Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan pada masyarakat. Sebagai penyebab
kebutaan kedua setelah katarak dengan jumlah penderita 60.500.000 pada tahun 2010 di
dunia, diperkirakan meningkat menjadi 76.600.000 pada tahun 2020. Sedangkan
berdasarkan data yang dihimpun oleh WHO penyakit glaukoma mengakibatkan kebutaan
pada 3,2 juta orang di dunia (Kemenkes, 2015). Diperkirakan 1,9% populasi usia 40 tahun
keatas di Amerika Serikat mengalami glaukoma. Sehingga lebih dari 2 juta penduduk
Amerika Serikat yang menderita glaukoma. Diantara mereka, hampir setengahnya
mengalami gangguan penglihatan, dan lebih 120. 000 buta secara hukum karena glaukoma.

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai kerusakan saraf mata, terutama karena
peningkatan tekana bola mata dan gangguan lapang pandang. Secara umum terbagi
menjadi galukoma sudut terbuka, tertutup, dan kongenital. Glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan bila tidak diobati. Bila Glaukoma dapat didiagnosis dini dan ditangani, maka
penurunan pengelihatan dapat dihambat dan kebutaan dapat dicegah

Prevalensi glaukoma menurut hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 menunjukkan hasil
bahwa prevalensi nasional glaukoma sebesar 0,46%. Terdapat 10 provinsi di Indonesia yang
memiliki prevalensi tertinggi berturut- turut adalah DKI Jakarta (1,85%), Nanggroe Aceh
Darussalam (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi Tengah (1,21%), Sumatera
Barat (1,14%), Kalimantan Selatan (1,05%), Nusa Tenggara Barat (0,73%), Sumatera
Selatan (0,72%), Gorontalo (0,67%), dan Jawa Timur (0,55%) (Kemenkes, 2008).

Glaukoma yang bersifat kronik tidak banyak menimbulkan gejala. Penderita tidak
merasakan apapun, namun perlahan-lahan terjadi kerusakan saraf dan penyempitan lapang
pandang. Saat penderita telah menyadari kerusakan tersebut, maka perjalanan penyakitnya
sudah mencapai tahap yang berat. Oleh karena itu glaukoma sering disebut sebagai pencuri
penglihatan

1
2

Penderita glaukoma perlu pengobatan dan monitoring terus menerus. Oleh karena itu
idealnya mengingat keterbatasan jumlah dokter spesialis mata di Indonesia, penting untuk
melatih tenaga kesehatan untuk dapat mengenali tanda dan gejala penyakit glaukoma serta
memiliki kemampuan untuk memberikan penanganan awal dan rujukan.

1.2 TUJUAN

1. Untuk memahami dan menjelaskan perjalanan penyakit Glaukoma.

2. Untuk menegakan diagnosis tepat dan tatalaksana untuk pasien

Anda mungkin juga menyukai