• Irawan Mangunatmadja
• Tempat/tgl lahir: Martapura, 28 Februari
• Status: Menikah + 2 anak wanita
• Pendidikan:
– SMA 8 Jakarta - 1977
– Dokter umum – FKUI 1984
– Dokter anak – FKUI 1993
– Spesialis Anak Konsultan – IDAI 2002
– Doktor – FKUI 2012 - Profesor - 2022
• Pendidikan tambahan
– Fellow Clinical Neurophysiology – UMC Utrecht The Netherlands 1999 – 2000
– Training of Epilepsy – UMC Utrecht The Netherlands 2002
• Pekerjaan
– Anggota KSM Anak RSCM-FKUI Jakarta 1995 – sekarang
– Ketua UKK Neurologi IDAI 2021 - sekarang
Tatalaksana Kejang Refrakter
Pada Anak
Irawan Mangunatmadja
KSM ILMU KESEHATAN ANAK FKUI
RSCM JAKARTA
Pendahuluan
• Kejang pada anak merupakan kedaruratan yang
harus ditangani dengan tepat
• Tatalaksana Status epilepticus yang terlambat > 5
menit akan menyebabkan terjadinya Status
Epilepticus Refrakter (SER).
• Super Status Epileptikus Refrakter terjadi bila SER
terjadi lebih dari 24 jam
• Tatalaksana yang terlambat menyebabkan kerusakan
neuron, hipokampus, thalamus dapat menyebabkan
peningkatan Tekanan intrakranial
J. Clin. Med. 2021, 10, 3028.
Definisi operasional
Dosage 0.5–0.7 mg/kg rectal 20 mg/kg up to 25 15–20 mg/kg up to 30 mg/kg 0.15–0.3 mg/kg load
mg/kg IV/IO IV/IO or serum IV/IO,
(10 mg Fenitoin dng 1–18 μg/kg/h or to
1 ml NaCl) effect
Abstract: Refractory and super-refractory status epilepticus (RSE and SRSE) are life-
threatening conditions requiring prompt initiation of appropriate treatment to avoid
permanent neurological damage and reduce morbidity and mortality. RSE is defined
as status epilepticus that persists despite administering at least two
appropriately dosed parenteral medications, including a benzodiazepine. SRSE is
status epilepticus that persists at least 24 h after adding at least one
appropriately dosed continuous anesthetic (i.e., midazolam, propofol,
pentobarbital, and ketamine).
Status Epileptikus Refrakter
Midazolam IV
• Diberikan bila fenobarbital dan fenitoin IV
maksimal tidak menghentikan kejang
• Midazolam diberikan secara drip IV:
– Bolus midazolam 100-200 mg/kgbb IV (maksimum
10 mg IV) dilanjutkan dengan infus kontinyu 100
mcg/kgbb/jam.
– Dosis dapat dinaikkan 50 mcg/kgbb setiap 15
menit sampai kejang berhenti atau maksimal 2
mg/kgbb/jam.
• Selama pemberian midazolam IV per drip,
pemberian Fenobarbital dan Fenitoin IV tetap
diteruskan 20 mg/kgbb/hari
• Dilakukan pemeriksaan laboratorium elektrolit,
gula darah dll sesuai indikasi
• Bila kejang berhenti dalam 1 x 24 jam,
midazolam IV di turunkan perlahan sampai
dihentikan
• Pengobatan Fenobarbital dan Fenitoin IV
diteruskan selama beberapa hari
PENCEGAHAN TERJADINYA STATUS
EPILEPTIKUS DILAKUKAN DENGAN
MENCEGAH KEJANG BERULANG
Metodologi Penelitian
Fenobarbital IV
• Desain penelitian:
– Studi observasional dengan disain cohort prospective.
• Waktu dan tempat penelitian:
– Januari – Oktober 2020
– IGD/bangsal anak RSCM, RS Harapan Kita, RS Fatmawati,
dan RS Puri Cinere
• Populasi target dan terjangkau:
– Anak 6 bulan -18 tahun pasca kejang terakhir < 12 jam
sebelum datang ke IGD/bangsal
– anak mendapat dosis inisial Fenobarbital inisial 10 mg/kgbb IV.
– Pasien diamati dalam 2x24 jam untuk melihat kejadian kejang
berulang atau tidak dan faktor-faktor yang memengaruhi
• Sampel penelitian: Perhitungan besar sampel 98 subjek.
• Sampel yang sudah diperoleh: 109 sample
HASIL PENELITIAN
FENOBARBITAL
TATALAKSANA PASIEN DI IGD DENGAN
RIWAYAT KEJANG
ALUR TATALAKSANA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT PASCA KEJANG
BERIKAN FENOBARBITAL IV
10 mg/kgBB bolus