Anda di halaman 1dari 4

Nama saya Muhammad Irfan Faiz, saya akan menceritakan hal unik di daerah tempat

tinggal Cirebon dengan keunikan Bahasa. Cirebon mempunyai karakter bahasanya sendiri, bukan
Jawa dan bukan juga Sunda. Yang membuat unik dari bahasa Cirebon ini adalah disetiap daerah
mempunyai karakter logat yang berbeda-beda dalam penuturannya. Kali ini saya akan mengulas
apakah Bahasa Cirebon adalah salah satu logat Jawa, Sunda atau mandiri.
Melihat karakter bahasa Cirebon itu sendiri memang sedikit mirip dengan bahasa Jawa
Wetan (Jawa tengah dan Jawa timur), namun jika diamati dari kosa-kata dan gaya penuturannya
ada perbedaan yang terdengar jelas karakter bahasa Cirebon dengan karakter bahasa Jawa, apalagi
dengan bahasa Sunda yang tidak ada kemiripannya sama sekali. Oleh karena itu, eksistensi bahasa
Cirebon sebagai bahasa sempat diperdebatkan, apakah bahasa ini termasuk logat Jawa, Sunda atau
mandiri. perdebatan ini melibatkan faktor Politik Pemerintahan, Budaya serta Ilmu Kebahasaan
Metode penelitian Guiter memformulasikan bahwa untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri,
suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya. Setelah
dilakukan penelitian, kosa kata bahasa Cirebon dengan bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta mencapai 75 persen, sementara perbedaannya dengan logat di Jawa Timur
mencapai 76 persen. Metode penelitian tersebut mengindikasikan bahwa bahasa Cirebon termasuk
logat bahasa Jawa, karena perbedaannya kurang dari 80%.
Bahasa cirebon tidak banyak mengadopsi kosa kata Jawa dan Sunda, lebih banyak
melahirkan kosa kata yang berasal dari bahasa Cirebon itu sendiri, artinya bahasa Cirebon atas
dasar pengakuan dari penuturnya adalah bahasa yang berdiri sendiri (mandiri). Cirebon memang
beda.
Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa logat, yakni Bahasa Cirebon logat
Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan, Bahasa Cirebon logat Jawareh (Jawa
Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh, Bahasa Cirebon logat Plered dan logat Gegesik (Cirebon
Barat wilayah Utara).

Yang pertama logat Jawareh (Jawa Sawareh), logat Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa
Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan
Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan
Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa
Sunda.
Yang kedua logat Dermayon, merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan secara luas di
wilayah Kabupaten Indramayu, menurut Metode Guiter, dialek Dermayon ini memiliki perbedaan
sekitar 30% dengan Bahasa Cirebon sendiri. Ciri utama dari penutur dialek Dermayon adalah
dengan menggunakan kata "Reang" sebagai sebutan untuk kata "Saya" dan bukannya
menggunakan kata "Isun" seperti halnya yang digunakan oleh penutur Bahasa Cirebon.

Yang ketiga logat Plered, merupakan logat yang digunakan di wilayah sebelah barat Kabupaten
Cirebon, logat ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada
Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat ini
menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo" dan Jendela
menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat Kabupaten Cirebon ini lebih
mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota
Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira).

Yang ke empat logat Gegesik (Cirebon Barat wilayah utara) merupakan logat yang digunakan di
wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon logat Gegesik
sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan
kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri.

