Anda di halaman 1dari 63

ASMA PADA ANAK

Kelompok

 Adek Chairunnisak 1310070100


 Che Ristanty 1310070100135
 Eylla Ekmi Gusli P 13100701001
 Febri Yufira 13100701001
 Moethia Francisca 13100701001

Preseptor
dr. Riama Margaretha, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SOLOK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2018
ANATOMI PARU
ANATOMI PARU
DEFINISI

Gangguan inflamasi kronik


yang berhubungan dengan Penyakit saluran
Suatu penyakit heterogen obstruksi saluran respiratori respiratori dengan dasar
yang ditandai dengan dan hiper-responsif bronkus inflamasi kronik yang
inflamasi kronik saluran yang secara klinis ditandai mengakibatkan obstruksi
respiratori. dengan adanya wheezing, dan hiperreaktivitas
batuk, dan sesak napas yang saluran respiratori dengan
berulang. derajat bervariasi.
GINA (Global Initiative
Asthma)
International Consensus on UKK Respirologi IDAI
(ICON) Pediatric Asthma
EPIDEMIOLOGI

Merupakan penyakit yang dapat menyerang semua orang baik anak maupun
dewasa

Secara global, terdapat 334 juta orang penderita asma di dunia.

Analisis komprehensif mutakhir Global Burden of Diseasestudy (2008-2010) 


Kebanyakan terdapat di negara berkembang dengan pendapatan yang rendah.

Kini  penyakit asma sering ditemukan baik di negara dengan pendapatan tinggi
maupun rendah dan prevalens asma ringan sedang dan asma berat meningkat
lebih cepat di negara dengan pendapatan rendah dan menengah.
FAKTOR RESIKO
Penelitian ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in Childhood) :
Ventilasi
Berat lahir tidak
memadai
Merokok
Makanan
didalam
cepat saji
rumah

Rendahnya
Asap
pendidikan
rokok
ibu

Polusi Cooking
RISK
udara fuel
Penelitian di Padang, faktor resiko yang bermakna adalah:

Atopi pada
ayah atau
ibu

Pemberian
Faktor
obat
berat lahir
paracetamol

Kebiasaan
merokok
pada ibu
PATOGENESA
PATOGENESA
Klasifikasi Asma

Berdasarkan
serangan

Berdasarkan Berdasarkan
kendali kekerapan
Berdasarkan derajat serangan asma
Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas

• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk


• Lebih senang duduk daripada berbaring • Duduk bertopang lengan • Letargi
• Tidak gelisah • Gelisah • Suara napas tak terdengar
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi napas meningkat
• Frekuensi nadi meningkat • Frekuensi nadi meningkat
• Retraksi minimal • Retraksi jelas
• SpO2 (udara kamar): 90 – 95% • SpO2 (udara kamar) < 90%
• PEF > 50% prediksi atau terbaik • PEF < 50% prediksi atau terbaik
Berdasarkan derajat kekerapan
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma

Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu

Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan

Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang

Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
Berdasarkan derajat kendali
Penilaian klinis dalam 6-8 minggu
Manifestasi Klinis Terkendali dengan/ tanpa Terkendali sebagian ( TidakTerkendali
obat pengendali ( bila minimal satu kriteria
semua kriteria terpenuhi) terpenuhi )

Gejala siang hari > 2 kali / minggu Tiga atau lebih kriteria
terkendali sebagian

Aktivitas terbatas Tidakada Ada

Gejala malam hari Tidakada Ada

Pemakaian Pereda > 2 kali / minggu


Manifestasi klinis

Sesak nafas
Batuk Dada tertekan
menciut

Cenderung
Timbul jika ada memberat pada
faktor pencetus malam hari atau
ini hari
Diagnosis
 Anamnesis yang baik cukup untuk menegakan diagnosis

 Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan penunjang
Anamnesis

Gejala timbul Timbul bila ada


secara episodik faktor
dan berulang pencetus

Adanya riwayat
wheezing atau alergi pada
batuk berulang pasien atau
keluarganya
ASMA
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Perkusi Auskultasi


Pernapasan cepat
dan sukar Hipersonor/sonor
Wheezing/ ekspirasi
memanjang

Batuk nokturnal

Dapat terdengar rhonki


kering dan rhonki basah

Pigeon chest
Pemeriksaan penunjang

Darah rutin

PFM (peak Uji fungsi paru


flow meter) (spirometri)
Pemeriksaan anjuran

Pem.IgE
spesifik

Uji
Rontgen
provokasi
thoraks
bronkus
KRITERIA DIAGNOSIS ASMA
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan, produksi  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
sputum  Gejala memberat pada malam atau dini hari
 Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi saluran FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca-
bronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Bagaimana cara menegakkan diagnosis asma?
Diagnosis banding
 Rinitis,rinosinusitis
 Bronkiolitis
 Tuberkulosis
 Bronkiektasis
 Gerd
Jika datang pasien dengan sesak nafas menciut
yang makin memberat ke IGD,
Apa yang kita lakukan?
Tatalaksana IGD

Circulation

Kesadaran Breathing

Airways
Tatalaksana serangan asma berat
Jika mengalami penurunan kesadaran (mengantuk atau gelisah), suara paru tidak
terdengar segera siapkan PICU.

O2 2-4 Aminofilin
liter/menit IV
Steroid sistemik
Inhalasi agonis beta 2
short acting + (prednison/prednisolon
ipratropium bromide 1-2 mg/kgBB/hari, max
40 mg/hari)

Pasang infus
Dextrosa atau Nacl Rontgen thoraks
0,9%
Tatalaksana serangan asma ringan-sedang
• Agonis beta 2 short acting ( diulang hingga 2 kali dalam satu jam), pemberian
ipratropium bromide dipertimbangkan pada nebulisasi ketiga.
• Observasi pasien
• Agonis beta 2 short acting (oral) diberikan 4-6 jam/ hari
• Steroid sistemik (oral),
diberikan prednison atau prednisolon dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari selama 3-5 hari
Tatalaksana serangan asma di fasyankes (1)
Tatalaksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (1)
Tatalaksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (2)
Obat-obatan serangan asma
Agonis beta 2
short acting

Ipratropium
Adrenalin
bromida

Steroid Aminofilin
sistemik IV
Magnesium
sulfat

Steroid
Mukolitik
inhalasi
Antibiotik

Obat sedasi

Antihistamin
 Non medikamentosa :

1. Program KIE (Komunikasi,informasi,dan edukasi)


2. Rencana Aksi Asma (RAA)/ Asthma Action Plan (AAP)
3. Kartu Aksi Asma (KAA)
4. Penghindaran Pencetus
GARIS BESAR TATALAKSANA ASMA
• Penghindaran pencetus, termasuk pengelolaan lingkungan

• Tatalaksana medikamentosa

• KIE (komunikasi, informasi, edukasi)

• Rencana aksi (action plan)


Tatalaksana asma jangka panjang

Obat
controller
Obat
reliever
Steroid inhalasi

MDI DPI
Steroid inhalasi
1. Inhalasi dosis terukur/Metered Dose Inhaler (MDI)

Dengan spacer merupakan pilihan utama karena memberikan kenyamanan kepada


pasien, jumlah obat yang mencapai paru lebih banyak, risiko dan efek samping
minimal, serta biaya lebih murah. Lebih dari 50% anak asma tidak dapat memakai
alat hirupan tanpa spacer (MDI).
Jenis alat inhalasi sesuai usia
Umur Alat inhalasi
< 5 tahun •Nebulizer dengan masker
•MDI dengan spacer, contoh: aerochamber, optichamber, babyhaler

5-8 tahun •Nebulizer dengan mouth piece


•MDI dengan spacer
•Dry powder inhaler (DPI), contoh: diskhaler, easyhaler, swinghaler,
turbuhaler
>8 tahun •Nebulizer dengan mouth piece
•MDI dengan atau tanpa spacer
•DPI: diskhaler, swinghaler, turbuhaler
1. MDI dengan spacer
 Propelan (zat pembawa) yang bertekanan tinggi menjadi penggerak, menggunakan
tabung aluminium (kanister). Partikel yang dihasilkan oleh MDI adalah partikel
berukuran <5μm.

 Yang terpenting pada MDI adalah katup terukur (metered valve ) yang secara akurat
melepaskan partikel obat dengan dosis tertentu.
 MDI (metered dose inhaler) + spacer

berikan agonis B2 kerja pendek serial via spacer dengan dosis 2-4 semprot.
Berikan satu semprot obat kedalam spacer diikuti : 6-8 tarikan nafas melalui
antar muka (interface) spacer berupa masker atau mouthpiece. Bila belum ada
respon berikan semprot berikutnya dengan siklus yang sama
Kesalahan umum yang sering terjadi pada MDI
 Kurang koordinasi
 Terlalu cepat inspirasi
 Tidak menahan nafas selama 10 detik
 Tidak mengocok kanister sebelum digunakan
 Tidak berkumur setelah menggunakan MDI
 Posisi MDI terbalik

Bagaimana cara penggunaannya?
MDI MDI dengan spacer DPI ( turbuhaler)
Membuka tutup inhaler Membuka tutup inhaler Putar dan buka tutupnya
Memegang inhaler tegak lurus dan Memegang inhaler tegak lurus dan Posisi inhaler tegak lurus sambil
mengocok tabung inhaler mengocok tabung inhaler memutar pegangan dan putar kembali
sampai terdengar klik
Bernapas dengan pelan Memasag inhaler tegak lurus dengan Bernapas dengan pelan
spacer
Meletakkan mouthpiece diantara gigi Meletakkan mouthpiece diantara gigi Meletakkan mouthpiece diantara gigi
dengan tanpa menutup bibir hingga dengan tanpa menutup bibir hingga dengan tanpa menutup bibir hingga
mouthpiece tertutup rapat mouthpiece tertutup rapat mouthpiece tertutup rapat

Mulai inhalasi pelan melalui mulut dan Pertahankan posisi inhaler dan tekan -
tekan canister canister
Melanjutkan inhalasi dan menahan Melakukan inhalasi dan ekhalasi secara Inhalasi dengan kuat dan dalam
napas sampai 10 detik normal untuk 4 kali napas
Ketika sedang menahan napas, Mengeluarkan inhaler dari mulut Mengeluarkan inhaler dari mulut
keluarkan inhaler dari mulut
Ekhalasi dengan pelan dari mulut Ekshalasi dengan pelan dari mulut Ekshalasi dengan pelan dari mulut
Menutup kembali inhaler Menutup kembali inhaler Menutup kembali inhaler
Berkumur-kumur setelah menggunakan Berkumur-kumur setelah menggunakn Berkumur-kumur setelah menggunakn
inhaler inhaler inhaler
Perbedaan MDI dan DPI
 MDI membutuhkan koordinasi tangan/paru yang tinggi
 Banyak anak dan usia lanjut yang sulit menggunakan MDI secara benar
 Latihan berulang agar terampil dalam menggunakan MDI
 DPI tidak menggunakan campuran propelan
2. Dry powder inhaler (DPI)
 Bentuk : rotahaler (single dose), diskhaler dan turbuhaler (multidose).
 Obat dihirup saat menarik napas, tidak diperlukan koordinasi tangan dan tarikan napas
 Tidak menggunakan propelan sehingga pasien harus dapat menarik napas dengan kuat
 Praktis dan mudah dibawa
Tahapan Tatalaksana
 The Global Initiaitive for Asthma (GINA) tatalaksana dibagi menjadi dua
yaitu tatalaksana di rumah dan difasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes)/RS
 Tatalaksana yang dapat dilakukan pasien/orang tua dirumah
jika tidak ada keadaan pasien resiko tinggi, berikan inhalasi agonis
B2 kerja pendek, via nebulizer atau dengan MDI + spacer
 Via nebulizer
 Berikan agonis B2 kerja pendek, lihat responnya. Bila gejala (sesak
napas dan wheezing) menghilang, cukup diberikan satu kali
 Jika gejala belum membaik dalam 30 menit, ulangi pemberian sekali
lagi
 Jika dengan 2 kali pemberian agonis B2 kerja pendek via nebulizer
belum membaik, segera bawa ke fasyankes

 Jika diberikan via MDI (metered dose inhaler) + spacer

berikan agonis B2 kerja pendek serial via spacer dengan dosis 2-4
semprot. Berikan satu semprot obat kedalam spacer diikuti : 6-8
tarikan nafas melalui antar muka (interface) spacer berupa masker
atau mouthpiece. Bila belum ada respon berikan semprot berikutnya
dengan siklus yang sama
- Jika membaik dengan dosis <4 semprot, inhalasi dihentikan

- Jika gejala tidak membaik dengan dosis 4 semprot, segera bawa ke


fasyankes

Pasien harus segera dibawa ke fasyankes terdekat jika:

- Pasien mempunyai satu atau lebih faktor resiko

- Pasien tiba-tiba dalam kondisi keadaan distress respirasi (sesak


berat)
Komplikasi

 Emfisema
 Atelektasis
 Bronkietasis
 Gagal napas
 kematian
Prognosis

 Perjalanan klinis asma menentukan


prognosis.
 Apabila ditangani semestinya mortalitas
kecil
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai