Anda di halaman 1dari 22

OLEH :

Afifah Mardathillah (12-179)


Che Ristanty ( 13-135 )
Eylla Ekmi Gusli Putri ( 13-146 )
Moethia Fransisca ( 13-149 )
M. Rizki Triwijaya (13-155)

PEMBIMBING :
dr. Fetria, Sp. A
International League Againts Epilepsy(ILAE)

Kejang yang berlangsung terus-menerus


selama periode waktu tertentu atau
berulang tanpa disertai pulihnya
kesadaran diantara kejang
Insidens SE pada anak diperkirakan
sekitar 10 – 58 per 100.000 anak. Status
epileptikus lebih sering terjadi pada
anak usia muda, terutama usia kurang
dari 1 tahun dengan estimasi insidens 1
per 1000 bayi.
Secara umum, etiologi SE dibagi menjadi:

1. Simtomatis: penyebab diketahui


a). Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa
atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala,
perdarahan, atau stroke.

b). Remote, bila terdapat riwayat kelainan


sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik
(EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan
otak kongenital
c). Kelainan neurologi progresif: tumor otak,
kelainan metabolik, otoimun (contohnya
vaskulitis)

d). Epilepsi

2. Idiopatik/kriptogenik:
penyebab tidak dapat diketahui
Faktor risiko
Berikut adalah beberapa kelompok pasien yang
berisiko mengalami status epileptikus:
1. Epilepsi
Sekitar 10-20% penderita epilepsi  mengalami
satu kali episode status epileptikus.
2. Pasien sakit kritis
Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-
iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi SSP, penyakit
kardiovaskular, penyakit jantung bawaan
(terutama post-operatif), dan ensefalopati
hipertensi.
Neurotransmiter eksitasi utama  neurotran dan
asetilkolin.

Neurotransmiter inhibisi  gamma-aminobutyric


acid (GABA).

SE  Kegagalan mekanisme untuk membatasi


penyebaran kejang, ( karena aktivitas
neurotransmiter eksitasi yang berlebihan dan
atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang
tidak efektif )
Neurotransmiter eksitasi utama  neurotran dan
asetilkolin.

Neurotransmiter inhibisi  gamma-aminobutyric


acid (GABA).

SE  Kegagalan mekanisme untuk membatasi


penyebaran kejang, ( karena aktivitas
neurotransmiter eksitasi yang berlebihan dan
atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang
tidak efektif )
Pre Hospital
0 – 10 menit

Diazepam per rektal


5 mg suppositoria untuk BB < 12 kg
10 mg suppositoria untuk BB ≥ 12 kg
Max 2 kg, jarak 5 menit
Hospital / IGD
10 menit

Diazepam 0,2 – 0,5 mg/Kg ( IV )


Kecepatan 2 mg / menit, Max 10 mg

Atau

Midazolam 0,2 mg / Kg IM / Buccal, Max 10 mg


20 menit

Jika Kejang Berhenti

Pertimbangkan Fenitoin 5 – 10 mg/kg dibagi 2


dosis

Atau

Fenobarbital 3 – 5 mg/kg/hari dibagi 2 dosis


Kejang Berlanjut ( 5 – 10 ‘ )
Fenitoin 20 mg/kg iv Fenobarbital 20 mg/kg iv
(diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% Dengan kecepatan 10 – 20
selama 20 menit (2 mg/kg/menit) mg/menit
dosis max 1000 mg) Dosis mas 1000 mg

Dapat Dapat
ditambahkan ditambahkan
fenitoin 5 – fenobarbital
10 mg / kg 5 – 10 mg /
kg

Kejang Berlanjut 5 – Kejang Berlanjut 5 –


10 ‘ 10 ‘
30 menit

Fenitoin 20 mg/kg iv
Feniobarbital 20 mg/kg iv
(diencerkan dalam 50 ml NaCl
(diencerkan dalam 50 ml Nacl 0,4 %
0,9% selama 20 menit)
dalam 10 menit)
(2mg/kg/menit) dosis max 1000
(2 mg/kg/menit)
mg)

Kejang Berlanjut 5
– 10 ‘
≥ 60 menit
ICU Refrakter Status
Epileptikus

Midazolam Propofol Pentobarbital


Bolus 100-200 mcg/Kg IV Bolus 1 – 3 mg/kg, Bolus 5 – 15 mg/kg,
( max 10 mg ) dilanjutkan infus dilanjutkan infus
Dilanjutkan dgn infus kontinyu 2 – 10 kontinyu 0,5 – 5
kontinyu 100 mc/kg/jam, mg/kg/jam mg/kg/jam
dapat dinaikkan 50
mcg/kg setiap 15 menit
( max 2 mg/kg/jam )
Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit,
kecepatan 2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis,
tidak perlu dihabiskan.

Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1


dengan kecepatan yang sama

Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM,


ambil sesuai dosis yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc
yang telah dibuang jarumnya, dan teteskan pada buccal kanan,
selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan kelompok usia;

2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)


5 mg (usia 1 – 5 tahun)
7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
10 mg (usia ≥ 10 tahun)
Tapering off midazolam infus kontinyu: Bila bebas
kejang selama 24 jam setelah pemberian midazolam,
maka pemberian midazolam dapat diturunkan secara
bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat
dihentikan setelah 48 jam bebas kejang.

Medazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu


seharusnya di ICU, namun disesuaikan dengan kondisi
rumah sakit

Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun


saat datang dalam keadaan tidak kejang, maka dapat
diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV
dilanjutkan dengan pemberian rumatan bila diperlukan.
Komplikasi primer

Kejang & SE Kerusakan neuron

Memicu reaksi inflamasi


Perubahan reseptor glutamat & GABA
Perubahan lingkungan sel neuron lainnya

Perubahan sistem jaringan neuron, keseimbangan


metabolik, sistem saraf otonom, serta kejang berulang

Komplikasi Sistemik
Komplikasi primer

Proses kontraksi & relaksasi otot

Kerusakan otot Rabdomiolisis


Demam

Hipoksia
Gangguan Ginjal ( Metabolisme anaerob
& memicu asidosis )
Komplikasi primer

Proses kontraksi & relaksasi otot

Perubahan fungsi saraf otonom & fungsi jantung


( hipertensi, hipotensi, gagal jantung, aritmia )

Metabolisme otak terpengaruhi


Komplikasi primer

Metabolisme otak terpengaruhi

Hiperglikemia ( akibat pelepasan katekolamin )

Kadar glukosa menurun seiring kejang berlangsung

Kebutuhan O2 di otak tetap tinggi

Jika tak terpenuhi = memperberat kerusakan otak

Edema otak akibat proses inflamasi, peningkatan


vaskularitas, dan gangguan sawar darah otak
Komplikasi Sekunder

Pemakaian obat anti-konvulsan Efek samping propofol 


( Gol. Benzodiazepin & Propofol Infusion Syndrom
Fenobarbital )
Rabdomiolisis
Depresi nafas Hiperkalemia
Hipotensi Gangguan ginjal, hati, jantung
Asidosis Metabolik

perawatan intensif dan imobilisasi


Pemakaian Asam Valproat
emboli paru
Memicu ensefalopati trombosis vena dalam
hepatik Pneumonia
hiperamonia gangguan hemodinamik dan
pernapasan harus diperhatikan.
37% menderita defisit neurologis permanen

48% disabilitas intelektual.

3-56% pasien yang mengalami SE akan


mengalami kembali kejang yang lama atau
status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun
pertama

Anda mungkin juga menyukai