Anda di halaman 1dari 17

A.

Konsep Penyakit
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah (DM) adalah gangguan kesehatan yang
berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau
kedua nya dan menyebabkan komplikasi kronis mikro vaskular, makro
vaskular dan neuropati (Yuliana Ellin,2009).
Diabetes mellitus adalah kumpulan penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, kinerja
insulin, atau keduanya.
2. Anatomi Pankreas

3. Etiologi Diabetes Mellitus


a. DM Tipe 1
DM tipe-1 terjadi akibat kerusakan sel beta islet langerhans
di pankreas. Seringkali terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja,
tetapi dapat terjadi pada berbagai usia, bahkan pada usia 80th dan
90-an th. Ditandai dengan hiperglikemia, pemecahan lemak dan
protein tubuh, dan pembentukan ketosis.
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel ß pankreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor Genetik penderita tidak mewarisi diabetes itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (Autoimun)
3) Faktor lingkungan virus, atau toksin tertentu dapat memicu
proses auto imun yang menimbulkan ekstruksi sel ß.
b. DM tipe 2
DM tipe 2 disebabkan oleh relatif sel ß dan resistensi
insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes melitus tipe : usia,obesitas,riwayat dan keluarga. DM tipe-
2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi meski
tersedianya insulin endogen. Dapat terjadi pada semua usia tetapi
biasanya dijumpai pada usia paruh baya dan lansia.

Pathway Diabetes Mellitus

4. Pemeriksaan penunjang
a. Gula darah meningkat:

1) Glukosa sebelum makan (normal: 70-130 mg/dl)


2) Glukosa 2jam setelah makan (normal: <180 mg/dl)

3) Glukosa puasa (normal: <100 mg/dl)

b. Aseton plasma (positif)

c. Osmolaritas serum : meningkat tapi <330 m osm/lt

d. Gas darah arteri ph rendah dan penurunan HCO3 (asidosis


metabolik)

e. Alkalosis respiratorik

f. Trombosit darah: meningkat (dehidrasi), leukositosis,


hemokonsentrasi, menunjukan respon terhadap stres atau infeksi

g. Ureum atau kreatin mungkin meningkat atau normal


lochidrasi/penurunan fungsi ginjal

h. Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut

i. Insulin darah : mungkin menurun sampai tida ada (pada tipe 1),
normal sampai meningkat pada tipe 2 yang mengindikasikan
insufisisensi insulin

j. Pemeriksaan fungsi tiroid : meningkatkan aktivitas hormon tiroid


dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan insulin.

k. Urin : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin


meningkat.

l. Kultur dan sensitifitas kemungkinan : adanya infeksi saluran


kemih, dan infeksi pada luka

5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defesiensi insulin (price&willson):

a. Kadar glukosa tidak normal


b. Hyperglikemia berat berakibat glukoseria yang akan menjadi
dieresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (polyuria)
dan timbul rasa haus (polydipsia).

c. Rasa lapar yang semakin berat (polyfogia), BB kurang.

d. Lelah dan mengantuk

e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,


impotensi, pruritus vulva.

6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Penatalaksanaan diabetes mellitus berdasarkan pada diet, agen
hypoglikemik dan pengaturan aktifitas fisik
a. Diet
Diet penderita diabetes ditunjukan untuk mengatur jumlah kalori
dan karbohidrat yang dimakan setiap hari. Jumlah kalori yang
dianjurkan tergantung sekali pada kebutuhan untuk
mempertahankan, mengurangi, atau menambah berat badan. Untuk
mencegah hyperglikemia postprandial dan glukosuria, pasien
diabetik tidak boleh makan karbohidrat berlebihan.
b. Agen hyopoglikemik
Pasien diabetik dengan sisa sel pulau langerhans yang masih
berfungsi (yaitu mereka dengan DM type 1) merupakan calon yang
tepat untuk penggunaan agen hyopoglikemik oral seperti:
sulfonydurea. Obat ini merangsang fungsi ß dan meningkatkan
sekresi insulin serta memperbaiki kerja perifer dari insulin
c. Pengaturan aktifitas fisik
Latihan fisik atau bekerja juga mempengaruhi pengaturan kadar
glukosa darah penderita diabetes. Latihan sepertinya
mempermudah transport glukosa ke dalam sel, tetapi pasien yang
mendapat injeksi insulin dapat melakukan kontrol ini dan
pemakaian glukosa sewaktu latihan dapat menimbulkan
hyperglikemia.
7. Pengobatan Diabetes Mellitus
Obat anti diabetik (OAD) diberikan sesuai dengan peran masing-
masing obat:
a. Obat yang merangsang sel ß untuk mengeluarkan insulin (insulin
secretagogue) misalnya sulpho nylurea.

b. Obat yang bekerja di perifer pada otot dan lemak, mensenstifkan


obat seperti metformin

c. Obat yang mencegah penyerapan glukosa di usus dengan


menghambat kerja enzim alpha glucosidase, misalnya acarbosein.

PRADIABETES DIABETES MELLITUS DIABETES


TIPE 1 MELLITUS TIPE 2

Perawatan diri Perawatan diri Perawatan diri

a. Latihan fisik a. Konseling gizi a. Latihan fisik

b. Penurunan berat b. Perhitungan karbohidrat b. Berhenti merokok


badan

c. Diet rendah c. Diet diabetik c. Penurunan berat


karbohidrat badan

d. Diet d. Latihan fisik d. Konseling gizi


mediterania

e. Diet rendah Obat e. Diet diabetik


lemak

f. Diet diabetik a. Insulin f. Serat pangan


obat

g. Anti diabetes b. Suplemen diet Obat

c. hormon a. Antidiabetes
b. Pengencer
darah
c. Statin
d. Insulin

Pencegahan

a. Vaksin
influenza
b. Vaksin
pneumokokus

8. Komplikasi Diabetes Mellitus


Dua kategori komplikasi diabetes mellitus
a. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik diabetes merupakan akibat perubahan yang
relatif akut dari glukosa plasma komplikasi tersebut terdiri dari :

1) Ketoasidosis diabetic

2) HHNK (Hiperglikemi Hiperoskolar Nonketolic)

b. Komplikasi-komplikasi Vaskuler Jangka Panjang

1) Mikrovaskular kronis ( penyakit ginjal dan mata) dan neuropati

2) Makrovaskular (MCI, stroke penyakit vaskuler perifer)

B. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dan tiap anggota keluarga (Duvall dan
Logan, 1986 dalam Friedman, 1998).
Keluarga diartikan sebagai dua atau lebih individu yang saling
tergantung dengan yang lain terhadap berbagai dukungan, diantaranya
dukungan emosional dan ekonomi. Keluarga juga merupakan orang
yang mempunyai hubungan resmi seperti ikatan darah, adopsi,
perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan
adanya hubungan psikologi (ikatan emosional) (Hanson 2001, dalam
Doane & Varcoe, 2005 dalam Setiawan 2016).
Keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari dari dua atau lebih
yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan,
hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan suatu budaya
tertentu.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Nasrul Effendy (1998) dalam Priyoto 2015 ciri-ciri
keluarga adalah sebagai berikut.
a. Diikat dalam suatu perkawinan.
b. Ada hubungan darah.
c. Ada ikatan batin.
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggota.
e. Ada pengambilan keputusan.
f. Kerja sama diantara anggota keluarga.
g. Komunikasi interaksi antara anggota keluarga.
h. Tinggal dalam satu rumah.
3. Bentuk Keluarga
Menurut Wahid Iqbal Mubarak dkk, 2009 dalam Priyoto 2015 bentuk
dan tipe keluarga antara lain sebagai berikut :
a. Traditional nuclear
Tradisional nuclear adalah keluarga inti yang terdiri atas ayah,
ibu, dan anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi
legal dalam ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
b. Extended Family
Extended Family adalah keluarga inti yang ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear
Reconstituted nuclear adalah pembentukan baru dari
keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal
dalam pembentukan suatu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
anak dari perkawinan lama walaupun hasil dari perkawinan baru.
Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/Aging Couple
Middle age/aging couple adalah suami sebagai pencari uang,
istri di rumah/keduanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.
e. Dyadic Nuclear
Diadyc nuclear adalah suami istri yang sudah berumur dan
tidak mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar
rumah.
f. Single Parent
Single parent adalah keluarga dengan satu orangtua sebagai
akibat perceraian pasanganya. Anak-anaknya dapat tinggal di
dalam atau luar rumah
g. Dual Career
Dual career adalah suami istri atau keduanya orag karir dan
tanpa anak
h. Commuter Married
Commuter married adalah pasangan suami-istri atau keduanya
sama-sama bekerja dan terpisah pada jarak tertentu. Keduanya
saling mencari pada waktu tertentu.
i. Single Adult
Single adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal
sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah \
j. Three generations
Three generasi adalah tiga atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
k. Institusional
Institusional adalah anak-anak atau orang-orang dewasa
tinggal dalam suatu panti.
l. Communal
Communal adalah satu rumah terdiri atas dua atau lebih atas
dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Group Marriage adalah satu rumah terdiri atas dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga.
n. Ummaried Parent and Child
Ummaried parent and child adalah ibu dan anak dimana
perkawinan tidak dikehendaki dan kemudian anaknya di adopsi
o. Cohabitating Couple
Cohabitating couple adalah dua orang atau satu pasangan yang
bersama tanpa pernikahan
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman (2010), digambarkan sebagai
berikut.
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki
kekuatan. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi
apabila tertutup, adaya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada
satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal. Posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal, status sebagai istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan diri individu untuk
mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide – ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (1998) fungsi keluarga adalah
sebagai berikut.
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa
memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi dan Fungsi Penempatan Sosial
Tugas ini untuk membuat anak-anak menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan juga sebagai penganugerahan
status anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk
keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomis
Untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dalam
mengalokasikan sumber-sumber tersebut secara efektif dan efisien.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan fisik, pangan, sandang,
papan, dan perawatan kesehatan.
6. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal, sifat
dan kegiatan yang berhubungan individu dalam situasi dan posisi
tertentu. Adapun macam peranan dalam keluarga antara lain (Istiati,
2010):
a. Peran Ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, ayah
berperan sebagai kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari
nafkah, serta pemberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat di lingkungan dimana dia tinggal.
b. Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, dimana
peran ibu sangat penting dalam keluarga antara lain sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, sebagai pelindung dari anak-
anaknya saat ayahnya sedang tidak ada dirumah, mengurus rumah
tangga, serta dapat juga berperan sebagai pencari nafkah. Selain itu
ibu juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di lingkungan
dimana dia tinggal.
c. Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.
7. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut
Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) dalam adalah sebagai
berikut.
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga
mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang
memengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis dan perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,
fasilitas fisik, psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan dan mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas
kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga,
8. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai
kehubungan intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,
berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan,
perencanaan keluarga (Friedman, 2010).
b. Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia
30 bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu
kunci menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan
tahap II adalah membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang
stabil ( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga),
memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan
dengan hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran
menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek (Friedman, 2010).
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5
tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,
dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-
laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga
tahap III adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan
rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai,
menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai anggota
keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,
mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar
keluarga (Friedman, 2010).
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada
tahap ini juga maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap
IV adalah menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan
restasi, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
(Friedman, 2010).
e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus
atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih
lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau
20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja
adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung
jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda (Friedman,
2010).
f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya
anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan
“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan
rumah. Tugas keluarga pada tahap ini adalah memperluas
lingkaran keluarga terhadap anak dewas muda, termasuk
memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan
anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan
kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua suami dan istri
yang sudah menua dan sakit (Friedman, 2010).
g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun
atau kematian salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan yang
bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka,
memperkuat hubungan pernikahan (Friedman, 2010).
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu
kehilangan pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain.
Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka
penataan kehidupan yang memuaskan (Friedman, 2010).
9. Tingkat Kemandirian Keluarga
Menurut Makhfudli (2009:188), kemandirian keluarga dalam
program Perawatan Kesehatan dibagi menjadi empat tingkat dari
keluarga mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri
tingkat empat (paling tinggi).
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan

b. Keluarga Mandiri Tingkat II


1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
4) Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif
5) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
6) Melakukan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
4) Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif
5) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
6) Melakukan tindakan pencegahan secara aktif
7) Melakukan tindakan promotif secara aktif

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A, Achidat, dkk. 2010. Penyakit Diusia Tua. Jakarta : EGC

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka


Cipta
Joko S, ed. 1999. Pencegahan Diabetes Melitus. Jakarta (ID) : Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai