Neonatus FIT
Neonatus FIT
III. Kasus
A. Pengkajian
Dokter Pembimbing : dr. Rina Rahardiani, Sp. A Tanda tangan
Nama Mahasiswa : Anisa Saraswati
NIM : 030.10.033
a. Identitas
Pasien
Nama : By. B Suku Bangsa : Betawi
Umur : 4 hari /0 bulan Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan :-
Alamat : Jl. Kebon Kacang 44 RT 09/
RW 09 No. 7 Jakarta Pusat
1
b. Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan ibu dari pasien pada tanggal 26 Agustus
2015
c. Keluhan Utama
Kejang 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
2
Saat ini pasien sudah 2 hari dirawat di bangsal neonatus RSAL, selama
dua hari pasien hanya kejang 1x sewaktu hari pertama perawatan. Pasien sudah
mendapatkan ASI dari ibunya yang memeras secara manual dan pasien
mendapatkan ASI melalui selang hidung. Selang hidung dipasang karena refleks
hisap pada pasien kurang dan untuk minum obat anti kejang. Masalah lain adalah
pasien BAB cair 2x sewaktu hari kedua perawatan.
G. Kelahiran
Tempat Kelahiran RSAL dr. Mintohardjo
D. Riwayat Makanan
3
BUAH/ BUBUR NASI
Umur (Bulan) ASI/ PASI
BISKUIT SUSU TIM
0–2 ASI+PASI - - -
Kesan: ASI tidak keluar pada hari ke-1 – ke-3. Pasien mendapatkan susu formula
merek lactogen pada usia 2 hari
E. Riwayat Keluarga
Anak ke Umur Jenis Kelamin Status/Keterangan
1 (pasien) 4 hari Perempuan Sakit
a. Data Keluarga
Ayah/ Wali Ibu/ Wali
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 27 tahun 23 tahun
Kosanguinitas - -
Keadaan kesehatan/
- -
penyakit bila ada
a. Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 26 Agustus 2015
Pukul : 09.00
b. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang, warna kulit kemerahan, aktivitas
cukup
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital : Nadi : 120xmenit, reguler
Suhu : 36,50C
RR : 56x/menit
4. Data Antropometri :BB : 3150 kg
4
PB : 48 cm
Lingkar kepala: 30 cm
Lingkar dada :31 cm
5. Status Gizi : Berdasarkan Battaglia & Lubchenco : Neonatus
cukup bulan
6. Sesuai Masa Kehamilan
Berdasarkan Welcome Trust Party
3.1/3 x 100% = 103% berdasarkan tabel Welcome Trust Party termasuk
gizi normal
c. Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala
Ubun-ubun besar belum menutup, ubun-ubun tidak menonjol, caput
succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam tipis terdistribusi merata,
kulit kepala baik, tidak ada luka
2. Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), funduskopi tidak
Dilakukan
3. Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), deviasi
septum (-), terpasang NGT(+)
4. Telinga: Normoti, discharge (-/-)
5. Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
6. Gigi geligi : hygine cukup, gigi susu belum tumbuh
7. Lidah : Normoglotia, lembab, tidak ada papil atrofi, lidah tidak kotor
8. Thoraks
Paru
Inspeksi: hemithorax dextra dan sinistra simetris pada keadaan inspirasi
dan ekspirasi. retraksi (-)
Palpasi: vocal fremitus simetris kanan dan kiri, areola mammae teraba,
papilla mammae (+/+)
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), suara
nafas tambahan (-/-)
9. Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
5
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
10. Abdomen
Inspeksi : datar, tali pusat belum terlepas, tidak ada tanda-tanda
infeksi
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor kulit
baik
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
13. Kulit
Lanugo (+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-)
14. Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Ikterik -/- -/-
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus otot Baik/baik Baik/baik
G. Pemeriksaan Khusus
a. Ballard Score
6
Neuromuscular Maturity Score Physical Maturity Score
Posture 4 Edema 2
Square window (wrist) 3 Jaringan kulit 3
Leg dorsofleksi 3 Warna kulit 3
Arm recoil 2 Opasitas (bening) kulit 3
Leg recoil 2 Lanugo 3
Popliteal angle 3 Garis telapak kaki 3
Scarf sign 3 Perkembangan puting susu 2
Heel to ear 3 Besarnya mamma 2
Ventral suspension 2 Bentuk kuping 2
Neck tonus 2 Elastistas kuping 2
Genitalia 1
Total 27 Total 26
Total : 53
7
Kesan: Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
H. Apgar Score
0 APGAR
1 2 1” 5” 10”
SCORE
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
8
PH 7.404 7.35 – 7.45
PCO2 15.4 mmHg 32-48 mmHg
PO2 62.9 mmHg 83-108 mmHg
HCO3 act 9.5 mmol/L 21-28 mmol/L
HCO3 std 15.9 mmol/L
BE (ecf) -15.3 mmol/L -2 – 3 mmol/L
SBE -11.2 mmol/L -3 – 3 mmol/L
Ct CO2 9.9 mmol/L 23 – 27 mmol/L
AnGap 54.6 mmol/L
O2 SAT 93.1 % 95-98 %
O2 Ct 24.9 ml/dl
Elektrolit
Natrium (Na) 135 mmol/L 132-147
Kalium (K) 5.13 mmol/L 3.6–6.1
Clorida (Cl) 76 mmol/L 95-116
Glukosa Test 73 mg/dL 30 – 80 mg/dL
K. Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan EEG dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2015
9
Kesan : EEG dalam batas normal
L. Resume
Pasien neonatus laki-laki usia 4 hari berat badan 3150 gram datang dengan keluhan
kejang 1 hari SMRS. Kejang terjadi sebanyak enam kali, terjadi pada tangan dan kaki
kiri pasien saja, kelojotan, dan mata pasien mendelik ke atas. Orang tua pasien lupa
berapa lama kejang itu berlangsung. Sebelum kejang pasien tidak sedang tidur, dan
pasien sadar saat sedang kejang. Setelah kejang berhenti, pasien menangis dan langsung
tertidur. Kejang terjadi tiba-tiba tidak didahului oleh demam, ataupun suara bising dan
hentakan. Kejang berhenti dengan sendirinya, dan kejang tidak berhenti pada saat tubuh
disentuh. Menangis terus (-), muntah menyembur (-).
Pasien lahir spontan, saat dilahirkan pasien langsung menangis. Air ketuban pada saat
melahirkan berwarna putih jernih. Usia kehamilan pada saat melahirkan adalah 39 minggu
dan pasien lahir dengan berat badan 3000 gram. Pada saat kehamilan, ibu pasien tidak
pernah menderita penyakit apapun. Setelah lahir, tidak dilakukan inisiasi menyusui dini
pada pasien. Pada saat pulang kerumah, dikarenakan ASI itidak keluar maka pasien
diberikan susu formula merek lactogen dan diminumkan menggunakan sendok.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120x/menit, suhu 36,1oC, pernafasan
36x/menit dan berat badan 3150 gram. Pemeriksaan status generalis dalam batas normal,
refleks hisap kurang namun refleks primitif lainnya dalam batas normal. Ballard score
yaitu neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukan hipokalsemia dimana nilai kalsium 5.5 mg/dL dan asidosis metabolik
terkompensasi karena hasil BE (ecf) -15.3 mmol/L, HCO3 act 9.5 mmol/L, dan pH
normal 7.404. Hasil pemeriksaan EEG dan USG kepala semuanya dalam batas normal.
10
M. Diagnosis
Kejang neonatus et causa Hipokalsemia
N. Dianosis Banding
Kejang neonatus et causa Hipoksia-Iskemik Enselopati
O. Anjuran Pemeriksaan
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan laboratorium magnesium
Pemeriksaan laboratorium fosfat
CT Scan
P. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
O2 5L/menit
Inf. KaEn 4B 6 tetes/menit
Pasang NGT
Luminal puyer 2 x 7.5 mg
Drip Ca Glukonas 4 ml dalam 400 cc NaCl
Bila kejang : Inj. Sibital 30 mg dicampurkan dalam NaCl 10-15 mg (pelan-
pelan)
Non Medikamentosa :
Rawat di rung pengawasan khusus
ASI 10 x 40 cc
Hentikan pemberian susu formula
Q. Prognosis
ad vitam : ad bonam
ad functionam : ad bonam
ad sanationam : ad bonam
11
Pasien neonatus laki-laki usia 4 hari berat badan 3150 gram datang dengan
keluhan kejang 1 hari SMRS. Dilakukan rawat inap pada pasien diruang pengawasan
khusus. Hari pertama pasien dirawat, pasien kejang kembali satu kali, kejang terjadi
pada tangan dan kaki kiri pasien saja, kelojotan, dan mata pasien mendelik ke atas.
Saat kejang pasien langsung diberikan inj. Luminal 30 mg i.m. Sebelum kejang
pasien tidak sedang tidur, dan pasien sadar saat sedang kejang. Setelah kejang
berhenti, pasien menangis dan langsung tertidur. Kejang terjadi tiba-tiba tidak
didahului oleh demam, ataupun suara bising dan hentakan. Kejang berhenti dengan
sendirinya, dan kejang tidak berhenti pada saat tubuh disentuh. Tidak ada keluhan
lain seperti muntah menyembur atau menangis terus. Hasil pemeriksaan hari pertama
menunjukan asidosis metabolik terkompensasi karena hasil BE (ecf) -15.3 mmol/L,
HCO3 act 9.5 mmol/L, dan pH normal 7.404. Nilai laktat yang menurun tersebut
dikoreksi bersama dengan pemberian cairan Infus KaEN B 6 tetes/menit.
Hari kedua, pasien sempat BAB cair 2 kali, ampas (+) sedikit. Hal ini
kemungkinan dikarenakan ibu pasien makan makanan sembarangan sebelum
menyusui. Pasien sudah tidak kejang, tidak ada demam, rewel ataupun muntah
menyembur. Hari ketiga, hasil pemeriksaan laboratorium Ca menurun yaitu 5.5
mg/dL. Pasien diberikan drip Ca Glukonas 5 ml dalam 400 cc NaCl untuk
memperbaiki nilai kalsium. Hasil EEG dan USG juga menunjukan hasil pemeriksaan
dalam batas normal. Hari ke lima pasien dirawat, dilakukan pemeriksaan Ca ulang
dan didapatkan hasil 8.8 mg/dL sudah dalam nilai normal. Selama dirawat inap,
pasien hanya kejang 1 kali, dan pasien selalu mendapatkan ASI dari ibunya melalui
diperas secara manual dan dimasukan kedalam selang NGT. Berdasarkan klinis dan
hasil pemeriksaan penunjang maka pasien diperbolehkan pulang.
M. Follow Up
S Kejang (+) 1 kali, kaki dan tangan Kejang (-), muntah menyembur (-),
kelojotan, mata mendelik keatas demam (-), rewel (-), BAB cair 2x
dan kesamping. Muntah ampas (+) sedikit, ASI (+)
menyembur (-), demam (-), rewel
(-), ASI (+)
12
S: 37.5oC, N: 120 x/mnt (reguler, S: 37.6oC, N: 130 x/mnt (reguler,
kuat), kuat),
RR: 56x/m. Status gizi : normal RR: 40x/m. Status gizi : normal
Ubun-ubun besar sulit diraba, caput Ubun-ubun besar sulit diraba, caput
succedaneum (-), cephal hematom succedaneum (-), cephal hematom
(-) (-)
Hidung : nafas cupping hidung (-), Hidung : nafas cupping hidung (-),
sekret (-) sekret (-)
Mulut: sianosis (-), stomatitis (-), Mulut: sianosis (-), stomatitis (-),
Thoraks: BJ I-II reg, murmur (-), Thoraks: BJ I-II reg, murmur (-),
gallop (-); SN Ves +/+, Wh -/- Rh gallop (-); SN Ves +/+, Wh -/- Rh
-/- -/-
Kulit: Lanugo (+), sianotik (-), Kulit: Lanugo (+), sianotik (-),
pucat (-), ikterik (-) pucat (-), ikterik (-)
Refleks primitif refleks hisap (+) Refleks primitif refleks hisap (+)
kurang membaik
P O2 1 L/menit O2 5L/menit
NGT terpasang Inf. KaEn 4B 6 tetes/menit
Luminal puyer 2 x 7.5 mg NGT terpasang
Inj IM Luminal 30 mg k/p Luminal puyer 2 x 7.5 mg
Pemeriksaan darah rutin, analisa Bila kejang : Inj. Sibital 30 mg
gas darah, elektrolit, gula darah dicampurkan dalam NaCl 10-15
sewaktu mg (pelan-pelan)
Rencana USG kepala Pemeriksaan calsium dan
13
bilirubin
Setelah pasien kejang Pemeriksaan USG Kepala
S Kejang (-), muntah menyembur (-), Kejang (-), muntah menyembur (-),
demam (-), rewel (-), BAB (+), ASI demam (-), rewel (-), BAB (+), ASI
(+), BAK (+) (+), BAK (+)
RR: 56x/m. Status gizi : normal RR: 40x/m. Status gizi : normal
Hidung : nafas cupping hidung (-), Hidung : nafas cupping hidung (-),
sekret (-) sekret (-)
Mulut: sianosis (-), stomatitis (-), Mulut: sianosis (-), stomatitis (-),
Thoraks: BJ I-II reg, murmur (-), Thoraks: BJ I-II reg, murmur (-),
gallop (-); SN Ves +/+, Wh -/- Rh gallop (-); SN Ves +/+, Wh -/- Rh
-/- -/-
14
Kulit: Lanugo (+), sianotik (-), (-), ikterik (-), CRT<2 detik
pucat (-), ikterik (-)
Kulit: Lanugo (+), sianotik (-),
Refleks primitif refleks hisap (+) pucat (-), ikterik (-)
membaik
Refleks primitif refleks hisap (+)
membaik
Ca 8.8 mg/dL
P O2 5L/menit O2 5L/menit
Inf. KaEn 4B 6 tetes/menit Inf. KaEn 4B 6 tetes/menit
NGT terpasang NGT terpasang
Luminal puyer 2 x 7.5 mg Luminal puyer 2 x 7.5 mg
Drip Ca Glukonas 5 ml dalam Drip Ca Glukonas 5 ml dalam
400 cc 400 cc
Bila kejang : Inj. Sibital 30 mg Bila kejang : Inj. Sibital 30 mg
dicampurkan dalam NaCl 10-15 dicampurkan dalam NaCl 10-15
mg (pelan-pelan) mg (pelan-pelan)
Pasien diperbolehkan pulang
Edukasi ibu untuk memberikan
ASI eksklusif dan melakukan
imunisasi dasar
Edukasi ibu bila terjadi kejang
berulang, segera bawa ke rumah
sakit
15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang pada neonatus merupakan kelainan yang dapat berdampak buruk pada
masa depan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian bayi. Angka kejadian pasti dari
kejang pada neonatus belum diketahui secara pasti karena sulitnya mempelajari bayi
yang baru lahir
Manifestasi klinis dari kejang pada neonatus dapat bermacam-macamdapat
berupa kejang tonik, klonik, subtle dan mioklonik.Selain iru bisa juga tidak terlihat
manifestasi secara klinis, namun bila diperiksa dengan menggunakan EEG, akan
terlihat tanda abnormal pada hasil pemeriksaan .
Penegakkan Diagnosis kejang pada neonatus didapat dari pemeriksaan secara
menyeluruh dan detail melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
` Tatalaksana yang digunakan merupakan manajemen terpadu yang dilakukan
untuk meminimalisir kerusakan otak bayi melibatkan penggunaan obat-obat anti
konvulsi.
Ada beberapa obat-obatan antikonvulsi yang digunakan saat ini. Yang paling
sering adalah phenobarbital dan fenitoin
17
DAFTAR PUSTAKA
18