Cara Penimbangan Berat Badan dan Panjang / Tinggi Badan Bayi dan Balita
BERAT BADAN
Ada 2 macam timbangan:
Tipe Salter spring balance:
Timbangan gantung (Posyandu)
Maksimum berat 25 kg dengan ketelitian 100 g
Tipe Bathroom scale:
Untuk anak yang sudah bisa berdiri sendiri, atau
Menimbang anak bersama ibunya
Maksimum berat 100 kg dengan ketelitian 100 g
Cara pengukuran berat badan :
I. Anak bisa berdiri
1. Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah anak tersebut
untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2. Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke
arah depan, kaki tidak menekuk. Pewawancara dapat membantu anak tersebut
berdiri dengan baik di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak yang
tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
3. Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah anak tersebut untuk turun dulu
dari timbangan dan pewawancara harus segera mencatat hasil penimbangan
tersebut.
II. Bayi/Anak belum bisa berdiri
1. Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk menggendong
tanpa selendang. Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah
ibu dengan menggendong sang anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2. Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak menekuk dan
kepala tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin bayi/anak dalam keadaan
tenang ketika ditimbang.
3. Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan menunjukkan
hasil penimbangan digital. Mintalah ibu tersebut untuk turun dulu dari timbangan
dan pewawancara harus segera mencatat hasil penimbangan tersebut
4. Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa menggendong anak
5. BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu
Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri,
yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan
pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan
kanan sehingga ukurannya lebih stabil.
Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur
Catat hasil pada KMS
Stunting
Balita pendek (Stunting) adala status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U
dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuan tersebut
berada pada ambang batas (Z-score) dari WHO. stunting dapat terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Klasifikasi status gizi yang berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U).
I. Sangat pendek : Zscore < -3,0
II. Pendek : Zscore <-2,0 SD s/d ≥ -3,0
III. Normal : Zscore ≥ -2,0
Dan dibawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikatt TB/U
dan BB/TB.
I. Pendek kurus : Zscore TB/U <-2,0 dan Zscore BB/TB <-2,0
II. Pendek Normal : Zscore TB/U <-2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
III. Pendek gemuk : Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
5. Pemeriksaan IVA
JADWAL IVA
Program Skrining Oleh WHO :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho
Taufan, dr. 2010:66)
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan,
bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
PENATALAKSANAAN IVA
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang
telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak
muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher
rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif
lesi atau kelainan pra kanker.
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan
metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher
rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker
bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak
berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu
yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan
luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H,
2010)
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya
perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel
akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau
dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang
disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak
organ tubuh yang lain.
1. Petugas Surveilans melaporkan kepada Kepala Puskesmas bahwa ada peningkatan kasus
3. Pemegang Program bersama-sama dengan Kepala Puskesmas dan Kepala Desa memimpin
Penyelidikan Wabah
6. Kepala Dinas Kes. Kab. bersama dg Ka Seksi P2PL melapor dan melakukan advocacy kepada Bupati
7. Bupati mengadakan pertemuan dengan Ka Dinas Kes, Bappeda, Sektor terkait untuk
menentukan anggaran Pengendalian Wabah
7. Imunisasi
BCG
Kontraindikasi
• Bayi HIV positif dgn/tanpa gejala
• Bayi status HIV ? dng gejala HIV, ibu HIV +
• Keganasan (e.g leukemia, limfoma)
• Imunodefisiensi primer/sekunder
• Dapat imunisupresif *radio/kemoterapi, steroid)
3. Polio
(OPV=oral polio vaccine) Vaksin Polio Injeksi
(Injectable / Inactivated Polio Vaccine = IPV)
MMR
• KIPI: malaise, demam atau ruam yang
sering terjadi 1 minggu setelah imunisasi
yang berlangsung selama 2-3 hari,
meningoensefalitis, trombositopenia
• Diperlukan untuk catch-up measles,
membentuk antibodi terhadap mumps
(gondongan), dan rubela
• MMR-2 diberikan sebelum pubertas
8. LROA
Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA) merupakan salah satu bentuk layanan di
puskesmas yang didirikan sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan, serta
membangun sikap dan perilaku positif masyarakat tentang diare, pecegahan dan
penanggulangannya
Pemberian oralit mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah. Bila
tidak tersedia, berikan lebih banyak cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, kuah
sup, sari buah, air teh, dan air matang. Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita
harus segera dibawa ke petugas/fasilitas kesehatan.
Cara Menyiapkan Oralit:
Cuci tangan sebelum menyiapkan.
Lihat kemasan dan masa berlaku oralit.
Siapkan 1 gelas (200 cc) air matang.
Gunting ujung pembungkus oralit.
Masukkan seluruh isi oralit kedalam gelas yang berisi air tersebut, aduk hingga bubuk
oralit larut.
Siap untuk diminum.
Cara Memberikan Oralit:
Anak umur <1 tahun diberikan 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
(BAB). Anak umur >1 tahun diberikan 100-200 cc cairan oralit setiap kali BAB.
1.2 Tes Kesegaran Jasmani untuk Sekolah Dasar kelas 4,5 dan 6
a. Lari cepat 40 meter
b. Angkat tubuh (pull-up) 30 detik
c. Baring duduk (sit-up) 30 detik
d. Loncat tegak (vertical jump)
e. Lari 600 meter
Item Tes
Jumlah
Kesegaran Identifikasi
Nilai
Jasmani
Lari 40m 22-25 Baik sekali
5. Pelaksanaan penyuluhan
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada waktu pagi hari,
apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi peringatan kepada
pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik-jentik nyamuk.
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat yang
menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan identifikasi lebih
lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat genangan
air tanpa mengambil larvanya.
Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, Terdapat beberapa indikator yang
mengindikasikan suatu kepadatan jentik nyamuk. Indikator-indikator tersebut antara lain
House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan Breteau Index (BI).
sebagai berikut:
1. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa.
2. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh
kontainer yang diperiksa
3. Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.