Anda di halaman 1dari 48

Kepaniteraan Klinik – 2018

Departemen IKM-KP
FK UNAIR

KOMUNIKASI EFEKTIF
DOKTER - PASIEN
dr. Subur Prajitno, MS., AKK., FISPH., FISCM.
KOMPETENSI
BAHAN KAJIAN KULIAH
Lampiran-1 - DAFTAR POKOK BAHASAN
3.3. Berbagai elemen komunikasi efektif
e. Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien
marah, sedih, takut, atau kondisi khusus
7.9. Konsultasi dan Konseling
BAHAN PROFESI / KEPANITERAAN KLINIK
Lampiran-4 DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS
KOMUNIKASI 78 Edukasi, nasihat dan melatih individu dan
kelompok mengenai kesehatan 4A
80 Konsultasi terapi 4A
81 Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman
sejawat atau petugas kesehatan lainnya (rujukan dan
konsultasi) 4A
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI 2012)
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
4. PROSES KONSULTASI
5. EDUKASI INDIVIDU DAN KELOMPOK
6. KONSELING
7. MENYAMPAIKAN KABAR BURUK
8. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015
Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
KEPANITERAAN KLINIK
1. Kegiatan Praktik Studio - Komunikasi Dokter Pasien
2. Mini Cex (Mini Clinical evaluation exercise)
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
BAB II JENIS KETERAMPILAN DALAM PANDUAN
KETERAMPILAN KLINIS

B. KETERAMPILAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI DOKTER-


PASIEN

Bentuk komunikasi dalam profesi dokter dapat dibedakan


menjadi 3 bagian berdasarkan sasaran dari komunikasi
tersebut, yaitu :
─ komunikasi dokter-pasien,
─ komunikasi dokter-rekan sejawat, dan
─ komunikasi dokter-komunitas.

Dari setiap bagian dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk


komunikasi lainnya, yaitu:
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Lampiran II.
Komunikasi Dokter – Pasien :
1. Proses KONSULTASI :
a) Membuka sesi konsultasi
b) Mengumpulkan informasi
c) Memberikan penjelasan dan rencana tata laksana
d) Menutup sesi konsultasi
2. EDUKASI individu dan kelompok
3. KONSELING Pertemuan keluarga (Family Conference)
4. MENYAMPAIKAN KABAR BURUK (breaking bad news)
5. Meminta PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (informed
consent)
KONSULTASI
Konsultasi adalah upaya memberikan :
petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat … dalam :
penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau
metodologi
yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.
Konsultasi lebih bersifat pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan atau pemahaman tentang hal yang
dikonsultasikan oleh pasien.

Contoh :
Pasien datang konsultasi tentang hal kurang darah / anemia ke
dokter
Prosedur / Langkah-Langkah Konsultasi :
1. Membuka Sesi Konsultasi
1) Bangun sambung rasa (menyapa, bersalaman,
memperkenalkan diri) dan mengkonfirmasi identitas dan
karakteristik pasien
2) Jelaskan tujuan sesi Konsultasi (minta persetujuan pasien
bila diperlukan)
3) Identifikasi masalah utama (hal yang ingin dikonsultasikan)
pasien menggunakan pertanyaan pembuka ("ada masalah
apa?" atau ´apa yang bisa saya bantu?” atau “ada keluhan
apa?”)
4) Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan
pasien tanpa memotong atau mengarahkan jawaban pasien.
5) Konfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah
masalah lainnya (mis: "selain anemia, ada lagi yang lain?",
dan lain-lain)
2. Mengumpulkan Informasi
1) Dorong pasien menceritakan perjalanan masalahnya mulai
awal sampai saat ini menggunakan kata-katanya sendiri;
2) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat,
dimulai dengan pertanyaan terbuka dilanjutkan dengan
pertanyaan tertutup.
3) Dengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan
pasien menyelesaikan perkataannya tanpa diinterupsi,
berikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum
menjawab, atau meneruskan pembicaraan setelah jeda
sejenak.
4) Amati respon pasien secara verbal maupun non-verbal ;
5) Klarifikasi kembali pernyataan pasien bila kurang jelas
atau meminta penjelasan lebih lanjut (misalnya: "bisa
dijelaskan apa yang dimaksud pasien dengan kepala terasa
melayang?")
6) Rangkum pada akhir satu bagian konsultasi untuk
memastikan bahwa pengertian dokter sama dengan
pasien sebelum pindah ke hal lain berikutnya ; meminta
pasien mengoreksi bila ada interpretasi yang kurang tepat,
atau meminta pasien memberikan penjelasan lebih lanjut.

Bila akan melakukan pemeriksaan fisik, dokter menjelaskan


prosesnya dan meminta izin.

Berikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat


membuat pasien merasa malu atau menyakitkan pasien,
termasuk pemeriksaan fisik.

Jelaskan alasan pertanyaan atau pemeriksaan fisik yang


mungkin dirasa tidak masuk akal
3. Memberikan Penjelasan & Rencana Tata Laksana
1) Berikan informasi yang terukur dan terstruktur dalam
kalimat – kalimat singkat yang dapat dimengerti dan buat
urutan yang logis; pastikan pengertian pasien; gunakan
respon pasien sebagai panduan untuk memberikan
informasi selanjutnya
2) Nilai pengetahuan awal pasien : tanyakan apa yang sudah
diketahui pasien sebelumnya pada awal pemberian
informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien
menginginkan informasi.
3) Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari
memberikan saran, informasi dan harapan yang terlalu dini
4) Berikan pernyataan dan kalimat yang mudah dimengerti dan
ringkas; hindari penggunaan istilah medis atau berikan
penjelasan istilah tersebut dapat dengan menggunakan
metode visual untuk menyampaikan informasi: diagram,
model, informasi dan petunjuk tertulis.
5) Pastikan pemahaman pasien terhadap informasi yang
diberikan : misalnya dengan meminta pasien mengulangi
dengan kata-katanya sendiri, melakukan klarifikasi bila
perlu.
6) Berikan kesempatan dan dorong pasien untuk
berpartisipasi dalam pemberian informasi : meminta
pasien untuk mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi
serta menyatakan keraguannya, dan dokter merespon
dengan tepat.
7) Jelaskan secara detil pilihan penatalaksanaan, misalnya
rencana pemeriksaan lebih lanjut tentang anemia
8) Negosiasikan penatalaksanaan yang dapat disepakati
kedua belah pihak :
a. Informasikan apa yang menjadi pilihan terbaik dari
beberapa pilihan yang tersedia
b. Bantu pasien menentukan pilihan
c. Pastikan apakah pasien dapat menerima rencana
penatalaksanaan
d. Kekhawatiran pasien telah teratasi
4. Menutup Sesi Konsultasi
1) Rangkum sesi secara singkat dan klarifikasi
2) Lakukan perjanjian dengan pasien tentang langkah
selanjutnya yang akan dilakukan baik oleh pasien maupun
dokter.
3) Antisipasi: Jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin
terjadi, apa yang harus dilakukan jika rencana, tidak
berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana
mencari bantuan dengan menghubungi .
4) Pastikan terakhir kali apakah pasien setuju dan merasa
nyaman dengan rencana yang telah disusun, tanyakan
apakah masih ada pertanyaan atau hal - hal lain yang masih
perlu didiskusikan. ("ada pertanyaan lagi atau masih ada
hal yang ingin didiskusikan?").
5) Tutup sesi dengan ucapan terima kasih dengan
bersalaman.
KONSeling
 Konseling adalah upaya pemberian bantuan informasi yang
dibutuhkan pasien dalam rangka mengklarifikasi,
memperjelas, memberikan motivasi serta memberikan
alternatif pilihan yang diakibatkan oleh
ketidaktahuan/keraguan pasien atau keluarga terhadap
masalah kesehatannya.
 Konseling bertujuan melakukan pemberdayaan pasien untuk
memilih solusi terhadap masalahnya.
 Konseling adalah sebuah proses dalam membantu klien oleh
orang yang terlatih untuk menyelesaikan masalah individual,
sosial dan psikologis dengan membantu fokus pada perasaan,
pengalaman atau perilaku dengan target menfasilitasi
perubahan yang positif yang dibangun dengan rasa percaya
(trust) dan kerahasiaan (confidentiality) (Powers,2006).
 Konseling dilakukan antara konselor dan klien melalui sebuah
percakapan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah,
bukan sekedar percakapan atau obrolan biasa. Untuk
membantu menyelesaikan masalah, konselor akan membantu
klien mengidentifikasikan masalah yang dihadapinya.

Contoh :
Pasien datang konseling tentang pengobatan mioma uteri yang
dideritanya
Prosedur/Langkah-Langkah Konseling

1. Membuka Sesi Konseling


1) Bangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,
memperkenalkan diri dan mengkonfirmasi identitas dan
karakteristik pasien
2) Jelaskan tujuan sesi Konseling serta memberitahukan peran
dokter sebagai konselor
3) Identifikasi masalah utama pasien atau hal yang ingin
dibicarakan pasien dalam konseling dengan menggunakan
pertanyaan pembuka yang sesuai
4) Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan
pasien tanpa memotong atau mengarahkan jawaban pasien.
5) Konfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah
masalah lainnya ("selain anemia, ada lagi yang lain?", dan
lain-lain)
2. Memberikan Penjelasan & Motivasi Pasien
1) Memberikan penjelasan tentang beberapa alternatif solusi
(misalnya jenis alat kontrasepsi dan pengobatan) yang
dapat dipilih pasien untuk menyelesaikan masalahnya.
2) Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik,
3) Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing – masing
alternatif solusi tersebut secara objektif.
4) Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti, tidak menggunakan jargon medik dan kalimat
yang membingungkan.
5) Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat
6) Mengecek kembali pemahaman pasien/keluarga tentang hal
yang dibicarakan dan menanggapi komunikasi non-verbal
pasien dengan tepat
7) Memberi kesempatan/waktu kepada pasien untuk bereaksi
terhadap ucapan petugas kesehatan (berdiam diri sejenak)
8) Mendorong pasien untuk menyampaikan reaksinya,
keprihatinannya serta perasaannya serta menyampaikan
penerimaannya terhadap keprihatinan, perasaan dan nilai-
nilai pasien
9) Mendorong pasien untuk menentukan pilihannya terhadap
solusi dan menyatakan dukungan terhadap keputusan
pasien (menyampaikan keprihatinan, pengertian, dan
keinginan untuk membantu)
10) Membuat perencanaan solusi tindak lanjut bersama pasien
3. Menutup Sesi Konseling
1) Rangkum sesi Konseling secara singkat dan klarifikasi
2) Lakukan perjanjian dengan pasien tentang langkah
selanjutnya yang akan dilakukan baik oleh pasien maupun
dokter.
3) Pastikan terakhir kali apakah pasien setuju dan merasa
nyaman dengan rencana / solusi yang telah dipilih, tanyakan
apakah masih ada pertanyaan atau hal - hal lain yang masih
perlu didiskusikan.
4) Tutup sesi Konseling dengan ucapan terima kasih dengan
bersalaman
edukasi
 Edukasi adalah upaya untuk memberikan informasi dan
pemahaman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat agar
mempunyai pandangan, sikap, dan perilaku yang lebih sehat.
 Edukasi bertujuan untuk melakukan intervensi / pengubahan
perilaku pasien agar pengetahuan (kognitif) pasien menjadi
benar atau bertambah, atau sikap (afektif) pasien penjadi tepat,
atau kebiasaan (psikomotor) pasien menjadi benar,
 Edukasi yang dilakukan oleh dokter bisa terhadap pasien, atau
terhadap pasien bersama keluarganya, atau terhadap
sekelompok pasien
Contoh :
 Dokter melakukan edukasi terhadap pasien ibu beserta
keluarganya tentang diabetes mellitus
 Dokter melakukan edukasi terhadap pasien-pasien di
puskesmas tentang Hipertensi
Prosedur/Langkah-Langkah Edukasi Individu Dan
Kelompok

1. Membuka Sesi Edukasi


1) Bangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,
memperkenalkan diri dan mengkonfirmasi identitas dan
karakteristik pasien atau keluarga atau kelompok pasien.
2) Jelaskan tujuan sesi Edukasi serta memberitahukan peran
dokter sebagai edukator
3) Menyampaikan waktu edukasi dan waktu kapan pertanyaan
boleh diajukan
2. Memberikan Edukasi
1) Menyampaikan materi edukasi secara ringkas, padat, dan
menggunakan bahasa yang bias dipahami pasien, keluarga
atau kelompok
2) Edukasi dapat dilakukan dengan metode sesuai ranah
perilaku yang akan diubah :
 Kognitif : ceramah
 Afektif : diskusi atau simulasi atau role play
 Psikomotor : pelatihan atau demonstrasi
3) Apabila diperlukan dapat menggunakan media yang sesuai
tujuan edukasi dan jenis dan jumlah sasaran edukasi
4) Beberapa kali mengecek pemahaman peserta
5) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan
3. Menutup Sesi Edukasi
1) Menyampaikan kesimpulan edukasi
2) Tutup sesi Edukasi dengan ucapan terima kasih dengan
bersalaman

Sebagai edukator yang baik, dokter diharapkan:


a. mampu menjalin interaksi yang baik dengan peserta selama
proses berlangsung
b. penguasaan materi dengan baik
c. ekspresi wajah (senyum, kontak mata), bahasa tubuh dan
gerak-gerik sesuai
d. volume dan intonasi suara cukup
e. penggunaan bahasa yang sesuai dengan peserta
Berita buruk
Bad News = Kabar Buruk = "berita yang drastis dan negatif
mengubah pasien memandang masa depannya" dapat berupa :
 penyakit terminal,
 diagnostik penyakit kronis dan
 hasil pemeriksaan yang abnormal.
Menyampaikan kabar buruk adalah upaya dokter keluarga
mengkomunikasikan kabar buruk atau kendala
penatalaksanaan masalah kesehatan pasien dengan baik untuk
mencegah dampak yang tidak diinginkan, karena kabar yang
disampaikan berupa kabar yang tidak diharapkan / tidak
menyenangkan.
Contoh :
Dokter menyampaikan berita buruk terhadap pasien dan
keluarganya bahwa pasien menderita HIV-AIDS
Prosedur / Langkah-Langkah Menyampaikan Berita
Buruk

1. Membuka Sesi Menyampaikan Berita Buruk


1) Bangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,
memperkenalkan diri dan mengkonfirmasi identitas dan
karakteristik pasien atau keluarga
2) Menjelaskan tujuan pertemuan untuk menginformasikan
berita yang kurang menyenangkan
3) Menanyakan pasien ingin mendengarkan sendiri atau perlu
pendampingan keluarga
4) Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada
pasien yang mengindikasikan bahwa informasi yang akan
disampaikan selanjutnya adalah informasi yang penting
2. Menyampaikan Berita Buruk
1) Menanyakan pasien mengenai hal-hal yang telah diketahui,
dan perasaannya terhadap masalah yang dialami
2) Menanyakan sejauh mana informasi tentang masalahnya
yang ingin diketahui oleh pasien (apakah pasien ingin
mengetahui secara umum atau mendalam)
3) Menjelaskan informasi secara sistematis dengan bahasa yang
sederhana, mudah dimengerti dan menunjukkan empati
4) Menanggapi komunikasi non-verbal yang ditunjukkan oleh
pasien dengan mempertimbangkan perasaan, keprihatinan
dan nilai-nilai / norma-norma yang dianutnya.
5) Memberikan waktu pada pasien untuk bereaksi (dengan cara
hening atau berdiam diri sejenak)
6) Mendorong pasien untuk memberikan tanggapan serta
mengungkapkan keprihatinan dan perasaannya
7) Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik (kontak mata,
posisi dan postur tubuh yang sesuai, gerakan tubuh,
ekspresi wajah, suara termasuk kecepatan dan volume)
8) Menyatakan dukungan kepada pasien (contohnya
mengekspresikan keprihatinan, pengertian dan keinginan
untuk menolong)
9) Menyusun rencana tindak lanjut bersama pasien
3. Menutup Sesi Menyampaikan Berita Buruk
1) Menyampaikan kesimpulan Menyampaikan Berita Buruk
2) Tutup sesi Menyampaikan Berita Buruk dengan ucapan
terima kasih dengan bersalaman
ABCDE of Breaking Bad News

Advance preparation
(persiapan)
- Dokter menyediakan waktu yang cukup, privasi dan tidak
ada gangguan perhatian (mematikan gadget)
- Dokter menyiapkan diri dengan mencari informasi klinis
yang relevan dengan berita buruk yang akan disampaikan
- Dokter perlu melatih mental, mengidentifikasi kata-kata atau
ungkapan mana yang akan digunakan dan dihindari,
menyiapkan diri anda secara emosional secara empati
Build a therapeutic environment/relationship
(membangun lingkungan / hubungan terapeutik)
- Dokter menentukan apa dan berapa banyak informasi yang
perlu diketahui pasien
- Dokter menyiapkan kehadiran keluarga atau orang yang bisa
memberikan dukungan sosial
- Dokter memperkenalkan diri kepada semua orang yang hadir
- Dokter menyampaikan ke pasien dan keluarga bahwa ada
berita buruk yang akan disampaikan
- Dokter menggunakan sentuhan saat yang tepat atau
menyediakan tissue bila pasien menangis
- Dokter mau menjadwalkan untuk janjian untuk menindak
lanjut masalah kesehatan pasien
Communicate well
(berkomunikasi dengan baik)
- Dokter menanyakan apa pasien atau keluarga sudah tahu
tentang berita buruk tersebut ?
- Dokter mengkomunikasikan berita buruk dengan jujur tapi
penuh kasih; menghindari euphemisme dan jargon medis yang
tidak dipahami pasien
- Dokter mengijinkan pasien untuk diam dan meneteskan air
mata
- Dokter minta pasien menjelaskan pemahaman terhadap berita
buruk tersebut
- Dokter meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan; tulis
hal-hal yang dibahas dan berikan informasi tertulis
Deal with patient and family reactions
(tanggap reaksi pasien dan keluarga)
- Dokter kmenilai dan menanggapi pasien dan reaksi emosional
keluarga; ulangi pada setiap kunjungan
- Dokter bersikap empati
- Dokter jangan berdebat dengan pasien dan keluarga atau
mengkritik kolega dokter lain
Encourage and validate emotions
(mendorong dan memvalidasi emosi)
- Dokter k mengeksplorasi apa ada berita baik yang berarti bagi
pasien
- Dokter menawarkan harapan yang realistis sesuai keinginan
pasien
- Dokter bisa menggunakan layanan interdisipliner
- Dokter berhati-hati menyampaikan berita buruk yang berisiko
memiliki dampak negatif pada pasien atau keluarga yang
hadir
Persetujuan tindakan medik

Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh


pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi baik
proses preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang akan
dilakukan terhadap pasien.

Tingkat Keterampilan : 4A

Tujuan : Melaksanakan proses persetujuan tindakan medik dengan


baik

Proses :
1. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,
memperkenalkan diri kepada pasien dan pasangan/keluarganya.
2. Menjelaskan tujuan pertemuan
3. Menanyakan pada pasien dan pasangan/keluarganya mengenai
hal-hal yang telah diketahui mengenai masalah yang dialami
4. Memberikan penjelasan mengenai:
• Tujuan tindakan medis atau tata laksana yang diajukan.
• Risiko dan manfaat dari tindakan medis atau tata laksana
yang diajukan termasuk rencana tindak lanjut dan
antisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal di luar estimasi.
• Alternatif pengobatan (harga pengobatan atau tindakan
tersebut, dibiayai oleh asuransi atau tidak, dll).
• Risiko dan manfaat dari tindakan medis atau tata laksana
alternatif yang diajukan.
• Risiko dan manfaat bila tidak menjalani atau menjalani
pengobatan atau tata laksana.
5. Penjelasan tersebut termasuk alasan mengapa akhirnya
diputuskan untuk tindakan medis tersebut termasuk
komplikasi yang mungkin timbul apabila tindakan tidak
dilakukan.
6. Memastikan bahwa pasien memahami penjelasan yang
diberikan dan menghargai keputusan yang dipilih pasien dan
pasangan/keluarganya.
7. Meminta tanda tangan pasien atau pasangan/keluarga
sebagai tanda persetujuan atau penolakan terhadap
tindakan medis.
8. Mengucapkan terima kasih.
Penjelasan Kepentingan Persetujuan Tindakan Medis
1. Persetujuan yang diberikan pasien atau pasangan/keluarga
yang berhak, dilakukan setelah memperoleh informasi
lengkap dan memahami tindakan medik atau tata laksana
yang akan dilakukan.
2. Informed consent merupakan suatu proses.
3. Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar
kertas, tetapi bukti jaminan informed consent telah terjadi.
4. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981,
PP No. 8 Tahun 1981
5. Merupakan dialog antara dokter dengan pasien dan
pasangan/keluarga didasari keterbukaan akal pikiran,
dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir.
6. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau
pernyataan penolakan setelah mendapat informasi
secukupnya sehingga yang diberi informasi sudah cukup
mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan
dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan.
7. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak
mengatasi masalah etik, tuntutan, pada intinya adalah dokter
harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien.
KEGIATAN PRAKTIK STUDIO
KOMUNIKASI DOKTER PASIEN

TUJUAN INSTRUKSONAL
Melatih DM untuk mampu berkomunikasi yang efektif dengan
pasien, dan mengedukasi pasien mengenai masalah
kesehatannya (kompetensi 77 dan 78)

77 Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan 4A


78 Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok
mengenai kesehatan 4A

Buku Log halaman 14-15


STRATEGI PEMBELAJARAN
1) Kuliah
2) Praktik Simulasi Dokter Pasien
3) Diskusi

TOPIK PEMBELAJARAN
1) Penyakit menular dan tidak menular berbasis keluhan yang
masih merupakan masalah kesehatan terbesar di
masyarakat menurut prevalensi setempat
2) Komunikasi efektif kepada pasien yang berfokus pada
anamnesis, pembuatan keputusan tata laksana, untuk
terapi efektif
TATA LAKSANA
1) Review Komunikasi Efektif Dokter – Pasien diberikan
pada minggu pertama pada pembekalan materi IKM-KP
2) DM dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah 6-7
orang  kelompok Puskesmas
3) Masing-masing menuliskan satu kasus terkait Komunikasi
Dokter - Pasien yang dinilai TIDAK EFEKTIF dan
disaksikan ketika melaksanakan program pendidikan
dokter tahap profesi DM 1 pada LOG BOOK 5. Kasus yang
dituliskan harus dengan identitas yang disamarkan
4) Kelompok DM mendiskusikan dan memilih satu kasus
untuk dilakukan praktik studio dengan membuat dua video
5) Video pertama adalah mengenai kejadian yang
sesungguhnya (komunikasi tidak efektif) dan video yang
kedua adalah versi ideal dari Komunikasi Efektif Dokter-
pasien yang seharusnya terjadi. Script dari kedua video
diketik dan diserahkan pada saat video dipresentasikan
TATA LAKSANA
6) Hasil video dipresentasikan pada sesi presentasi praktik
studio
7) DM mengamati dan menilai video versi kedua (versi ideal)
yang dipresentasikan dengan mengisi LOG BOOK 6
8) DM memberi masukan untuk versi kedua dalam LOG
BOOK 7
9) Fasilitator memandu presentasi video
Mini Cex
(Mini Clinical evaluation exercise)
KOMPONEN PENILAIAN
1. Kemampuan melakukan anamnesis (30%)
 Memfasilitasi pasien untuk menceritakan kesakitannya
dengan pertanyaan yang sesuai untuk mendapatkan
informasi yang relevan, akurat dan adekuat
 Mampu membina hubungan baik dengan pasien
secara verbal dan non verbal (ramah, terbuka, kontak
mata, salam, empati dan hubungan komunikasi dua
arah, respon)
 Mampu mengumpulkan informasi pasien secara
lengkap
 Menunjukkan rasa hormat kepada pasien

Buku Log halaman 33-34


2. Pemeriksaan Fisik (10%)
 DM melakukan cuci tangan sebelum dan setelah
pemeriksaan, melakukan pemeriksaan fisik sesuai
masalah klinik pasien dengan menerapkan prinsip
sebagai berikut :
 Menggunakan teknik pemeriksaan yang benar dan
sistematika yang urut
 Melibatkan pasien dalam membuat keputusan
pemeriksaan klinik yang direncanakan

3.DIAGNOSIS (10%)
 Menerapkan diagnosis dan diagnosis banding yang
lengkap, sesuai dengan masalah klinik pasien
 Mampu menjelaskan hasil diagnosa kepada pasien
4. Kemampuan Tatalaksana (30%)
 Mampu untuk melibatkan pasien dalam membuat
keputusan klinik
 Mampu memilih obat dengan tepat sesuai dengan
seluruh prinsip 5 tepat : indikasi, dosis, sediaan, cara
pemberian, dan harga; menuliskan resep dengan
lengkap dan benar
 Melakukan tindakan yang sesuai masalah klinik pasien
dan lengkap dan menyampaikan alas an dan prosedur
pelaksanaan tindakan
 Mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau
melakukan konsultasi jika diperlukan
5. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (10%)
 Mampu memberikan penyuluhan yang isinya sesuai
dengan masalah pasien

6. Penyajian laporan (10%)


Kepustakaan
1) Azimatul Karimah. Konseling untuk Pengajar. BKSIKMIKPIKKFKI,
Pelatihan Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Keluarga atau
Community Medicine and Family Medicine, Editor : Subur Prajitno,
Lilik Djuari, Samuel Nugraha Hadi. Surabaya, 2014.
2) Goh Lee Gan, Azrul Azwar, Sugito. A Primer on Family Medicine
Practice. Singapore International Foundation, 2004.
3) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Lampiran-II.
4) PB-IDI. Panduan Keterampilan Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta, 2016
5) Djohar Nuswantoro dkk. Family Medicine. Biro Koordinasi
Kedokteran Masyarakat – Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Surabaya, 2018.
6) Ikatan Dokter Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia 2012
7) Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
18/KKI/KEP/IX/2006 Tentang Buku Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran Yang Baik Di Indonesia
8) Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
18/KKI/KEP/IX/2006 Tentang Buku Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran Yang Baik Di Indonesia
9) Konsil Kedokteran Indonesia. Manual Komunikasi Efektif
Dokter-Pasien. Jakarta, 2006.
10) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia
11) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai