Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. - Penugasan/Persetujuan/Instruksi Pemeriksaan
Instruksi itu terjadi karena Dalam rangka pemeriksaan rutin berupa daftar
nominatif usulan dari KPP. Atau Dalam rangka Pemeriksaan khusus berupa analisis
risiko oleh KPP (bottom up) atau kanwil dan Kantor Pusat (top down).
- Perencanaan Pemeriksaan
Dimulai dengan pembentukan tim pemeriksa pajak. Tim pemeriksa pajak terdiri
dari :
a. Fungsional pemeriksa, terdiri dari : seorang supervisor, seorang ketua tim,
seorang atau beberapa anggota tim.
b. Tenaga ahli di luar DJP (jika diperlukan), contoh : penerjemah, ahli
informatika.
Supervisor kemudian membuat rencana pemeriksaan (Audit Plan) yang terdiri
dari rencana pos-pos yang akan diperiksa. Lingkup pemeriksaan dan pos-pos
yang akan diperiksa kemudian dijabarkan lebih rinci di Audit Program yang terdiri
dari metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan.
- Penerbitan SP2 & Pemberitahuan Pemeriksaan ke WP
diawali dengan terbitnya nota dinas penunjukan supervisor. Kemudian,
Supervisor membuat rencana pemeriksaan. Setelah, rencana pemeriksaan
tersebut disetujui oleh Kepala UP2, barulah terbit SP2 (Surat Perintah
Pemeriksaan). Paling lambat 5 hari kerja setelah terbitnya SP2, Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan HARUS disampaikan kepada Wajib pajak.
- Peminjaman Dokumen
Permintaan peminjaman dokumen ini wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak dalam
jangka waktu 1 bulan sejak terbitnya Surat Permintaan Peminjaman Dokumen
WP. Selama kurun waktu tersebut, terdapat dua kali Surat Peringatan, yakni
Surat Peringatan I terbit 2 minggu setelah terbitnya surat permintaan
peminjaman dokumen, dan Surat Peringatan II terbit 3 minggu setelah terbitnya
surat permintaan peminjaman dokumen Wajib Pajak.
- Pelaksanaan Pengujian
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil
Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi,
perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada Wajib
Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Atas
penyampaian SPHP tersebut, WP berhak memberikan tanggapan atas hasil
pemeriksaan yang tercantum dalam SPHP dalam jangka waktu 7 hari kerja
setelah SPHP diterima oleh Wajib Pajak dan dapat diperpanjang 3 hari jika ada
alasan tertentu dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Perpanjangan.
- Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Dalam jangka waktu 3 hari kerja sejak WP memberikan surat tanggapan atas
SPHP kepada tim pemeriksa pajak, undangan pembahasan akhir hasil
pemeriksaan harus disampaikan kepada wajib pajak.
Ketika WP hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dalam hal Wajib
Pajak menolak sebagian atau menolak seluruhnya, Wajib Pajak berhak untuk
meminta bantuan tim Quality Assurance untuk menengahi perbedaan pendapat
antara Wajib Pajak dengan tim pemeriksa. Namun, apabila Wajib Pajak tidak
hadir, maka pembahasan akhir dianggap telah selesai dilakukan, itu artinya
Wajib Pajak menyetujui hasil pemeriksaan tim pemeriksa pajak.
- Pelaporan, penerbitan ketetapan dan Pengembalian Dokumen
Pemeriksa pajak mencantumkan semua informasi mengenai kegiatan
pemeriksaan pajak ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. Kemudian, KKP
tersebut ditelaah oleh supervisor sebelum dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan.
Setelah disetujui, barulah dibuat Laporan Hasil pemeriksaan. Setelah itu,
terbitlah nota penghitungan atas kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang
seharusnya. Setelah itu, terbitlah surat ketetapan pajak.
Pemeriksa pajak harus mengembalikan buku,catatan, dan dokumen yang
dipinjam dalam rangka pemeriksaan kepada Wajib Pajak. Pengembalian
buku,catatan, dan dokumen tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu 7 hari
kerja sejak tanggal terbit Laporan Hasil pemeriksaan.
c. Pemeriksaan
Peradilan Administrasi Pajak yaitu menyelesaian semua macam dan semua bentuk
perselisihan mengenai pajak-pajak. Dan sebagaimana diketahui bahwa peradilan
Administrasi dapat dibagi 2 yakni:
1. Peradilan Administrasi Murni.
2. Peradilan Administrasi tidak Murni.
Peradilan Administrasi Murni adalah peradilan Administrasi yang didalamnya
terdiri dari tiga pihak yakni kedua pihak dan badan hukum atau pejabat yang mengadili.
Badan atau pejabat yang mengadili merupakan Badan atau pejabat “tertentu” dan
“terpisah. Arti tertentu disini adalah suatu Badan atau pejabat telah ditentukan oleh UU
atau oleh peraturan. Sedangkan terpisah memiliki arti bahawa suatu badan atau pejabat
yang melaksanakan peradilan tidak merupakan bagian dari salah satu pihak.[4]
Peradilan Administrasi tidak Murni adalah peradilan yang hanya melibatkan dua
pihak yakni Wajib pajak dan fikus tanpa melibatkan pihak ketiga yang independen. Fikus
sebagai pihak yang bersengketa sekaligus menjadi pihak yang mengambil keputusan yang
bersengketa dalam perselisihan pajak yang bersangkutan.
Contoh peradilan administrasi tidak murni dapat dilihat dalam mengajukan
keberatan yang diatur dalam pasal 25 dan 26 Undang-Undang No 6 Tahun 1983. Wajib
pajak mengajukan keberatan karena adanya perselisihanmengenai jumlah utang pajak.
1. Terhadap surat keberatan yang masuk harus diambil keputuasan.
2. Pihak yang mengambil keputusan adalah aparatur pajak (dirjen pajak, kanwil pajak , kepala
kantor pelayanan pajak dll)
-Diterima sebagian
-Diterima seluruhnya
2. Pajak Daerah adalah pungutan wajib yang dibayarkan penduduk suatu daerah
tertentu kepada pemerintah daerah yang akan digunakan untuk kepentingan
pemerintahan daerah dan kepentingan umum. Pajak daerah ini berlaku pada provinsi
dan kabupaten/kota. Penduduk yang melakukan pembayaran pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak daerah secara langsung karena akan digunakan untuk
kepentingan umum seperti pembangunan jalan, jembatan, pembukaan lapangan
kerja baru, dll, Bukan untuk memenuhi kepentingan individu. Pajak daerah juga
merupakan salah satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang digunakan pemerintah untuk menjalankan program-programnya. Pemungutan
pajak dapat bersifat dipaksakan karena sudah diatur dan sesuai dengan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Contohnya hotel, restoran, kendaraan bermotor, dll.
Retribusi daerah menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Berbeda
dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang
dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, Retribusi yang dapat di sebut sebagai Pajak
Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).
contoh :
Retribusi Perizinan: Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;Retribusi Izin Tempat
Penjualan Minuman Beralkohol;Retribusi Izin Gangguan;Retribusi Izin Trayek;
3. Pengertian Pemeriksaan
Definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak
Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian
taindakan yang dilakukan oleh penyidik,untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang perpajakan yang terjadi,serta menemukan
tersangkanya
Tindak pidana di bidang perpajakan meliputi perbuatan:
1. yang dilakukan oleh seseorang atau oleh badan yang diwakili
pengurus
2. memenuhi rumusan undang-undang
3. diancam dengan sanksi pidana
4. melawan hukum
5. dilakukan di bidang perpajakan
6. dapat menimbulkan kerugian bagi pendapatan negara