Anda di halaman 1dari 42

Proposal Penelitian

Korelasi Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat (PHBS),
Rumah Sehat, dengan
Frekuensi Kejadian ISPA pada
Balita
di Dusun Polaman, Kelurahan Kalirejo,
Kecamatan Lawang, Jawa Timur,
Tahun 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan

Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah semua sikap terhadap


kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran pribadi yang membuat
keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada
bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
(Kemkes, 2016).

Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan
individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) adalah penyakit yang banyak
diderita oleh orang – orang di Indonesia.

ISPA banyak diderita oleh kelompok umur 5 – 14 tahun, prevalensi


penyakit ini tidak bergantung jenis kelamin karena jumlah yang terkena
ISPA antara laki – laki dan perempuan hampir sama yaitu masing –
masing sebanyak 510.714 dan 506.576.

Tempat dimana responden tinggal juga mempengaruhi karena lebih


banyak orang di perkotaan yang terjangkit ISPA disbanding yang tinggal
di pedesaan (Riskesdas, 2018)
Berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan didapatkan:
86,7% responden menderita ISPA 4x/3 bulan terakhir

50% dari responden yang menderita ISPA 4x/3bulan terakhir, juga jarang
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang.

64,28% dari responden dengan menderita ISPA 4x/3bulan terakhir,


memiliki anggota keluarga > 4 orang dalam 1 rumah.
Rumusan Masalah

Apakah terdapat korelasi antara PHBS, Rumah sehat, dengan


frekuensi kejadian ISPA pada balita di Dusun Poleman, Kelurahan
Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang
Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Menganalisa korelasi antara pola hidup bersih dan sehat, serta rumah
sehat, dengan angka kejadian ISPA pada balita di Dusun Poleman,
Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang
Tujuan Khusus

1. Mengetahuai PHBS keluarga balita, di Dusun Poleman, Kelurahan


Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang
2. Mengetahui persentase rumah sehat, pada keluarga balita di Dusun
Poleman, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang
3. Menganalisis korelasi antara PHBS, Rumah Sehat dengan frekuensi
kejadian ISPA pada balita di Dusun Poleman, Kelurahan Kalirejo,
Kecamatan Lawang, Jawa Timur
Manfaat Penelitian

Melalui Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan


pengetahuan masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat, serta
pengetahuan tentang kriteria rumah sehat, serta korelasi dengan frekuensi
kejadian ISPA dengan balita, sehingga dapat menjadi langkah promotif
dan preventif, sehingga dapat menurunkan angka kejadian ISPA pada
balita di Dusun Poleman, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang.
Risiko Penelitian

Penelitian ini mengandung resiko minimal bagi subyek karena


pengambilan data dilakukan dengan pemberian kuisioner yang tidak
mengandung informasi yang sensitif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah semua sikap terhadap


kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran pribadi yang membuat
keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada
bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
promkes.kemkes.go.id
10 Indikator PHBS

Persalinan yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan


Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan,
ataupun paramedis berperan dalam mencegah infeksi dan bahaya lain yang
beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

Pemberian ASI Eksklusif


Bayi usia ≤ 6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir
saat wawancara atau individu baduta yang pertama kali diberi minuman atau
makanan berumur enam bulan atau lebih.
10 Indikator PHBS

Melakukan Penimbangan Bayi dan Balita Secara Berkala


Usia 0 sampai 59 bulan yang mempunyai riwayat pernah ditimbang
dalam enam bulan terakhir.
Menggunakan air bersih
Penggunaan air bersih untuk kebutuhan dasar, seperti mandi
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Perilaku ini diukur dari mencuci tangan dengan benar dengan air bersih
dan sabun saat sebelum menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor,
setelah buang air besar, setelah menggunakan pestisida (bila
menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi
(bila sedang menyusui).
10 Indikator PHBS

Menggunakan jamban sehat


Perilaku menggunakan jamban sehat hanya diukur dari perilaku buang air besar
menggunakan jamban
Memberantas jentik nyamuk
Memberantas sarang nyamuk dengan 3M plus yaitu menguras, menutup, dan
mengubur
Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari
Mengkonsumsi makanan bervariasi, sesuai dengan piramida makanan, karbohidrat, protein,
lemak, buah, air putih
Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit, 3x/seminggu
Tidak merokok di dalam rumah.
PHBS

Kriteria rumah tangga dengan PHBS baik adalah rumah tangga yang
memenuhi indikator baik, sebesar 6 indikator atau lebih untuk
rumah tangga yang punya balita, dan sebesar 5 indikator atau
lebih untuk rumah tangga yang tidak mempunyai balita
RUMAH SEHAT

Rumah sehat merupakan salah satu komponen data yang


diperlukan untuk menilai derajat kesehatan suatu keluarga,
sekaligus salah satu indikator dalam rangka Pelaksanaan
Program Indonesia Sehat (Depkes, 2017).
RUMAH SEHAT

1. Bahan bangunan :
● Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikro organisme patogen.
● Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
● debu total tidak lebih dari 150 ug/m3 ;
● asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam;
● timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.
RUMAH SEHAT

2. Langit-langit
● Harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
● Umumnya atap dari genteng cocok untuk iklim Tropis, seperti :
Indonesia → tercipta suhu sejuk dalam rumah.
● Atap yang terbuat dari seng dan asbes sebaiknya tidak digunakan,
karena selain mahal juga dapat menimbulkan panas didalam rumah
(Mukono, 2000).
RUMAH SEHAT

3. Dinding
● Sebagai komponen penahan panas di siang hari dan malam hari sehingga
kelembaban dan suhu ruangan dalam rumah relatif sama.
● Syarat dinding :
● Dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara
● Kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air, dan mudah
dibersihkan (Kepmenkes RI, 1999).
RUMAH SEHAT

4. Lantai
● Fungsi : menahan air tanah dan uap basah dari tanah kedalam ruang,
sehingga mencegah ruang menjadi basah dan atau lembab.
Menahan masuknya binatang melata yang keluar dari tanah (cacing,
ular), dan atau serangga.
● Syarat lantai : lantai kedap air, dan mudah dibersihkan (Kepmenkes
RI, 1999).
RUMAH SEHAT

5. Jendela
● memasukan cahaya alami dan mengalirkan udara alami bila diperlukan kedalam ruangan,
disamping itu melalui jendela akan terjalin hubungan antara ruang luar dan ruang dalam
Ventilasi :
● untuk menjaga pertukaran aliran udara dalam rumah tersebut agar tetap segar dan optimal,
membebaskan udara ruangan dari bakteri terutama bakteri patogen
● untuk menjaga agar kelembaban ruangan optimum
● harus ada di setiap ruangan
● Menurut Kepmenkes(1999) luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen
minimal 10% dari luas lantai.
RUMAH SEHAT

6. Pencahayaan
● cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak
● Syarat pencahayan, pencahayaan alam dan/atau buatan yang
langsung maupun tiak langsung dapat menerangi seluruh ruangan
minimal intensitasnya 60 lux, dan tidak menyilaukan (KEPMENKES RI,
1999).
RUMAH SEHAT

7. Kepadatan hunian
Kepadatan normal 8-10m2/orang dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali
anak di bawah umur 5 tahun (KEPMENKES RI, 1999).
RUMAH SEHAT

8. Fasilitas dalam Rumah Sehat (Farida R.,n.d) :


1. Penyediaan air bersih yang cukup
2. Pembuangan tinja
3. Pembuangan air limbah (air bekas)
4. Pembuangan sampah
5. Fasilitas dapur
6. Ruang berkumpul keluarga
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan akut, atas atau
bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan.

Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari saluran udara dari lubang
hidung ke pita suara di laring, termasuk sinus paranasal dan telinga
tengah. Saluran pernapasan bawah mencakup kelanjutan saluran udara
dari trakea sampai alveolus.
Klasifikasi ISPA

● Bukan pneumonia (infeksi saluran pernapasan atas)

Bersama udara masuk berbagai patogen yang dapat tersangkut di hidung, faring, laring atau
trakea dan dapat berproliferasi bila daya tahan tubuh menurun. Penyakit infeksi saluran
pernapasan atas meliputi sinusitis, rhinitis, pharingitis, tonsillitis dan laryngitis

● Pneumonia (infeksi saluran pernapasan bawah)

penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang meliputi parenkim paru-paru, termasuk
alveoli dan struktur pendukungnya. Pneumonia disebabkan oleh virus patogen yang masuk
kedalam tubuh melali aspirasi, inhalasi atau penyebaran sirkulasi
Klasifikasi ISPA menurut Ditjen P2PL (2009) dan
Depkes (2002)
● ISPA Ringan

memiliki satu atau lebih tanda dan gejala seperti batuk, pilek, serak, sesak diserta demam
atau tidak, keluar cairan ditelinga > 14 hari tanpa ada keluhan

● ISPA Sedang

gejala ISPA ringan dengan ditambah satu atau lebih gejala pernapasan yang cepat lebih
dari 50 kali/menit atau lebih (tanda utama) pada umur <1 tahun dan 40 kali/menit pada
umur 1-5 tahun, panas 39oC atau lebih, wheezing, tenggorokan berwarna merah, telinga
sakit dan mengeluarkan cairan, timbul bercak di kulit menyerupai campak, dan
pernapasan berbunyi mencuit-cuit dan seperti mengorok
● ISPA berat

memiliki tanda dan gejala seperti ISPA sedang namun ditambah satu atau

lebih dari tanda dan gejala seperti penarikan dada ke dalam pada saat

menarik napas sebagai tanda utama, adanya stidor atau mengeluarkan

napas seperti mengorok, serta tidak ada nafsu makan.


Faktor yang Mempengaruhi ISPA

● Faktor Intrinsik

status imunisasi, riwayat BBLR, umur balita, status gizi

● Faktor Ekstrinsik

status ekonomi, pendidikan, pengetahuan, perilaku (DepKes RI,


2000)
Pencegahan ISPA

Pencegahan untuk mengendalikan ISPA dapat dibagi menjadi empat kategori

dasar yakni imunisasi terhadap patogen spesifik, diagnosis dini dan

pengobatan penyakit, peningkatan gizi, dan lingkungan yang lebih

aman dan sehat. (Eric A. Et al. 2006)


Hubungan Rumah Sehat Dan ISPA

Dinding
Kondisi yang dinding lembab tersebut dapat menyebabkan terjadinya
pertumbuhan bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit terutama pada
saluran nafas yang mengalami iritasi menjadi media pertumbuhan bermacam-
macam bakteri maupun virus pneumonia (Nurjazuli, 2009)
Lantai
Jenis lantai yang tidak kedap air akan menimbulkan debu pada musim kemarau
yang dapat menganggu pernapasan, sedangkan pada musim penghujan
mengakibatkan kelembaban yang tinggi sehingga meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme (Irianto, 2006).
Hubungan Rumah Sehat Dan ISPA

Dapur
Dapur yang tidak memiliki lubang asap relatif akan
menimbulkan polusi asap dalam rumah yang dapurnya
menyatu dengan rumah dan kondisi tersebut akan
memiliki pengaruh terhadap kejadian pneumonia
balita.(Lubis, 1990)
Hubungan Rumah Sehat Dan ISPA

Ventilasi
Ventilasi yang kurang akan menyebabkan peningkatan
kelembaban udara ruangan, karena terjadi proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban
ini merupakan media bagi pertumbuhan bakteri sehingga
dapat menimbulkan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
Hubungan Rumah Sehat Dan ISPA

Kepadatan Hunian

● Penularan penyakit infeksi melalui udara akan semakin cepat bila


kepadatan semakin padat

● Kepadatan hunian melebihi 3 orang dalam 1 kamar tidur maka besar


risiko anak terkena ISPA adalah 1,2 kalinya (Supraptini, 2007).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual
HIPOTESIS

Terdapat korelasi antara PHBS Rumah Tangga dan Rumah

sehat terhadap frekuensi kejadian ISPA pada balita di


Dusun Poleman, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka
Operasional
Sampel penelitian seluruh balita usia 1-4 Jenis penelitian analitik
tahun di Dusun Poleman yang memenuhi observasional, dengan rancangan
kriteria inklusi
studi cross-sectional

dengan cara wawancara dan


obeservasi untuk mendapatkan
data PHBS, Rumah Sehat, dan
Frekuensi ISPA

Tehnik pengambilan sampel :


Total Sampling
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai