Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH KESELAMATAN KERJA

IDENTIFIKASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

Disusun oleh:

Kelompok 2

Candralega Bibit S 101411535007

Sigit Hendriawan P 101411535014

Rizka Khawari Aulia 101411535020

PEMINATAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BANYUWANGI

2017
DAFTAR ISI
Daftar Isi ........................................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 6

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja........................................................................................ 6

2.2 Prinsip, Program, Dan Kebijakan Pelaksanaan K3RS .......................................................... 6

BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 9

3.1 Penyebab Kecelakaan Rs ................................................................................................. 9

3.2 Pengendalian Risiko Bahaya .......................................................................................... 12

3.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja ....................................................................................... 17

BAB 4 PENUTUP ........................................................................................................................ 18

4.1 Simpulan......................................................................................................................... 18

4.2 Saran ............................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 2


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka
tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin
tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien
dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan
dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.

Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir
abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada
kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di
bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam
bekerja.

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah
Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sa kit (K3RS)
seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen
akreditasi Rumah Sakit.

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal165:


"Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja". Berdasarkan pasal di atas
maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para
tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.
Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan
atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena
itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 3


dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.

K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/
pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas dinyatakan di dalam
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni "Dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3
(tiga) tahun sekali". K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam
akreditasi Rumah Sakit, disamping standar pelayanan lainnya. Data dan fakta mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit sebagai berikut:

a. Secara Global:
- WHO: Dari 35 juta pekerja kesehatan : 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan
virus Hepatitis B, 0,9 juta terpajan virus Hepatitis C dan 170,000 terpajan virus HIV
/ AIDS).
- Dapat terjadi : 15,000 HB(, 70,000 HBB & 1000 kasus HIV. e
- Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
b. Di luar negeri :
- USA: (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B 47 positif HIV dan
Setiap tahun 600.000-1.000.000 luka tusuk jarum dilaporkan (diperkirakan lebih
dari 60% tidak dilaporkan).
- SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih tinggi
41% disbanding pekerja lain dengan angka KAK terbesar adalah cedera jarum
suntik (NSI-Needle Stick injuries).
- 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera tulang belakang akibat kerja
(occupational low back pain), (Harber P et al,1985).
c. Indonesia:
- Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari20 kg. Keluhan subyel<tif
low back pain didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3
%. (instalasi edah sentral di RSUD di Jakarta 2006).

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 4


- 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita Dermatitis
Kontak Iritan Kronik Tangan.
- Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka KAK NSI mencapai
38-73 % dari total petugas kesehatan.
- Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat di suatu Rumah Sakit
di Jakarta berhubungan bermakna dengan stressor kerja.
- Asosiasi Rumah Sakit Daerah mengindikasikan terdapat 18 rumah sakit di Jakarta
tidak memiliki system pemadaman api yang memadai.
- Kebakaran di rumah sakit PELNI. (kompas 27 oktober 2003)
- Rumah sakit Sardjito Yogyakarta Kebakaran (Tempo Interaktif 7 agustus 2007)
- Kebakaran rumah sakit bersalin Pertiwi di jalan sudirman, Makasar (Liputan
6.com, 25 Desember 2007)

Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja
RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori jenis kelamin, ras, umur, dan status
pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain.
Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4: 1000.
Risiko penularan Hepatitis B setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi Hepatitis B 27
- 37: 100. Risiko penularan Hepatitis C setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung Hepatitis
C 3 - 10 : 100.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyebab kecelakaan kerja di Rumah Sakit?
2. Bagaimana pengendalian risiko bahaya kecelakaan kerja di Rumah Sakit?
3. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan terhadap bahaya kecelakaan kerja di Rumah
Sakit?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan dan Mnegidentifikasi penyebab kecelakaan kerja di Rumah Sakit
2. Menjelaskan pengendalian terhadap risiko bahaya kecelakaan kerja di Rumah Sakit
3. Mengidentifikasi pencegahan yang dapat dilakukan terhadap bahaya kecelakaan kerja di
Rumah Sakit

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 5


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi. (KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR: l087/MENKES/SK/VIII/2010)

Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit adalah upaya terpadu
seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan
lingkungan kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah
sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit, maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
rumah sakit

Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat mungkin memberikan
jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber
daya manusianya. Husni (2005) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah: a)
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental, maupun sosial; b) mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja; c) menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau
pekerjaan dengan tenaga kerja; d) meningkatkan kinerja". Dengan demikian maksud dan tujuan
tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas
penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan
gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai dengan baik

2.2 Prinsip, Program, Dan Kebijakan Pelaksanaan K3RS


Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit
yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang
sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 6


Pengelola K3RS adalah organisasi yang menyelenggarakan program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) secara menyeluruh di Rumah Sakit.

a. Prinsip K3 RS
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang
saling berinteraksi, yaitu:
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab kan anemia, maka
kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu.
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja dalam
melaksanakan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum
dll.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh; seorang
yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruanganruangan
yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi (kamar X Ray, kamar
gelap, kedokteran nuklir dan lain-lain
b. Program K3RS
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar
pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja setiap petugas
kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas
kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja.
c. Kebijakan Pelaksanaan K3RS
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan teknologi,
namun keberadaan Rumah sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya
penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila Rumah Sakit tersebut tidak melaksanakan
prosedur K3. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan regulasi sebagai berikut :
a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah sakit;
b. Menyediakan Organisasi K3RS sesuai dengan Kepmenkes Nomor 432/Menkes/SK/lV
/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah sakit;
c. Melakukan sosialisasi K3Rs pada seluruh jajaran Rumah sakit;

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 7


d. Membudayakan perilaku K3RS;
e. Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang K3 di masing-masing unit kerja di
Rumah sakit;
f. Meningkatkan sistem Informasi K3RS.

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 8


BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Kecelakaan Rumah Sakit
Terjadinya kecelakaan di Rumah Sakit bisa datang dari unsafe act factor ataupun unsafe condition
factor. Unsafe act misalnya datang dari sikap dan tingkah laku pekerja yang kurang baik, kurang
pengetahuan dan ketrampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat, keletihan kelesuan, dan sebagainya.
Sementara untuk unsafe condition karena mesin yang atau alat yang digunakan, lingkungan kerja,
proses kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dbs. Beberapa regulasi yang mengatur mengenai
pelaksanaan K3 di Rumah Sakit diataranya UU nomor 1 tahun 1970 tentang keselamata kerja,
Permenkes nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman Manajemen K3 Rumah Sakit,
Permenkes nomor 432/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar K3 Rumah Sakit. Dimana secara
keseluruhan memiliki tujuan spesifik mengenai K3 Rumah Sakit yaitu untuk terciptanya cara kerja
yang sehat, lingkungan kerja yang aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan karyawan Rumah Sakit.

Dalam mengidentifikasi potensi bahaya juga diperlukan identifikasi untuk mencegah penyebab
terjadinya kecelakaan kerja. Rumah Sakit harus mampu untuk melakukan identifikasi sumber
bahaya dan kajian mengenai penyebab terjadinya kecelakaan. Identifikasi sumber bahaya dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi
bahaya dan jenis kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

Beberapa potensi bahaya yang mempengaruhi penyebb terjadinya kecelakaan berdasarkan lokasi
dan pekerjaan di Rumah Sakit meliputi:

Bahaya Potensial Penyebab Pekerja yang paling


No. Lokasi
Kecelakaan berisiko
Bising IPS-RS, laundry, Karyawan yang
dapur, CSSD, gedung bekerja di lokasi
1. FISIK genset-boiler, IPAL tersebut
Getaran Ruang mesin-mesin Perawat, cleaning
dan peralatan yang service, dll

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 9


menghasilkan getaran
(ruang gigi, dll)
Debu Genset, bengkel kerja, Petugas sanitasi,
laboratorium gigi, teknisi gigi, petugas
gudang rekam medis, IPS dan rekam medis
incenerator
Panas CSSD, dapur, Pekerja dapur,
laundry, incinerator, pekerja laundry,
boiler petugas sanitasi dan
IPS-RS
Radiasi X-Ray, ruang operasi Ahli radiologi,
(OK) yang radiotherapist dan
menggunakan c-arm, radiographer, ahli
ruang fisioterapi, unit fisioterapi dan
gigi rontgen gigi
Desinfektan Semua area Petugas kebersihan,
perawat
Cytotoxics Farmasi, tempat Pekerja farmasi,
pembuangan limbah, perawat, petugas
bangsal pengepul sampah
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter, perawat
Formaldehyde Laboratorium, kamar Petugas kamar mayat,
2. KIMIA
mayat, gudang petugas laboratorium
farmasi dan farmasi.
Methyl: Methacrylate, Ruang pemeriksaan Petugas/dokter gigi,
Hg (amalgam) gigi dokter bedah, perawat
Solvent Laboratorium, Teknisi, petugas
bengkel kerja, semua laboratorium, petugas
area di Rumah Sakit pembersih

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 10


Gas-gas anestesi Ruang operasi gigi, Dokter gigi, perawat,
OK, ruang pemulihan dokter bedah,
(RR) dokter/perawat
anaestesi
AIDS, Hepatitis B dan IGD, OK, ruang Dokter, dokter gigi,
Non A – Non B pemeriksaan gigi, perawat, petugas
laboratorium, laundry laboratorium, petugas
sanitasi dan laundry
Cytomegalovirus Ruang kebidanan, Perawat, dokter yang
3. Biologic ruang anak bekerja di bagian ibu
dan anak
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat
Tuberculosis Bangsal, Perawat, petugas
laboratorium, ruang laboratorium,
isolasi fisioterapis
Pekerjaan yang Ara pasien dan tempat Petugas yang
dilakukakn secara penyimpanan barang menangani pasien dan
manual (gudang) barang
Postur yang salah Semua area Semua karyawan
dalam melakukan
pekerjaan
4. Ergonomic Pekerjaan yang Semua area Dokter gigi, petugas
berulang pembersih,
fisioterapis, sopir,
operator computer,
yang berhubungan
dengan pekerjaan juru
tulis.
Sering kontak dengn Semua area Semu karyawan
5. Psikososial
pasien, kerja bergilir,

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 11


kerja berlebibih,
ancaman secara fisik

Setelah mendapatkan beberapa potensi bahaya diatas yang kemungkinan muncul di Rumah Sakit,
maka diharapkan pengelolaan mengenai bahaya di Rumah Sakit dapat berjalan dengan baik bila
saling memiliki komitmen, khusunya komitmen dari pimpinan puncak atau selaku Direktur Rumah
Sakit. Kemudian perlu adanya pemahaman bersama, kesadaran dan perhatian yang penuh dari
segala pihak yang terlibat di Rumah Sakit, sehingga apa yang diharapkan khususnya menciptakan
budaya zero accident dapat tercapai.

3.2 Pengendalian Risiko Bahaya


Setelah mengetahui jenis-jenis resiko bahaya di rumah sakit, ternyata seluruh resiko bahaya
tersebut terdapat di rumah sakit. Beberapa contoh sistem pengendalian resiko bahaya yang dapat
dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut:

No. Faktor Penyebab Risiko Pengendalian Risiko Bahaya

Risiko Bahaya Resiko yang paling sering terjadi adalah


Mekanik tertusuk jarum dan terpeleset atau menabrak
dinding / pintu kaca. Pengendalian yang dapat
dilakukan antara lain: penggunaan safety box
limbah tajam, kebijakan dilarang menutup
kembali jarum bekas, pemasangan keramik
Risiko
1. anti licin pada koridor dan lantai yang miring,
Bahaya Fisik
pemasangan rambu “awas licin”, pemasangan
kaca film dan stiker pada dinding / pintu kaca
agar lebih kelihatan, kebijakan penggunaan
sabuk keselamatan pada pekerjaan yang
dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter,
dan lain-lain.

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 12


Risiko Bahaya Radiasi Resiko ini terdapat di ruang radiologi, radio
therapi, kedokteran nuklir, ruang cath lab dan
beberapa kamar operasi yang memiliki
fluoroskopi / x-ray. Pengendalian yang dapat
dilakukan antara lain: pemasangan rambu
peringatan bahaya radiasi, pelatihan proteksi
bahaya radiasi, penyediaan APD radiasi,
pengecekan tingkat paparan radiasi secara
berkala dan pemantauan paparan radiasi pada
petugas radiasi dengan personal dosimetri
pada patugas radiasi.
Risiko Bahaya Terdapat pada ruang boiler, generator listrik
Kebisingan dan ruang chiller. Pengendalian yang dapat
dilakukan antara lain: substitusi peralatan
dengan alat-alat baru dengan ambang
kebisingan yang lebih rendah, penggunaan
pelindung telinga dan pemantauan tingkat
kebisingan secara berkala oleh Instalasi
Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit (ISLRS).
Risiko Pencahayaan Resiko bahaya ini terutama di satuan kerja
dengan pekerjaan teliti seperti di kamar operasi
dan laboratorium. Pengendalian yang dapat
dilakukan adalah pemantauan tingkat
pencahayaan secara berkala dan hasil
pemantauan dilaporkan ke Direktur, Teknik
dan Unit K3 untuk tindak lanjut ruangan yang
tingkat pencahayaannya tidak memenuhi
persyaratan.
Risiko Bahaya Lisrtik Resiko bahaya listrik terdiri dari konsleting
dan kesetrum. Pengendalian yang dapat
dilakukan adalah dengan adanya kebijakan

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 13


penggunaan peralatan listrik harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI). Peralatan
elektronik di RS secara berkala dilakukan
maintenance dan seluruh peralatan yang layak
pakai akan diberikan label layak pakai berupa
stiker warna hijau, sedangkan yang tidak layak
pakai akan diberikan stiker merah dan
peralatan tersebut diganti atau tidak digunakan
kembali. Selain itu unit K3 dan IPSRS secara
berkala melakukan sosialisasi ke seluruh
satuan kerja tentang perilaku aman dalam
menggunakan listrik di rumah sakit.
Risiko Bahaya akibat Resiko ini meliputi kondisi temperatur dan
iklim kerja kelembaban ruang kerja. Pemantauan
temperatur dan kelembaban dilakukan oleh
ISLRS. Acuan dari standar temperatur dan
kelembaban mengacu pada keputusan menteri
kesehatan RI no 1402 tahun 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Masalah yang sering muncul adalah
temperatur melebihi standar seperti di Instalasi
Binatu dan ruang produksi gizi, karena belum
memungkinkan untuk distandarkan
pengendalian yang dilakukan dengan
pemberian minum yang cukup. Masalah
kelembaban yang tinggi beresiko terjadinya
kolonisasi kuman patogen sehingga
meningkatkan angka infeksi baik bagi pasien
maupun bagi pekerja. Pengendalian secara
teknis melalui upaya yang dapat dilakukan
untuk menghambat kolonisasi kuman terutama

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 14


pada ruang perawatan pasien, ICU dan kamar
operasi dengan pemberian desinfeksi ruangan
lebih sering dan pemantauan angka kuman
secara berkala.
Risiko bahaya akibat Resiko bahaya getaran tidak terlalu signifikan.
getaran Dari telaah yang telah dilakukan unit K3,
resiko bahaya getaran ditemukan di bagian
taman akibat dari mesin pemotong rumput dan
di klinik gigi akibat dari mesin bor gigi, tetapi
tingkat getaran pada ke 2 lokasi tersebut masih
dalam batas yang diijinkan.
resiko bahaya biologi yang paling banyak
adalah akibat kuman patogen dari pasien yang
ditularkan melalui darah dan cairan tubuh,
dropet dan udara. Pengendalian resiko ini
biasanya dilakukan oleh Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) dan dalam area
pemantauan Unit K3. Resiko air borne
dissease dikendalikan dengan rekayasa
ruangan tekanan negatif beserta peraturan
administratif dan APD. Resiko penularan
2 Risiko Bahaya Biologi
melalui droplet dikendalikan dengan
menyediakan masker bagi petugas, pengantar
pasien dan pasien yang batuk, serta sosialisasi
etika batuk oleh PPI. Resiko blood borne
dissease dikendalikasn dengan penggunaan
alat-alat single use beserta peraturan
administratif dan APD.
Selain itu untuk mencegah pe nularan penyakit
blood borne dissease khususnya Hepatitis B
dilakukan Imunisasi Hepatitis B dengan

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 15


perioritas pada karyawan dengan kadar titer
anti HBs < 0,2 u/L terutama yang bekerja pada
tindakan invasif terhadap pasien. Selain itu
juga dilakukan penanganan paska pajanan
infeksi khususnya pada HIV dan Hepatitis B.
Bila pekerja atau peserta didik mengalami
kecelakaan kerja berupa tertusuk jarum bekas
pasien atau terkena percikan darah dan cairan
tubuh pada mukosa (mata, mulut) atau terkena
pada luka, maka wajib melaporkan kepada
penanggung jawab ruangan pada saat itu dan
setelah melakukan pertolongan pertama harus
segera periksa ke IGD agar dilakukan telaah
dan tindak lanjut paska pajanan sesuai
prosedur untuk mengurangi resiko tertular.
resiko ini terutama terhadap bahan kimia
golongan berbahaya dan beracun (B3).
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan
identifikasi bahan-bahan B3, pelabelan
standar, penyimpanan standar, penyiapan
3 Risiko Bahan Kimia
MSDS, penyiapan P3K, APD dan safety
shower serta pelatihan teknis bagi petugas
pengelola B3. Rekayasa juga dilakukan
dengan penggunaan Laminary Airflow pada
pengelolaan obat dan B3 lainnya.
Resiko ini banyak terjadi pada pekerjaan
angkat dan angkut baik pasien maupun barang.
Sosialisasi cara mengangkat dan mengangkut
4 Risiko Bahaya Ergonomi
yang benar harus selalu dilakukan. Selain itu
dalam pemilihan sarana dan prasarana rumah
sakit juga harus mempertimbangkan faktor

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 16


ergonomi tersebut terutama peralatan yang
dibeli dari negara lain yang secara fisik
terdapat perbedaan ukuran badan.
Resiko psikologi teidak terlalu kelihatan akan
tetapi selalu ada meskipun kadarnya tidak
terlalu mencolok. Upaya yang dilakukan
antara lain dengan mengadakan pertemuan
antar satuan kerja, antar staff dan pimpinan dan
pada acara-acara bersama seperti saat ulang
5 Risiko Bahaya Psikologis
tahun RS dan lain-lain ataupun kegiatan
outbound yang dilakukan di outdoot, yang
bertujuan agar terjalun komunikasi yang baik
sehingga secara psikologi menjadi lebih akrab
dengan harapan resiko bahaya psikologi dapat
ditekan seminimal mungkin.

3.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja


a. Identifikasi hazard
- inspeksi tempat kerja secara teratur.
- Pengumpulan info tentang penanganan material.
- Laporan kecelakaan dan penyakit.
- Angka absensi dan turn over.
- Surveillance tempat kerja.
- Efek pada pasien.
b. Sistem pelaporan kecelakaan secara regular.
c. Investigasi segera setelah kejadian kecelakaan.
d. Evaluasi.
e. Control.
f. Follow up

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 17


BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Menurut Kepmenkes NOMOR 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, upaya K3 menyangkut tenaga kerja,
cara atau metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non
kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja.

Penerapan program K3 di Rumah Sakit masih perlu banyak perbaikan. Salah satunya adalah
melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian akan bahaya dari kecelakaan kerja dalam
bentuk apapun. Oleh karena itu, pencegahan sebagai upaya meminimalisir kecelakaan akibat
kerja di rumah sakit mulai dari identifikasi hazard, investigasi setelah kejadian kecelakaan,
evaluasi, controlling hingga memfollow up program penanggulangan perlu dilakukan secara
sistematis dan lebih ditingkatkan, agar tupoksi K3RS sendiri dapat tercapai.

4.2 Saran
i. Pihak manajemen rumah sakit lebih meningkatkan sosialisasi mengenai fungsi K3 di
rumah sakit kepada siapa saja yang berada di rumah sakit termasuk dokter, perawat, pasien
serta tenaga medis maupun non medis lainnya. Hal ini diperlukan agar dapat
meminimalkan tindakan beresiko bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
ii. Semua pihak yang terkait dengan RS secara tanggung jawab melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) K3 RS sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku.
iii. Rumah Sakit perlu secara rutin mengevaluasi penyelenggaraan K3 RS untuk menilai
apakah kinerjanya sudah maksimal ataukah masih memerlukan perbaikan sistem K3RS
yang selanjutnya. Selain itu, rumah sakit harus selalu mengidentifikasi sumber bahaya,
penilaian dan pengendalian faktor risiko yang selalu ada di rumah sakit.

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 18


DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: l087/MENKES/SK/VIII/2010 Standar


-Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit

Departemen Kesehatan RI, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
danfasilitas pelayanan kesehatan lainnya. – Jakarta : Departemen, Kesehatan RI. Cetakan
kedua, 2008.
Keputuan Menteri Kesehatan RI no 1204 tahun 2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Ri no 1087 tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit

UU Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamata Kerja

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit | 19

Anda mungkin juga menyukai