anda dapat mengidentifikasi Informasi dan instruksi
1
kerja dengan benar?
Apakah anda dapat membuat informasi dan instruksi kerja
2
dalam bentuk daftar simak (check list)?
Apakah anda dapat memeriksa kesesuaian daftar simak
3 informasi dan instruksi kerja dengan kondisi lapangan untuk
menghindari kesalahan pekerjaan?
Apakah anda dapat menyosialisasikan daftar simak informasi
4
dan instruksi kerja kepada bawahan?
Apakah anda dapat mengevaluasi masukan tentang pelaksanaan
5
dan instruksi kerja untuk mendapatkan pemecahannya?
Apakah anda dapat mengevaluasi Pelaksanaan instruksi kerja
6
yang sudah dikonfirmasi kepada bawahan?
Apakah anda dapat menyusun rencana koordinasi pelaksanaan
7
pekerjaan dengan unit – unit terkait?
Apakah anda dapat melakukan koordinasi pelaksanaan pekrunit
8
– unit terkait sesuai jadwal?
Apakah anda dapat memeriksa kesesuaian hasil koordinasi
9
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana semula?
Apakah anda dapat menyusun rencana koordinasi pelaksanaan
10
pekerjaan dengan pihak luar?

2.15. EVALUASI PILIHAN GANDA


Pilih jawaban dengan memberi tanda silang (×) pada huruf jawaban yang
anda anggap paling tepat.
1. Berikut ini adalah informasi kerja yang dapat dihimpun dari gambar
kerja, kecuali…
a. Titik BM
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Kebutuhan alat

77 77
d. Ukuran bangunan
e. Kebutuhan material
2. Yang berhak untuk mengevaluasi masukan tentang pelaksanaan dan
instruksi kerja…
a. Pemilik pekerjaan
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Pelaksana lapangan
d. Konsultan pengawas
e. Manajer lapangan
3. Berikut ini prosedur pemeriksaan kesesuaian daftar simak informasi
dan instruksi kerja kondisi lapangan, kecuali…
a. Tidak ada jawaban yang benar
b. Siapkan catatan
c. Mencocokkan isi daftar simak dengan kondisi di lapangan
d. Laporan hasil pemeriksaan daftar simak kepada atasan
e. Tetapkan pekerjaan yang akan diperiksa daftar simaknya
4. Berikut ini adalah instruksi kerja yang terkait dengan pekerjaan
persiapan, kecuali…
a. Perintah memindahkan titik BM
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Perintah memasang bpwplank
d. Perintah melakukan pengukuran lokasi
e. Perintah mengumpulkan laporan proyek
5. Dari pekerjaan persiapan dapat disusun sumber informasi kerja seperti
berikut ini, kecuali…
a. SOP
b. Spesifikasi teknis
c. Kontrak kerja
d. Gambar kerja
e. Semua jawaban tidak benar
6. Siapa yang berwenang untuk mengesahkan daftar simak (checklist)
informasi dan instruksi kerja, pilih salah satu…
a. Tukang
b. Tidak ada jawaban yang benar

78 78
c. Manajer lapangan
d. Pelaksana lapangan
e. Manajer proyek
7. Berikut ini adalah instruksi kerja yang dapat disusun dari informasi
kerja terkait dengan kebutuhan alat dan peralatan kerja kecuali…
a. Menghitung volume kebutuhan peralatan tukang
b. Menghitung volume kebutuhan peralatan dan alat berat untuk
pekerjaan persiapan
c. Menghitung volume kebutuhan peralatan dan alat berat untuk
pekerjaan galian dan timbunan
d. Menghitung volume kebutuhan peralatan dan alat berat untuk
pekerjaan tanah
e. Tidak ada jawaban yang benar
8. Sasaran sosialisasi daftar simak (checklist) informasi dan instruksi
kerja…
a. Manajer lapangan
b. Tukang dan pembantu tukang
c. Manajer proyek
d. Pelaksana lapangan
e. Tidak ada jawaban yang benar
9. Berikut ini adalah instruksi kerja yang terkait pekerjaan persiapan,
kecuali…
a. Tidak ada jawaban yang benar
b. Perintah memindahkan titik BM ke lokasi proyek
c. Perintah mengumpulkan laporan proyek
d. Perintah memasang bowplank
e. Perintah melakukan pengukuran lokasi proyek
10. Siapa menugasi untuk mengidentifikasi informasi kerja…
a. Manajer lapangan
b. Tukang dan pembantu tukang
c. Manajer proyek
d. Pelaksana lapangan
e. Tidak ada jawaban yang benar

79 79
2.16. DAFTAR PUSTAKA
Bambang Suranto HS, S.Pd, Agustinus Bambang Utoyo, S.Pd, dan
Sugeng, S.Pd, Kontribusi Komunikasi di Tempat Kerja, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2005.
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya,
Bandung. 2007.
Jasmin, SH, MH, Kerja Sama Tim (Teamwork), 2010, http://jobsdb.com,
2010.
Protonema, K3 Dalam Teamwork yang Baik, http://istunugroho
07.blogspot.com, 2010.
WHO, Komunikasi, Keterampilan Manajerial SPMK Jakarta, 2003.

80 80
MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah selesai mempelajari bab ini diharapkan pembaca memiliki
kemampuan untuk menginterpretasikan gambar kerja dan spesifikasi
teknis, menyusun program kerja pelaksanaan pekerjaan, melaksanakan
mobilisasi sumber daya.

3.2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah selesai mempelajari materi dalam bab ini peserta akan mampu:
1. Menginterpretasikan gambar kerja dan spesifikasi teknis.
2. Menyusun program kerja pelaksanaan pekerjaan.
3. Melaksanakan mobilisasi sumber daya.

3.3. UMUM
Sebelum pekerjaan pembangunan gedung di mulai, untuk menjamin
lancarnya pelaksanaan pekerjaan, maka perlu diperhatikan hal-hal yang
mempengaruhinya pekerjaan persiapan, antara lain sebagai berikut.
1. Jalan masuk (access road)
Untuk keperluan transportasi/pengangkutan raw material, fabriccated
material, peralatan dan lain-lain, maka diperlukan access road yang cukup
memadai, baik lebarnya maupun kekuatan. Access Road ini ditinjau dari
lokasinya ada dua, yaitu:
a. Off site access
Jaringan jalan yang ada di luar lokasi dimanfaatkan sebagai access
road.
Untuk ini perlu diketahui hal-hal sebagai:
1) apakah ada yang perlu pelebaran;
2) apakah ada yang perlu perkuatan;

81 81
3) apakah ada peraturan lalulintas atau peraturan daerah yang perlu
diperhatikan.
b. On site access
Di dalam lokasi sendiri, diperlukan juga jalan untuk transportasi
dalam lokasi dan pergerakan peralatan yang digunakan. On site access
ini perlu direncanakan sebaik-baiknya, terutama untuk mengetahui
timbulnya gangguan di dalam lokasi seperti:
1) gangguan di atas (over head obstruction);
2) gangguan di permukaan tanah (ground obstruction);
3) gangguan di bawah tanah (underground obstruction).
Perencanaan access ini menjadi satu kesatuan dalam perencanaan
site (site plan)
2. Perencanaan site (Site Plan)
Lahan pada lokasi proyek, perlu direncanakan sebaik-baiknya untuk
keperluan menampung dan mengatur seluruh kegiatan yang ada di lokasi
meliputi:
a. kantor-proyek (offices),
b. gudang (terbuka dan tertutup),
c. barak kerja tempat fabrikasi,
d. on site access,
e. fasilitas-fasilitas kerja lain, seperti car wash.
Bila lahan lokasi proyek sangat terbatas, maka perlu pemanfaatan
lahan lain yang berdekatan atau bila terpaksa menggunakan lahan
bangunan permanen secara sementara dengan penjadwalan yang detail dan
rinci, agar tidak terlalu mengganggu kelancaran pekerjaan.
3. Pedoman pengukuran
Agar bangunan dapat diletakkan pada posisi yang diinginkan sesuai
rencana maka diperlukan pedoman-pedoman pengukuran, di antaranya
adalah:
a. Pedoman titik koordinat, hal ini diambil dari “Bench Mark” (BM)
yang ada di sekitar/di dekat lokasi atau berpedoman pada bangunan
yang telah ada.

82 82
b. Pedoman elevasi, untuk dapat menetapkan elevasi ± 0,00 untuk
bangunan tersebut.
Kedua pedoman tersebut harus selalu dijaga agar tidak mengalami
perubahan dan senantiasa harus dicek kernbali, sampai dengan pedoman
tersebut telah dipindahkan pada bagian bangunan yang telah dilaksanakan,
secara tetap.
4. Alat angkat
Kegiatan transportasi vertikal merupakan jantung kegiatan
pelaksanaan pembangunan gedung, oleh karena itu pemilihan alat angkat
yang digunakan serta letak dan pergerakannya perlu ditetapkan/
direncanakan lebih dahulu.
5. Jenis alat angkat
Objek yang diangkat, maka alat angkat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Alat angkat barang-barang kecil dan tenaga kerja orang yaitu:
passenger hoist. Passenger hoist ini berbentuk boks yang tertutup dan
memiliki pintu untuk keluar masuk, dan dilayani oleh seorang
operator di dalamnya untuk mengoperasikannya. Boks tersebut
bergerak secara vertical pada tiang rangka baja yang menempel pada
gedung.
b. Alat angkut barang-barang besar dan berat, yaitu: mobile crane dan
atau tower crane. Mobile crane ada dua jenis yaitu wheel (roda ban)
dan crawler (rantai baja), biasanya digunakan untuk mengangkat
barang yang tidak tinggi (2 atau 3 lantai). Sedangkan tower crane,
digunakan untuk transportasi vertikal pada pelaksanaan gedung
bertingkat tinggi. Tower crane ada tiga jenis, yaitu:
1) Static base crane, berdiri secara tetap pada fondasi dan untuk
kekakuannya diangker ke bagian gedung yang selesai dibangun.
2) Rail mounted crane atau traveling crane, berdiri bebas dan dapat
bergerak sepanjang rail yang ada.
3) Climbing crane, bergerak ke atas dengan bertumpu pada lantai
bangunan yang telah selesai dan terletak di tengah-tengah gedung
yang dibangun. Kapasitas tower crane tergantung dan jenis dan
tipe tower crane, serta panjang lengan pada saat mengangkat

83 83
(makin panjang lengan angkatnya, kemampuan angkatnya
menurun).
c. Letak alat angkat. Untuk mobile crane, karena sifatnya yang dapat
bergerak bebas, tidak tergantung pada letaknya. Tetapi yang perlu
dipikirkan adalah manuver/pergerakannya efisien atau tidak.
Sedangkan untuk tower crane dan passenger hoist, perlu
direncanakan letaknya secara tepat karena akan mempengaruhi
produktivitas kerja.
1) Letak passenger hoist
Letak passenger hoist diupayakan.
a) Sedekat mungkin dengan pusat dan daerah yang dilayani.
b) Tidak terlalu banyak mengganggu kegiatan pekerjaan finishing.
2) Letak tower crane climbing crane
Letak tower crane diupayakan sebagai berikut.
a) Memiliki daerah pelayanan yang maksimal.
b) Dapat memanfaatkan struktur bangunan sebagai fondasi.
c) Over swing tower crane tidak mengganggu pihak lain (seperti
bangunan, jalan raya, jalan kereta api, dan lain-lain).
Khusus climbing crane, struktur tempat berpijaknya harus
cukup kuat menahan climbing crane selama operasi.

3.4. INTERPRETASI GAMBAR KERJA DAN SPESIFIKASI


TEKNIS
Seseorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung di dalam melaksanakan
tugasnya, harus mampu membaca gambar kerja secara cermat dan teliti,
sehingga mampu membuat instruksi kerja secara benar.
Spesifikasi teknis sebagai acuan baku mutu bagi seorang pelaksana
lapangan dalam mengendalikan pekerjaan, baik mutu waktu, mutu
material, mutu tenaga maupun mutu biaya.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pelaksana
lapangan dalam membaca gambar kerja meliputi:
1. mengidentifikasi gambar kerja dan spesifikasi teknis;

84 84
2. memeriksa kesesuaian gambar kerja dan spesifikasi teknis dengan
prosedur;
3. membuat hasil pemeriksaan gambar kerja dan spesifikasi teknis
menjadi acuan gambar pekerjaan.

3.4.1. Mengidentifikasi Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis


1. Jenis gambar kerja dan spesifikasi teknik
Jenis gambar kerja yang diperlukan oleh seorang pelaksana
lapangan pekerjaan gedung meliputi: (1) Gambar situasi, (2) Gambar
denah, (3) Gambar perspektif, (4) Gambar detail.
Fungsi gambar kerja adalah sebagai acuan untuk seorang
pelaksana dalam memberikan arahan kepada tukang dan pekerja, dan
gambar kerja menjadi pedoman kerja untuk tukang.
2. Pengertian dan fungsi spesifikasi teknis
Spesifikasi teknis adalah persyaratan khusus yang harus dipenuhi
oleh pelaksana pekerjaan, baik dari sisi dimensi strukturnya, kualitas,
maupun kuantitasnya. Persyaratan khusus ini erat hubungannya
dengan persyaratan mutu material, persyaratan mutu alat dan alat
berat, SDM, serta dimensi struktur.
3. Cara mengidentifikasi gambar kerja
Langkah kerja mengidentifikasi gambar kerja meliputi:
a. gambar kerja dapat diidentifikasi dari gambar rencana;
b. gambar kerja juga dapat diidentifikasi dari dokumen kontrak;
c. gambar kerja juga dapat diidentifikasi dari spesifikasi teknis;
d. identifikasi gambar kerja meliputi:
1) gambar site plan;
2) gambar denah lantai;
3) gambar perspektif (potongan bangunan)
4) gambar kerja pekerjaan fondasi;
5) gambar kerja pekerjaan pembetonan;
6) gambar kerja pekerjaan bekisting, perancah/scaffolding;
7) gambar kerja pekerjaan kosen dan pintu/jendela;
8) gambar kerja pekerjaan atap;
9) gambar kerja pekerjaan plafon;

85 85
10) gambar kerja pekerjaan instalasi;
11) gambar kerja pekerjaan plambing;
12) gambar kerja pekerjaan instalasi pemadam kebakaran.
4. Cara mengidentifikasi spesifikasi teknis
Langkah kerja mengidentifikasi teknis meliputi:
a. siapkan spesifikasi teknis yang akan diidentifikasi;
b. baca dengan teliti spesifikasi teknis dan catat syarat khusus
material, peralatan dan alat berat, dan persyaratan tenaga kerja
yang dibutuhkan;
c. dari spesifikasi juga dapat diidentifikasi metode kerja;
d. dari spesifikasi teknis juga dapat diidentifikasi persyaratan mutu.
5. Contoh hasil identifikasi spesifikasi teknis
Tabel 3.1 Contoh Identifikasi Spesifikasi Material Beton untuk
Bangunan Gedung:
Karakteristik
No Jenis Beton Dimensi
Beton Besi
1 Pilecap K 400 U 32
2 Beton Balok Lt I 40 x 60 K 400 U 32
3 Beton Balok Lt II 40 x 60 K 400 U 32
4 Beton Balok Lt III 40 x 40 K 400 U 32
5 Beton Kolom Lt I 60 x 60 K 400 U 32
6 Beton Kolom Lt II 60 x 60 K 400 U 32
7 Beton Kolom Lt III 50 x 50 K 300 U 32
Dst ……………..

