Anda di halaman 1dari 11

Landasan teori : Teori Adaptasi Sister Calista Roy : Adaptation Model

Background Teorist

Background theoriest Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di


Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963
dari Mount Saint Marys College Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun
1966 di University of California Los Angeles. Roy memulai pekerjaan dengan
teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of
California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson,
Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan.
Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya, Helsen mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi dibutuhkan
oleh individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
focal stimuli, konsektual stimuli, dan residual stimuli (Alligood, 2013;
McEwen&Wills, 2010). Sumber Teori Roy mengkombinasikan teori adaptasi
Helson dengan definisi pangan terhadap manusia sebagai sistem adaptif. Selain
konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan nilai
dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain seperti
Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (1970) Selye (1978). Setelah
beberapa tahun, model ini berkembang menjadi suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi
keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda
keperawatan di Mount Saint Mary s College. Sejak saat itu, lebih dari 1500 staf
pengajar mahasiswa baru mengklarifikasi, menyaring, memperluas model
adaptasi Roy (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010). Asumsi Mayor, Konsep
Hubungan Menurut Alligood (2014), model adaptasi Roy bertujuan untuk
menggali konsep diri indentitas kelompok dalam integritas sosial. Level adaptasi
Roy berubah secara konstan, berasal dari ucapan, kontekstual stimuli residual.
Secara teori sistem, sistem adaptasi manusia merupakan pangan interaksi
merupakan aksi dari suatu unit untuk mencapai tujuan. Roy s model berfokus
pada konsep adaptasi melalui perawat, sehat, manusia, dan lingkungan. Respon
adaptasi dihasilkan yaitu mencapai integritas menolong manusia untuk mampu
beradaptasi, tumbuh, reproduksi, transformasi, dan lingkungan. Empat model
adaptasi Roy menunjukkan gejala dari kognator aktifitas reguler dialami pada saat
adaptasi berlangsung, yaitu :
1) The physiological-physical adaptive mode seperti kebutuhan dasar
membutuhkan oksigen, nutrisi, eliminasi, aktifitas istirahat perlindungan.
2) The self-concept group identity adaptive mode digunakan untuk mengetahui
apa dibutuhkan dari seseorang bagaimana aksinya dalam masyarakat.
3) The role function adaptive mode menjelaskan peran primer, sekunder tersier
individu pada tatanan sosial.
4) The interdependence adaptive mode menjelaskan interaksi antara seseorang
di dalam sosial. Kunci pada mode ini adalah beri terima dengan cinta,
menghormati. Paling penting konten dalam ini adlaah adapatasi melalui
tingakatan pasangan, anak, teman atau Tuhan pada dukungan sistem
setempat.
Paradigma Keperawatan menurut Roy antara lain ;
1) Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit
mengalami gangguan fisik, psikis social agar dapat mencapai derajat
kesehatan optimal. Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon
adaptasi. Perubahan internal eksternal stimulus input tergantung dari
kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping
seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, residual. Fokal
adalah suatu respon diberikan secara langsung terhadap ancaman/input
masuk.
2) Individu
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu
kesatuan mempunyai input, control, output, proses umpan balik. Proses
kontrol adalah mekanisme koping dimanifestasikan dengan cara adaptasi.
Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran,
interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem hidup, terbuka adaptif dapat mengalami kekuatan zat
dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai
menerima masukan dari lingkungan luar lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satu kesatuan saling
berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat
digambarkan dengan istilah input, proses control umpan balik serta output.
3) Kesehatan
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continum dari meninggal sampai
tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu
keadaan proses dalam upaya menjadikan dirinya secara terintegrasi secara
keseluruhan, fisik, dimanifestasikan mental oleh kemampuan social.
Integritas individu untuk adaptasi memenuhi individu tujuan
mempertahankan pertumbuhan reproduksi. Sakit adalah suatu kondisi
ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan berasal
dari dalam luar individu. Kondisi sehat sakit sangat individual
dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi
(koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam
mengartikan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya lain-lain.
4) Lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi berasal dari internal
eksternal, mempengaruhi perkembangan dari perilaku seseorang atau
kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun
psikologis diterima individu dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh
individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) proses
stressor biologis (sel maupun molekul) berasal dari dalam tubuh individu
manifestasi tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu
respons. Dengan pemahaman baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah mengurangi risiko
akibat dari lingkungan sekitar (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Konseptual
Gambar Sister Sister
5. Konseptual CalistaCalista
Roy Roy
: Adaptation
: AdaptationModel
Model
Background Teorist
Background Teorist

SKENARIO ROLE PLAY


ADAPTATION’S MODEL ROY

Kepala Ruangan : Ns Indri : Ambarawati


Perawat 1 : Ns. Umi : Tantri Indraswari
Perawat 2 : Ns. Ima : Sriasih
Dokter : Dokter Agus : Eddy Wirawinata
Pasien : Ibu Lina : Indriya Sari
Keluarga Pasien (Suami) : Bapak Andri : Arimbawa
Narator 1 : Suryaningsih
Narator 2 : Ayu Dharmaning

Narator : Ibu Lina, 48 tahun mengalami nyeri yang luar biasa setelah menjalani operasi
amputasi kaki kanan setinggi carpal pada 2 hari yang lalu. Nyeri ini sangat hebat pada saat
tidur malam dan sedikit bergerak meskipun sudah diberikan obat penghilang rasa sakit
melalui syringe pump. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter Agus, Ibu Lina
dinyatakan diberikan dosis morfine sulfat yang lebih besar.
Selanjutnya hasil pengkajian Ns. Ima didapatkan data TD 135/90 mmHg, nadi 92x/menit,
respirasi 26x/menit dan suhu 37,5˚C, pasien tampak gelisah.
Ibu Lina adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita di sebuah
toko miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi
orang yang berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Ibu Lina merupakan tulang punggung
keluarga. Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu Lina melakukan aktifitas 12 jam perhari dan
memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang manis serta memiliki berat
badan 90 kg dengan tinggi badan 160 cm. Pola tidur 8 jam di waktu malam dan 1-1,5 jam di
waktu siang.Ibu lna mengaku sangat jarang melakukan olahraga.
Pada hari ke dua pasca operasi Ns. Ima perawat shift malam melakukan evaluasi pasien Ibu
Lina (jam 06.00), dimana pasien terbaring di tempat tidurnya dan nampak ragu-ragu untuk
bergerak, serta ekspresi tampak gelisah. Bpk Andri juga tampak murung dan hanya diam
sambil menopang dagunya. Melihat kondisi demikian, Ns. Ima berusaha mengeksplorasi
perasaan Ibu Lina dan suaminya. Dari hasil evaluasi tersebut Ns. Ima mendapatkan data
berupa keluhan sebagai berikut :
1. Ibu Lina mengatakan pernah mendapat informasi kalau penyakitnya itu tidak dapat
disembuhkan dan akan terus mendapatkan suntikan seumur hidup.
2. Ibu Lina mengatakan apakah penyakitnya akan menyebabkan seluruh anggota tubuhnya
membusuk atau terjadi komplikasi akibat sudah diamputasi?
3. Ibu Lina mengatakan apakah dirinya akan dapat menjalani kehidupan sehari-hari
seperti sebelumnya karena kakinya sudah diamputasi?
4. Ibu Lina juga menatakan ingin mati saja jika memang sakitnya tidak bisa sembuh
karena ia adalah tulang punggung dalam keluarganya.
5. Ibu Lina menyatakan takut bergerak karena sangat sakit.
6. Bapak A menanyakan apakah istrinya bisa sembuh dan dapat melakukan kegiatan
sehari-hari lagi seperti dahulu?
Dari data-data tersebut diatas, maka oleh Ns. Ima menetapkan masalah keperawatannya
adalah “Cemas”. Selanjutnya jam 07.30 proses timbang terima antara Ns. Ima dan Ns. Uni
bersama kepala ruangannya Ns. Indri. Pada timbang terima tersebut Ns. Ima menyampaikan
masalah pasien Ibu Lina dan keluarganya. Ns. Indri menginstruksikan kepada Ns. Uni untuk
menindaklanjuti masalah keperawatan Ibu Lina.
Ns Indri : “Bagaimana dengan pasien Ibu Lina?”
Ns. Ima : “Iya bu tadi sudah saya evaluasi masalah yang muncul adalah cemas karena
kurangnya terpapar informasi sehingga kami memutuskan untuk memberikan
HE (Health Education) kepada pasien dan keluarga agar masalah tersebut
dapat teratasi”.
Ns. Indri : “Baiklah kalau begitu segera laksanakan intervensi yang sudah ditetapkan!
Terimakasih rapat selesai.”
Setelah timbang terima selesai, Ns. Ima dan Ns. Uni ke kamar Ibu Lina. Sementara itu Ns.
Indri berkolaborasi dengan dokter mengenai pasien-pasien di ruangan tersebut.

Narator : Dari cerita kasus diatas, kelompok menarik kesimpulan bahwa, dengan masalah
keperawatan yang ditetapkan oleh Ns. Ima tersebut tepat, dan bila tidak ditangani dengan
baik akan berdampak pada respons “maladaptive” pada pasien dan keluarganya. Dengan
demikian, tugas perawat adalah membantu terciptanya respons adaptif pada pasien dan
keluarganya dengan menggunakan pendekatan Komunikasi Terapeutik. Untuk itu, mari kita
saksikan pertunjukkan kelompok dua dalam “Role Play” berikut ini.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Topik : Dua hari pasca pembedahan, di ruang perawatan dengan masalah “Cemas”
2. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
Data Subjektif :
a) Ibu Lina mengatakan pernah mendapat informasi kalau penyakitnya itu
tidak dapat disembuhkan dan akan terus mendapatkan suntikan seumur
hidup.
b) Ibu Lina mengatakan apakah luka operasi akan menjalar dan akan
menyebabkan seluruh anggota tubuhnya membusuk?
c) Ibu Lina mengatakan apakah dirinya akan dapat menjalani kehidupan
sehari-hari seperti sebelumnya karena kakinya sudah diamputasi?
d) Ibu Lina menyatakan takut bergerak karena sangat sakit.
e) Bapak A menanyakan apakah istrinya bisa sembuh dan dapat melakukan
kegiatan sehari-hari lagi seperti dahulu?
Data Objektif :
a) Pasien nampak terbaring di tempat tidurnya dan nampak ragu-ragu untuk
bergerak, serta tampak gelisah
b) Bpk Andri juga tampak murung dan hanya diam sambil menopang dagunya
2) Masalah Keperawatan
Cemas berhubungan dengan penurunan konsep body image
3) Tujuan
Pasien dan keluarga mampu mengungkapkan perasaan cemas, serta mau
mendiskusikan untuk mencari alternatif pemecahan masalah
4) Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk
membantu memecahkan permasalahan klien
b) Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
c) Jelaskan operasi amputasi tidak akan menimbulkan komplikasi jika luka
operasi dirawat dengan baik dan luka sembuh dengan baik.
d) Jelskan pada pasien dan keluarga bahwa dirinya akan dapat berperan
maksimal seperti sebelum sakit meski harus menggunakan alat bantu untuk
bergerak/mobilisasi.
e) Jelaskan bahwa memang benar pasien akan mendapatkan terapi suntikan
seumur hidupnya namun tidak menutup kemungkinan hal ini tidak
diperlukan dengan cara pola hidup sehat dan melaksanakan aktivitas fisik
untuk membakar kalori yang ada dalam tubuh.
3. Strategi Pelaksanaan
1) Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
Ns. Ima : “Om Swastyastu Bu Lina, saya Uni dan saya Ima,
pagi ini kami yang akan merawat bu Lina”
Ibu Lina : “Oh… iya, dengan senang hati kalau suster mau merawat
saya”
b) Evaluasi / Validasi
Ns. Indri : “Bagaimana perasaan bu Lina hari ini?”
Ibu Lina : ”Astungkara sus, sakitnya sudah sedikit berkurang karena
dosis obat yang sudah dinaikkan oleh dokter, namun saya
masih takut bergerak sus” (dengan raut muka cemas)
c) Kontrak
Ns. Indri : “Katanya bu Lina dan suami ibu sering merasa cemas dan
takut dengan proses penyembuhan penyakit ibu, bagaimana
kalau kita diskusi/bercerita tentang hal ini?”
Bpk Agus : “Baiklah kalau begitu, iya saya juga mau suster”
Ns. Indri : “Kira-kira dalam waktu 15 menit, kita berdiskusi masalah
ini? Bagaimana menurut bu Lina?”
Ibu Lina : “Iya .., biar lebih sedikit waktunya juga saya setuju”
Ns. Indri : “Kita diskusi di sini di tempat tidur bu Lina saja ya,
sambil
ibu istirahat”
Ibu Lina : “Iya suster, karena saya masih merasa sakit sekali kalo
harus menggerakkan kaki saya”

2) Fase Kerja
Ns.Indri : “Bu, kira-kira apa yang membuat ibu takut dengan kondisi
saat ini?”
Ibu Lina : “ Sus saya ingin mati saja jika penyakit saya ini tidak bisa
sembuh, saya sudah putus asa sus....”
Ns. Indri : “ Ibu Lina, ibu jangan bicara sepeerti itu.... penyakit ibu ini
memang benar tidak dapat sembuh sepenuhnya namun
dapat dikontrol.”
Ibu Lina : “bagaimana maksud suster saya tidak pahan sus? Suster,
kata
orang penyakit saya tidak dapat disembuhkan dan akan
terus mendapatkan suntikan seumur hidup, apa benar sus?.”
Bpk Andri : “ betul tidak dapat sembuh sus?, saya juga takut kalau itu
terjadi”
Ns. Indri : ”Oh itu masalahnya, seperti yang saya jelaskan tadi Ibu
tidak
usah takut penyakit ini memang tidak dapat sembuh namun
dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan makanan
yang sehat tidak digoreng hindari makanan siap saji dan
bumbu masakan serta makan yang terlalu manis) ibu juga
harus meningkatkan aktivitas fisik meskipun sekarang
harus menggunakan alat bantu untuk beraktivitas tapi tidak
menjadi kendala untuk ibu melakukan aktivitas fisik atau
beroahraga untuk membakar kalori dalam
tubuh....Astungkara ibu tidak perlu diberikan suntikan
seumur hidup ibu”
Ibu Lina : ”Oh iya, begitu suster.. luka operasi akan menjalar dan akan
menyebabkan seluruh anggota tubuhnya membusuk?”
Ns. Ima : ”Oh, tidak bu.... jika perawatan lukanya steril dan lukanya
dapat sembuh dengan baik maka tidak akan menjalar
kemana-mana dan tidak perlu dilakukan operasi lagi dan
jika sudah sembuh nanti kalau bisa ibu harus menghindari
terjadinya luka pada tubuh ibu karena orang dengan
penyakit diabetes jika sudah terjadi luka akan susah kering
atau sembuhnya.”
Ibu Lina : Sus,,, apakah saya akan dapat menjalani kehidupan sehari-
hari seperti sebelumnya karena kakinya sudah diamputasi?
Ns. Indri : “Tentu saja bu,,, ibu tidak usah khawatir jika nanti sudah
sembuh ibu dapat kembali bekerja seperti dahulu meskipun
harus menggunakan alat bantu untuk berjalan asalkan ibu
perhatikan pola makan istirahat yang taratur serta aktivitas
fisik yang cukup serta kontrol gula darah secara teratur
kalau perlu diberika suntikan insuline agar gula darah
terkontrol ibu akan dapat kembali seperti dahulu sebelum
ibu sakit.... percayalah astungkara bu dapat sembuh.”
Bpk Agus : “Astungkara saya lega mendengarnya sus.....”
Ibu Lina : “Sus saya merasa takut bergerak karena sangat sakit sekali
jika berubah posisi sedikit saja.”
Ns. Ima : Justru kalau Ibu tidak mau bergerak nanti kaku, selain itu
berbaring lama bikin aliran darahnya tidak lancar, sehingga
lama sembuhnya”
Ibu Lina : ”Terima kasih Suster, saya sudah mengerti sekarang. Tapi
suster, saya juga susah tidur”
Bpk Agus : “Iya suster kadang menjelang subuh baru tertidur istri saya’
Ns. Ima : ”Kenapa Bu?” ada yang mengganjal pikiran ibu, coba
kemukakan, mungkin saya bisa membantunya”
Ibu Lina : ”Itu tadi masalahnya suster, saya kepikiran karena takut
nanti saya tidak bisa jalan lagi dan bagaimana dengan
aktivitas saya sehari-hari nanti saya tidak bergantung
dengan orang lain suster”
Bpk Agus : “Saya juga takut begitu suster” (tambah suaminya)
Ns. Indri : ”Astungkara Ibu bisa beraktifitas seperti biasa meskipun
nanti hrus menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat
atau kursi roda, tentu ibu harus yakin, bersyukur dan selalu
berdoa, karena dokter berhasil melakukan operasi, jadi ibu
tidak usah khawatir, bapak juga, yah...!
Ibu Lina : “Syukurlah kalau begitu suster, sekarang hati saya sudah
terasa lega” (sambil saling menatap dan senyum gembira
ibu Lina dan suaminya).

3) Fase Terminasi
Ns. Ima : “Bagaimana perasaan bu Lina dan Bpk Andri, setelah
bincang-bincang dengan kami?”
Ibu Lina : “Astungkara lega sus,,,, saya sudah mengerti, merasa
senang, perasaan takut dan cemas saya juga sudah
berkurang”.
Bpk Andri : “Saya juga demikian suster”
Ns. Indri : “Baiklah, kalau begitu sekarang ibu Lina istirahat dulu,
nanti
kalau ada yang belum jelas, ibu dan bapak bisa tanya lagi,
selanjutnya kami berharap ibu Lina dapat menerima
perubahan status kesehatan yang terjadi saat ini”
Dokter Agus : “Iya benar kata Ns. Uni, penyakit ibu memang
mengharuskan kami untuk mengamutasi seluruh jari kaki
sampai setinggi telapak kaki karena memang sudah
menghitam atau kami sebut nekrotik namun Ibu Lina dan
Bapak Agus harus rutin kontrol untuk merawat luka operasi
ini agak sembuh enga optimal ya!! mudah-mudahan ibu
dapat sembuh dan beraktivitas seperti biasanya. Jadi ibu
dan bapak sekarang banyak berdoa yach...!”
Ibu Lina : ”Terima kasih suster.. terima kasih dokter” (ucapan
bersamaan pasien dan suami).

Narator : Dokter Agus, Ns. Uni, Ns. Ima dan Ns. Indri meninggalkan Ibu
Lina dan Bpk Andri.

Demikianlah tadi ”Role Play” dari kelompok dua, yang menggambarkan penerapan
Grand Teori Callista Roy pada kasus pasien pasca operasi dengan amputasi dari respon
maladaptif menjadi adaptif, daari awalnya denial menjadi accepted. Saran, masukan dan
kritikan sangat kami harapkan demi perbaikan kita bersama, ......... kami tutup dengan parama
santi,,,, Om Shanti, Shanti, Shanti Om...

Anda mungkin juga menyukai