Anda di halaman 1dari 7

KASUS

Ny. M (52 tahun) dirawat di ruang penyakit dalam karena keluhan sesakdan maag. Ia
adalah seorang perokok, sehari menghabiskan 1 ½ bungkus sejak suaminya meninggal 6
bulan yang lalu. Selama 6 bulan ini dia tidak makan secara teratur dan makan makanan
capat saji setiap hari. Bapaknya meninggal karena serangan jantung saat usianya 50
tahun. Hasil pemeriksaan TB : 160 cm, BB 41 kgTanda-tanda vital TD : 138/86 mmHg,
N : 92 x/menit, RR : 30 x/menit, Suhu : 36oCLaboratorium kolesterol dalam darah 280
mg/Dl. Sehari-hari Ny. M tinggal di rumah dan saat di RS kadang-kadang ditemani oleh
anaknya pada malam hari saja.

1. Bagaimana penerapan konsep holistic care pada kasus di atas?


2. Rencanakan perubahan yang perlu dilakukan pada pasien di atas!

Pembahasan :

1. Penerapan konsep holistic care pada pasien di atas harus dilakukan secara
menyeluruh mulai dari awal sampai akhir. Salah satu cara dalam melakukan
Penerapan holistik care pada pasien tersebut salah satunya dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan secara holistik dimulai dari
tahap awal yaitu :
a. Pengkajian
1) Riwayat penyakit
Pasien mengatakan bapaknya meninggal karena serangan jantung saat
usianya 50 tahun.
2) Data biopsikososiospiritual pasien dari data si atas diperoleh data :
a) Data biologis
TB : 160 cm, BB 41 kg Tanda-tanda vital TD : 138/86 mmHg,
N : 92 x/menit, RR : 30 x/menit, Suhu : 36oC Laboratorium
kolesterol dalam darah 280 mg/dL, pasien mengeluh sesakdan
maag.
b) Data psikologis
Pasien menyebut dirinya seorang perokok, sehari dapat
menghabiskan 1 ½ bungkus sejak suaminya meninggal 6 bulan
yang lalu. Selama 6 bulan ini dia tidak makan secara teratur dan
makan makanan capat saji setiap hari.

c) Data Sosial
Sehari-hari Ny. M tinggal di rumah dan saat di RS kadang-
kadang ditemani oleh anaknya pada malam hari saja.
b. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh pada pengkajian maka dapat ditarik
diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah :
1) Koping tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan
dengan pasien menyebut dirinya seorang perokok, sehari dapat
menghabiskan 1 ½ bungkus sejak suaminya meninggal 6 bulan yang
lalu. Selama 6 bulan ini dia tidak makan secara teratur dan makan
makanan capat saji setiap hari.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (stress, keengganan
untu makan) dibuktikan dengan pasien mengatakan tidak makan secara
teratur dan makan makanan capat saji setiap hari, TB : 160 cm, BB 41 kg
c. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah :
1) Manajemen koping yang efektif (asertif)
Setelah diberikan askep selama 1 x 60 menit diharapkan manajemen
kesehatan meningkat dengan kriteria hasil yang diinginkan:
 Melakukan tindakan yang mengurangi faktor risiko meningkat
 Menerapkan program perawatan meningkat
 Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan kesehatan
meningkat
 Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program
perawatan/pengobatan menurun.
a) Edukasi kesehatan
Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media penkes
(2) Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
(4) Berikaan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan
pencapaiannya.
Edukasi
(1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
seperti kebiasaan buruk merkok dan makan makanan siap saji.
(2) Ajarkan menentukan perilaku spesifik yang akan dirubah yaiu
kebiasaan merokok 1 ½ bungkus sehari serta makan makanan
siap saji.
(3) Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan yaitu dengan mengonsumsi
makanan yang tinggi serat tinggi kalori dan protein. Hindari
mengonsumsi makanan yang telah dioleh/digoreng serta bumbu
penyedap berlebihan. Biasakan melakukan aktivitas fisik sesuai
kemampuan.
2) Defisit nutrisi
Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam diharapkan status nutrisi
membaik dengan dengan kriteria hasil yang diinginkan:
 Sikap terhadap makanan sesuai dengan tujuan kesehatan
 Perasaan cepat kenyang menurun
 Berat badan cukup membaik
 IMT cukup membaik
 Frekuensi makan membaik
 Nafsu makan membaik
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi (status nutrisi pasien tergoong kurang
karena < 10% berat badan ideal berdasatkan IMT)
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yag disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e. Identifikasi perlunya penggunaan NGT
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan labratorium
Therapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan akanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
f. Berikan suplemen makanan jika perlu
g. Hentikan pemberian makanan melakui NGT jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalnya antiemetik
jika pasien mengeluh mual)
b. Kolaborasi dengan ahli gizi unuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
d. Implementasi
Implementasi dapat disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.
Bila terjadi perubahan rencana/jadwal dapat dikonfirmasi kepada pasien.
e. Evaluasi
Evauasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang dieroleh
yaitu :
1) Koping tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional
a) Pasien dapat melakukan tindakan yang mengurangi faktor risiko
misalnya berhenti merokok dan makan makanan siap saji.
b) Pasien dapat menerapkan program perawatan.
c) Pasien dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara efektif
memenuhi tujuan kesehatan
d) Pasien memverbalisasi kesulitan dalam menjalani program
perawatan/pengobatan dapat menurun.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
a) Sikap terhadap makanan sesuai dengan tujuan kesehatan (makan
sesuai porsi yang telah disajikan)
b) Perasaan cepat kenyang dapat menurun
c) Berat badan cukup membaik (minimal 45 kg)
d) IMT cukup membaik (minimal IMT 18,5)
e) Frekuensi makan membaik
f) Nafsu makan membaik

2. Pada kasus di atas sebelum melakukan rencana perubahan pada pasien sebaiknya
perawat mengidentifikasi beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang
merubah perilaku pasien diantaranya :
1) Faktor sosial
Dukungan sosial (keluarga, teman) dapat mendorong perubahan kesehatan.
Dari kasus di atas maka dukungan dari keluarga sangatlah diperlukan oleh
pasien dimana kita ketahui bahwa pasien selama ini hanya tinggal di rumah
dan saat MRS pun keluarga hanya menemani pasien pada malam hari saja.
Hal inilah sebagai faktor yang dapat dimanipulasi untuk meningkatkan stats
kesehatan pasien dengan memberikan edukasi kepada keluarga seberapa
penting arti keluarga bagi pasien.
2) Faktor kepribadian
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya adalah perilaku
itu sendiri (kepribadian) dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu,
penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan
pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa. Dalam kasus di atas
kepribadian pasien sangatlah maladaptif sehingga cara pasien dalam
menyelesaikan masalah dengan perilaku negatif.
3) faktor emosi
Rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan – harapan
yang dimiliki yang bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang
mendorong melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.
Telah menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan diterminan kesehatan
yang menjadi sasaran dari promosi untuk mengubah perilaku (behaviour change).
Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan
kesehatan, sekurang-kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni :
a. Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai
dengan nilai – nilai kesehatan.
b. Mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengambangan perilau
sehat).
c. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai
dengan norma/nilai kesehatan (perilaku sehat). Dengan perkatan
mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada.
Dari kasus di atas makan cara mengubah prilaku pasien dari perilaku negatif
(tidak sehat)/maadaptif ke perilaku sehat adaptif dengan cara :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan pasien dalam menerima informasi
kesehatan.
2) Jelaskan tindakan terapeutik untuk mengatasi masalah seperti :
menghentikan mengonsumsi rokok, memberikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan meningkatkan mekanisme koping pasien dalam menghadapi
masalah serta meningkatkan intake nutrisi tinggi kalori tinggi protein untuk
mengatasi masalah nutrisi yang diderita oleh pasien.
3) Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan beradaptasi terhadap tuntutan
kondisi atau masalah saat ini misalnya mengajak pasien untuk
mengungkapkan perasaan yang selama ini dirasakan (berbicara dengan
orang lain ”curhat” (curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman,
keluarga, atau profesi tentang masalah yang dihadapi.
4) Ajarkan cara mengidentifikasi kesulitan dalam adaptasi yang dialami.
5) Ajarkan melakukan tehnik proses reminisens misalnya mendengarkan lagu-
lagu lama, mengingat peristiwa baik di masa lalu, dan melihat foto atau
benda di masa lalu.
6) Anjurkan melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau
masalah.
7) Informasikan ketersediaan sumber-sumber terapi konseling psikiatrik, ahli
prostesa, terapi okupasi.
8) Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan perhatian yang lebih
banyak pada pasien serta memberikan dukungan psikososiospiritual kepada
pasien.

Anda mungkin juga menyukai