Disusun oleh:
Kelompok 2
UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2017
DAFTAR ISI
Daftar Isi ........................................................................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
4.1 Simpulan......................................................................................................................... 18
Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir
abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada
kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di
bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam
bekerja.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah
Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sa kit (K3RS)
seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen
akreditasi Rumah Sakit.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/
pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas dinyatakan di dalam
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni "Dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3
(tiga) tahun sekali". K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam
akreditasi Rumah Sakit, disamping standar pelayanan lainnya. Data dan fakta mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit sebagai berikut:
a. Secara Global:
- WHO: Dari 35 juta pekerja kesehatan : 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan
virus Hepatitis B, 0,9 juta terpajan virus Hepatitis C dan 170,000 terpajan virus HIV
/ AIDS).
- Dapat terjadi : 15,000 HB(, 70,000 HBB & 1000 kasus HIV. e
- Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
b. Di luar negeri :
- USA: (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B 47 positif HIV dan
Setiap tahun 600.000-1.000.000 luka tusuk jarum dilaporkan (diperkirakan lebih
dari 60% tidak dilaporkan).
- SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih tinggi
41% disbanding pekerja lain dengan angka KAK terbesar adalah cedera jarum
suntik (NSI-Needle Stick injuries).
- 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera tulang belakang akibat kerja
(occupational low back pain), (Harber P et al,1985).
c. Indonesia:
- Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari20 kg. Keluhan subyel<tif
low back pain didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3
%. (instalasi edah sentral di RSUD di Jakarta 2006).
Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja
RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori jenis kelamin, ras, umur, dan status
pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain.
Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4: 1000.
Risiko penularan Hepatitis B setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi Hepatitis B 27
- 37: 100. Risiko penularan Hepatitis C setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung Hepatitis
C 3 - 10 : 100.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan dan Mnegidentifikasi penyebab kecelakaan kerja di Rumah Sakit
2. Menjelaskan pengendalian terhadap risiko bahaya kecelakaan kerja di Rumah Sakit
3. Mengidentifikasi pencegahan yang dapat dilakukan terhadap bahaya kecelakaan kerja di
Rumah Sakit
Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit adalah upaya terpadu
seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan
lingkungan kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah
sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit, maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
rumah sakit
Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat mungkin memberikan
jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber
daya manusianya. Husni (2005) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah: a)
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental, maupun sosial; b) mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja; c) menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau
pekerjaan dengan tenaga kerja; d) meningkatkan kinerja". Dengan demikian maksud dan tujuan
tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas
penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan
gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai dengan baik
a. Prinsip K3 RS
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang
saling berinteraksi, yaitu:
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab kan anemia, maka
kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu.
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja dalam
melaksanakan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum
dll.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh; seorang
yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruanganruangan
yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi (kamar X Ray, kamar
gelap, kedokteran nuklir dan lain-lain
b. Program K3RS
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar
pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja setiap petugas
kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas
kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja.
c. Kebijakan Pelaksanaan K3RS
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan teknologi,
namun keberadaan Rumah sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya
penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila Rumah Sakit tersebut tidak melaksanakan
prosedur K3. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan regulasi sebagai berikut :
a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah sakit;
b. Menyediakan Organisasi K3RS sesuai dengan Kepmenkes Nomor 432/Menkes/SK/lV
/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah sakit;
c. Melakukan sosialisasi K3Rs pada seluruh jajaran Rumah sakit;
Dalam mengidentifikasi potensi bahaya juga diperlukan identifikasi untuk mencegah penyebab
terjadinya kecelakaan kerja. Rumah Sakit harus mampu untuk melakukan identifikasi sumber
bahaya dan kajian mengenai penyebab terjadinya kecelakaan. Identifikasi sumber bahaya dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi
bahaya dan jenis kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Beberapa potensi bahaya yang mempengaruhi penyebb terjadinya kecelakaan berdasarkan lokasi
dan pekerjaan di Rumah Sakit meliputi:
Setelah mendapatkan beberapa potensi bahaya diatas yang kemungkinan muncul di Rumah Sakit,
maka diharapkan pengelolaan mengenai bahaya di Rumah Sakit dapat berjalan dengan baik bila
saling memiliki komitmen, khusunya komitmen dari pimpinan puncak atau selaku Direktur Rumah
Sakit. Kemudian perlu adanya pemahaman bersama, kesadaran dan perhatian yang penuh dari
segala pihak yang terlibat di Rumah Sakit, sehingga apa yang diharapkan khususnya menciptakan
budaya zero accident dapat tercapai.
Penerapan program K3 di Rumah Sakit masih perlu banyak perbaikan. Salah satunya adalah
melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian akan bahaya dari kecelakaan kerja dalam
bentuk apapun. Oleh karena itu, pencegahan sebagai upaya meminimalisir kecelakaan akibat
kerja di rumah sakit mulai dari identifikasi hazard, investigasi setelah kejadian kecelakaan,
evaluasi, controlling hingga memfollow up program penanggulangan perlu dilakukan secara
sistematis dan lebih ditingkatkan, agar tupoksi K3RS sendiri dapat tercapai.
4.2 Saran
i. Pihak manajemen rumah sakit lebih meningkatkan sosialisasi mengenai fungsi K3 di
rumah sakit kepada siapa saja yang berada di rumah sakit termasuk dokter, perawat, pasien
serta tenaga medis maupun non medis lainnya. Hal ini diperlukan agar dapat
meminimalkan tindakan beresiko bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
ii. Semua pihak yang terkait dengan RS secara tanggung jawab melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) K3 RS sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku.
iii. Rumah Sakit perlu secara rutin mengevaluasi penyelenggaraan K3 RS untuk menilai
apakah kinerjanya sudah maksimal ataukah masih memerlukan perbaikan sistem K3RS
yang selanjutnya. Selain itu, rumah sakit harus selalu mengidentifikasi sumber bahaya,
penilaian dan pengendalian faktor risiko yang selalu ada di rumah sakit.
Departemen Kesehatan RI, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
danfasilitas pelayanan kesehatan lainnya. – Jakarta : Departemen, Kesehatan RI. Cetakan
kedua, 2008.
Keputuan Menteri Kesehatan RI no 1204 tahun 2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Ri no 1087 tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit