PENDAHULUAN
BPH merupakan neoplasma jinak yang sering terjadi pada pria dan merupakan
factor utama yang mengganggu kesehatan. Keadaan ini merupakan akibat dari
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH
seringkali berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala
frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering
terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap
selanjutnya terjadi retensi urine.2 Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat
kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya
tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang diduga
berperan dalam proliferasi/ pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya
BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang
diduga berperan dalam proliferasi sel-sel kelenjar prostat secara tidak langsung.
growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu
1
sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein
growth factor dikenal sebagai faktor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar
merupakan istilah histopatologis, yaitu karena terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan
Di Indonesia BPH merupakan kelainan urologi kedua setelah batu saluran kemih
dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun. Angka harapan
hidup di Indonesia, rata-rata mencapai 2,5 juta laki-laki di Indonesia menderita BPH. 4
Prevalensi BPH dalam studi otopsi meningkat dari sekitar 20% pada pria berusia 41-
50, 50% pada pria berusia 51-60, dan> 90% pada pria yang lebih tua dari 80.
Meskipun bukti klinis penyakit terjadi kurang umum, gejala obstruksi prostat juga
terkait usia. Pada usia 55, sekitar 25% dari laki-laki melaporkan gejala berkemih
obstruktif. Pada usia 75, 50% dari pria mengeluhkan penurunan kekuatan pancaran
telah mencatat perbedaan ras.5 Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung
pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan
modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Prostat
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran
urine keluar dari buli-buli.7 Kelenjar ini berbentuk seperti buah kenari. Normal
beratnya kelenjar prostat kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata: panjang 3.4
cm, lebar 4.4 cm, tebal 2.6 cm. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
bagian posterior berumuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir
pada verumontarum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dan sfingter
uretra eksterna.8
Secara embriologis terdiri dari 5 lobus: lobus medius 1 buah, lobus anterior 1
buah, lobus posterior 1 buah, dan lobus lateral 2 buah. Sedangkan menurut
klassifikasi Lowsley; prostat terdiri dari lima lobus: anterior, posterior, medial,
lateral kanan dan lateral kiri. Sedangkan menurut Mc Neal, prostat dibagi atas :
zona perifer, zona sentral, zona transisional, segmen anterior dan zona spingter
kelenjar prostat ini lebih kurang 20 buah, secara terpisah bermuara pada uretra
Kelenjar prostat dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi,
3
mengeluarkan lebih kurang 0,5 ml cairan prostat tetapi fungsi pasti cairan ini
belum diketahui, paling tidak sebagai medium pembawa sperma. Prostat adalah
Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol. Jadi prostat
adalah bagian tengah. Karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang
menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi
spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah
kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm yang
fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat. Kelenjar ini menghasilkan sekresi
yang penyalurannya dari testis secara kimiawi dan fisiologis sesuai kebutuhan
seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam duktus
ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula seminalis dan sperma.
Cairan prostat bersifal basa (alkalis). Sewaktu mengendap di cairan vagina wanita,
bersama dengan ejakulat yang lain, cairan ini dibutuhkan karena motilitas sperma
C. Etiologi BPH
Pada umumnya ada beberapa teori BPH akan ditemukan pada umur kira-kira
>50 tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur.
berbagai faktor telah diteliti seperti faktor makanan, alkohol, dan sirosis hati, yang
4
semuanya dapat mempengaruhi keseimbangan androgen-estrogen, tetapi tidak ada
bukti substansial untuk mendukung salah satu dari perselisihan ini.10 Penyebab
pasti BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler
etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal,
hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor
androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat
pada BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar
5
dengan cara meningkatkan sensifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan
akibat rangsangan testosterone menrun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada
mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih
besar.
3. Interaksi stroma-epitel
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat samoai pada
prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati
6
dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
sel-sel baru. Didalam kelenjar prostat dikenal suatu stem sel, yaitu sel yang
7
Gambar 5. Penampang hyperplasia prostat yang menghalangi uretra9
A, terisolasi pembesaran lobus tengah. B, terisolasi pembesaran lobus lateral. C,
lateral dan menengah pembesaran lobus. D, hiperplasia commissural posterior
D. Patofisiologi BPH7
BPH terjadi pada usia >50 tahun ketika fungsi testis sudah menurun. Akibat
Makroskopik dapat mencapai 60-100 gram dan kadang-kadang lebih besar lagi
200 gram atau lebih. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel.
Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya
sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat). Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan lumen
uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga akan
terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan
8
detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. Tekanan intravesikel yang tinggi akan
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter.
Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari
buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung
gagal ginjal.
Hiperplasia prostat
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract
Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif. Gejala
didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk
berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.
9
Gejala obstruktif antara lain :
2) Nokturia
F. Gambaran Laboratorium6
seperti adanya diabetes mellitus, proteinuria yang dapat memberi petunjuk adanya
hematuria mikroskopik yang harus dipikirkan adanya batu atau keganasan. Kadar
ureum atau blood urea nitrogen (BU), kreatinin dan elektrolit pada darah dapat
memberikan gambaran mengenai fungsi ginjal. Selain itu biakan kuman urin dan
identifikasi kuman dan pemilihan antibiotika yang tepat. Jika dicurigai adanya
G. Pencitraan9
Pada saat sekarang pencitraan prostat dapat dilakukan dengan berbagai cara,
batu saluran kemih, sumbatan ginjal (hidronefrosis), adanya divertikel pada buli,
dan jika dilakukan foto miksi adan dapat dilihat adanya sisa urin, sedangkan
adanya pembesaran prostat dapat dilihat sebagai “filling defect”. Pada dasar
vesika yang sering juga disebut adanya identasi prostat. Secara tidak langsung
pembesaran prostat dapat pula diperkirakan apabila dasar buli-buli pada gambaran
sistogram tampak terangkat atau ujung distal ureter membelok ke atas sehingga
Pencitraan lain adalah USG. Cara pemeriksaan ini memiliki ketepatan dalam
mendeteksi pembesaran prostat, tidak ada bahaya radiasi, dan juga relative murah.
mengenai volume buli-buli, mengukur sisa urin, dan patologi lain seperti
divertikel, tumor buli-buli yang besar, batu buli-buli. TRUS juga dapat digunakan
untuk mengukur besarnya prostat yang diperlukan untuk menentukan terapi yang
tepat.
tetapi oleh karena pemeriksaan ini mahal dan keterangan yang diperoleh tidak
terlalu banyak dibandingkan dengan cara lain, maka cara ini jarang digunakan
dalam praktek.
dilakukan jika pada anamnesa ditemukan adanya hematuria, hal ini dilakukan
11
besarnya prostat dengan mengukur panjangnya uretra pars prostatika untuk
H. Pengobatan
Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah memperbaiki keluhan miksi.
fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urine setelah
1. Medikamentosa7
reduktase.
α blocker
5-α reduktase inhibitor
2. Pembedahan
a. Pembedahan Terbuka7,12
12
paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling invasif, danpaling
(>100 gram).
b. Pembedahan Endourologi7,12
seluruh dunia. Operasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi pada
kulit perut, masa perawatan lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak
BAB III
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. EB
Umur : 64 tahun
Alamat : Batusenggo
Suku/bangsa : Indonesia
13
Pekerjaan : Pensiunan
II. Anamnesa
Nyeri perut bagian bawah sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Sulit BAK
dialami penderita 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sulit BAK ini
dialami penderita sudah lama ± 1 tahun yang lalu. Penderita mengeluh BAK tidak
lampias dan terasa tersendat dan saat kencing pasien sering mengedan. BAK juga
sering terputus-putus dan merasa tidak puas. Riwayat BAK malam hari ± 3x, dan
Disuria 9. Pada siang hari seberapa sering Bapak buang air kecil?
0 > 3 jam sekali baru kencing, atau 3-4 kali selama siang hari
1 setelah antara 2-3 jam sekali baru kencing, atau 5-6 kali sehari
2 tiap 1-2 jam sekali sudah kencing, 7-8 kali selama siang hari
3 sebentar-sebentar, tak ada satu jam sudah harus kencing lagi
Hipertensi (+), Jantung, hati, paru, ginjal, disangkal penderita dan penderita
15
Riwayat sosial:
bersih dan tidak ada tetangga yang menderita penyakit seperti yang dialami
penderita.
Kebiasaan penderita:
Merokok +, Alkohol +
Tanda Vital:
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Kepala:
RC +/+
Leher:
Thoraks:
16
bunyi jantung aorta : A1>A2
bising :-
Ekstremitas:
17
Suspek Benign Prostate Hyperplasia
VI. Sikap
lanjutan
BAB IV
PEMBAHASAN
64 tahun, hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa BPH terjadi
pada umur yang semakin tua (>50 tahun) di mana fungsi testis sudah menurun. Akibat
dehidrotestosteron.7
bagian bawah, sulit BAK, menetes-netes, teputus-putus, dan memiliki pancaran yang
lemah sehingga penderita merasa tidak puas ketika selesai BAK. Sering BAK pada
siang dan malam hari. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif. Gejala obstruktif disebabkan
18
oleh karena penyempitan uretra pars prostatika karena didesak oleh prostat yang
membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup
2) Nokturia
dapat terjadi asimtomatik baru terjadi jika neoplasma telah menekan lumen urethra
derajat obstruksi yang hebat, sedangkan yang lain dengan kelenjar prostat yang lebih
besar obstruksi yang terjadi hanya sedikit, karena dapat ditoleransi dengan baik.11
BPH terjadi pada umur yang semakin tua (>50 tahun) di mana fungsi testis
hormon testosterone dan dehidrotestosteron, dalam hal ini terjadi reduksi testosteron
terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada
19
RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi
hiperplasia kelenjar prostat. Makroskopik dapat mencapai 60-100 gram dan kadang-
kadang lebih besar lagi 200 gram atau lebih. Pada tahap awal setelah terjadi
pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan
vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi
atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan
berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan
tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. Tekanan
intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali
pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita ini adalah darah lengkap,
fungsi ginjal, asam urat, GDS dan urinalisa. Pemeriksaan darah seperti ureum dan
20
kreatinin, elektrolit, dan gula darah dimaksudkan untuk dapat menentukan ada
penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan gula darah
Pada penderita ini dilakukan tindakan pemasangan kateter urine segera karena
dari keluhan ada nyeri perut bagian bawah dan pemeriksaan abdomen teraba
suprapubik fullblast dimana kemungkinan terjadi retensi urin. Pada pasien ini
Penanganan BPH saat ini sangat non invasif. Metode TUR-Prostat ini cukup aman,
Keuntungan :
Kerugian :
1. Teknik sulit
3. Intoksikasi cairan
6. Alat mahal
7. Ketrampilan khusus
21
Komplikasi:
striktura uretra.
paling banyak dikerjakan di seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-
uretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan
direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada
saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H2O steril
(aquades). 9
22
DAFTAR PUSTAKA
h.865-71.
7. Purnomo B. Anatomi Sistem Urogenitalia. Dasar-Dasar Urologi. Sagung Seto.
Jakarta, 2011.
8. Sherwood L. Fundamental of Human Physiology 4 th. Chapter 13: The Urinary
2008.
10. Emberton M, Mundy AR. The Prostate and Benign prostatic Hyperplasia on The
23
11. Roehrborn C, McConnell J. Etiology, pathophysiology, epidemiology, and natural
24