3.4.2. Memeriksa Kesesuaian Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis


dengan Prosedur
1. Maksud dan tujuan pemeriksaan gambar kerja
Maksud melakukan pemeriksaan gambar kerja adalah untuk
mencocokkan kesesuaian gambar kerja dengan kondisi lapangan.
Apabila ternyata kondisi lapangan tidak sesuai dengan gambar kerja,
maka seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung harus membuat
gambar ketidakcocokan tersebut kemudian dilaporkan kepada
atasannya yaitu manajer lapangan untuk dibuatkan gambar kerja
revisi, dan disetujui oleh GM dan pemberi tugas.

86 86
Tujuan melakukan pemeriksaan gambar kerja adalah untuk
mendapatkan gambar kerja yang telah disepakati untuk dijadikan
acuan pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pelaksana.
2. Prosedur pemeriksaan spesifikasi teknis
Prosedur atau tata cara pemeriksaan spesifikasi teknis untuk
pekerjaan pelaksana pekerjaan gedung adalah seperti berikut.
a. Pemeriksaan dilakukan terhadap ukuran (dimensi), kualitas dan
kuantitas material bangunan.
b. Pemeriksaan dilakukan terhadap kualitas dan kuantitas peralatan
dan alat berat yang diperlukan.
c. Pemeriksaan dilakukan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga
kerja.
d. Jika ternyata ada spesifikasi yang tidak sesuai, atau sulit untuk
dipenuhi, maka seorang pelaksana lapangan harus melaporkan
kepada atasannya yaitu manajer lapangan, agar dicarikan
solusinya, dan mendapatkan persetujuan dari GM dan Pemberi
tugas.
3. Pemeriksaan gambar kerja sesuai dengan prosedur
Seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung ketika melakukan
pemeriksaan gambar kerja, melakukan prosedur seperti berikut.
a. Melakukan periksaan bahwa gambar kerja yang dibutuhkan
benarbenar lengkap (siteplan, denah, gambar perspektif, gambar
detail-detail bagian struktur).
b. Memeriksa bentuk bangunan.
c. Memeriksa dimensi/ukuran struktur.
d. Memilih metode kerja yang sesuai.
4. Mempraktikkan cara memeriksa gambar kerja sesuai dengan
prosedur.

87 87
Gambar 3.1 Denah Lantai Bawah

Dari gambar denah seperti di atas ini perlu diperhatikan sebagai


berikut.
a. Ukuran (dimensi) ruangan dan dinding.
b. Letak pintu dan jendela.
c. Letak kolom-kolom utama dan dimensinya.
d. Letak tangga dan arah naiknya.
e. Letak kamar mandi dan WC.
f. Letak alat angkut vertikal/lift.
g. Perbedaan tinggi lantai.
h. Arah pintu utama dll.
Seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung harus mampu
membuat daftar hasil pemeriksaan gambar kerja secara rinci.

88 88
5. Pemeriksaan spesifikasi teknis sesuai dengan prosedur.
Jenis spesifikasi teknis untuk pekerjaan gedung meliputi:
a. spesifikasi mutu material,
b. spesifikasi mutu alat dan alat berat,
c. spesifikasi tenaga kerja.
6. Mempraktikkan cara memeriksa spesifikasi teknis sesuai dengan
prosedur.
a. Spesifikasi teknis biasanya terdiri atas:
1) mutu bahan/material,
2) metode kerja,
3) sumber daya manusia,
4) spesifikasi alat.
b. Periksalah apakah item yang ada di atas sudah lengkap.
c. Buatlah daftar jenis material dengan kualifikasinya.
d. Buatlah daftar jenis peralatan dan alat berat dengan kualifikasinya.
e. Buatlah daftar jenis tenaga kerja yang dibutuhkan setiap tahapan
pekerjaan.

3.4.3. Pembuatan Hasil Pemeriksaan Gambar Kerja dan Spesifikasi


Teknis sebagai Acuan Gambar Pekerjaan
1. Manfaat hasil pemeriksaan gambar kerja dan spesifikasi teknis.
Manfaat hasil pemeriksaan gambar kerja, adalah untuk acuan
pegangan bagi pelaksana lapangan melaksanakan tugasnya.
Sebagai contoh:
Dalam pekerjaan pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung gambar
kerja yang digunakan sebagai acuan kerja adalah meliputi: gambar
denah, gambar lantai, gambar perspektif, gambar potongan/tampak,
gambar pasangan, gambar detail pembetonan, gambar detail pekerjaan
kosen, gambar detail pekerjaan atap dan plafon dll.
Manfaat hasil pemeriksaan spesifikasi teknis adalah untuk
mendapatkan kepastian acuan mutu yang diminta.
Sebagai contoh:
Dalam pekerjaan pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung
spesifikasi teknik untuk pekerjaan fondasi ditetapkan fondasi tiang

89 89
pancang, dimensi tiang, kedalaman perancangan, pemotongan dan
atau penyambungan, alat berat untuk memancang, jumlah titik
pancang dll.
2. Prosedur menggunakan hasil pemeriksaan gambar kerja dan
spesifikasi teknis.
Hasil pemeriksaan gambar kerja dan spesifikasi teknis biasanya
menjadi pegangan bagi Manajer Proyek, manajer lapangan dan
Pemberi tugas untuk melakukan kontrol pekerjaan, oleh karena itu
penggunaannya oleh pelaksana lapangan harus melalui prosedur sbb:
a. Pelaksana lapangan pekerjaan gedung harus memiliki kopi hasil
pemeriksaan gambar kerja dan spesifikasi teknis yang sudah
diperbaiki dan disyahkan oleh yang berwenang.
b. Hasil pemeriksaan gambar kerja oleh seorang pelaksana lapangan
pekerjaan gedung dibuatlah instruksi-instruksi kerja kepada tukang
dan pekerja.
c. Hasil pemeriksaan spesifikasi teknis oleh seorang pelaksana
lapangan pekerjaan gedung dibuatlah sebuah acuan baku untuk
mutu pekerjaan (material, alat & alat berat, tenaga kerja).
d. Hasil pemeriksaan gambar kerja tersebut digunakan oleh pelaksana
lapangan sebagai acuan untuk memonitor dan mengontrol
pekerjaan dari sisi dimensi dan bentuknya.
e. Hasil pemeriksaan spesifikasi teknis digunakan oleh seorang
pelaksana lapangan pekerjaan gedung untuk memeriksa
kualitas/mutu pekerjaan (material, dan peralatan & alat berat serta
jumlah tenaga kerja).
3. Penggunaan hasil pemeriksaan gambar kerja.
a. Hasil pemeriksaan gambar kerja akan digunakan untuk membuat
daftar jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh seorang
pelaksana lapangan.
b. Hasil pemeriksaan gambar kerja juga akan digunakan untuk
menghitung kebutuhan material, kebutuhan tenaga kerja kebutuhan
peralatan dan alat berat.
c. Hasil pemeriksaan gambar kerja juga akan digunakan sebagai
acuan membuat program kerja pelaksanaan pekerjaan.

90 90
4. Cara menggunakan hasil pemeriksaan gambar kerja.
a. Gambar denah lantai bawah di atas digunakan sebagai acuan untuk
membuat bangunan fondasi, dengan sudut-sudut pertemuan sesuai
jumlah kamar yang ada dalam gambar.
b. Dengan gambar denah lantai bawah, dapat digunakan untuk
menetapkan letak-letak kolom yang dibutuhkan dan ukuran kolom.
c. Dengan gambar denah lantai bawah, dapat digunakan untuk
menetapkan letak kosen pintu maupun jendela.
d. Dengan gambar denah lantai bawah, dapat digunakan untuk
menetapkan ketinggian lantai di setiap ruangan.
e. Dengan gambar denah lantai bawah, dapat digunakan untuk
menetapkan letak tangga maupun lift.
5. Penggunaan hasil pemeriksaan spesifikasi teknis.
a. Pengendalian mobilisasi material, alat dan peralatan.
b. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan persiapan.
c. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan tanah.
d. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan fondasi.
e. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan struktur.
f. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan arsitektur.
6. Cara menggunakan hasil pemeriksaan spesifikasi teknis:
a. Pengendalian mobilisasi material, alat dan peralatan harus
memperhatikan ketentuan spesifikasi teknis, sebagai contoh
praktik untuk mobilisasi material, harus ada hasil pemeriksaan
laboratorium, harus ada jaminan ketersediaan kecukupan jumlah.
Praktik untuk mobilisasi alat dan peralatan, harus ada hasil
ketetapan jenis alat, kapasitas produksi alat, dan jumlah kebutuhan
alat.
b. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan persiapan, harus
memperhatikan ketentuan spesifikasi teknis, sebagai contoh,
praktik pematokan daerah proyek, dibutuhkan jenis alat yang
digunakan, luas area yang akan di bangunan, jenis material patok
proyek yang dibutuhkan, tenaga kerja yang dibutuhkan dll.
c. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan tanah, harus
memperhatikan ketentuan spesifikasi teknis, sebagai contoh

91 91
pekerjaan galian dan timbunan dan pengangkutan, dibutuhkan
jenis dan jumlah alat berat untuk menggali, dibutuhkan hasil
pemeriksaan laboratorium tentang jenis dan kekuatan dukung
tanah di sekitar lokasi proyek, dibutuhkan jenis dan jumlah alat
berat untuk menggusur, dibutuhkan jenis dan jumlah alat berat
untuk mengangkut, dibutuhkan jumlah tenaga kerja untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
d. Pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan fondasi, harus
memperhatikan ketentuan spesifikasi teknis, sebagai contoh
dibutuhkan ketetapan jenis fondasi dan metode pekerjaannya,
dibutuhkan mutu fondasi dan jumlahnya, dibutuhkan dimensi
fondasi, dibutuhkan alat yang digunakan untuk mengerjakan
fondasi, dibutuhkan jenis dan jumlah tenaga kerja; dll.

3.5. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PELAKSANAAN


PEKERJAAN
Seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung di dalam melaksanakan
tugasnya, juga harus mampu menyusun program kerja pelaksanaan
pekerjaan secara cermat dan teliti, sehingga mampu membagi waktu,
material, tenaga dan alat kerja secara tepat. Dengan berlandaskan pada
gambar kerja yang telah diperbaiki dan spesifikasi yang telah diperbaharui.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh seorang pelaksana
lapangan dalam menyusun program kerja adalah:
a. melakukan identifikasi jenis pekerjaan, jenis material, jenis peralatan
dan alat berat, serta jenis tenaga kerja sesuai dengan kontrak;
b. membuat jadwal (schedule) penggunaan material, peralatan & alat
berat, dan tenaga kerja yang sesuai dengan dokumen kontrak;
c. membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan dokumen
kontrak.
Langkah kerja tersebut akan diperjelas pada bagian-bagian selanjut
dari tahapan penulisan ini.

92 92
3.5.1. Identifikasi Jenis Pekerjaan, Material, Peralatan, Alat Berat
dan Tenaga Kerja yang Sesuai dengan Dokumen Kontrak
1. Maksud dan tujuan mengidentifikasi jenis pekerjaan, material,
peralatan, alat berat, dan tenaga kerja.
Maksud dan tujuan melakukan identifikasi terhadap material,
peralatan & alat berat serta tenaga kerja, pada setiap langkah
pekerjaan pembangunan gedung adalah untuk mengetahui sebagai
berikut.
a. Maksud dan tujuan mengidentifikasi material:
1) untuk mengetahui jenis material yang dibutuhkan untuk
pembangunan gedung yang diminta dalam kontrak;
2) untuk mengetahui kualitas material yang dipersyaratkan;
3) untuk dasar penghitungan volume material tiap-tiap jenis;
4) untuk menjadikan acuan sebagai bahan pemeriksaan terhadap
material yang masuk dan keluar
b. Maksud dan tujuan mengidentifikasi peralatan dan alat berat:
1) untuk mengetahui jenis peralatan dan alat berat yang
diperlukan;
2) untuk dasar penghitung volume kerja peralatan dan alat berat;
3) untuk dasar penghitungan waktu operasi alat berat.
c. Maksud dan tujuan mengidentifikasi tenaga kerja:
1) untuk mengetahui jenis peralatan dan alat berat yang
diperlukan;
2) untuk dasar penghitung volume kerja peralatan dan alat berat;
3) untuk dasar penghitungan waktu operasi alat berat.
2. Cara mengidentifikasi jenis pekerjaan, material, peralatan, alat
berat, dan tenaga kerja.
Langkah kerja mengidentifikasi jenis pekerjaan:
a. menyiapkan gambar kerja, spesifikasi teknis dan dokumen
kontrak;
b. gambar kerja dicermati dan dicocokkan dengan spesifikasi teknis
dan dokumen kontrak;
c. buat daftar jenis pekerjaan yang diperlukan;

93 93
d. buat daftar jenis material untuk bangunan gedung yang
dibutuhkan;
e. buat daftar jenis peralatan kerja;
f. buat daftar jenis alat berat;
g. buat daftar kebutuhan tenaga kerja.
3. Jenis pekerjaan yang sesuai dengan dokumen kontrak:
a. Pekerjaan persiapan
1) Pekerjaan pengukuran lokasi.
2) Pekerjaan land clearing.
3) Pekerjaan pematokan (bowplang).
4) Pekerjaan dewatering.
5) Pekerjaan pembuatan jalan masuk & keluar.
6) Pekerjaan pembuatan direksikit, bedeng, dugang.
b. Pekerjaan tanah
1) Pekerjaan penyelidikan tanah di laboratorium.
2) Pekerjaan penyelidikan tanah di lapangan.
3) Pekerjaan penggalian.
4) Pekerjaan pengangkutan & pembuangan.
5) Pekerjaan pemadatan.
c. Pekerjaan fondasi
1) Pekerjaan penetapan titik-titik tiang pancang.
2) Pekerjaan persiapan alat pancang.
3) Pekerjaan penyimpanan dan menyiapkan tiang pancang di
lokasi.
4) Pekerjaan pemasangan pilecap.
5) Pekerjaan penyetelan tiang pancang pada mesin pancang.
6) Pekerjaan pemancangan.
7) Pekerjaan pemotongan tiang pancang.
8) Pekerjaan pile cap kelompok tiang.
d. Pekerjaan struktur
1) Pekerjaan pembetonan.
2) Pekerjaan pembesian.
3) Pekerjaan perancah & scaffolding.
4) Pekerjaan perawatan beton.

94 94
e. Pekerjaan arsitektur
1) Pekerjaan kosen.
2) Pekerjaan pintu dan jendela.
3) Pekerjaan plafon.
4) Pekerjaan plesteran.
5) Pekerjaan batu permukaan dan ornamen.
6) Pekerjaan pengecatan.
7) Pekerjaan pencahayaan.
f. Pekerjaan pelaporan
1) Pelaporan harian.
2) Pelaporan mingguan.
3) Pelaporan bulanan.
4) Profesional Hand Over (PHO).
5) Final Hand Over (FHO).
4. Cara mengidentifikasi jenis pekerjaan dari dokumen kontrak.
a. Siapkan gambar kerja.
b. Siapkan spesifikasi teknis.
c. Siapkan dokumen kontrak.
d. Siapkan surat perintah kerja dan SPMK.
e. Pelajari gambar kerja dan temukan jenis-jenis pekerjaannya.
f. Buat daftar jenis pekerjaan yang anda temukan.
g. Cocokkan daftar jenis pekerjaan tersebut dengan dokumen lain
(dokumen kontrak, SPK/SPMK, spesifikasi teknis.
5. Jenis material kerja yang sesuai dengan dokumen kontrak.
Kegiatan mengidentifikasi jenis material berarti mencermati
gambar kerja dan spesifikasi teknis, untuk kemudian tentukan jenis
material yang dibutuhkan, untuk pekerjaan gedung material yang
dibutuhkan meliputi sebagai berikut.
a. Material fondasi
1) Material fondasi tiang pancang meliputi:
a) jenis dan tipe tiang pancang,
b) material pile cap,
c) material las untuk memasang pile cap,
d) material fondasi sumuran,

95 95
✓ jenis dan tipe chasing sumuran,
✓ jenis dan mutu besi rakitan,
✓ material pengisi fondasi (pasir cor, semen, dan splite).
e) Material kop fondasi kelompok:
✓ material bekisting,
✓ material besi,
✓ material adukan (pasir, semen, dan koral/splite).
b. Material pasangan, dinding, dan partisi
1) Pasangan bata:
a) batu bata/batako/pracetak,
b) semen,
c) pasir ayak.
2) Pasangan partisi:
a) jenis bahan partisi,
b) material struktur penyangga partisi.
c. Material pembetonan
1) Jenis dan kualitas besi beton.
2) Jenis dan kualitas pasir.
3) Jenis dan kualitas semen.
4) Jenis zat adetif.
5) Material bekisting/perancah.
6) Material scaffolding.
d. Material perancah dan scaffolding
1) jenis dan tipe scaffolding besi.
2) jenis dan tipe perancah kayu.
e. Material penutup atap dan plapon
1) material penutup atap.
2) material plafon.
f. Material instalasi air bersih dan air limbah
1) Jenis dan kualitas pipa.
2) Ukuran pipa.
3) Jenis dan kualitas penyambungan pipa.
4) Jenis dan kualitas penambat (klem).
5) Jenis dan kualitas perekat.

96 96
g. Material instalasi pemadam kebakaran
1) Jenis dan kualitas pipa.
2) Jenis dan kualitas penyambungan pipa.
3) Jenis dan kualitas nozel hidran.
6. Cara mengidentifikasi jenis material yang sesuai dengan
dokumen kontrak.
Langkah kerja memperagakan cara mengidentifikasi material
adalah sebagai berikut.
a. Siapkan gambar kerja, spesifikasi teknis.
b. Lakukan analisis untuk menetapkan metode kerja.
c. Buat daftar kebutuhan material yang dibutuhkan.
d. Contohnya: dari gambar kerja fondasi dan spesifikasinya dapat
ditetapkan jenis materialnya yang dibutuhkan seperti telah
diuraikan pada butir e di atas.
7. Mengidentifikasi jenis peralatan, alat berat, dari dokumen
kontrak.
Peralatan yang harus disiapkan oleh seorang pelaksana pekerjaan
gedung meliputi:
a. peralatan kerja tukang batu,
b. peralatan kerja tukang besi,
c. peralatan kerja tukang kayu,
d. peralatan kerja operator alat berat,
e. juru ukur.
Untuk alat berat yang harus disiapkan meliputi:
a. alat berat berfungsi menggali dan menimbun,
b. alat berat berfungsi menggusur,
c. alat berat berfungsi mengangkut material galian,
d. alat berat berfungsi pemadatan.
8. Cara mengidentifikasi jenis peralatan, alat berat yang sesuai
dengan dokumen kontrak.
Langkah kerja seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung
dalam memperagakan cara mengidentifikasi jenis peralatan, alat berat
adalah sebagai berikut.

97 97
a. Membaca gambar kerja.
b. Mempelajari dokumen kontrak dan spesifikasi teknis.
c. Mempelajari metode kerja.
d. Mengidentifikasi jenis pekerjaan.
e. Merinci jenis peralatan dan alat berat yang diperlukan.
f. Membuat daftar jenis peralatan dan alat berat.
9. Mengidentifikasi jenis tenaga kerja dari dokumen kontrak.
Tenaga kerja yang diperlukan untuk pelaksana lapangan pekerjaan
gedung meliputi:
Tabel 3.2 Jenis Pekerjaan dan Tenaga yang Dibutuhkan
No Jenis Pekerjaan Tenaga Kerja yang dibutuhkan
1 Pekerjaan Persiapan
2 Pekerjaan Pengukuran Juru ukur
Pembantu juru ukur
Tukang patok bowplang
3 Pekerjaan Land Operator alat berat
Clearing Mandor
Operator dumptruck
Operator tandum roller
4 Pekerjaan Tanah Operator alat berat
Mandor
Operator dumptruck
Operator tandum roller
Laboran (tanah)
5 Pekerjaan Fondasi Operator alat berat
Mandor
Pelaksana pekerjaan fondasi
Tukang las Tukang
cor beton Tukang
dewatering Tukang
turap
6 Pekerjaan Tukang kayu
Perancah/Scaffolding Tukang perancah
Tukang pasang scaffolding
Pembantu tukang
7 Pekerjaan Pasangan Tukang batu
Tukang kayu
Tukang besi
Pembantu tukang
8 Pekerjaan Struktur Tukang cor beton

98 98
No Jenis Pekerjaan Tenaga Kerja yang dibutuhkan
Tukang besi
Tukang batu
Tukang kayu
Tukang perancah
Tukang scaffolding
Pembantu tukang
Juru lab beton
9 Pekerjaan Arsitektur Tukang kayu
Tukang plafon
Tukang instalasi listrik Tukang
instalasi plambing Tukang
instalasi fire alarm Tukang
plester dan tukang cat Tukang
pasang pintu dan jendela Tukang
pasang ubin
Tukang pasang atap
Pembantu tukang

10. Cara Mengidentifikasi jenis tenaga kerja dari dokumen kontrak.


Langkah kerja seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung
dalam memperagakan cara mengidentifikasi jenis peralatan, alat berat
adalah sebagai berikut.
a. Membaca gambar kerja.
b. Mempelajari jadwal kerja.
c. Mempelajari metode kerja.
d. Mengidentifikasi tenaga kerja setiap jenis pekerjaan.
e. Merinci tenaga kerja yang diperlukan.
f. Membuat daftar jenis peralatan dan alat berat.

99 99
3.5.2. Pembuatan Jadwal (Schedule) Penggunaan Material,
Peralatan, Alat Berat, dan Tenaga Kerja yang Sesuai dengan
Dokumen Kontrak
1. Maksud dan tujuan membuat jadwal penggunaan material,
peralatan, alat berat, dan tenaga kerja yang sesuai dengan
dokumen kontrak.
Jadwal penggunaan material, alat berat dan tenaga kerja adalah
untuk pengaturan dan sirkulasi material, alat berat dan tenaga kerja.
Maksud dan tujuan membuat jadwal penggunaan material, alat
berat, dan tenaga kerja ini adalah sebagai alat kontrol penggunaan
material, alat berat dan tenaga kerja sesuai dengan jadwal waktu yang
telah diprogramkan.
2. Langkah-langkah membuat jadwal penggunaan material,
peralatan, alat berat, dan tenaga kerja yang sesuai dengan
dokumen kontrak.
a. Siapkan daftar kebutuhan material pada setiap sector.
b. Siapkan program kerja pelaksanaan pekerjaan.
c. Hitung waktu/prediksikan waktu kapan material dibutuhkan dan
berapa besar volumenya.
d. Pertimbangkan sarana alat angkutnya.
e. Buat tabel jadwal penggunaan material, alat berat dan tenaga kerja.
3. Membuat jadwal penggunaan material yang sesuai dengan
dokumen kontrak.
a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang membutuhkan material.
b. Merinci jenis material yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan stock material.
d. Membuat daftar unit-unit yang membutuhkan material.
e. Membuat jadwal sirkulasi material proyek.

100 100
4. Contoh jadwal penggunaan material untuk struktur atas.
PENGENDALIAN MATERIAL
Nama Proyek: ………………………………….
Nama Pekerjaan: PEK STRUKTUR ATAS
Pengendalian
No Jenis Material
Stock Digunakan Keterangan
PEK BEKISTING
Tripleks 500 lembar 20 lembar Cukup
Kaso 5/7 50 batang 120 batang Tidak cukup
Balok 6/10 50 batang 24 batang Cukup
Paku 5 cm 120 kg 2 kg Cukup
Paku 10 cm 50 kg 1 kg Cukup

PEK. PEMBESIAN
Besi ulir 12 100 batang 47 batang Cukup
Besi ulir 14 80 batang 100 batang Tidak cukup
Besi 12 80 batang 100 batang Tidak cukup
Kawat ikat 100 kg 50 kg Cukup

PEKERJAAN COR
Semen 200 zak 34 zak Cukup
Pasir cor 5 kubik 1,5 kubik Cukup
Split 2 kubik 3 kubik Tidak cukup
Zat adetif 100 klg 20 klg Cukup

5. Membuat jadwal penggunaan peralatan, alat berat.


Informasi yang diperlukan untuk pembuatan jadwal penggunaan
peralatan antara lain adalah:
a. jenis dan kapasitas alat yang akan dipakai;
b. volume pekerjaan yang menggunakan alat tersebut;
c. durasi waktu pelaksanaan.

101 101
6. Contoh jadwal penggunaan peralatan, alat berat.
JADWAL PENGGUNAAN ALAT BERAT DAN MAN POWER
UNTUK PEKERJAAN BANGUNAN ATAS

Catatan:
Barbender = mesin pembengkok besi
Bar cutter = mesin pemotong besi
Concrete pump = pompa beton
Concrete vibrator = penggetar beton untuk pemadatan beton pada
waktu pengecoran
7. Membuat jadwal penggunaan tenaga kerja.
Untuk membuat jadwal penggunaan tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan dapat diperiksa pada schedule manpower planning berikut
ini.
8. Contoh jadwal penggunaan tenaga kerja.
Berikut ini diuraikan contoh pembuatan manpower schedule untuk
pekerjaan struktur atas suatu bangunan gedung.
Data/informasi yang diperlukan:
Volume pekerjaan
Pekerjaan pembesian : 20.000 kg
Pekerjaan bekisting : 1.500 m2
Pekerjaan pengecoran beton : 21.000 m3

102 102
Produktivitas tenaga kerja
1 orang tukang besi (+ 2 orang pembantu tukang)
Pemotongan dan pembengkokan : 80 kg/org/hr
Pemasangan/perakitan tulangan : 125 kg/or/hr

1 orang tukang bekisting (+ 2 orang pembantu tukang)


Pembuatan : 6m2/org/hr
1 orang tukang bekisting (+ 3 orang pembantu tukang)
Pemasangan : 6m2/org/hr
1 orang tukang cor (+ 1 orang pembantu tukang)
Pengecoran beton : 12m3/org/hr

Jangka waktu pelaksanaan : 16 mgg (102 hr)


Durasi waktu untuk subitem pekerjaan

Pekerjaan bekisting : 13 mgg


Pekerjaan pembesian : 15 mgg
Pekerjaan pengecoran : 1 hari

Jumlah tukang yang diperlukan digambarkan dalam bentuk


diagram batang berikut.
MANPOWER SCHEDULE PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
PEKERJAAN BAGUNAN GEDUNG

103 103
Dengan cara yang sama dihitung kebutuhan tenaga kerja untuk
masing-masing item pekerjaan kemudian dituangkan dalam satu
jadwal yang mencakup seluruh pekerjaan dengan jadwal sesuai jadwal
induk proyek.

3.5.3. Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang Sesuai


dengan Dokumen Kontrak
1. Maksud dan tujuan membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Maksud membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah untuk
mengetahui bahwa pekerjaan dimulai dan dapat diselesaikan dengan
waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak.
Dan tujuan adalah memberikan acuan pelaksanaan pekerjaan
dengan batasan waktu yang telah ditetapkan kepada pelaksana
lapangan.
2. Langkah membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan
Ada beberapa langkah untuk membuat jadwal pelaksanaan
pekerjaan proyek antara lain menggunakan bar chart (diagram
batang) dan network planning (NPM) dll.
Pembuatannya dapat dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan software komputer seperti Microsoft Project dan
Primavera.
Pada umumnya penggunaan bar chart penggunaan bar chart masih
dominan karena pembuatannya lebih mudah, lebih sederhana,
sehingga mudah dimengerti, karena mengakomodasi kebutuhan
perencanaan jadwal pelaksanaan proyek secara menyeluruh. Di
samping itu, bar chart lebih fleksibel untuk melakukan perubahan
maupun penyesuaian.
Untuk bisa membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan kita perlu
data/informasi sebagai berikut.
a. Lakukan identifikasi item pekerjaan apa yang akan dilakukan.
b. Nilai dan bobot masing-masing item pekerjaan dihitung.
c. Durasi dari waktu pelaksanaan masing-masing item pekerjaan
ditetapkan.
d. Urut-urutan pelaksanaan pekerjaan disusun.

104 104
e. Total waktu penyelesaian pekerjaan dihitung.
f. Buat tabel jadwal kerja yang terdiri atas:
1) no urut,
2) uraian pekerjaan,
3) volume pekerjaan,
4) bobot pekerjaan,
5) waktu (bulan, minggu, hari).
g. Buat blok pada setiap jenis pekerjaan sesuai dengan lama waktu
yang telah diperhitungkan.
Data/informasi di atas bisa diperoleh dalam dokumen kontrak yang
berupa Rencana Anggaran Biaya Proyek.
3. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan proyek.
Langkah kerja membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan persiapan
adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi terlebih dahulu jenis/item pekerjaan persiapan.
b. Hitung bobot dan nilai item pekerjaan.
c. Proyeksikan lama waktu pekerjaan.
d. Buat barchart schedule pelaksanaan pekerjaan persiapan.
Jenis pekerjaan/item pekerjaan proyek sudah diuraikan pada
bagian 3.3.1. di atas (Identifikasi jenis pekerjaan, material, peralatan,
alat berat dan tenaga kerja yang sesuai dengan dokumen kontrak),
yaitu:
a. pekerjaan persiapan,
b. pekerjaan tanah,
c. pekerjaan fondasi,
d. pekerjaan struktur (atas & bawah),
e. pekerjaan arsitektur (finishing),
f. pekerjaan mekanikal & elektrikal.

3.5.4. Menghitung Bobot Pekerjaan


Nilai proyek : Rp 75.000.000,00
Waktu pelaksanaan : 8 bulan (32 minggu)

105 105
Langkah-langkah perhitungan:

Menghitung persentase bobot pekerjaan


Nilai
No Item Pekerjaan Bobot (%)
(Rp. Juta)
1 Pekerjaan persiapan 200 (200/7.500) x100 =2,67
2 Pekerjaan galian tanah 50 (50/7.500) x100 =0,66
3 Pekerjaan struktur bawah 750 (750/7.500) x100 =10,00
4 Pekerjaan struktur atas 1250 (1250/7.500) x100 =16,67
5 Pekerjaan finishing/arsitektur 2250 (2250/7.500) x100 =30,00
6 Pekerjaan mekanikal 1500 (1500/7.500) x100 =20,00
7 Pekerjaan elektrikal 1500 (1500/7.500) x100 =20,00
7500

Setelah menghitung bobot persentase setiap item pekerjaan,


berdasarkan nilai nominal (rupiah), maka langkah selanjutnya menghitung
durasi waktu pelaksanaan masing-masing item pekerjaan.
Menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan diperlukan pengalaman
kerja yang memadai dan sejenis, untuk suatu volume pekerjaan tertentu
dan disesuaikan dengan ketersediaan waktu pelaksanaan sesuai dengan
waktu kontrak. Durasi waktu ini biasanya dalam satuan mingguan.
Menghitung bobot pekerjaan per minggu
Langkah menghitung pekerjaan per mingguan, yaitu dengan membagi
rata (teoretis) bobot masing-masing item pekerjaan dengan durasinya,
seperti pada tabel berikut.
Perhitungan persentasi bobot pekerjaan
Nilai
No Item Pekerjaan Bobot (%) per minggu
(mgg)
1 Pekerjaan persiapan 29 2,67/29 = 0,09
2 Pekerjaan galian tanah 11 0,66/11 = 0,06
3 Pekerjaan struktur bawah 15 10,00/15 = 0,67
4 Pekerjaan struktur atas 16 16,67/16 = 1,04
5 Pekerjaan finishing/arsitektur 15 30,00/15 = 2,00
6 Pekerjaan mekanikal 12 20,00/12 = 1,67
7 Pekerjaan elektrikal 16 20,00/16 = 1,25

1. Contoh jadwal pelaksanaan pekerjaan gedung


(Lihat halaman 108 di sebelah ini.)

106 106
2. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan tanah
Langkah-langkah pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan tanah
meliputi:
a. mengidentifikasi jenis pekerjaan tanah;
b. menetapkan metode kerja pekerjaan lapangan;
c. menentukan jenis alat berat yang dibutuhkan;
d. menghitung volume tanah galian, manuver, timbunan, angkut,
pengangkutan, perataan dan pemadatan;
e. membuat jadwal.

107 107
Contoh Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Gedung
108
3. Contoh pelaksanaan pekerjaan tanah

4. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur


a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan struktur.
b. Menetapkan metode kerja pekerjaan struktur.
c. Menentukan jenis peralatan dan alat berat yang dibutuhkan.
d. Menghitung volume setiap jenis pekerjaan.
e. Membuat jadwal.

109 109
5. Contoh jadwal pekerjaan struktur sesuai dengan dokumen
kontrak

3.6. MOBILISASI SUMBER DAYA


3.6.1. Penentuan Metode Mobilisasi Sumber Daya yang Sesuai
dengan Prosedur
1. Maksud dan tujuan menyusun rencana koordinasi pelaksanaan
pekerjaan.
Maksud mobilisasi sumber daya adalah untuk memfasilitasi
sumber daya yang dibutuhkan selama pelaksanaan pekerjaan
bangunan gedung, sumber daya yang dimaksud terdiri dari sumber

110 110
daya tenaga kerja, sumber daya material/bahan, dan sumber daya
peralatan dan alat berat.
Tujuan dari mobilisasi adalah tersedianya sumber daya yang
dibutuhkan oleh penyedia jasa untuk melaksanakan pekerjaan
bangunan gedung, yaitu tersedianya tenaga kerja yang sesuai dengan
spesifikasi teknis, tersedianya material/bahan yang sesuai dengan
gambar kerja dan spesifikasi teknis dan dokumen kontrak, tersedianya
peralatan dan alat berat yang dibutuhkan.
2. Cara menentukan metode mobilisasi sumber daya.
Cara menentukan metode mobilisasi sumber daya adalah:
a. gunakan identifikasi sumber daya pada bagian sebelumnya;
b. hitung kebutuhan masing-masing sumber daya;
c. hitung waktu yang dibutuhkan untuk mobilisasi sumber daya;
d. rencanakan jadwal mobilisasi sumber daya;
e. lakukan mobilisasi sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
3. Cara menetapkan metode mobilisasi sumber daya sesuai dengan
dokumen kontrak.
a. Metode mobilisasi tenaga kerja adalah sebagai berikut.
1) Gunakan jenis pekerjaan pelaksanaan pekerjaan bangunan
gedung untuk menghitung kebutuhan jenis dan jumlah tenaga
kerja.
2) Buat jadwal mobilisasi tenaga kerja.
3) Lakukan mobilisasi tenaga kerja sesuai dengan jadwal yang
telah disusun.
b. Metode mobilisasi peralatan dan alat berat yang dibutuhkan
sebagai berikut.
1) Dengan menggunakan identifikasi jenis pekerjaan yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya untuk menetapkan jenis dan
jumlah peralatan kerja dan alat berat yang dibutuhkan pada
setiap item pekerjaan.
2) Buat jadwal mobilisasi peralatan dan alat berat sesuai
kebutuhan pekerjaan.

111 111
3) Lakukan mobilisasi peralatan dan alat berat sesuai dengan
jadwal kerja mobilisasi peralatan dan alat berat yang telah
disusun.
c. Mobilisasi material/bahan bangunan yang dibutuhkan sebagai
berikut.
1) Gunakan identifikasi jenis pekerjaan yang membutuhkan
material/bahan bangunan.
2) Tetapkan jenis material yang dibutuhkan.
3) Hitung volume material/bahan yang diperlukan.
4) Buat jadwal mobilisasi material/bahan.
5) Lakukan mobilisasi material sesuai dengan jadwal material
yang telah disusun.
4. Menetapkan metode mobilisasi tenaga kerja sesuai dengan
prosedur.
a. Surat perintah melaksanakan pekerjaan diterima.
b. Pelaksana lapangan melakukan perhitungan volume pekerjaan,
untuk mengetahui besar kecilnya volume pekerjaan, maka seorang
pelaksana lapangan akan dapat menetapkan kebutuhan tenaga
kerja.
c. Pertimbangkan penggunaan teknologi, jenis pekerjaan yang
membutuhkan teknologi yang tinggi akan berisiko tinggi, oleh
karena itu dibutuhkan tenaga kerja memiliki spesialisasi teknologi
sesuai dengan kebutuhan jenis pekerjaan tersebut.
d. Pertimbangkan waktu penyelesaian pekerjaan, proyek memiliki
jadwal kerja cukup panjang, maka akan membutuhkan tenaga kerja
yang sangat besar dan kompleks.
5. Contoh metode mobilisasi tenaga kerja sesuai dengan prosedur.
a. Contoh metode mobilisasi tenaga kerja mingguan, untuk pekerjaan
pembetonan pilecap, pada pekerjaan pilecap dibutuhkan:
1) tenaga tukang kayu jumlahnya disesuaikan dengan volume
pekerjaan;
2) tukang besi jumlah disesuaikan dengan volume pekerjaan;
3) pembantu tukang dengan perbandingan 1 tukang dengan 3
pembantu.

112 112
b. Contoh metode mobilisasi tenaga kerja berdasarkan frekuensi
pekerjaan, untuk pekerjaan tanah dibutuhkan:
1) tenaga kerja operator alat gali;
2) tenaga kerja operator alat gusur;
3) tenaga kerja operator alat angkut;
4) tenaga teknis.
6. Menetapkan metode mobilisasi peralatan dan alat berat sesuai
dengan prosedur.
a. Pertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan.
b. Pertimbangkan volume pekerjaan.
c. Pertimbangkan waktu penyelesaian.
d. Pertimbangkan penggunaan alat berteknologi tinggi.
e. Pertimbangkan produktivitas alat berat yang dibutuhkan.
7. Cara menetapkan metode mobilisasi peralatan dan alat berat.
a. Menetapkan metode mobilisasi peralatan
Peralatan adalah alat kerja tukang yang langsung digunakan
untuk bekerja, metode mobilisasi peralatan kerja dilakukan dengan
cara berikut.
1) Mengidentifikasi jenis pekerjaan.
2) Melakukan daftar lingkup pekerjaan.
3) Membuat daftar peralatan tukang yang dibutuhkan.
4) Menyediakan peralatan tukang yang dibutuhkan, seperti:
a) peralatan tukang kayu manual dan mekanik;
b) peralatan tukang besi manual dan mekanik;
c) peralatan tukang batu;
d) peralatan tukang mekanikal dan elektrikal.
Contoh menetapkan metode mobilisasi peralatan untuk
bekisting.
5) Pekerjaan bekisting membutuhkan peralatan sebagai berikut.
a) Peralatan tukang kayu.
b) Peralatan tukang besi.
b. Menetapkan metode mobilisasi alat berat.

113 113
Pekerjaan konstruksi yang menggunakan alta berat berarti
setiap perencanaan, pelaksanaan dan operasinya dilaksanakan oleh
operator alat berat, dan diawasi oleh pelaksana pekerjaan gedung.
Oleh karena itu dalam menetapkan metode mobilisasi alat
berat, seorang pelaksana lapangan pekerjaan gedung akan dibantu
oleh operator alat berat.
Meskipun perhitungan kebutuhan alat bukan tanggung
jawabnya, tetapi berikut ini disajikan beberapa cara/acuan untuk
menghitung kebutuhan alat.
Dalam perhitungan produksi peralatan dikenal istilah “produksi
teoretis” dan “produksi acuan”. Pengertian dari kedua istilah
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Produksi Teoretis
Produksi teoretis adalah perhitungan kapasitas produksi
peralatan secara teoretis semata-mata, di mana variabel-
variabelnya hanya didasarkan pada kapasitas alat per satuan
waktu dengan waktu yang diperlukan untuk berproduksi.
Prinsip tersebut secara umum dapat dirumuskan sebagai
berikut.
PMT = KB x T
Di mana:
PMT : Produksi Maksimum Teoretis
KB : Kapasitas blade/bucket
T : Jumlah trip per jam
2) Produksi Actual
Produksi actual adalah merupakan taksiran produksi yang
mampu dihasilkan oleh peralatan, setelah mengetahui semua
kondisi yang ada.
Baik kondisi alat itu sendiri maupun job operation
conditionnya. Prinsip tersebut secara actual dapat dirumuskan
sebagai berikut.
TP = PMT x FK (m3/jam)
Di mana:
TP : Taksiran Produksi per jam

114 114
FK : Faktor Koreksi

1) Kapasitas Produksi Buldozer


Rumus umum perhitungan kapasitas produksi Buldizer
adalah sebagai berikut.
KP = KB x T x FK (m3/jam)
KB = L x H2
T = 60/CT
CT = J/F + J/R + Z
Di mana:
KB : Kapasitas blade/bucket
H : Tinggi blade
L : Lebar blade
CT : Waktu siklus
J : Jarak gusur (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu pemindahan gigi
FK : Faktor koreksi
FK : fB x fT x fK x f0
fB : Faktor blade (tabel lamp 1)
fT : Faktor koreksi akibat efisiensi waktu (tabel lampiran
2)
fK : Faktor koreksi akibat efisiensi kerja (tabel lampiran
3)
f0 : Faktor koreksi akibat kecakapan operator (lamp. 4)
Latihan: Hitung kapasitas produksi bulldozer D-155A untuk
pekerjaan penggalian tanah berbatu (batuan lepas dan batuan
hasil peledakan).
Ukuran blade: H=1.59 m, L=4.13 m,
Kecepatan maju: 40.83 m/menit
Kecepatan mundur: 125 m/menit
Jarak gusur: 20meter
Waktu pemindahan gigi: Z=0.2 menit

115 115
2) Kapasitas Produksi Excavator
Rumus umum perhitungan kapasitas produksi excavator
adalah sebagai berikut.

Di mana:
B : Kapasitas bucket
C : Waktu siklus
W : Waktu gali (detik)
W : Waktu putar (bucket terisi)(detik)
W : Waktu putar (bucket kosong) (detik)
W : Waktu buang (detik)
F : Faktor koreksi
F : fB x fT x fK x f0
fB : Faktor bucket (tabel lamp 6)
fT : Faktor koreksi akibat efisiensi waktu (tabel lampiran
fK : Faktor koreksi akibat efisiensi kerja (tabel lampiran 3
f0 : Faktor koreksi akibat kecakapan operator (lamp. 4)
F : Faktor koreksi akibat kedalaman (tabel lamp 5).
Latihan: Hitung kapasitas produksi Excavator PC-300.1
untuk pekerjaan penggalian alur fondasi (kondisi material
berbatuan lepas)
Kapasitas bucket: 1.3 m3
Kapasitas galian: 3.80 m
3) Kapasitas Produksi Loader
Rumus umum perhitungan kapasitas produksi loader adalah
sebagai berikut.

Di mana:
B : Kapasitas bucket

116 116
CT : Waktu siklus
J : Jarak gusur (meter)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
FK : Faktor koreksi
FK : fB x fT x fK x f0
fB : Faktor bucket (tabel lamp 6)
fT : Faktor koreksi akibat efisiensi waktu (tabel lampiran
2)
fK : Faktor koreksi akibat efisiensi kerja (tabel lampiran
3)
f0 : Faktor koreksi akibat kecakapan operator (lamp. 4)
Latihan:
Hitung kapasitas produksi Loader W-120 untuk pekerjaan
pemuatan pasir campur kerikil.
Kapasitas Buket: 3,1 m3
Kecepatan maju: 65,08 m/menit
Kecepatan mundur: 73,00 m/menit
Jarak gusur: 15meter
Kondisi medan dan alat baik
4) Kapasitas Produksi Dump Truck
Kapasitas produksi Dump Truck dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
(

Di mana:
C : Kapasitas muat
CT : Waktu siklus alat muat
J : Jarak angkut (km)
V1 : Kecepatan angkut (km/jam)
V2 : Kecepatan balik (km/jam)
t1 : Waktu bongkar muatan
t2 : Waktu mengatur posisi
N : Jumlah pengisian alat pemuat

117 117
FK : Faktor koreksi
FK : fT x fK x f0 x fD
fT : Faktor koreksi akibat efisiensi waktu (tabel lampiran
2)
fK : Faktor koreksi akibat efisiensi kerja (tabel lampiran
3)
f0 : Faktor koreksi akibat kecakapan operator (lamp. 4)
Latihan:
Hitung kapasitas produksi Dump Truck untuk pekerjaan
pengangkutan material batuan hasil ledakan.
Kapasitas muat: 14,5 m 3
Kecepatan angkut: 20 km/jam Kecepatan balik: 25 km/jam
Jarak angkut: 1,9 km
Kondisi medan dan alat baik
5) Kapasitas Produksi Vibrator Roller
Kapasitas produksi Vibrator Roller dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
m3/jam
Di mana:
S : Kecepatan kerja rata-rata (km/jam)
W : Lebar lintasan efektif (m)
L : Tebal lapisan pemadatan (m)
N : Jumlah lintasan
FK : Faktor koreksi
FK : fT x fK x f0
fT : Faktor koreksi akibat efisiensi waktu (tabel lampiran
2)
fK : Faktor koreksi akibat efisiensi kerja (tabel lampiran
3)
f0 : Faktor koreksi akibat kecakapan operator (lamp. 4)
Latihan:
Hitung kapasitas produksi Vibrator Roller untuk pekerjaan
pemadatan tanah:

118 118
Kecepatan rata-rata: 4,00 km/jam
Lebar lintasan efektif: 1,00 meter
Tebal lapisan pemadatan: 0,25 meter
Jumlah lintasan: 6
6) Kapasitas Produksi Motor Grader
Kapasitas produksi Motor Grader dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.

Di mana:
S : Kecepatan kerja rata-rata (km/jam)
W : Lebar lintasan efektif (m)
L : Tebal lapisan pemadatan (m)
N : Jumlah lintasan
FK : Faktor koreksi
FK : fT x fK x f0
fT : Faktor koreksi akibat efisiensi waktu (tabel lampiran
2)
fK : Faktor koreksi akibat efisiensi kerja (tabel lampiran
3)
f0 : Faktor koreksi akibat kecakapan operator (lamp. 4)
Latihan:
Hitung kapasitas produksi Motor Grader untuk pekerjaan
pemadatan tanah:
Kecepatan rata-rata: 6,00 km/jam
Lebar lintasan efektif: 2,00meter
Tebal lapisan pemadatan: 0,25meter
Jumlah lintasan: 6
8. Menetapkan metode mobilisasi material sesuai dengan prosedur.
Metode mobilisasi material, berarti cara melaksanakan mobilisasi
material, baik untuk stock gudang, maupun mobilisasi kebutuhan di
lapangan, metode mobilisasinya akan berbeda.
a. Metode mobilisasi material untuk stock gudang.
1) Lakukan peninjauan/stock opname material.

119 119
2) Lakukan analisis terhadap time schedule, bahwa kapan
dibutuhkan material dengan jumlah sangat besar.
3) Buatlah daftar kebutuhan dan ketersediaan material.
4) Buat laporan dan permintaan material kepada manajer
lapangan.
5) Lakukan uji material pada quartering di lokasi sumber.
6) Lakukan pengadaan material.
7) Periksalah material yang datang untuk disimpan, apakah sesuai
dengan spesifikasi teknis atau tidak.
b. Metode mobilisasi material untuk pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
1) Material dikirim sesuai dengan jumlah pesanan.
2) Penyimpanan material di lokasi kerja harus memberikan
jaminan tidak merusak struktur material.
3) Pengiriman material diperhitungkan yang dapat diselesaikan
dalam waktu 1 hari terpasang, kecuali material padat dan tidak
mudah rusak.
4) Dll.

3.7. PENENTUAN WAKTU MOBILISASI SUMBER DAYA


YANG SESUAI DENGAN PROSEDUR
a. Cara menentukan waktu mobilisasi sumber daya yang sesuai dengan
prosedur.
1) Kaji terlebih dahulu program kerjanya.
2) Tetapkan jenis pekerjaannya.
3) Hitung volume pekerjaan.
4) Hitung kebutuhan bahan/material.
5) Hitung kebutuhan jenis dan jumlah alat dan peralatannya.
6) Hitung kebutuhan tenaga kerja.
7) Buat jadwal mobilisasi.
8) Lakukan mobilisasi sumber daya sesuai dengan jadwal
mobilisasi.
b. Cara menentukan waktu mobilisasi sumber daya sesuai dengan
prosedur.

120 120
Menentukan waktu mobilisasi sumber daya dilakukan sesuai
dengan jadwal kerja yang telah disetujui bersama.
Seorang pelaksanaan lapangan harus membuat jadwal harian,
termasuk jadwal mobilisasi harian, sesuai dengan jenis pekerjaannya,
dan kebutuhan sumber daya.
c. Penetapan waktu mobilisasi sumber daya sesuai dengan prosedur.
d. Untuk menetapkan waktu mobilisasi sumber daya dibutuhkan
perhitungan komponen yang mempengaruhi kebutuhan waktu
mobilisasi dengan mempertimbangkan sbb.
1 Komponen jenis pekerjaan.
2 Komponen volume pekerjaan.
3 Komponen perhitungan waktu penyelesaian pekerjaan.
4 Komponen jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
e. Cara menetapkan waktu mobilisasi sumber daya sesuai dengan
prosedur.
1) Pelajari time schedule yang telah ditetapkan sebagai acuan kerja.
2) Perhatikan awal dimulai dan selesainya setiap jenis pekerjaan.
3) Mobilisasi bersifat persiapan sebelum pekerjaan dimulai, maka
sumber daya khususnya material dan alat harus sudah siap di
penyimpanan/gudang, sedang mobilisasi tenaga kerja bisa
dimobilisasi tepat waktu mulai pekerjaan.
4) Waktu yang diperlukan untuk mobilisasi tidak sama tergantung
dari urutan pekerjaan dimulainya.

3.7.1. Pelaksanaan Mobilisasi Sumber Daya yang Sesuai dengan


Program Kerja
1. Persyaratan mobilisasi sumber daya
a. Mobilisasi dilaksanakan setelah menerima surat perintah
melaksanakan pekerjaan (SPMK).
b. Mobilisasi dilakukan setelah jumlah dan jenis sumber daya telah
ditetapkan sesuai dengan spesifikasi teknis dan dokumen kontrak.
c. Tetapkan terlebih dahulu kriteria sumber daya yang dibutuhkan.
d. Mobilisasi dilaksanakan setelah disusun jadwal pengadaan dibuat.

121 121
e. Untuk material/bahan dimobilisasi jika tempat penyimpanan
material/bahan bangunan telah disiapkan sebelumnya.
f. Untuk peralatan/alat berat dimobilisasi jika lokasi penyimpanan
peralatan dan alat berat telah disiapkan.
g. Untuk tenaga kerja dapat dilakukan mobilisasi secara bertahap.
2. Cara mobilisasi sumber daya
Mobilisasi sumber daya untuk pelaksanaan pekerjaan gedung
melalui beberapa langkah yang harus diperhatikan:
a. pada bagian sebelumnya telah dilakukan penghitungan sumber
daya, baik, material, alat dan alat berat maupun tenaga kerja;
b. dari metode perhitungan sumber daya seperti dilakukan pada
bagian sebelumnya, digunakan sebagai dasar untuk melakukan
pengadaan sesuai dengan jadwal waktu dan jumlah yang
dibutuhkan;
c. mobilisasi/pengadaan tenaga kerja menggunakan tabel manpower
schedule
3. Mobilisasi tenaga kerja
Mobilisasi berarti melakukan pengadaan, oleh sebab itu acuan
dalam melakukan pengadaan sumber daya menggunakan dasar jadwal
perhitungan sumber daya yang telah disusun pada bagian sebelumnya.
Mobilisasi dilakukan apabila:
a. dasar melakukan mobilisasi adalah time schedule;
b. setiap jenis pekerjaan membutuhkan material dengan jumlah yang
cukup, membutuhkan alat yang memadai, dan membutuhkan
tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah yang memadai;
c. pengadaan material dan alat dapat dilakukan lebih awal sebelum
jadwal pekerjaan dimulai;
d. untuk mobilisasi tenaga kerja ditetapkan sesuai dengan jenis
pekerjaan, volumenya, waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan.

122 122
MANPOWER SCHEDULE PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG

a. Dari tabel ini dapat direncanakan mobilisasi/pengadaan tenaga


kerja tiap minggunya dengan jumlah sesuai perhitungan.
b. Sebagai contoh untuk pekerjaan struktur atas pada minggu pertama
membutuhkan tenaga kerja.
c. Jadi untuk minggu pertama pekerjaan struktur atas bangunan
gedung membutuhkan tenaga kerja sebanyak:
1) pekerjaan bekisting sebanyak: 5 orang,
2) pekerjaan pembesian: 4 orang,
3) pekerjaan pengecoran: - orang.
Total tenaga kerja yang dibutuhkan: 9 orang.
4. SOP pelaksanaan mobilisasi tenaga kerja sesuai dengan program
kerja.
Untuk melakukan mobilisasi tenaga kerja harus mengikuti
prosedur baku dari perusahaan, oleh karena itu seorang pelaksana
lapangan pekerjaan gedung dalam melakukan mobilisasi tenaga kerja
perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Manpower planning yang telah disusun perlu mendapatkan
persetujuan dari manajer lapangan dan GS.

123 123
b. Setelah disetujui maka perlu disusun program mobilisasinya, dan
program tersebut perlu mendapatkan persetujuan yang sama.
c. Saat melaksanakan mobilisasi tenaga kerja seorang pelaksana
harus mengajukan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
5. Mobilisasi material dengan program kerja.
Pekerjaan bangunan gedung membutuhkan jenis material yang
sesuai dengan spesifikasi teknis yang menjadi lampiran dokumen
kontrak dan perbaikannya.
Dan pengadaan material tersebut meliputi:
a. pengadaan material untuk pekerjaan pembuatan bangunan
sementara dan kantor proyek, sangat tergantung dari besar
kecilnya proyek;
b. pengadaan material untuk pekerjaan pembetonan;
c. pengadaan material untuk pekerjaan fondasi;
d. pengadaan material untuk pekerjaan bekisting, dan scafolding atau
perancah;
e. pengadaan material untuk pekerjaan dinding;
f. pengadaan material untuk pekerjaan plafon;
g. pengadaan material untuk pekerjaan atap;
h. pengadaan material untuk pekerjaan pengecatan;
i. pengadaan material untuk pekerjaan pagar.
Waktu pelaksanaan pengadaan/mobilisasi material tersebut di atas,
disesuaikan dengan jadwal kerja (program kerja).
6. Prosedur/cara pelaksanaan mobilisasi material.
Prosedur pengadaan/mobilisasi material secara garis besar dapat
dibagi dalam beberapa tahap kegiatan:
a. tahap perencanaan material;
b. tahap melakukan seleksi material;
c. tahap pembelian material;
d. tahap pengiriman dan penerimaan material;
e. tahap pembayaran;
f. tahap evaluasi.

124 124
Tahap perencanaan material
Kegiatan pada tahapan ini mencakup beberapa kegiatan penting
antara lain sebagai berikut.
a. Menyusun jadwal mendatangkan material yang mengacu kepada
masterplan schedule proyek. Jadwal ini disusun oleh manajer
teknik dan disetujui oleh Project Manajer.
b. Adanya permintaan pengadaan material dari unit yang
memerlukan, yang disampaikan melalui surat permintaan
pembelian. Surat permintaan pembelian harus berisi data yang
menguraikan dengan jelas produk yang dipesan, antara lain:
1) volume dan waktu pengiriman/permintaan material,
2) nama, merek dan spesifikasi material.
Tahap menyeleksi material
Seleksi dilakukan kepada calon produsen atau calon pemasok
(kontak agennya) adalah sbb.
a. Bagian pembelian mencari penawar harga dari beberapa pemasok
(supplier) berdasarkan spesifikasi teknis yang ditentukan oleh
bagian/unit peminta, minimal 3 calon pemasok.
b. Bagian pembelian melakukan klarifikasi dan negosiasi harga
dalam kegiatan ini meliputi:
1) spesifikasi teknik material baku yang digunakan;
2) spesifikasi teknik material hasil produk; dan
3) kemampuan memproduksi serta pemasokan;
4) harga satuan material yang ditawarkan.
c. Proses seleksi ini dilaksanakan untuk memperoleh jaminan bahwa,
produsen/supplier yang dimintakan penawaran/dibeli produknya
mampu memproduksi dan menyerahkan material sesuai kualitas
dan kuantitas yang disyaratkan.
Tahap penerima material
Pada tahapan ini kegiatan penerimaan material dapat berfungsi
sebagai pengendalian material, karena aktivitas penerimaan
menyangkut hal-hal sebagai berikut.
a. Kedatangan material.

125 125
b. Penerimaan.
c. Penyimpanan.
d. Pemeliharaan.
e. Pencatatan/administrasi.
f. Pengiriman/distribusi ke pemakai.
Petugas penerima material di proyek, menerima barang/material
berdasarkan Surat Pesanan (SP)/kontrak yang disepakati kedua belah
pihak dan dilakukan pemeriksaan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Material harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan kualitas yang
disyaratkan oleh petugas Quality Control Proyek (QC), setelah
dilakukan pemeriksaan kesesuaian material dengan dokumen
pemesanan, baik mutu maupun kuantitasnya, sebagaimana
disyaratkan dalam kontrak/SP.
b. Jika material memenuhi syarat, maka material disimpan ke dalam
gudang dan dicatat dalam bon penerimaan gudang (BPG), jika
tidak memenuhi syarat ditolak.
c. Pembeli material mencatat penerimaan dan pengeluaran material
pada kartu stock.
d. Setiap akhir bulan harus dilakukan pemeriksaan berkala untuk
menentukan apakah material asih layak dipakai. Untuk material
yang tidak layak pakai, harus dipisahkan penyimpanannya dan
diproses serta ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur
NonConforming Product ISO 9000.
e. Menyerahkan material kepada pemakai di lapangan berdasarkan
bon permintaan pengeluaran material dan mencatatnya pada kartu
stock (persediaan material).

3.7.2. Mobilisasi Peralatan dan Alat Berat


Mobilisasi peralatan dana alat berat, dilakukan sebelum pekerjaan yang
membutuhkan alat tersebut dilaksanakan, sebagai contoh sebelum
dilakukan pekerjaan tanah.
Pertimbangan yang harus diperhatikan adalah penempatan alat berat
jangan sampai mengganggu pekerjaan lain.

126 126
Mobilisasi peralatan dan alat berat dilakukan dengan mengacu kepada
hasil pemeriksaan peralatan dan alat berat dari spesifikasi teknis, sehingga
jenis, kemampuan produksi dan jumlahnya yang telah ditetapkan
sebelumnya terpenuhi.
1. Prosedur pelaksanaan mobilisasi peralatan dan alat berat.
a. Seorang pelaksana mengajukan permohonan untuk dilakukan
mobilisasi peralatan dan alat berat kepada manajer lapangan,
disertai dengan jenis, jumlah dan tenaga kerjanya.
b. Setelah usulan untuk pengadaan/mobilisasi disetujui manajer
lapangan, maka usulan tersebut harus diketahui dan disetujui oleh
Manajer Proyek.
c. Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung bekerja sama dengan
Teknisi Alat Berat baru bisa melaksanakan mobilisasi peralatan
dan alat berat jika Manajer Proyek telah setuju dan tanda tangan
pada usulan dari Pelaksana lapangan.
d. Mobilisasi peralatan dan alat berat dilakukan oleh Teknisi Alat
Berat, dan tugas seorang Pelaksana Lapangan harus mendapatkan
keyakinan bahwa alat yang dimobilisasi sesuai dengan spesifikasi
teknis, baik dari jenis, mutu, dan produktivitas kerjanya.
2. Membuat direksikeet/bangunan sementara.
Direksikit (kantor Kerja Proyek), bedeng, gudang, dapur, WC dan
Kamar Mandi, dibuat sesuai dengan kebutuhan proyek.
Direksikeet/bangunan sementara, adalah bangunan yang harus
dibuat sebelum pekerjaan pembangunan proyek dimulai. Bangunan
direksikeet bersifat sementara, dan terdiri atas: bangunan kantor
proyek, bangunan gudang penyimpan material, bangunan dapur
MCK, bangunan untuk istirahat tukang.
Untuk pekerjaan bangunan bertingkat tinggi, biasanya direksikeet
menggunakan lahan yang ada sementara, setelah pekerjaan lantai
selesai, biasanya langsung pindah dan menggunakan gedung tersebut
untuk sementara.
Jenis bangunan sementara/direksikeet bermacam-macam, ada yang
menggunakan bangunan rumah sederhana semi permanen, ada yang

127 127
menggunakan kontiner, atau ada yang menggunakan bangunan
knockdown.

3.8. PENUTUP
Pekerjaan persiapan adalah merupakan bagian dari unit kompetensi
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung, yang harus dikuasai dalam
pelaksanaan uji kompetensi. Karena bagian ini adalah yang mencakup
segala aspek yang mendukung kesiapan dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi agar bersifat ekonomis dan efisien dari pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilaksanakan.

128 128
Kesiapan salah satu sikap kedisiplinan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan, dengan segala sesuatunya yang telah disiapkan baik
administrasi, peralatan dan alat berat yang akan digunakan dalam
pekerjaan konstruksi sehingga selama proyek konstruksi berjalan
diharapkan tidak mengalami kendala-kendala yang serius agar berjalan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan pekerjaan persiapan ini sangat bermanfaat seperti untuk
mendapatkan kepastian acuan mutu yang diminta, juga hasil dari pekerjaan
persiapan ini berguna sebagai bahan pegangan bagi Manajer Proyek,
manajer lapangan dan Pemberi tugas untuk melakukan kontrol suatu
pekerjaan di lapangan.

3.9. EVALUASI MANDIRI


Daftar pertanyaan mandiri:
Pilih jawaban ya atau tidak dengan memberi tanda ceklis () pada
kolom jawaban yang anda anggap tepat.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk
Apakah anda dapat mengidentifikasi Gambar kerja dan
1
spesifikasi teknis diidentifikasi sesuai dengan prosedur?
Apakah anda dapat menjelaskan cara memeriksa gambar
2
kerja Sesuai prosedur?
Apakah anda dapat membuat hasil pemeriksaan gambar
3 kerja dan spesifikasi teknis sebagai acuan pelaksanaan
pekerjaan?
Apakah anda dapat mengidentifikasi Jenis pekerjaan,
4 material, peralatan, alat berat, dan tenaga kerja sesuai
dengan dokumen kontrak?
Apakah anda dapat membuat Jadwal (schedule)
5 penggunaan material, peralatan, alat berat, dan tenaga
kerja sesuai dengan dokumen kontrak?
Apakah anda dapat membuat Jadwal pelaksanaan
6
pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak?
Apakah anda dapat menentukan Metode mobilisasi sumber
7
daya sesuai dengan prosedur?
Apakah anda dapat menentukan Waktu mobilisasi sumber
8
daya sesuai dengan program kerja?
9 Apakah anda dapat melakukan Mobilisasi sumber daya?

129 129
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk
sesuai dengan program kerja?
Apakah Anda dapat menyusun Laporan persiapan
10
mobilisasi peralatan dan alat berat?

3.10. EVALUASI PILIHAN GANDA


Pilih jawaban dengan memberi tanda silang (×) pada huruf jawaban yang
anda anggap paling tepat.
1. Salah satu spesifikasi teknis pasangan batu di antaranya, kecuali…
a. Jidar
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Adukan
d. Profil
e. Nut
2. Untuk melihat apakah peralatan molen kondisinya masih layak pakai
adalah dengan memeriksa, kecuali…
a. Memeriksa aksesorisnya
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Memeriksa mixernya
d. Memeriksa onderdilnya
e. Memeriksa mesinnya
3. Untuk melakukan pekerjaan kusen pintu/jendela sebaiknya dilakukan
pekerjaan apa yang terlebih dahulu…
a. Pekerjaan plafon
b. Pekerjaan pasangan bata
c. Pekerjaan rangka atap
d. Pekerjaan pasangan lantai
e. Tidak ada jawaban yang benar
4. Untuk pasangan bata profil selalu dibuat untuk menjaga pekerjaan
pasangan bata agar tetap baik pada saat di periksa, kecuali…
a. Sebagai acuan
b. Alat bantu pasang
c. Profil untuk pajangan
d. Tidak ada jawaban yang benar

130 130
e. Terjaga mutunya
5. Untuk menjaga kelayakan profil pasangan batu, hal yang harus ada
dalam SOP di antaranya, kecuali…
a. Harus vertikal
b. Harus kuat
c. Harus tegak
d. Semua jawaban tidak benar
e. Harus terlihat
6. Untuk melaksanakan pekerjaan pasangan bata, peralatan yang
digunakan adalah…
a. Cangkul
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Ember
d. Cetok dan roskam
e. Palu
7. Pemeriksaan terhadap kelayakan pasangan bata untuk bias diplester
adalah…
a. Semua jawaban benar
b. Pasangan sudah rata
c. Roskam
d. Adukan mortal
e. Tidak ada jawaban yang benar
8. Berikut adalah peralatan yang biasa dipakai untuk pekerjaan pasangan
bata, kecuali…
a. Crene
b. Roskam
c. Cetok
d. Ember
e. Tidak ada jawaban yang benar
9. Jika dalam pemasangan bata terjadi ketidak sesuaian pemasangannya,
maka pasangan bata tersebut perlu diperhatikan terhadap adalah…
a. Tidak ada jawaban yang benar
b. Kedataran
c. Semua jawaban benar

131 131
d. Kelurusannya
e. Ketegakannya
10. Untuk melakukan pemelesteran dinding sebaiknya dilakukan
pekerjaan di bawah ini, kecuali…
a. Perataan permukaan
b. Tidak ada jawaban yang benar
c. Membuat kepalaan pada dinding
d. Siram permukaan dinding dengan air
e. Orang yang sudah biasa mengerjakannya

3.11. DAFTAR PUSTAKA


Anonem, Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil,
PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Asyianto, Metode Konstruksi Gedung Bertingkat, UI Press, 2010.
Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Teknis Pembangunan Gedung
Negara, Percetak PU, 2002.
Djoko Kirmanto, Ir, Dipl. HE, Metode Kerja Bangunan Sipil, Caraka Ilmu,
2010.
SNI No.12-2002, tentang Analisis Biaya Konstruksi (ABK) Bangunan
Gedung dan Perumahan Pekerjaan Persiapan, Departemen
Pekerjaan Umum, 2002.

132 132
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Salmani, S.T.,M.S.,M.T.


NIP/Karpeg : 196208061991031015/F 227477
Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin/06 Agustus 1962
Alamat Kantor : Jl. Brigjend. H. Hasan Basri Banjarmasin,
70123 Telp./Fax (0511) 3307757
Alamat Rumah : Jl. Sultan Adam Komp. H. Iyus/STIKIP RT
23 No 17 Banjarmasin, 70121 Telp. (0511)
3301203
E-mail : salmani@poliban.ac.id Hp. 08115033162
Web : http://salmanisaleh.wordpress.com

PANGKAT:

Gol. Surat Keputusan


No Pangkat TMT
Ruang Nomor Tanggal

1 CPNS II b 01-03-1991 47520/A.2.IV.1/C/1991 10-08-1991


PNS
2 Pengatur II b 01-07-1992 244/PT10.H15.5/C/1992 13-06-1992
Muda Tk I

133 133
Gol. Surat Keputusan
No Pangkat TMT
Ruang Nomor Tanggal

3 Pengatur II c 01-10-1993 13-16/05907/KEP/X/1993 01-03-1994


Pengatur Tk 14-
4 II d 01-04-1995 29-03-1995
I 16/003027/KEP/IV/1995
5 Penata Muda III a 01-10-2001 731/N18.R/KP/2002 07-02-2002
Penata Muda
6 III b 01-10-2004 738/N18.R/KP/2004 07-12-2004
Tk I
7 Penata III c 01-04-2007 939/K16/KP/2007 03-09-2007

8 Piñata Tk I III d 01-04-2009 6761/K16/KP/2009 28-09-2009

9 Pembina IV a 01-04-2011 3959/A4.3/KP/2011 09-0502011

JABATAN FUNGSIONAL:
Jumlah Surat Keputusan
Jabatan Kelebihan
No Angka TMT
Fungsional Angka
Kredit Nomor Tanggal

1 Asisten Ahli 100 0


01-10-
2 Asisten Ahli 171 01-10-2002 072/N18.R/KP/2002 21,0
2002
01-10-
3 Lektor 250,5 01-10-2003 338/N18.R/KP/2003 50,5
2003
28-12-
4 Lektor 333,3 01-11-2004 798/N18.R/KP/2004 33,3
2004
31-05-
5 Lektor Kepala 520 01-06-2010 49263/A4.5/KP/2010 120
2010

PENDIDIKAN:
Nama Tahun
No Tingkat Jurusan Tempat
Pendidikan Lulus
Politeknik
1 D3 Teknik Sipil 1987 Bandung
PEDC-ITB
TTUC-IKIP Teknik Bangunan
2 Akta 4 1990 Bandung
FPTK Plambing
Fak. Teknik
3 S1 Teknik Sipil 2002 Banjarmasin
Unlam

134 134
Nama Tahun
No Tingkat Jurusan Tempat
Pendidikan Lulus
Fak. Teknik Teknik
4 S2 2006 Banjarmasin
Unlam Sipil/Transportasi
Multi Disiplin PSDA &
5 S2 2006 Banjarbaru
Ilmu Unlam Lingkungan

MATA KULIAH YANG DIASUH:


No Prodi Nama Mata Kuliah Semester Sks
1 D 3 PU Penyediaan Air Minum Genap 3
2 D 3 Sipil Mekanika Fluida dan Hidrolika Genap 2
3 D 3 Sipil Estimasi Biaya Genap 2
4 D 3 Sipil Rekayasa Lingkungan Genap 2
5 D 3 Sipil Fisika Dasar Ganjil 2
D3
6 AMDAL Ganjil 3
Tambang
Teknik Penyehatan Lingkungan &
7 D 3 PU Ganjil 3
Permukiman
Teknik Lalu Lintas & Manajemen
8 D 3 Sipil Ganjil 2
Transportasi
Manajemen Penyelenggaraan
9 D 4 PU Ganjil 4
Proyek
Keseimbangan Lingkungan dan
10 D 4 PU Ganjil 4
Pembangunan
11 D 3 Sipil Fisika Terapan Ganjil 2
D3
12 Fisika Terapan Ganjil 2
Geodesi
13 D 4 TBR Fisika Terapan Ganjil 2
D3
14 Fisika Terapan Ganjil 2
Tambang
15 D 3 Sipil Rekayasa Lingkungan Genap 2
Pengukuran Perencanaan
16 D 4 TBR Genap 1
Bangunan Air
17 D 4 TBR AMDAL Lahan Basah Genap 3
D3
18 Pengolahan Limbah Tambang Genap 2
Tambang

135
JUMLAH MAHASISWA BIMBINGAN YANG TELAH
MEMPEROLEH DIPLOMA:
No Tingkat Nama Pendidikan
1 DIPLOMA IV-PU 19 karyasiswa
2 DIPLOMA III 64 mahasiswa
3 DIPLOMA IV TBR Reguler 12 mahasiswa
4 DIPLOMA III TAMBANG 12 mahasiswa

BUKU AJAR YANG DITERBITKAN:


No Judul Penerbit ISBN
978-602-
Rekayasa dan Deepublish
475-529-4
1 Penyediaan Air (Grup Penerbit CV Budi Utama)
Bersih Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Juli 2018

PELATIHAN/KURSUS YANG PERNAH DIIKUTI:


LAMANYA
NO NAMA PELATIHAN/KURSUS
PELATIHAN/KURSUS
Sebagai Peserta Workshop Kontraktor dan
OMS Program P2D Kab. Tabalong Tahun
1 30 April 2003 (1 HARI)
2003 oleh Bappeda Kab. Tabalong tanggal di
Tanjung
Sebagai Peserta Pelatihan Teknik Fasilitasi
02 s/d 04 Agustus 2004
2 bagi Fasilitator Kelurahan oleh KMW IV
P2KP II Tahap I di Banjarmasin (3 Hari)
Sebagai Peserta Pelatihan Permetaan
05 s/d 09 November 2004
3 Swadaya dan Perencanaan Partisipatif
(5 hari) dan 26 s/d 30
P2KP II Tahap I oleh KMW IV Kal-Sel di
November 2004 (5 hari)
Banjarmasin, Banjarbaru dan Pelaihari
Sebagai Pendamping Pelatihan anggota
BKM Kecamatan Banjarmasin Utara Februari s.d Maret 2005
4
P2KP II Tahap I oleh KMW IV Kal-sel dan (60 Hari)
Pemko Banjarmasin di Banjarmasin Utara
Sebagai Pendamping Pelatihan Pembukuan
5 UPK dan Sekretaris BKM oleh KMW IV 05 s/d 07 Juli 2005 (3 hari)
Kalsel di Banjarmasin
Sebagai Peserta Pelatihan Pra Tugas
6 Fasilitator Kecamatan PPK oleh Tim 22 Agustus s/d 06
Koordinasi PPK Kalsel dan RMU IX September 2005 (16 hari)
Kalseltengdi Banjarmasin

136
LAMANYA
NO NAMA PELATIHAN/KURSUS
PELATIHAN/KURSUS
Sebagai Pendamping Pelatihan UPL dan
7 UPS BKM oleh KMW IV Kal-Sel dari di 29 s/d 30 Juli 2005 (2 hari)
Banjarmasin
Sebagai pemandu pada Pelatihan Dasar
Pemda PNPM Mandiri Perkotaan oleh
19 s/d 21 November 2008
8 Bappeda Kabupaten Kota Baru dan KMW IV
(3 hari)
PNPM Mandiri Perkotaan Kal-Sel di Kota
Baru
Sebagai pemandu pada Pelatihan Dasar
Pemda PNPM Mandiri Perkotaan oleh
01 s/d 04 Desember 2008
9 Bappeda Kabupaten Hulu Sungai Utara dan (4 hari)
KMW IV PNPM Mandiri Perkotaan Kal-Sel
di Amuntai
Sebagai pemandu pada Pelatihan Dasar
Pemda dan Kelompok Peduli PNPM 17 s/d 20 Desember 2008
10 Mandiri Perkotaan oleh Bappeda Kabupaten (4 hari)
Banjar dan KMW IV PNPM Mandiri
Perkotaan Kal-Sel dari di Martapura
Sebagai Pemandu Pelatihan Peningkatan
Kapasitas Aparatur Daerah, Kegiatan
Pemberdayaan Ekonomi, Sosial, Budaya
pelaku Usaha Perikanan dan Masyarakat 21 s/d 24 Oktober 2009 (4
11
Pesisir Kota Banjarmasin TA. 2009 oleh hari)
Dinas pertanian dan Perikanan Kota
Banjarmasin dan PNPM Mandiri Kelautan
dan Perikanan dari di Banjarmasin
Sebagai Peserta Pelatihan Pengoperasian
23 s/d 25 Maret 2009 (3
12 Software Aplikasi PNPM Pisew oleh Dep
hari)
PU, Cipta Karya di Jakarta
Sebagai Peserta Short Course HAKI
”ALTERNATIF KONSTRUKSI DI
16 s/d 17 April 2009 (2
TANAH LUNAK” oleh Himpunan Ahli
13 hari)
Konstruksi Indonesia Komda Kalimantan
Selatan
Sebagai Peserta Work Shop Dokumentasi
14 PNPM PISEW melalui E-Monitoring dan 02 s/d 04 Agustus 2009 (3
GPS oleh Dep. PU Cipta Karya di hari)
Banjarmasin
Sebagai peserta Pelatihan Teknisi/staf 15 Mei s/d 20 Mei 2010 (6
15
Laboratorium ”Rigid Pavement dan hari)

137
LAMANYA
NO NAMA PELATIHAN/KURSUS
PELATIHAN/KURSUS
Pengujian/Pemeriksaan Tanah” oleh kerja
sama Departemen PU, Fakultas Teknik
UNLAM, Politeknik Negeri Banjarmasin
Sebagai Peserta Diseminasi Penyusunan
21 s/d 23 Maret 2011 (3
16 laporan Keuangan Pisew oleh Dep. PU
hari)
Cipta Karya di Jakarta
Sebagai Peserta Work Shop Review
Pedoman dan Panduan PNPM PISEW oleh 06 s/d 08 Oktober 2011 (3
17
Dep. PU dan Bangda Dep Dagri di Denpasar, hari)
Bali
Sebagai Peserta Shour Course HAKI di 20 s/d 21 Oktober 2011 (2
18
Banjarmasin hari)
Sebagai Fasilitator Pelatihan Provinsi
25 s/d 28 Januari 2012 (4
19 PNPM-PISEW oleh Kementerian Dalam
hari)
Negeri di Banjarmasin
Sebagai Peserta Kegiatan Rapat Koordinasi
Hasil Monitoring Terpadu II PNPM
04 s/d 05 Oktober 2012 (2
20 PISEW Provinsi Kalimantan Selatan Oleh hari)
Tim Koordinasi/Bappeda Prov Kal-Sel di
Banjarmasin
Sebagai Peserta Pelatihan Teknisi Rencana
Campuran Aspal oleh departemen Pekerjaan 23 Februari s/d 29
21
Umum kerja sama Politeknik Negeri Februari 2013 (7 hari)
Banjarmasin
Pelatihan Training of Trainers (TOT) Oleh
Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah III
Banjarmasin kerja sama Pusat Pembinaan 07 s/d 12 Oktober 2013 (6
22
Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Badan hari)
Pembinaan Konstruksi Kementerian
Pekerjaan Umum
Sebagai Peserta Orientasi Penugasan
Konsultan Provinsi dan Kabupaten PNPM 17 s/d 21 Agustus 2014 (5
23
PISEW/RISE II oleh DitJen Bina Bangda hari)
dari di Bogor
Sebagai Peserta Pelatihan Tematik
Peningkatan Kapasitas Camat TA. 2014 10 s/d 14 November 2014
24
PNPM PISEW/RISE II oleh DirJen Bina (5 hari)
Bangda dari di Banjarmasin
Sebagai Peserta Pelatihan Asesor 27 s/d 30 April 2015 (4
25
Kompetensi Oleh Badan Nasional Sertifikasi hari)

138
LAMANYA
NO NAMA PELATIHAN/KURSUS
PELATIHAN/KURSUS
Profesi (BNSP).
Sebagai Peserta Pelatihan Sistem Informasi
Manajemen Survei Pengawasan Sarana
Distribusi Tahun Anggaran 2016 yang
diselenggarakan oleh PT. Multidecon Internal 21 s/d 24 November 2016
26
bekerja sama dengan Direktorat Sarana (4 hari)
Distribusi dan Logistik, DirJen Perdagangan
Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan RI
di Jakarta
Sebagai Peserta “Kegiatan Management Of
Training (MOT) Bidang Jasa Konstruksi” 06 s/d 08 Desember 2016
27 Oleh Balai Jasa Konstruksi Wilayah V (4 hari)
Banjarmasin Kementerian PUPR di
Banjarmasin
Pelatihan penyegaran bagi Fasilitator
Pamsimas III Tahun 2017 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan 20 s/d 25 Agustus 2017 (5
28
Umum dan Perumahan Rakyat Satker hari)
Pengembangan Air Minum Berbasis
Masyarakat di Banjarmasin
Sebagai Peserta Workshop Penyusunan
Materi Uji Kompetensi Lembaga 09 s/d 12 Oktober 2017 (4
29
Sertifikasi Profesi pihak kesatu (LSP-P1) hari)
Politeknik Negeri Banjarmasin

PENGALAMAN PROYEK YANG DITANGANI:


Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
PPK
Pendampingan Pembinaan
24 Maret
Penyusunan Teknis
Pengembangan 2017 s/d
Ranpera Bidang
Sistem PLP Konsultan Teknis 19 5 Orang
Persampahan
Satuan Kerja Oktober
Kab. Barito
Pengembangan 2017
Kuala
Sistem PLP
Survei Konsultan Koordinator 17 3 Orang

139
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Pengawasan Monitoring Provinsi Oktober
Sarana Distribusi 2016 s/d
Tahun Anggaran 16
2016 Desember
2016 (02
Bulan)
Pengembangan 03 Mei
Infrastruktur Tenaga Ahli 2016 s/d
Konsultan
Sosial Ekonomi Monitoring dan 13
Manajemen 5 Orang
Wilayah Evaluasi Oktober
Teknis (KMT)
(PISEW) – (TA.MONEV). 2016 (06
APBN 2016 Bulan)
Konsultan 04
Pengembangan
Pendampingan Agustus
Infrastruktur
Masyarakat di Fasilitator 2014 s/d
Sosial Ekonomi
Kabupaten Kabupaten 21 12 Orang
Wilayah
Hulu Sungai (Faskab). Februari
(PISEW) – Loan
selatan 2016 (17
JBIC IP 564.
Bulan)
SID
Pembangunan
Pengaman Dinas PU Prov 25-09-
Tebing Sungai Konsultan Teknis 5 Orang
Kalteng 2015
Kahayan di Kota
Palangkaraya
Evaluasi
Kawasan
Strategis Dinas PU Prov 27-07-
Konsultan Teknis 3 Orang
Provinsi Kalteng 2015
Kalimantan
Tengah
Perencanaan Dinas Cipta
Teknis Sistem Karya, Tata
Penyediaan Air Ruang dan Konsultan 09-11-
5 Orang
Minum (SPAM) Perumahan Perencana 2015
Kota Kota
Palangkaraya Palangkaraya

140
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Penyusunan
Detail
Engineering
Design (DED)
Dinas PU Prov Konsultan 21-11-
Kawasan Kumuh 5 Orang
Kalteng Perencana 2015
Perkotaan
Kabupaten
Kotawaringin
Barat
Penyusunan
Dokumen
Rencana Induk Dinas PU Kota Konsultan 23-11-
3 Orang
Jalur Evakuasi Palangkaraya Perencana 2014
Bencana
Kebakaran
Penataan
Dinas PU Kab Konsultan 23-10-
Kawasan Tepi 5 Orang
Barito Selatan Perencana 2014
Sungai Barito
Pembuatan
Dokumen
Kawasan Cepat Dinas PU Prov Konsultan 08-12-
5 Orang
Tumbuh Provinsi Kalteng Perencana 2014
Kalimantan
Tengah
Studi Kelayakan
Pengembangan
Perumahan dan
Dinas PU Prov Konsultan 25-08-
Kawasan 3 Orang
Kalteng Perencana 2013
Pemukiman di
Kab. Gunung
Mas
Program Konsultan Februari
Nasional Pendampingan 2013 s/d
Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di 17
Kabupaten 5 Orang
Masyarakat Kabupaten Desember
(Faskab)
Pengembangan Hulu Sungai 2013 (11
Infrastruktur selatan Bulan)

141
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Sosial Ekonomi
Wilayah (PNPM
PISEW) – Loan
JBIC IP 543.

SID
Pengembangan
Banjir di
Dinas PU Prov Konsultan 26-08-
Kelampangan 5 Orang
Kalteng Perencana 2013
Dan Bareng
Bangkai Kota
Palangkaraya
Penyempurnaan
Rencana Induk
Sistem
Penyediaan Air
Minun
(RISPAM) dan Dinas PU Kota 22-10-
Konsultan Teknis 3 Orang
Perencanaan Palangkaraya 2013
Teknis
Penyediaan Air
Minum (SPAM)
Kota
Palangkaraya
Dinas Tata
Perencanaan
Kota,
Pembuatan Data
Bangunan dan Konsultan 29-10-
Base Bangunan 5 Orang
Pertamanan Perencana 2013
di Kota Palangka
Kota
Raya
Palangkaraya
Dinas Tata
Penyusunan
Kota,
Master Plan
Bangunan dan 18-11-
Penerangan Jalan Konsultan Teknis 5 Orang
Pertamanan 2013
Umum Kota
Kota
Palangkaraya
Palangkaraya
Penyusunan Dinas PU Prov. Konsultan teknis 10-12- 3 Orang

142
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Rencana Tindak Kalteng 2013
Penataan
Lingkungan
Permukiman
Tradisional
Kawasan Betang
Tumbang Anol
Penyusunan
Master Plan dan
Detail
Konsultan 10-12-
Engineering DPU Kalteng 5 Orang
Perencana 1013
Estimate (DED)
Aula
Singkuwung
Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat 01 Juni
Konsultan
Pengembangan
Pendampingan
Asisten Teknis 2010 − 30
Infrastruktur Kabupaten November 12 Orang
Masyarakat di
Sosial Ekonomi (ATK) 2012 (30
Kabupaten
Wilayah (PNPM Bulan)
PISEW) – Loan
JBIC IP 543.

Perencanaan
Desain Aula
Konsultan 21-12-
Serba Guna Sekda Kalteng 5 Orang
Perencana 2012
Sekda Kalteng
Palangkaraya
Perencanaan
Jaringan Irigasi,
Reklamasi Rawa Dinas PU Kota Konsultan
3 Orang
dan Perencanaan Palangkaraya Perencana
Pengendalian
Banjir
Perencanaan Dinas Konsultan 5 Orang

143
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Pembuatan Kehutanan Perencana
Rancangan Kab. Katingan
Teknis Embung
Air
Pengelolaan
Kelembagaan
(Pemeliharaan Dinas Kelautan
Konsultan
Berkelanjutan dan Perikanan 5 Orang
Perencana
Sumber Daya Kab. Kobar
Alam Skala
Kecil)
Penyelarasan
Dokumen
Dinas Kelautan
Perencanaan Konsultan
dan Perikanan 3 Orang
Hierarki Perencana
Kab. Kobar
Pengelolaan
Wilayah Pesisir
Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat Tenaga 01 April
Konsultan di
Pengembangan
Kabupaten
Monitoring Fisik 2009 − 31
5 Orang
Infrastruktur dan Keuangan Mei 2010
Banjar
Sosial Ekonomi (TMFK) (13 Bulan)
Wilayah (PNPM
PISEW) – Loan
JBIC IP 543.
Program
Nasional
Pemberdayaan 01
Masyarakat Agustus
(PNPM) Konsultan 2008 s/d
TA. Infrastruktur 5 Orang
Program Pendamping 31 Maret
Penanggulangan 2009 (08
Kemiskinan Bulan)
Perkotaan
(P2KP)

144
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Kalimantan
Selatan
Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
(PNPM) Januari
Program Konsultan Koordinator kota 2007 s/d
3 Orang
Penanggulangan Perkotaan PNPM P2KP Juli 2008
Kemiskinan (12 Bulan)
Perkotaan
(P2KP)
Kalimantan
Selatan
Perencanaan Dinas Pasar
Pembangunan dan Kebersihan Konsultan 27-02-
5 Orang
Gedung Kantor Kota Perencana 2007
Dinas Pasar Palangkaraya
Perencanaan Dinas
Teknis Dinas Kesehatan Konsultan 07-07-
5 Orang
Kesehatan Kota Kota Perencana 2007
Palangkaraya Palangkaraya
Perencanaan
Renovasi
Bapeda Konsultan 11-03-
Bangunan 3 Orang
Kalteng Perencana 2006
Kantor Bapeda
Kalteng
Perencanaan
Rehab Dinas
Laboratorium Kehewanan Konsultan 20-07-
5 Orang
dan Klinik Kota Perencana 2006
Hewan Kota Palangkaraya
Palangkaraya
Perencanaan
Pengembangan Bapeda Kab. Konsultan 04-07-
5 Orang
Kantor Bapeda Katingan Perencana 2006
Kab. Katingan

145
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Proyek
Januari–
Penanggulangan TA. Monev
Konsultan Agustus
Kemiskinan di KMW IV Kal – 3 Orang
Perkotaan 2006
Perkotaan (P2KP- Sel
(08 Bulan)
II) Tahap I
Proyek
01 Maret –
Penanggulangan Asisten
31
Kemiskinan di Konsultan Koordinator Kota
Desember 5 Orang
Perkotaan Perkotaan (Askorkot)
2005
(P2KP-II) Tahap Marabahan
(06 Bulan)
I
Proyek
April 2004
Penanggulangan
Konsultan Senior Fasilitator – Maret
Kemiskinan di 3 Orang
Perkotaan (SF) 2005
Perkotaan (P2KP
(10 Bulan)
− II) Tahap
01 Mei –
Program
30
Pengembangan Fasilitator Fasilitator
Nopember 2 Orang
Prasarana Kecamatan Kecamatan (ttl)
2003
Perdesaan (P2D)
(09 Bulan)
Konsultan 01
Manajemen Desember
Teknis P2DT – Tenaga Tenaga Survey 1997 s/d
2 Orang
OECF Pola KSO Fasilitator Lapangan (TSL) 31 Maret
TA. 1997 s/d 2000 (26
2000 Bulan)
01
Kegiatan Desember
Pemeliharaan 2003 s/d
Quality/Quantity
Berkala Jalan Tenaga Ahli 19 2 Orang
Engineer
kabupaten Tapin Februari
TA. 2003 2004 (03
Bulan)
Proyek 03
Pengawas
Peningkatan Inspector Oktober 2 Orang
Lapangan
Jalan Kabupaten s/d 19

146
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Tapin Tahun Desember
Anggaran 2002 2002 (03
Bulan)
Proyek
29 April
Peningkatan
s/d 30
Jalan/Jembatan Quality/Quantity
Tenaga Ahli September 2 Orang
Kota Banjarbaru Engineer
2002
Tahun Anggaran
(06 Bulan)
2002
Proyek
pengembangan
14
Perumahan dan
Estimator Februari
Permukiman
Tenaga Ahli Engineer/Enginer s/d 15 2 Orang
Propinsi Kal-Sel
Design April 2002
Bantuan PSD –
(03 Bulan)
PP RS/RSS
Tahun 2002
School 01
Improvement Oktober
Grants Program Pengawas s/d 31
Inspector 5 Orang
(SIGP) IBRD – Lapangan Desember
TF 023846 2001 (03
Pakage 3 N Bulan)
Konsultan 16
Manajemen Nopember
Monitoring JBIC Pengawas
Inspector 1993 − 28 3 Orang
SPL INP 23 Lapangan Pebruari
Sektor 1994 (15
Kesehatan Bulan)
Proyek
Pengawasan 06
Lanjutan Agustus
Pembangunan Pengawas Lab. Material s/d 27
5 Orang
Jalan dan Lapangan Teknik Pebruari
Jembatan 1997 (07
Propinsi Kal- Bulan)
Teng Paket

147
Jumlah
JABATAN LAMA tenaga
JENIS BIDANG
DALAM (…. TH kerja
PROYEK PEKERJAAN
PROYEK …… BL) yang
dipimpin
Pembangunan
Jembatan Sei.
Kahayan B.550 m
Proyek
Pengawasan
Pembangunan 22 Juni
Jalan dan 1995 s/d
Pengawas
jembatan Propinsi Draftment 15 Maret 5 Orang
Lapangan
Kal-Teng Paket 1996 (10
Pembangunan Bulan)
Jembatan Sei.
Kahayan B.550 m
Proyek
20 Juni
Pengawasan jalan
1994 s/d
nasional
Pengawas Lab. Material 03
Kalimantan 3 Orang
Lapangan Teknik Februari
Tengah Ruas
1995 (09
Jalan Dalam kota
Bulan)
Palangkaraya
Proyek
Pengawasan 22
jalan Nasional September
kalimantan Pengawas 1993 s/d
Surveyor 5 Orang
Tengah P3JN Lapangan 15 Maret
Ruas Jalan 1994 (07
Dalam kota Bulan)
Pangkalanbun
Manajemen
Proyek di Tenaga Tenaga April 1989
Kabupaten Administrasi Pengawas s/d Mei
5 Orang
Kapuas dan pengawas lapangan dan 1990 (12
Kalimantan Lapangan Administrasi Bulan)
Tengah

148
PENELITIAN DENGAN SPONSOR YANG MEMBIAYAI DIPA
POLIBAN:
1. Model Simulasi Penyebaran Polutan Kendaraan Bermotor di
Beberapa Ruas Jalan Kota Banjarmasin, DIPA Tahun 2004 Poliban
Banjarmasin.
2. Pemodelan Matematika Dalam Penentuan Siklus Waktu Traffic Light
Pada Persimpangan Jalan Kuripan – Ahmad Yani Banjarmasin,
DIPA Tahun 2006 Poliban Banjarmasin.

JUDUL TULISAN YANG DITERBITKAN DALAM JURNAL


ILMIAH:
1. Analisis Terminal Antar Jemput Pelabuhan Trisakti Banjarmasin
Jurnal INTEKNA Poliban Banjarmasin.
2. Pemanfaatan Sumber Daya Air di Kawasan Sungai Kuin
Banjarmasin, Jurnal INTEKNA Poliban Banjarmasin.
3. Eksternalitas Biaya Akibat Kecelakaan Kerja di Banjarmasin. Jurnal
INTEKNA Poliban Banjarmasin.
4. Karakteristik Parkir di Terminal Antar Jemput Pelabuhan Trisakti
Banjarmasin, Jurnal INTEKNA Poliban Banjarmasin 2004.
5. Kualitas Udara Kota Banjarmasin, Jurnal INTEKNA Poliban
Banjarmasin Juli 2004.
6. Model Simulasi Penyebaran Polutan Kendaraan Bermotor di
Beberapa Ruas Jalan Kota Banjarmasin, Jurnal INTEKNA Poliban
Banjarmasin, 2 Nopember 2004.
7. Alternatif Untuk Pengolahan Limbah Padat/Talling Yang
Mengandung Mercury Dan Arsen, Jurnal TEKNIK SIPIL Poliban
Banjarmasin, 2 Desember 2004.
8. Informasi Geospasial Survei dan Pemetaan Pada Lahan Kritis Untuk
Rehabilitasi DAS, Jurnal INTEKNA Poliban Banjarmasin, 1 Mei
2005.
9. Pemetaan Topografi Sebagai Pengantar Dasar Manajemen Bencana
Dan Pengendalian Banjir Untuk Penanggulangan Bencana, Jurnal
INTEKNA Poliban Banjarmasin, 2 Nopember 2005.

149
10. Analisis Kinerja Angkutan Kota Di Banjarmasin, Jurnal INTEKNA
Poliban Banjarmasin, 1 Mei 2006.
11. Pemodelan Matematika Dalam Penentuan Siklus Waktu Traffic Light
Pada Persimpangan Jalan Kuripan – Ahmad Yani Banjarmasin,
Jurnal TEKNIK SIPIL Poliban Banjarmasin, 1 Agustus 2006.
12. Upaya Pengendalian Lahan Kritis Untuk Rehabilitasi Daerah Aliran
Sungai, Jurnal Pendidikan Profesional, Pusat Pembinaan Keahlian
Dan Teknik Konstruksi BPKSDM Dep. Pekerjaan Umum, Bandung 8
Oktober 2005.
13. Kajian Kerusakan Lahan/Tanah Di Tinjau Dari Pendekatan Social
Ekonomi, Jurnal Pendidikan Profesional, Pusat Pembinaan
Keahlian Dan Teknik Konstruksi BPKSDM Dep. Pekerjaan Umum,
Bandung 11 Mei 2006.
14. Kontribusi Volume Arus Lalulintas Kendaraan Bermotor Terhadap
Kadar Timbal (Pb) di Udara Pada Ruas Jalan Kota Banjarmasin,
Jurnal INTEKNA Poliban Banjarmasin, 2 Nopember 2006.
15. Analisis Ketersediaan Air Daerah Aliran Sungai Barito Hulu dengan
Menggunakan Debit Hasil Perhitungan Metode NRECA, Jurnal
INTEKNA Poliban Banjarmasin, Tahun XIII, No 2, Nopember
2013, ISSN 1412-5609.
16. Studi Pengendalian Banjir di Desa Pemangkuan Dan Desa Sungai
Tabuk Kabupaten Banjar Dengan Perhitungan Debit Banjir Aliran
Permukaan Metode Rasional, Jurnal INTEKNA Poliban
Banjarmasin, No 15, Mei 2015, ISSN 1412-5609 (print), ISSN 2443-
1060 (online).

Demikian biodata ini saya buat dengan sesungguhnya.

Banjarmasin, 20 Agustus 2018


Yang menyatakan

(S a l m a n i, S.T.,M.S.,M.T.)

150

Anda mungkin juga menyukai