Oleh :
Jurusan Matematika
Prodi Statistika
2019
KATA PENGANTAR
Kami menyadar sepunuhnya bahwa dalam penulisan makalah masih jauh dari
kata sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Proses dimulai dengan agregasi demand dari semua sumber. Produksi dan
marketing bekerja mendukung pengembangan rencana produksi (production
planning) dan membuat jadwal induk produksi (Master production schedule/MPS)
yang akan memuaskan semua demand dan telah disesuaikan dengan kapasitas yang
ada. Tim harus mempertimbangkan dukungan marketing dan finansial sebaik
mempertimbangkan aspek manufacturing ketika membuat production planning dan
MPS. Bagan aktivitas perencanaan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.
2
Gambar 3.1. Bagan aktivitas perencanaan (Fogarty, 1991)
a. Business Forecasting
3
Product & sales planning mengacu pada keputusan yang berhubungan
dengan lini produk dan layanan pasar (meliputi target daerah demografi dan
geografi). Hal ini sulit dilakukan pada jangka pendek, karena keputusan
marketing sangat mempengaruhi pertumbuhan perusahaan.
c. Production Planning
e. Financial Planning
4
DRP merupakan kebutuhan dari pihak warehousing. Kebutuhan ini muncul
karena adanya perbedaan antara permintaan konsumen dengan tingkat
persediaan yang ada. DRP dibuat dengan harapan terdapat keterkaitan yang
baik antara pihak warehousing dengan manufacturing dalam hal jumlah dan
waktu pemenuhan order.
g. Demand Management
MPS adalah rencana berbasis waktu berupa jumlah yang akan diproduksi per
item, yang mempertimbangkan demand dan kapasitas yang dimiliki.
Biasanya dalam periode 1 sampai 18 bulan atau lebih, dalam jangka pendek
dan atau menengah. Dalam jangka pendek, output dari MPS ini diperlukan
dalam menentukan kebutuhan material.
Apabila kapasitas tidak mencukupi maka MPS harus direvisi sesuai dengan
keterbatasan kapasitas.
5
Material Requirement Planning (MRP) adalah Suatu prosedur logis
berupa aturan keputusan dan teknik transaksi berbasis komputer yang
dirancang untuk menterjemahkan jadwal induk produksi menjadi “kebutuhan
bersih” untuk semua item (Baroto,2002). Sistem MRP dikembangkan untuk
membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item
dependent secara lebih baik dan efisien. Disamping itu, sistem MRP
dirancang untuk membuat pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk
mengatur aliran bahan baku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai
dengan jadwal produksi untuk produk akhir. Hal ini memungkinkan
perusahaan memelihara tingkat minimum dari item-item yang kebutuhannya
Dependent, tetapi tetap dapat menjamin terpenuhinya jadwal produksi untuk
produk akhirnya. Sistem MRP juga dikenal sebagai perencanaan kebutuhan
berdasarkan tahapan waktu (Time-phase requirements planning). Time
phased MRP dimulai dengan mendaftar item pada MPS untuk:
6
Gambar 3.2 di atas mengilustrasikan hubungan MRP, closed loop MRP, dan
MRP II. Ketiga akronim ini menunjukkan tahap perkembangan MRP. Awal
perkembangan MRP digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan material,
7
tanggal dibutuhkan, dan jadwal pelaksana produksi. Cloosed loop MRP merupakan
pengembangan sistem pengendalian produksi di mana di dalamnya terdapat proses
perencanaan kebutuhan, kapasitas dan umpan balik informasi perkembangan
produksi. Berikutnya, yaitu MRP II sering disebut Material Resource Planning atau
Business Resource Planning merupakan sistem informasi yang mengintegrasikan
pemasaran, finansial, dan operasi, sehingga penjualan dan rencana produksi bisa
terkoordinasi secara konsisten
MRP dipengaruhi oleh struktur produk dan lead time tiap komponen.
Material Requirement Planning Sistem (Sistem MRP) dikembangkan untuk
mengelola persediaan barang yang permintaannya memiliki ketergantungan
(Dependent Demand), maksudnya adanya hubungan antar suatu permintaan barang
dengan barang lainnya yang kedudukannya lebih tinggi.
b. Waktu tenggang (lead time) produksi dan waktu tenggang penyerahan yang
dikurangi pada para pelanggan. Adanya MRP dapat diidentifikasikan bahan
dan komponen yang diperlukan (jumlah dan waktunya), persediaan bahan
dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi batas waktu penyerahan.
8
Dengan menggunakan MRP, bagian produksi dapat memberikan kepada
bagian pemasaran informasi yang tepat waktu mengenai kemungkinan
waktu penyerahan kepada calon pelanggan.
Agar MRP dapat dioperasikan secara aktif, maka harus diperhatikan asumsi-
asumsi sebagai berikut:
a. Lead time untuk seluruh item yang diketahui atau dapat diperkirakan.
b. Setiap persediaan selalu dalam kontrol.
c. Semua komponen untuk suatu perakitan harus tersedia pada saat suatu
pesanan untuk perakitan tersebut dilakukan, sehingga jumlah dan waktu
kebutuhan kotor dari suatu perakitan dapat ditentukan.
d. Pengadaan dan pemakaian terhadap persediaan bersifat diskrit.
e. Proses pembuatan suatu item dengan item yang lain bersifat independen.
9
2) Catatan keadaan persediaan.
3) Struktur produk.
Output dari sistem MRP adalah berupa rencana pemesanan atau rencana
produksi yang dibuat atas dasar lead time. Rencana pemesanan memiliki dua
tujuan yaitu:
Output dari sistem MRP juga disebut sebagai suatu aksi yang merupakan
tindakan pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.
a. Netting.
b. Lotting.
10
Merupakan Suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan
optimal untuk setiap item Secara individual didasarkan pada hasil
perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan dari proses netting.
c. Offsetting.
d. Exploding/Eplotion.
11
utama dari CRP adalah menunjukkan perbandingan antara beban yang ditetapkan
pada pusat-pusat kerja melalui pesanan kerja yang ada dan kapasitas dari setiap pusat
kerja selama periode waktu tertentu (Garpezs, 1998).
2) Work order status: informasi status ini diberikan untuk semua open orders
yang ada dengan operasi yang masih harus diselesaikan, work center
yang terlibat dan perkiraan waktu.
4) Work center data: data ini berkaitan dengan setiap production work center,
termasuk sumber-sumber daya, Standar-standar utilisasi dan efisiensi,
12
serta kapasitas. Elemen-elemem data pusat kerja adalah: identifikasi dan
deskripsi, banyaknya mesin atau stasiun kerja, banyaknya hari kerja per
periode, banyaknya shifts yang dijadwalkan per hari kerja, banyaknya
jam kerja per shift, faktor utilisasi & efisiensi.
1) Laporan beban pusat kerja (Work center load report), Laporan ini
menunjukkan hubungan antara kapasitas dan beban. Apabila dalam
laporan ini tampak ketidakseimbangan antara kapasitas dan beban, proses
CRP secara keseluruhan mungkin perlu diulang. Work center load profile
sering ditampilkan dalam bentuk grafik batang yang sangat bermanfaat
untuk melihat hubungan antara beban yang diproyeksikan dan kapasitas
yang tersedia, sekaligus mengidentifikasi apakah terjadi kelebihan atau
kekurangan kapasitas. CRP biasanya menghasilkan Workt center load
profile untuk setiap pusat kerja yang diidentifikasi dalam pabrik.
Perbandingan antara beban dan kapasitas dapat juga ditampilkan dalam
format kolom.
13
a. Theoretical Capacity (Maximum Capacity) merupakan kapasitas
maksimum yang mungkin dari sistem manufakturing yang didasarkan pada
asumsi mengenai adanya kondisi ideal seperti: tiga shif per hari, tujuh hari
per minggu, tidak ada downtime mesin dan lain-lain. Dengan demikian
Theoretical capacity diukur berdasarkan pada jam kerja yang tersedia
untuk melakukan pekerjaan, tanpa suatu kesempatan untuk berhenti atau
istirahat, downtime mesin, atau alasan lainnya. Metode Theoretical
Capacity ini tidak pernah dapat tercapai, dan karena itu tidak umum
dipergunakan dalam penentuan kapasitas
14
FAS merupakan pernyataan mengenai end item yang akan dirakit. Pada
lingkungan assemble to order (ATO), FAS dibuat sesuai dengan order
konsumen. Pada MPS, item merupakan level terendah dalam BOM.
15
Dari gambar 3.3 tampak bahwa sistem MRP II berawal dari perencanaan
strategik bisnis yang terkait dengan peramalan permintaan (demand forecasting),
perencanaan keuangan dan pemasaran. Selanjutnya bagian pemasaran, keuangan, dan
produksi, melalui suatu tim kerja sama (team work) akan mengembangkan rencana
produksi dan jadwal produksi induk (Master Production Schedule = MPS) yang
memenuhi permintaan pasar dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia
dalam perusahaan itu. Tim kerja sama ini harus mempertimbangkan sumber-sumber
daya keuangan, pemasaran, dan manufakturing, ketika mengembangkan rencana
produksi dan jadwal produksi induk. Berikutnya dilakukan perencanaan kebutuhan
material (Material Requirement Planning = MRP). Kemudian perencanaan
kebutuhan kapasitas (Capacity Requirement Planning = CRP) dilakukan untuk
membandingkan pesanan-pesanan produksi yang direncanakan, untuk mengetahui
apakah kapasitas yang tersedia itu menjadi kelebihan beban (overloads) atau
kekurangan (underloads). Jika rencana kapasitas (capacity plan) dapat diterima,
output dari MRP akan menjadi basis bagi pesanan produksi (production orders)
untuk diteruskan ke lantai produksi (shop floor) dan basis bagi pesanan pembelian
16
(purchase orders) untuk diteruskan ke pemasok eksternal (outside suppliers). Proses
ini akan berlanjut terus dengan selalu memperbaharui jadwal produksi induk (MPS)
berdasarkan sumber-sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran strategik
bisnis itu.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
Daftar Pustaka
19