TINJAUAN PUSTAKA
Faktor resiko utama terjadinya glaukoma adalah karena peningkatan tekanan intra
okuler namun tidak semua glaukoma disertai faktor resiko ini. (AAO, 2016)
3
4
Humor aqueous yang dihasilkan di silier body dan berada pada bilik mata belakang,
selanjutnya dari bilik mata belakang mengalir ke bilik mata depan melalui pupil melewati
iris, selanjutnya di bilik mata depan alirannya menuju dibuang melalui pembuluh vena,
5
Peningkatan TIO bisa dipengaruhi dari produksi aqueos humor, jalur pembuangan yang
tersumbat, penurunan outflow aqueos humor, atau tekanan vena episklera yang meningkat
(AAO, 2016).
2.2.2 Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata depan tempat terjadinya pengaliran keluar cairan aqueous Humor melalui
Trabekular Meshwork. Bila karena suatu sebab, aliran trabekulum terhambat maka terjadi
penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan intra okuler meninggi.
Hal tersebut terkait dengan proses terjadinya glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini di
dapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, scleral spur, garis Schwalbe dan badan
silier. Bagian yang penting dari sudut bilik mata depan adalah garis Schawlbe, trabecular
Meshwork dan sclera spur. Garis Schawlbe menandai berakhirnya endotel kornea,
merupakan bagian dari tepi membran Descemnet yang terdiri atas suatu jaringan atau
pinggiran yang sempit, tempat di bagian dalam kornea yang bertemu dengan sklera dengan
jari-jari kelengkungan yang berbeda. Tampak terlihat sepeti sebuah garis atau seperti bukit
yang berwarna putih yang berbatasan dengan bagian anterior trabecular Meshwork
(Budiono et al, 2013).
Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang
mengarah ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan
kolagen dan elastik yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil
ketika mendekati kanal Schlemm.(Wijana, 2010)
2.3 EPIDEMIOLOGI
Glaukoma adalah penyakit yang serius, sebagai penyebab kebutaan kedua di dunia setelah
katarak. Glaukoma diderita hampir 60 juta orang di dunia dan diperkirakan sebanyak 3,2
juta orang mengalami kebutaan akibat glaucoma setiap tahunnya. Di Indonesia, glaukoma
diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Glaukoma menyerang usia lanjut, resiko
meningkat seiring bertambahnya usia. Separuh dari kasus-kasus tersebut tidak terdiagnosis
dan tertangani dengan tepat. Pada penyakit ini terdapat kecenderugan familial yang kuat
dan kerabat dekat pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining yang teratur.
(Morrison, 2011)
6
2.4 PATOGENESIS
Ganglion dari retina merupakan suatu jaringan yang terganggu pada proses neuropathy
optic perjalanan penyakit glaucoma. Kematian Retinal Ganglion Cell (RGC) menyebabkan
perubahan Optic disc dan menyempitnya lapang pandang. Ketika Neurotrophin dari otak
tidak dapat mencapai RGC, maka RGC akan mengaktifkan proses apoptosis. RGC yang
apoptosis akan menyebabkan sel-sel di sekitarnya ikut menjalankan proses apoptosis juga.
Akibatnya serabut retina yang berada di perifer akan ikut mati dan menyebabkan
penyempitan lapangan pandang.
Glaukoma
Glaukoma
Glaukoma Dewasa
Kongenital
Glaukoma Glaukoma
Kongenital Kongenital Glaukoma Dewasa Glaukoma Dewasa
Sudut Terbuka Sudut Tertutup
Primer Sekunder
pemeriksaan segemen anterior yang normal. Stadium lebih lanjut bisa didaptkan
penurunan refleks kornea(Khurana, 2007).
Stadium awal penyakit tidak didaptkan peningkatan tekanan intraokular yang bermakna
dan permanen, namun ada peningkatan tekanan intraokular karena variasi diurnal sehingga
diperlukan observasi tekanan intraokular tiap 3-4 jam selama 24 jam(Khurana, 2007).
2.5.3 Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder
Glaukoma sekunder adalah peningkatan tekanan intraokular yang terjadi sebagai suatu
manifestasi dari penyakit mata lain. Pada glaukoma sudut terbuka sekunder, hubungan
anatomis antara pangkal iris, trabekular meshwork, dan kornea perifer tidak terganggu.
