Anda di halaman 1dari 39

TATALAKSANA

STATUS
EPILEPTIKUS
Shela Asyiah Granitya
15711141
Definisi

Status epileptikus adalah kejang yang berlangsung terus


menerus lebih dari 30 menit, atau kejang berulang selama lebih
dari 30 menit tanpa pemulihan kesadaran di antara serangan
kejang.

IDAI, 2016
Epidemiologi

 Diperkirakan sekitar 10 – 58 per 100.000 anak pertahun


 Pada populasi pasien epilepsi anak berkisar antara 9,5 %
sampai 27 %
 SE lebih sering terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun,
dimana 80 % nya tanpa demam atau penyebab simtomatik
akut.
Klasifikasi berdasarkan Etiologi

Simtomatik
1. Akut Idiopatik
(penyebab tidak dapat
2. Remote
diketahui)
3. Kelainan Neurologi Progresif
Simtomatis: penyebab diketahui

 Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan


elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke.
 Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya:
ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), infeksi, atau kelainan otak
kongenital
 Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik,
otoimun (contohnya vaskulitis)
 Epilepsi
ETIOLOGI

1. Infeksi dengan demam (52%) seperti kejang demam,


ensefalitis, meningitis
2. Kelainan susunan saraf pusat (SSP) kronik (39%) seperti
ensefalopati hipoksik iskemik dan serebral palsi
3. Penghentian obat anti kejang (21%),
4. Lain lain (<10%)

IDAI 2011
Fk ui, 2013
Faktor risiko
1. Epilepsi
10-20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu kali episode status
epileptikus. Dapat merupakan manifestasi epilepsi pertama kali pada 12% pasien
baru epilepsi.

2. Pasien sakit kritis


Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi
SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan (terutama post-operatif),
dan ensefalopati hipertensi.
Patofisiologi

aktivitas neurotransmiter aktivitas neurotransmiter


eksitasi yang berlebihan inhibisi yang tidak efektif
Neurotransmiter eksitasi neurotransmiter inhibisi
utama tersebut adalah adalah gamma-
glutamat neurotran, aminobutyric acid
asetilkolin, (GABA).
Diagnosis
Anamnesis
- Diskripsi kejang (bentuk, fokal atau umum, lama, frekuensi, kesadaran saat kejang,
dengan/tanpa demam, interval, kesadaran pasca kejang, dan kelumpuhan pasca
kejang)
- Anamnesis untuk mencari etiologi kejang: demam, trauma kepala, sesak napas,
diare, muntah, riwayat ada tidaknya kejang/epilepsi. Jika ada epilepsi, apakah minum
obat secara teratur.
- Riwayat kejang/epilepsi dalam keluarga.
Pemeriksaan fisis

- Penilaian kesadaran, pemeriksaan fisik umum yang menunjang ke arah etiologi kejang
 seperti ada tidaknya demam, hemodinamik, tanda-tanda dehidrasi maupun tanda-
tanda hipoksia.
 
- Pemeriksaan neurologi meliputi ada tidaknya kelainan bentuk kepala, ubun-ubun
besar, tanda rangsang meningeal, nervus kranial, motorik, refleks fisiologis dan
patologis.
Pemeriksaan penunjang

Sesuai indikasi untuk mencari etiologi dan komplikasi status epileptikus:


- Laboratorium : Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, dan analisis gas
darah, protombine time.
- Pungsi lumbal
Menurut rekomendasi American Academy of Pediatrics, pungsi lumbal sangat dianjurkan
pada serangan pertama kejang disertai demam pada anak usia di bawah 12 bulan.
Pada anak usia 12 – 18 bulan lumbal pungsi dianjurkan, sedangkan pada usia lebih dari
18 bulan lumbal pungsi dilakukan bila ada kecurigaan adanya infeksi intrakranial
(meningitis).
- Elektroensefalografi (EEG) jika dicurigai epilepsi
- Computed tomography (CT-Scan)/ magnetic resonance imaging
(MRI) kepala.
dilakukan pada anak dengan kecurigaan trauma kepala, infeksi
susunan saraf pusat, tumor, perdarahan intrakranial pada kelainan
pembekuan darah (APCD – aquired prothrombine complex deficiency)
Tata Laksana
Tata Laksana

Tujuan utama pengobatan status epileptikus:


◸ Mempertahankan fungsi vital (A,B,C)
◸ Identifikasi dan terapi faktor penyebab dan faktor presipitasi
◸ Menghentikan aktivitas kejang.
 Penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus
dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan.

Berikut ini adalah algoritma tata laksana kejang akut dan status
epileptikus berdasarkan Konsensus UKK Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Hal yang harus dikerjakan bila anak kejang

• Tetap tenang dan tidak panik.


• Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
• Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
• Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
• Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
• Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang
• Pada saat di rumah dapat diberikan diazepam rektal 0,5 mg/kg (berat
badan < 10 kg = 5 mg; sedangkan bila berat badan > 10 kg =10 mg)dosis
maksimal adalah 10 mg / dosis. Maksimal dapat diberikan 2 kali dengan
interval 5 menit
• Bila keadaan pasien stabil, pasien dibawa ke rumah sakit terdekat.
Diazepam per rectal 0 – 10
5 mg suppositoria unt BB < 12 kg menit
Prehospital
10 mg suppositoria unt BB ≥ 12 kg Airway,
Max 2 x , jarak 5 menit breathing,
circulation, 10
Hospital / menit
IGD
Diazepam 0.2 – 0.5 mg/kg IV monitoring
(Kecepatan 2 mg/menit, max 10 mg)..... ATAU
Midazolam 0.2 mg/kg IM/buccal, max 10mg Bila kejang
berhenti,
Kejang Pertimbangkan
berlanjut rumatan
5-10’ Fenotoin 5-10
mg/kg 20
Fenitoin 20 mg/kg iv Fenobarbital 20 mg/kg iv Dibagi 2 dosis menit
(diencerkan 50 ml NS selama (selama 5-10 menit; max ATAU
20 menit;Max 1000 mg) 1000 mg Fenobarbital
3-5 mg/kg/hari
Catatan Kejang Kejang Catatan : Dibagi 2 dosis
: berlanjut 5- berlanjut Dapat
Dapat 10’ 5-10’
ditambahkan
ditambah
Fenitoin 20 mg/kg iv Fenobarbital 5-10
kan Fenobarbital 20 mg/kg iv
(diencerkan 50 ml/NS mg/kg 30
Fenitoin (selama 5-10 menit; max
selama 20 menit; max menit
5-10 1000 mg
mg/kg 1000 mg)
Kejang
berlanjut
5-10’

≥ 60
(UKK Neurologi Anak, 2016) menit
ICU Refrakter SE

Midazolam
Pentobarbital
Bolus 100-200 mcg/kg IV (max 10
mg), dilanjutkan dgn infus kontinyu
Propofol Bolus 5-15 mg/kg,
100 mcg/kg/jam, dapt dimaikan 50 Bolus 1-3 mg/kg, dilajutkan dgn infus BARU
mcg/kg setiap 15 mnt (max 2 dilajutkan dgn infus kontinyu 0.5 – 5
mg/kg/jam kontinyu 2-10 mg/kg/jam mg/kg/jam
Cara pemberian obat antikonvulsan
DIAZEPAM
• Dosis maksimum pemberian diazepam rektal 10 mg, dapat diberikan 2 kali
dengan interval 5-10 menit.
• Sediaan IV tidak perlu diencerkan, maksimum sekali pemberian 10 mg
dengan kecepatan maksimum 2 mg/menit, dapat diberikan 2-3 kali dengan
interval 5 menit.
diazepam
Merupakan kelompok dari long - acting benzodiazepine
memberikan efek anxiolitic,sedatif,anticonvulsan,muscle relaxant, efek
amnestik.
Cara kerja :
Akan menempel pada stereospesific benzodiazepine reseptor pada reseptor
GABA di post synap saraf, pada sistem saraf pusat seperti pada otak, spinal
cord sehingga dapat meningkatkan efek inhibitori GABA : menginduksi tidur,
memori,anxiety,epilepsi, eksitabilitas neural
Onset : 1-3 menit IV, 2-10 menit rectal
Sediaan :
Injeksi Intravena dan Intramuskular: 5 mg/mL
Larutan rektal: 5 mg/2,5 mL tube, 10 mg/2,5mL tube
Tablet: 2mg, 5 mg
Intravena: 250 mg/50 mL, 500 mg/100 mL, 750 mg/ 150 mL
Fenitoin
• Dosis inisial maksimum adalah 1000 mg (30 mg/kgBB).
• Sediaan IV diencerkan dengan NaCl 0,9%, 10 mg/1 cc NaCL 0,9%.
• Kecepatan pemberian IV: 1mg/kg/menit, maksimum 50 mg/menit.
• Jangan diencerkan dengan cairan yang mengandung dextrose, karena akan
menggumpal.
• Sebagian besar kejang berhenti dalam waktu 15-20 menit setelah pemberian.
• Dosis rumat: 12-24 jam setelah dosis inisial.
• Efek samping: aritmia, hipotensi, kolaps kardiovaskuler pada pemberian IV
yang terlalu cepat.
fenitoin
Kelompok hyndantoin
Cara kerja :
Stabilisasi membran neural, menurunkan aktivias kejang dengan meningkatkan
pengeluaran atau menurunkan masuknya ion Na+ pada membran sel
Onset : 0,5-1 jam IV

Sediaan :
Kapsul 30 mg, 100 mg
Injeksi
100 mg/2 ml
250 mg/5 ml
Fenobarbital

• Sudah ada sediaan IV, sediaan IM tidak boleh diberikan IV.


• Dosis inisial maksimum 600 mg (20 mg/kgBB).
• Kecepatan pemberian 1 mg/kg/menit, maksimum 100 mg/menit.
• Dosis rumat: 12-24 jam setelah dosis inisial.
• Efek samping: hipotensi dan depresi napas, terutama jika diberikan
setelah obat golongan benzodiazepin.
Fenobarbital
Merupakan kelompok long-acting barbiturat,
Cara kerja :
Dengan cara menekan sensori cortex, menurunkan aktivitas motorik,
menyebabkan kantuk,sedasi dan hipnotis.
Onset : iv 5 min
Sediaan:
tablet tersedia dalam dosis 30 mg dan 100 mg.
injeksi tersedia dalam ampul dengan kekuatan 50 mg/mL.
Protokol penggunaan midazolam pada kejang
refrakter
• Rawat di ICU, intubasi, dan berikan ventilasi.
• Midazolam bolus 0,2 mg/kg (perlahan),
• kemudian drip 0,02-0,4 mg/kg/jam.
• Rumatan fenitoin dan fenobarbital tetap diberikan.
• Dosis midazolam diturunkan jika terdapat gangguan
kardiovaskuler.
• Infus midazolam diturunkan secara bertahap jika dalam 12 jam
tidak tedapat kejang.
Midazolam
Menempel pada stereospesific benzodiazepine reseptor pada reseptor GABAA di post
synap dibeberapa tempat di cns, termasuk sistem limbik dan formatio retikularis.
Meningkatkan fungsi inhibitori GABA dengan meningkat kan permeabilitas neuron
terhadap ion klorida sehingga mengahkibatkan hiperpolarisasi dan stabilisasi dari
membran neural. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas GABA dan menimbulkan
efek sedatif, relaksasi otot, menginduksi tidur, anestesia dan amnesia

Sediaan :
Sirup oral 2 mg/ml,
Larutan suntik (intravena) 1 mg/ml dan 5 mg/ml
Cairan injeksi dalam ampul 5 mg/5 mL.
Cairan injeksi dalam ampul 15 mg/3 mL.
Terapi rumatan

Jika pada tata laksana kejang akut kejang berhenti dengan diazepam, tergantung
dari etiologi. Jika penyebab kejang suatu hal yang dapat dikoreksi secara cepat
(hipoglikemia, kelainan elektrolit, hipoksia) mungkin tidak diperlukan terapi rumatan
selama pasien dirawat.
Jika penyebab infeksi SSP (ensefalitis, meningitis),
perdarahan intrakranial,
mungkindiperlukan terapi rumat selama perawatan.
Dapat diberikan fenobarbital :
• dosis awal 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, dilanjutkan dengan
• dosis 4-5 mg/kgBB/hari sampai risiko untuk berulangnya kejang tidak ada.
• Jika etiologi adalah epilepsi, lanjutkan obat antiepilepsi dengan menaikkan dosis.
Komplikasi

Komplikasi
Komplikasi Sekunder
Primer
Komplikasi primer akibat langsung dari status epileptikus
• Komplikasi tersering adalah hipoksia, asidosis laktat, hiperkalemia,hipoglikemia, syok,
hiperpireksia, gagal ginjal, dan gagal napas.
• Pada status epileptikus yang berlangsung lama terjadi kehilangan inhibisi reseptor GABA dan
perubahan fungsi reseptor GABA.
• kematian disebabkan gagalnya mekanisme kompensasi.
• Perubahan fungsi saraf otonom dan fungsi jantung (hipertensi, hipotensi, gagal jantung, atau
aritmia).
• Metabolisme otak; mulanya terjadi hiperglikemia akibat pelepasan katekolamin, namun 30-40
menit kemudian kadar glukosa akan turun.
• Seiring dengan berlangsungnya kejang, kebutuhan otak akan oksigen tetap tinggi, dan bila
tidak terpenuhi akan memperberat kerusakan otak.
• Edema otak pun dapat terjadi akibat proses inflamasi, peningkatan vaskularitas, atau
gangguan sawar darah-otak.
Komplikasi sekunder

Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan


• depresi napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan
fenobarbital.
• Efek samping propofol yang harus diwaspadai adalah propofol infusion
syndrome yang ditandai dengan rabdomiolisis, hiperkalemia, gagal ginjal, gagal
hati, gagal jantung, serta asidosis metabolik.
• Pada sebagian anak, asam valproat dapat memicu ensefalopati hepatik dan
hiperamonia.
Efek samping terkait perawatan intensif dan imobilisasi
• seperti emboli paru, trombosis vena dalam, pneumonia, serta gangguan
hemodinamik dan pernapasan harus diperhatikan.
Prognosis
• Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis;
 37% menderita defisit neurologis permanen,
 48% disabilitas intelektual.
• Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang
yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama.
• Angka kematian berkisar 16-32%
• Faktor risiko SE berulang adalah;
usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai