Alhamdulillahi Rabbal Alamin, puji dan syukur senantiasa tercurah kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Tuhan semesta Alam, karena atas segala limpahan rahmat-Nya
dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tugas laporan individu KKN.
Shalawat beriring salam selalu tercurahkan kepada Qudwah, Suri tauladan yang terbaik
di muka bumi ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Sehubungan dengan
pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Raden Fatah Palembang angkatan ke-71
tahun 2019 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juli sampai 04 September 2019 di desa
Ulak Paceh Jaya Kecamatan Lawang Wetan, maka penulis membuat laporan individu
hasil kegiatan pelaksanaan KKN tersebut dari pengkajian sampai evaluasi.
Dalam penyusunan laporan akhir ini, penulis tidak terlepas dari segala bentuk
hambatan, kendala serta kekurangan. Namun berkat pertolongan-Nya serta bantuan dari
berbagai pihak, segala kendala dan hambatan itu teratasi, untuk itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kesehatan, cinta, kekuatan,
kesabaran, dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan KKN
dan laporan KKN.
2. Bapak Prof. Drs. H. M Sirozi, MA., P.hDselakuRektor UIN Raden Fatah
Palembang.
3. Ibu Dr. Syefriyeni, M.Ags elakuketua LP2M UIN Raden Fatah Palembang.
4. Bapak Dr. Musnur Heri, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Lapangan KKN
kelompok 43 di Desa Ulak Paceh Jaya Kecamatan Lawang Wetan.
5. Bapak Ruslan Alias selaku Kepala Desa Ulak Paceh Jaya Kecamatan Lawang
Wetan.
6. Tokoh agama dan tokoh masyarakat yang telah membantu dalam pelaksanaan
program kerja kami.
7. Semua masyarakat Ulak Paceh Jaya Kecamatan Lawang Wetan.
8. Semua teman-teman seperjuangan kelompok 43 yang turut serta dalam
membantu melaksanakan program KKN ini.
Dalam penyusunan laporan ini pasti ada kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak dan semoga usaha yang kita lakukan bernilai ibadah dimata
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin.
Mahasiswa KKN
Kelompok 43
BAB I PENDAHULUAN
Luas wilayah Desa Ulak Paceh Jaya menurut penggunannya adalah ± 4.328 Ha
yang terdiri dari :
Tabel 2. LuasWilayah Desa Ulak Paceh Jaya
Luas tanah pemukiman perkarangan
500 Ha
rakyat
Luas tanah persawahan rakyat 1000 Ha
Luas tanah Perkebunan rakyat 2000 Ha
Luas tanah Kuburan 1 Ha
Luas tanah Perkantoran 5 Ha
Luas tanah Desa 0,5 Ha
Luas tanah Lainnya 80,5 Ha
Dari luas wilayah Desa Ulak Paceh Jaya diatas untuk luas tanah lahan
hanya perkiraan oleh karena belum di ukur secara akurat.
Dilihat secara umum keadaannya merupakan daerah dataran rendah dan
tidak berbukit - bukit yang dialiri oleh sungai dan rawa-rawa, beriklim tropis hal
tersebut mempengaruhi pola perekonomian penduduk setempat.
c. Budaya
1) Pada bidang budaya ini masyarakat Desa Ulak Paceh Jaya menjaga dan
menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh para leluhur,
hal ini terbukti masi berlakunya tatanan budaya serta kearipan lokal pada
setiap prosesi pernikahan, panen raya.
2) Kehidupan beragama, Penduduk Desa Ulak Paceh Jaya 99,9% memeluk
agama islam. Dalam kehidupan beragama kesadaran melaksanakan ibadah
keagamaan khususnya agama islam sangat berkembang dengan baik.
3) Politik, proses reformasi yang bergulir sejak tahun 1997 telah memberikan
peluang untuk membangun demokrasi secara lebih nyata menuju arah proses
konsolidasi demokrasi. Kemajuan demokrasi telah dimamfaatkan oleh
masyarakat untuk menggunakan hak demokrasinya antara lain dibuktikan
dengan adanya peningkatan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya dalam proses pemilihan umum.
A. PENGERTIAN MUHAMADIYAH
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat
yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat
pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam
segala aspeknya.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan,
dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU,
adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia.[3] Organisasi ini berdiri pada 31 Januari
Pengertian nahdathul ulama
1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU
merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh
sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah.[4] Selain itu, NU sebagaimana
organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan yang lahir
di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap penjajah.[5] Hal ini
didasarkan, berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus
merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi
dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya
LANDASAN MUHAMADIYAH
Pengertian qunut adalah tunduk kepada Allah SWT dengan penuh kebaktian. Selain itu dari
ُ ُ)اْل ِق َي ِام. Dalam Himpunan
beberapa hadis, qunut juga bisa diartikan dengan thulul qiyam (ُطو ُل
Putusan Tarjih disebutkan bahwasanya yang dimaksud dengan thulul qiyam adalah berdiri
lama untuk membaca dan berdoa di dalam shalat sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw. Qunut yang seperti inilah yang disyariatkan (masyru’). Hal ini sebagaimana
yang terdapat dalam hadis Nabi Muhammad saw.:
ُصلى الن ِبيُ أَنُ َجا ِبرُ َع ْن ُ سل َُم َعلَ ْي ُِه
َ ُللا َُ قَا: ل
َ ل َو َ ل الصالَُِة أَ ْف
ُُ ض ُ ت
ُُ طو ُِ اْلقُنُو. []وصححه والترمذى ماجه وابن وأحمد مسلم رواه
Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Nabi saw bersabda: Shalat yang paling utama adalah
berdiri lama (untuk membaca doa qunut).” [HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, dan at-
Tirmidzi].
Dalam pembahasan fiqih ada beberapa jenis qunut. Dalam Himpunan Putusan Tarjih
disebutkan tentang tiga praktek qunut yang biasa dikenal, yaitu Qunut Nazilah, Qunut Witir,
dan Qunut yang dilaksanakan pada waktu shalat subuh. Qunut Nazilah adalah qunut yang
dilakukan ketika tertimpa musibah, namun Rasulullah saw. tidak mengerjakan Qunut Nazilah
setelah diturunkan QS. Ali-Imran (3) ayat 127.
َ َُخَائِ ِبينَُ فَيَنقَ ِلبُوا يَ ْكبِتَ ُه ُْم أَ ُْو َكفَ ُروا الذِينَُ ِ ِّمن.
َ ط َرفًا ِليَ ْق
ُط َع
Artinya: “Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu untuk
membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu
mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.” [QS. Ali Imran (3): 127]
Sedangkan untuk Qunut Subuh, Muhammadiyah berpendirian bahwa qunut yang dilakukan
khusus pada saat shalat subuh tidak dibenarkan karena dalilnya lemah. Hadis-hadis yang
mendukung pendirian Muhammadiyah tersebut adalah sebagai berikut:
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ‘Abd ar-Razzaq (ia berkata): Telah mengabarkan
kepadaku Abu Ja’far yaitu ar-Razi dari Ar-Rabi’ bin Anas dari Anas bin Malik, ia berkata:
Rasulullah saw. terus melakukan qunut pada shalat subuh sampai ia meninggal dunia.” [H.R.
Ahmad, ad-Daruqutni, dan al-Baihaqi]
Dalam hadis ini terdapat perawi bernama ar-Rabi’ bin Anas. Dalam Tahdzib at-Tahdzib, an-
Nasai mengatakannya sebagai perawi yang tidak ada masalah (la ba’sa bih). Ini adalah
pernyataan ta’dil derajat keempat yaitu bahwasanya hadis dari perawi yang demikian tidak
dapat dijadikan hujjah kecuali setelah diteliti dan terbukti dikuatkan oleh perawi-perawi yang
terpercaya. Sedangkan Ibnu Hibban mengatakan: “Orang-orang menghindari hadis-hadisnya
yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far ar-Razi karena banyak mengandung kekacuan (al-ittirab).
Selain itu dalam sanad hadis tersebut terdapat perawi bernama Abu Ja’far ar-Razi. Nama
aslinya adalah ‘Isa bin Mahan, merupakan seorang perawi yang ulama berbeda pendapat
mengenai kredibilitasnya. Ibnu Sa’ad dan al-Hakim mengatakan sebagai perawi yang tsiqah
(terpercaya). Sedangkan Ahmad, al-‘Ijli, dan an-Nasai mengatakan bahwa ia tidak kuat dalam
hadis (laisa bi qawiyyin bi al-hadis). ‘Amr bin Ali menyatakan sebagai perawi yang dhaif dan
buruk hafalannya.
Ibnu Hajar menegaskan bahwa ia menemukan satu syahid bagi hadis ini yang menyatakan
bahwa Rasulullah saw. qunut hingga akhir hayatnya. Akan tetapi ia menyatakan bahwa dalam
riwayat syahid itu terdapat perawi bernama ‘Amr bin Ubaid yang dhaif dan hadisnya tidak
dapat dijadikan hujjah.
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Mahbub bin al-Hasan bin Hilal bin Abu Zainab
dari Khalid yaitu al-Hadza’ dari Muhammad dari yaitu Ibnu Sirin berkata, Aku bertanya kepada
Anas bin Malik, Apakah Umar melakukan Qunut? (Anas bin Malik) ra. menjawab: Ya. Dan
orang yang lebih baik dari ‘Umar yaitu Rasulullah saw. juga melakukannya setelah ruku’.”
[H.R. Ahmad]
Hadis ini dhaif karena terdapat perawi bernama Mahbub bin Hasan. Mengenai Mahbub, az-
Zahabi dalam Tahdzib at-Tahdzib menyatakan bahwa menurut Ibnu Ma’in ia tidak apa-apa
(laisa bihi ba’s). Menurut Abi Hatim ia tidak kuat, menurut an-Nasai ia dhaif.
سد ُد َحدثَنَا َ ُم، لَُ قَا: اح ُِد َع ْب ُُد َحدثَنَا ِ الو َ ُُز َيادُ بْن، ِ ُقَا َل: اصمُ َحدثَنَا ِ َع، ل َُ قَا: ُُسأ َ ْلت
َ َس َُ ن َما ِلكُ بْنَُ أَنُِ ت َع ُِ القُنُو، ل َُ فَقَا: كَانَُ قَ ُْد
ُُالقُنُوت, ُُقُ ْلت: ل ُ الر ُك
َُ وعِ قَ ْب ُّ ل َب ْع َدهُ؟ أَ ُْو َُ َقا: ُوعِ َب ْع َُد قُ ْلتَُ أَنكَُ َع ْنكَُ أَ ْخ َب َر ِني فُالَنًا فَإِن
َُ قَا: ُقَ ْبلَ ُه، ل ُ الر ُك،
ُّ ل َُ فَقَا: بَُ َ َكذ. قَنَتَُ ِإن َما
ُُ سو
ل ُ صلى للاُِ َر َ ُللا ُ سل َُم َعلَ ْي ُِه ُ الر ُك
َ وعِ بَ ْع َُد َو ُّ ش ْه ًرا َ ، ُث كَانَُ أ ُ َراُه َُ َل قَ ْو ًما بَعُُ القُرا ُُء لَ ُه ُْم يُقَا، س ْب ِعينَُ ُزهَا َُء َ ال ُ ً ر ُج،
َ ِمنَُ قَ ْومُ إِلَى
َُأُولَئِكَُ دُونَُ ال ُم ْش ِر ِكين، َُل َوبَيْنَُ َب ْينَ ُه ُْم َوكَان ُِ سو ُ صلى للاُِ َر َ ُللا ُ سل َُم َعلَ ْي ُِهَ َع ْهدُ َو، َُل فَقَنَت ُُ سو
ُ للا َرُِ صلى َ ُللا ُ سل َُم َعلَ ْي ُِه َ ش ْه ًرا َو
َُ
َعلَ ْي ِه ُْم يَ ْدعُو. []البخاري رواه
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Musaddad, dia berkata, telah menceritakan kepada
kami ‘Abdul Wahid bin Ziyad, dia berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Ashim, dia
berkata: Aku pernah bertanya kepada Anas bin Malik tentang qunut. Lalu dia menjawab: Qunut
itu benar adanya. Aku bertanya lagi: Apakah pelaksanaannya sebelum atau sesudah ruku’? Dia
menjawab: Sebelum ruku’. Ashim berkata: Ada orang yang mengabarkan kepadaku bahwa
engkau mengatakan bahwa pelaksanaannya setelah ruku’? Anas bin Malik menjawab: Orang
itu dusta. Rasulullah saw. pernah melaksanakannya setelah ruku’ selama satu bulan. Hal itu
beliau lakukan karena beliau pernah mengutus sekelompok orang (ahli Al-Quran) yang
berjumlah sekitar tujuh puluh orang kepada kaum musyrikin selain mereka. Saat itu antara
Rasulullah saw. dan kaum musyrikin ada perjanjian. Kemudian Rasulullah saw. melaksanakan
doa qunut selama satu bulan untuk berdoa atas mereka (karena telah membunuh para
utusannya).” [H.R. al-Bukhari]
Hadis di atas menjelaskan dua model qunut yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw., yaitu
sebelum ruku’ dan setelah ruku’. Jadi bisa diketahui bahwasanya qunut yang disyariatkan
adalah qunut dalam pengertian melamakan berdiri untuk berdoa dalam shalat. Sedangkan
pelaksanaan Qunut Subuh yang saat ini banyak diamalkan (qunut setelah ruku’) adalah tidak
disyariatkan, karena Rasulullah saw. melakukan qunut yang demikian itu hanya selama satu
bulan dan itu merupakan qunut nazilah. Dalam pada itu, Rasulullah saw. melakukan Qunut
Nazilah tidak hanya pada waktu shalat subuh saja, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
beriku
Qunut Nazilah ini mencontoh Rasulullah SAW Yang memanjatkan doa Qunut Nazilah selama
satu bulan atas mushibah terbunuhnya qurra’ (para sahabat Nabi SAW yang hafal al Qur’an)
di sumur Ma’unah. Juga diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa “Rasulullah SAW kalau
hendak mendoakan untuk kebaikan seseorang atau doa atas kejahatan seseorang, maka beliau
doa qunut setelah ruku’ (HR. Bukhori dan Ahmad).<>
Kedua, qunut shalat witir. Menurut pengikut Imam Abu Hanifah (hanafiyah) qunut witir
dilakukan dirakaat yang ketiga sebelum ruku’ pada setiap shalat sunnah. Menurut pengikut
Imam Ahmad bin Hambal (hanabilah) qunut witir dilakukan setelah ruku’. Menurut Pengikut
Imam Syafi’i (syafi’iyyah) qunut witir dilakukan pada akhir shalat witir setelah ruku’ pada
separuh kedua bulan Ramadlan. Akan tetapi menurut pengikut Imam Malik qunut witir tidak
disunnahkan.
Ketiga, doa qunut pada raka’at kedua shalat Shubuh. Menurut pengikut Imam Abu Hanifah
dan Imam Ahmad doa qunut shalat Shubuh hukumnya tidak disunnahkan karena hadits Nabi
SAW bahwa ia pernah melakukan doa qunut pada saat shalat Fajar selama sebulan telah
dihapus (mansukh) dengan ijma’ sebagaiman diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud:
َم ْسعُ ْودُ ابنُُ َر َوى: ُي قَنَتَُ السالَ ُُم َعلَ ْي ُِه أَن ُه َ ُت ََر َك ُهُ ثُم
َ ش ْهرُا ً الفَجْ ُِر
ُْ صالَُِة ِف
“Diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud: Bahwa Nabi SAW telah melakukan doa qunut selama satu
bulan untuk mendoakan atas orang-orang Arab yang masih hidup, kemudian Nabi SAW
meninggalkannya.” (HR. Muslim)
Menurut pengikut Imam Malik (Malikiyyah) doa qunut shalat Shubuh hukumnya sunnah tetapi
disyaratkan pelan saja (sirr). Begitu juga menurut Syafi’iyyah hukumnya sunnah ab’adl (kalau
lupa tertinggal disunatkan sujud sahwi) dilakukan pada raka’at yang kedua shalat Shubuh.
Sebab Rasulullah SAW ketika mengangkat kepala dari ruku’ (i’tidal) pada rakaat kedua shalat
Shubuh beliau membaca qunut. Dan demikian itu “Rasulullah SAW lakukan sampai meninggal
dunia (wafat)”. (HR. Ahmad dan Abd Raziq) Imam Nawawi menerangkan dalam kitab
Majmu’nya:
“Dalam Madzhab kita (madzhab Syafi’i) disunnahkan membaca qunut dalam shalat Shubuh,
baik karena ada mushibah maupun tidak. Inilah pendapat mayoritas ulma’ salaf”. (al-Majmu’,
juz 1 : 504)
Penulis berpendapat tentang bagaimana dua hadits tentang doa qunut pada shalat Shubuh yang
tampa’ tidak sejalan. Cara kompromi untuk mendapat kesimpulan hukum (thariqatu al-jam’i
wa al-taufiiq) dapat diuraikan, bahwa hadits Abu Mas’ud (dalil pendapat Hanafiyyah dan
Hanabilah) menegaskan bahwa Nabi SAW telah melakukan qunut selama sebulan lalu
meninggalkannya tidak secara tegas bahwa hadits tersebut melarang qunut shalat Shubuh
setelah itu. Hanya menurut interpretasi ulama yang menyimpulkan bahwa qunut shalat Shubut
dihapus (mansukh) dan tidak perlu diamalkan oleh umat Muhammad SAW. Sedangkan hadits
Anas bin Malik (dalil pendapat Malikiyyah dan Syafi’iyyah) menjelaskan bahwa Nabi SAW
melakukan qunut shalat Shubuh dan terus melakukannya sampai beliau wafat.
B. Bentuk Kegiata
Berdialog dengan tokoh agama muhammadiyah dan nahdathul ulama agar bisa
membandingkan pandangan kedua mazhab dalam memandang qunut dalam solat di desa ulak
paceh jaya yang mayoritas bermazhab muhammadiyah
C. DEKSKRIPSI KEGIATAN
D. Hasil Kegiatan
Aliran muhammadiyah dan nu memiliki pandangan yang berbeda dalam soal qunut solat
karna kedua aliran tersebut memiliki landasan hukum atau nash yang berbeda
BAB III
A. KESIMPULAN
Selama mengikuti kegiatan KKN di Desa Ulak Paceh Jaya Kecamatan Lawang Wetan
Kabupaten Musi Banyuasin. Masyarakat di desa tersebut memiliki agama yang baik yang
mayoritas muhamadiyah dengan semua pemkiran-pemikirannya dalam memandang dan
mempelajari islam ,dalam bidang ekonomi warga disana berkebun karet dan Padi.
Dalam bidang kesehatan, masyarakat disana menderita penyakit ringan seperti penyakit Ispa.
Dalam bidang sosial dan budaya, masih dilestarikan budaya bekarang yang tepat 1 tahun sekali
saat kemarau panjang .
B. Rekomendasi
Pelaksanaan kegiatan KKN dapat berjalan dengan baik jika di tunjang dengan kesungguhan
dan motivasi yang tinggi dari mahasiswa dalam pengembangan masyarakat desa serta
kerjasama dan koordinasi yang baik dengan seluruh lapisan masyarakat.
Agar pelaksanaan pembangunan di desa dapat berjalan dengan baik, maka di sarankan :
1. Setiap kegiatan dan pengambilan keputusan hendaknya melibatkan semua unsur dan lapisan
masyarakat dalam pembangunan desa.
2. Perlu adanya pembinaan dan peningkatan pendidikan keagamaan baik formal maupun
nonformal.
3. Perlu adanya pembenahan dan pemerataan pembangunan di Desa Ulak Paceh Jaya