Logat di atas merupakan pembagian berdasarkan batasan geografis dan pembagian secara umum,
namun sebetulnya masih banyak lagi logat bahasa Cirebon yang terdapat di daerah-daerah tertentu,
bahkan disetiap daerah dengan daerah lain terdapat perbedaan yang terdengar dalam gaya
pengucapan (intonasi) dan kosa katanya. Menurut saya inilah sisi keunikan dari bahasa Cirebon
yang memiliki banyak logat. Selain terdapat berbagai logat, bahasa Cirebon juga memiliki
tingkatan bahasa yaitu: Krama Inggil, Krama dan Ngoko. Seperti halnya yang terdapat pada bahasa
Jawa baku, dan mempunyai kosa kata sendiri. Yang mengaku “wong cerbon”, janganlah kalian
malu menggunakan bahasa Cirebon, kita apresiasi bahasa kita dengan membudayakan bahasa
Cirebon dengan baik dan benar. Terima kasih.
My name is Muhammad Irfan Faiz. Cirebon had his own language character, not java and
not sunda. What is unique about this Cirebon language is that each region Bahasa different type of
accent in it. This time I will review whether Cirebon language is one of our Javanese, sundanese,
or independent.
Seeing the character of the Cirebon language itself is indeed a bit similar to the Javanese
Wetan language (Central Java and East Java), but if observed from the vocabulary and speaking
style there are differences that are clearly heard from the Cirebon language with Javanese
characters, especially with Sundanese which is not there are no similarities at all. Therefore, the
existence of Cirebon language as a language was debated, whether this language included Javanese
accent, Sundanese or independent. This debate involves factors Government Politics, Culture and
Linguistics Guiter research methods formulate that to be recognized as a separate language, a
language requires at least about eighty percent difference with the nearest language. After doing
research, the Cirebon language vocabulary with Javanese in Central Java and Yogyakarta Special
Region reached seventy-five present. while the difference with dialect in East Java reached
seventy-six percent. The research method indicates that the Cirebon language is Javanese dialect,
because the difference is less than eighty percent.
Cirebon's language does not adopt much Javanese and Sundanese vocabulary, more
vocabulary originating from the Cirebon language itself, meaning that Cirebon language is based
on the recognition of its speakers as an independent language. Cirebon is indeed different.
The Cirebon language has at least a number of dialects, namely the Dermayon accent
Cirebon language known as Indramayuan, Jawareh Cirebon (Javanese Sawareh) or Half Javanese,
Plered Cirebon and Gegesik (North West Cirebon).
The first is the Jawareh accent (Javanese Sawareh), the Jawareh accent or also known as
Javanese Sawareh (half) is a dialect from the Cirebon language which is around the border of
Cirebon Regency with Brebes, or around the Border with Majalengka and Kuningan Regencies.
The Jawareh dialect is a combination of half Javanese and half Sundanese.\
The second dialect Dermayon, is a Cirebon dialect that is widely spoken in the Indramayu
Regency, according to the Guiter Method, this Dermayon dialect has a difference of about 30%
with the Cirebon language itself. The main characteristic of Dermayon dialect speakers is to use
the word "Reang" as the term for "I" instead of using the word "Isun" as used by Cirebon speakers.
The third is Plered accent, which is a dialect used in the western region of Cirebon Regency,
this accent is known by its characteristic namely the use of the letter "o" which is thick, for example
in the standard Cirebon language using the word "Sira", the dialect of the Western Cirebon
Regency uses the word " Siro "to mean" You ", the word" What "becomes" Apo "and Window
becomes" Jendelo ". The dialect speaker who occupies the western region of Cirebon Regency is
more expressing himself as "Wong Cirebon", in contrast to the City of Cirebon residents who use
the standard Cirebon Language (Sira).
The fourth Gegesik accent (northern region of West Cirebon) is a dialect used in the West
Cirebon region around the North Gegesik Regency, Cirebon. "own..
The accent above is a division based on geographical boundaries and general division, but
actually there are many more Cirebon dialects that are found in certain regions, even in each region
with other regions there are differences that are heard in the style of pronunciation (intonation) and
vocabulary. In my opinion, this is the uniqueness of Cirebon language which has many accents.
Besides there are various accents, Cirebon language also has language levels namely: Krama
Inggil, Krama and Ngoko. As is the case in standard Javanese, and has its own vocabulary. Those
who claim to be "wong cerbon", don't be ashamed of using Cirebon language, we appreciate our
language by cultivating Cirebon language properly and correctly. thanks.

Anda mungkin juga menyukai