Namun, terjadi hambat pada trabekular meshwork serta peningkatan resistensi drainase
Humor Aquos.
Glaukoma fakolitik terjadi bila terjadi katarak hipermatur sehingga kapsul lensa memiliki
permeabilitas yang tinggi. Kebocoran protein lensa dari korteks, yang kemudian dimakan
makrofag di bilik mata depan. Makrofag ini berkumpul di sekeliling trabecular meshwork
dan bersama-sama protein lensa akan menyumbat trabekula sehingga terjadi glaukoma
sekunder sudut terbuka. (Suhardjo, 2007).
Tekanan intraokular pada uveitis biasanya di rendah karena inflamasi corpus ciliaris
sehingga produksi Humor Aquos kurang baik. Namun, dapat pula terjadi peningkatan
tekanan intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Trabekular meshwork
dapat tersumbat oleh sel-sel radang dari bilik mata depan, mungkin disertai edema
sekunder, atau kadang-kadang dapat terlibat dalam proses peradangan yang secara spesifik
mengenai sel-sel trabekular (trabekulitis).
Cedera konstusio bola mata dapat disertai dengan peningkatan dini tekanan intraokular
akibat perdarahan kedalam bilik mata depan (hifema). Darah bebas menyumbat anyaman
trabekular, yang juga mengalami edema akibat cedera. (Asbury et al., 2011).
Glaukoma fakoanafilaktik terjadi seperti glaucoma fakolitik. Bila protein lensa bocor
misalnya setelah operasi atau trauma dapat terjadi sensitisasi. Di kemudian hari Protein
lensa dapat menyebabkan reaksi fakoanafilaktik, hingga terjadi uveitis. Protein dan debris
seluler menempati sistem trabekulum dan menutup aliran akuos (Suhardjo, 2007).
Glaucoma yang diinduksi oleh steroid merupakan bentuk dari glaucoma sudut terbuka
yang dihubungkan dengan penggunaan obat steroid topical, tetapi dapat juga bersamaan
9
dengan steroid inhalasi, oral, intravena, periokuler atau intravitreal. Patogenesa nya belum
jelas. Sering dengan sudut terbuka disertai riwayat glaukoma yang turun temurun.
Beberapa teori menyatakan bahwa terdapat timbunan glikosaminoglikan dalam bentuk
polimer dalam trabekulum meshwork yang mengakibatkan biologic edema sehingga
resistensi humor akuos bertambah, steroid juga diketahui dapat menekan proses fagositosis
sel endotel trabekulum sehingga debris pada cairan humor akuos tertimbun di trabekulum
Beberapa penelitan menunjukkan bahwa defek dapat ditingkatkan oleh akumulasi
glikosaminoglikan atau peningkatkan produksi protein pada anyaman trabekula yang
diinduksi oleh respon glukokortikoid, sehingga mengakibatkan obstruksi aliran keluar
humor aquos. (Suhardjo, 2007).
2.5.4 Glaukoma Sudut Tertutup Primer
\Glaukoma yang memiliki karakteristik khusus dimana sudut bilik mata depan tertutup.
Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan anatomik
sudut bilik mata depan (misalnya pada hipermetrop). Glaukoma sudut tertutup akut primer
terjadi apabila terbentuk iris bombans yang menyebabkan sumbatan sudut bilik mata depan
oleh iris perifer. Hal ini aliran humor aquos terhambat sehingga terjadi bendungan dan
tekanan intraokular meningkat cepat. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri hebat,
kemerahan mata, dan kekaburan penglihatan. Pada glaukoma sudut tertutup, pupil
berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam hari, saat
tingkat pencahayaan berkurang. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan
tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena
usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat
berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal.
Pada glaukoma dengan serangan akut meningginya tekanan intraokuler selama beberapa
jam. Tekanan ini biasanya bisa berlipat tiga, 4 kali dari tekanan normal. Pada saat terjadi
serangan maka bola mata teraba keras seperti batu. Glaukoma Sudut Tertutup Akut lebih
sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata
hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Pasien dapat
mengeluhkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk kasus
gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera untuk mencegah kebutaan. (Kanski,
10
2011)
Peningkatan TIO - + +
GON - - +
Tabel 2.1 Diagnosis Suspek Sudut Tertutup Primer, Sudut Tertutup Primer, Glaukoma
Sudut Tertutup Primer
Pupil blok adalah salah satu mekanisme tersering dari glaukoma sudut tertutup akut..
Dengan bersentuhnya pinggir pupil dengan permukaan depan lensa melalui suatu proses
semi midriasis. Hal ini akan menghasilkan tekanan yang meninggi pada Bilik Mata
Belakang karena terdorongnya bagian iris perifer ke depan dan menutup sudut BMD. Hal
ini terutama terjadi pada orang dengan BMD dangkal. Perubahan diameter pupil dan posisi
lensa kedepan, mengakibatkan Bilik mata depan menjadi dangkal sehingga dapat
mengakibatkan blok pupil relative. Aliran outflow aqueous humor ke BMD terganggu
akibat penempelan lensa-iris. Blok pupil ini dapat terjadi 360o, sehingga mengakibatkan
terjadinya sinekia posterior antara iris dan lensa. Pupil blok ini dapat diatasi dengan
menggunakan metode peripheral iridectomi (AAO, 2016).
2.5.5 Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder
Glaukoma sekunder, timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
1. Lensa.
2. Kelainan uvea
3. Trauma
4. Bedah.
5. Neovaskuler.
Glaukoma karena Dislokasi lensa (sublukasi/luksasi) terjadi bila lensa menekan iris
posterior ke depan, sehingga menahan aliran akuos karena sudut BMD menjadi sempit.
Sublukasi juga bisa ke posterior. (Suhardjo, 2007).
Glaukoma fakomorfik disebabkan oleh adanya pembengkakan pada lensa (intumescent
lens) katarak matur / imatur dan subluksasi anterior atau dislokasi anterior pada lensa.
Gejala yang dirasakan pasien sama dengan gejala pada glaukoma sudut tertutup primer
namun disertai ditemukannya katarak dan edema pada lensa. Terapi yang dapat diberikan
untuk menurukan TIO pada kasus akut. Penanganan definitif adalah dengan dilakukannya
ekstraksi katarak. (Khurana, 2007)
12
Glaukoma neovaskular diakibatkan neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) dan sudut kamera
anterior. Paling sering disebabkan oleh iskemi retina pada kasus diabetik retinopati, oklusi
vena retina sentralis, sickle-cell retinopathy. Terapi glaukoma neovaskular yang sudah
terbentuk sulit berhasil dan sering tidak memuaskan (Asbury et al., 2011).
Tonometri Applanasi
Alat ini mengukur tekanan bola mata dengan mengukur tekanan yang dibuthkan untuk
membuat rata permukaan kornea dalam ukuran tertentu dan kecil. Alat ini sangat baik
karena sedikit sekali invasive pada permukaan kornea. Alat ini lebih akurat daripada
tonometer schiotz karena tidak dipengaruhi oleh faktor kekauan sklera. TIO rendah, akan
dibutuhkan beban yang lebih sedikit untuk mencapai derajat standard perataan kornea
(Khurana, 2007).
Akur perbandingan antara ketebalan kornea (garis terang) dan kedalaman BMD (garis
gelap), lalu interpretasikan (Khurana, 2007).Gambar 2.11. Grading Sudut BMD dengan
metode Van Herick
Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat ukuran diskus optikus
pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cekungan
terhadap garis tengah diskus misalnya cawan kecil rasionya 0,1 dan cawan besar 0,9.
Apabila terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokular, rasio
cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata
diindikasikan adanya atrofi gluakomatosa.
2.6.4 Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan lapang pandang penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk
meneliti perjalanan penyakitnya, juga untuk menentukan pengobatan selanjutnya. Harus
selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan sentral. Pada glaukoma yang masih
dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan
sentral sudah menunjukkan adanya skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang
pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari
bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang
dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian
menjadi buta.
Terdapat beberapa jenis perimetri yaitu : kinetik dan statik. Beberapa metode perimetri
static diadopsi dari perimetri Goldman, perimetri friedmann dan perimetri automated.
2.6.5 Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada keadaan glaukoma yang meragukan. Tes yang dilakukan : tes kamar
gelap, tes variasi diurnal, tes minum air, tes steroid. Untuk glaucoma sudut tertutup, yang
umum dilakukan adalah tes kamar gelap (karena pupil akan midriasis dan pada sudut bilik
mata yang sempit, ini akan menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata). Caranya adalah
ukur TIOawal, kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-90 menit. Ukur segera
TIOnya. Kenaikan > 8 mmHg, tes provokasi (+)
Tes Minum Air: Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian
disuruh minum satu liter air dalam lima menit. Lalu diukur tiap 15 menit selama 1,5 jam.
Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
Pemeriksaan variasi diurnal bila diketahui peningkatan TIO bersifat intermitten. Pada
keadaan ini, TIO akan Nampak normal saat pemeriksaan penderita glaucoma di klinik,
tetapi akan meninggi beberapa saat kemudian. Pemeriksaan dilakukan setiap 2-3 jam sehari
17
penuh selama 3 hari. Pasien biasa dirawat inapkan. Nilai variasi harian pada seorang
normal yang tidak menderita glaucoma adalah 2-3 mmHg, sedang pada mata Glaukoma
sudut terbuka dapat mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah menimbulkan
kecurigaan keadaan patologis
Pada pasien yang dicurigai adanya glaucoma (terutama dengan riwayat glaucoma pada
keluarga) dapat dilakukan tes steroid dengan cara diteteskan betamethasone atau
dexamethasone selama 304 kali. Pada pasien berbakat glaucoma tekanan bola mata akan
naik setelah 2 minggu. Kenaikan TIO sebanyak 8 mmHg menunjukan Glaukoma.
interval yang teratur dan pengobatan konstan. Meskipun kerusakan saraf dan kehilangan
pengelihatan dari glaukoma biasanya tidak dapat diperbaiki, glaukoma adalah penyakit
yang umumnya dapat dikendalikan. Pengobatan yang adekuat dapat mengendalikan
tekanan Intraokular sehingga perjalanan penyakit tidak berkembang lebih lanjut dan
pengelihatan tidak semakin menurun
2.8.1 Penanganan Non Bedah
Pengobatan non bedah menggunakan obat-obatan medikamentosa yang berfungsi
menurunkan produksi atau meningkatkan pembuangan humor akueous.
Obat-obatan topikal
Supresi pembentukan humor akueous
Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat digunakan
tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara lain Timolol
maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan
metipranol 0,3%.
Apraklonidin (larutan 0,5% tiga kali sehari dan 1% sebelum dan sesudah terapi laser)
adalah suatu agonis alfa adrenergik yang baru berfungsi menurunkan produksi humor
akueous tanpa efek pada aliran keluar. Obat ini tidak sesuai untuk terapi jangka panjang
karena bersifat takifilaksis (hilangnya efek terapi dengan berjalannya waktu) dan tingginya
reaksi alergi. Epinefrin dan dipiferon juga memiliki efek yang serupa.
Dorzolamid hydrochloride larutan 2% dan brinzolamide 1% (dua atau tiga kali sehari
adalah penghambat anhidrase topical yang terutama efektif bila diberikan sebagai
tambahan, walaupun tidak seefektif penghambat anhidrase karbonat sistemik.
Dorzolamide juga tersedia berasama timolol dalam larutan yang sama. (Zimmerman &
Kooner, 2001)
Fasilitasi aliran keluar humor akueous
Analog prostaglandin berupa larutan bimastoprost 0,003%, latanoprost 0,005% dan
travoprost 0,004% masing-masing sekali setiap malam dan larutan unoprostone 0,15% dua
kali sehari yang berfungsi untuk meningkatkan aliran keluar humor akueous melaului
uveosklera. Semua analaog prostaglandin dapat menimbulkan hyperemia konjungtiva,
hiperpigmentasi kulit periorbita, pertumbuhan bola mata dan penggelapan iris yang
permanen. (Ilyas, 2007)
19
Pasien dengan kerusakan moderat diskus optikus (CDR > 0,8) terdapat skotoma
arkuata superior dan inferior defek lapanan pandang, harus dipertahankan TIO
di bawah 15 mmHg.
Pasien dengan kerusakan dikus optikus lanjut (CDR > 0,9) dan defek lapangan
pandang yang meluas, harus dipertahankan TIO di bawah 12 mmHg.