Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bentuk perdagangan yang pertama kali berlangsung pada zaman dahulu
sejak manusia hidup dalam alam primitif, adalah dagang tukar menukar.
Apabila seseorang memiliki barang yang tidak ia perlukan maka ia akan
menukar barang tersebut dengan barang lainnya yang diperlukannya, begitupun
sebaliknya. Pada saat itu, yang bisa ditukar hanya barang dan barang saja
(pertukaran in natura) seperti menukar padi dengan gandum. Dalam hal ini,
pertukaran dibatasi, belum ada hubungan pertukaran yang tetap karena belum
adanya sebuah pasar.
Dewasa ini, dagang dengan cara tukar menukar mengalami berbagai
kesulitan, seperti nilai pertukaran yang harus sama antara barang yang dimiliki
dan barang yang akan ditukar. Kesulitan yang terjadi diakibatkan oleh
meningkatnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat
kesulitan didirikannya hukum perdagangan agar dapat mengatur dan menata
apabila terjadi pelanggaran dalam proses perdagangan. Hukum inilah yang akan
menindak langsung apabila terjadi pelanggaran dan memberi sanksi yang sesuai
dengan KUHD.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum dagang?
2. Bagaimana hubungan hukum perdata dengan hukum dagang?
3. Apa saja bentuk-bentuk perusahaan?

1
BAB II

ISI

A. Pengertian Hukum Dagang

Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan


orang yang satu dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah
hukum perdata khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis (hukum umum),
sedangkan KUHD merupakan lex specialis (hukum khusus). Dalam
hubungannya dengan hal tersebut berlaku adagium lex specialis derogate lex
generalis (hukum khusus mengesampingkan hukum umum). Khusus untuk
bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) dipakai
sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPerdata, khususnya Buku
III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPerdata.
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda,
berdasarkan asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah
Indonesia merdeka berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945
kedua kitab tersebut berlaku di Indonesia. KUHD terdiri atas 2 buku, buku I
berjudul perdagangan pada umumnya, buku II berjudul Hak dan Kewajiban
yang timbul karena perhubungan kapal.
Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada :
1. Hukum tertulis yang dikodifikasi yaitu :
a. KUHD
b. KUH Perdata
2. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasi, yaitu peraturan perundangan khusus
yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan,
misal UU Hak Cipta.
Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur dalam
KUH Perdata yaitu tentang Perikatan, seperti jual-beli,sewa-menyewa, pinjam-
meminjam. Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur
dalam KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai

2
peraturan khusus yang belum dikodifikasi seperti tentang koperasi, perusahaan
negara, hak cipta dll.
Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal
ini dapat dimengerti karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat
dalam satu kodefikasi. Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan
hukum dagang itu sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal
perniagaan.
B. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang
Hubungan hukum perdata dengan hukum dagang dapat dikatakan saling
berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga tidak terdapat perbedaan secara
prinsipil antara keduanya. Hal ini dapat dibuktikan di dalam Pasal 1 dan Pasal
15 KUHD.
Sementara itu, dalam Pasal 1 KUHD disebutkan bahwa KUHPer
seberapa jauh dari padanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan
penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
bersangkutan, oleh kitab ini, dan oleh hukum perdata. Kemudian didalam Pasal
15 KUHD disebutkan bahwa segala persoalan tersebut dalam bab ini dikuasai
oleh persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan, oleh kitab ini, dan oleh hukum
perdata.
Dengan demikian, berdasarkan Pasal 1 dan Pasal 15 KUHD dapat
diketahui kedudukan KUHD terhadap KUHPer. Pengertiannya, KUHD
merupakan hukum yang khusus (lex specialis), sedangkan KUHPer merupakan
hukum yang bersifat umum (lex generalis), sehingga berlaku suatu asas lex
specialis derogat legi generali, artinya hukum yang khusus dapat
mengesampingkan hukum yang umum.
Beberapa pendapat sarjana membicarakan hubungan KUHPer dan
KUHD antara lain:
1. Van Kan beranggapan, bahwa hukum dagang adalah suatu tambahan
hukum perdata yaitu suatu tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus.
KUHS memuat hukum perdata dalam arti sempit sedangkan KUHD
memuat penambahan yang mengatur hal-hal khusus hukum perdata dalam
arti sempit.

3
2. Van Apeldoorn menganggap, hukum dagang suatu bagian istimewa dari
lapangan hukum perikatan yang tidak dapat ditetapkan dalam Kitab III
KUHS.
3. Sukardono menyatakan bahwa Pasal 1 KUHD memelihara kesatuan
antara hukum perdata umum dan hukum perdata dagang sekadar KUHD
tidak khusus menyimpang dari KUHPer.
4. Tirtaamijaya menyatakan bahwa hukum dagang adalah suatu hukum sipil
yang istimewa.
5. Soebekti, terdapatnya KUHD disamping KUHPer sekarang ini dianggap
tidak pada tempatnya oleh karena itu sebenarnya hukum dagang tidak lain
dari pada hukum perdata dan perkataan dagang bukan suatu pengertian
ekonomi.
6. Purwosutjipto, bahwa hukum dagang terletak dalam lapangan hukum
perikatan, yang khusus timbul dari lapangan perusahaan
C. Bentuk-bentuk Perusahaan
Dalam suatu usaha swasta, modal usahanya dimiliki seluruhnya atau
sebagian besar oleh pihak swasta. Usaha swasta ini dilihat dari besar kecilnya
skala usaha terdiri dari usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Usaha
swasta jumlahnya paling banyak jika dibandingkan dengan usaha negara dan
usaha koperasi. Oleh karena itu, perannya cukup besar di dalam perekonomian
nasional. Usaha swasta dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk usaha/organisasi
perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan Perorangan/Usaha Dagang (UD)
Perusahaan Perorangan/Usaha Dagang (UD) yang merupakan
bentuk usaha paling sederhana adalah usaha swasta yang pengusahanya satu
orang. Yang dimaksud dengan pengusaha di sini adalah pemilik perusahaan.
Modal atau investasi yang dimaksud dapat berupa uang, benda, atau tenaga
(keahlian), yang semuanya bernilai uang.
Kemungkinan, bahkan sering terjadi, di dalam operasionalnya
sebuah perusahaaan perorangan melibatkan banyak orang. Orang-orang
tersebut merupakan pekerja atau buruh, sedangkan pengusaha atau pemilik
perusahaan tetap jumlahnya tunggal. Artinya, yang bertanggung jawab,

4
menanggung risiko, dan menikmati keuntungan hanya satu orang saja,
sedangkan yang lainnya adalah orang yang bekerja di bawah pimpinan
pengusaha dengan menerima upah.
Bentuk usaha perorangan memiliki kelebihan dalam hal
pengambilan keputusan dan bertindak cepat untuk memanfaatkan peluang
bisnis yang ada. Kelemahannya adalah dari segi pengumpulan modal yang
besar untuk menghadapi berbagai persaingan dan peluang bisnis.
Belum terdapat pengaturan yang resmi dalam satu perundang-
undangan khusus tentang usaha dagang. Namun dalam praktek
keberadaannya diakui masyarakat. Berbagai perundang-undangan di bidang
perpajakan, perizinan, dan lain-lain juga menyebutkan adanya bentuk usaha
tersebut walaupun tidak mengaturnya secara terinci. Oleh karena itu,
sumber hukumnya adalah kebiasaan dan jurisprudensi. Di luar negeri
bentuk usaha dagang tersebut juga diakui keberadaannya, sebagai one man
corporation. Di Inggris dinamakan sole trader dan di Amerika Serikat
dinamakan sole proprietorship.
Karena belum diatur dalam undang-undang, maka tata cara
pendirian usaha dagang ini cukup sederhana. Tidak ada keharusan untuk
membuat dalam bentuk tertulis dengan akta notaris. Dalam hal ini
diserahkan kepada pengusaha itu untuk menentukannya sendiri apakah
cukup didirikan secara lisan, dengan akta di bawah tangan, atau dengan akta
notaris (akta otentik). Walaupun demikian, dalam praktek usaha dagang
seringkali didirikan dengan membuat akta notaris. Pendirian dengan akta
notaris ini memang lebih baik untuk kepentingan pembuktian.
Setelah usaha dagang terbentuk dengan atau tanpa akta
notaris,terdapat beberapa kewajiban hukum lainnya yang harus dilakukan
pengusaha supaya dapat beroperasi di lapangan. Kewajiban tersebut antara
lain sebagai berikut :
a. Memperoleh Tanda Daftar Perusahaan (TDP) pada Departemen
Perindustrian dan Perdagangan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

5
b. Memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau surat izin usaha
industri, sesuai dengan bidang usahanya, pada Departemen
Perindustrian dan Perdagangan .
c. Memperoleh Surat Izin Tempat Usaha (SITU) melalui pemerintah
daerah setempat sesuai dengan peraturan daerah di lokasi usaha.
d. Memperoleh izin berdasarkan Undang-Undang Gangguan (Hinder
Ordonnantie=HO Stb 1926 No.226) atau melakukan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan lingkungan hidup. HO dan AMDAL hanya diperlukan untuk
bidang usaha tertentu yang dapat membahayakan lingkungan.
Pengusaha yang mendirikan usaha dagang bertanggung jawab
secara pribadi terhadap segala risiko usaha dan terhadap pihak kreditur
perusahaan. Tanggung jawab pribadi terhadap segala perikatan perusahaan
tersebut melekat dengan seluruh kekayaan (hak milik) pribadi yang ada
pada pengusaha tersebut. Di sini tidak ada pemisahan antara harta kekayaan
perusahaan (Usaha Dagang) dengan harta kekayaan pribadi pemilik
perusahaan.
2. Persekutuan Perdata
Persekutuan perdata merupakan bentuk usaha perkumpulan yang
paling sederhana. Persekutuan Perdata adalah suatu perjanjian antara dua
orang atau lebih, masing-masing memasukkan modal untuk menjalankan
suatu usaha.
Kelebihan Persekutuan perdata dibandingkan usaha dagang adalah
dalam pengumpulan modal, sedangkan kelemahannya pada penonjolan
kemampuan pribadi para pengusaha dan pada kepemimpinan/kepemilikan
ganda yang membuka kemungkinan timbulnya perselisihan.
Persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1618 -1652 KUH Perdata.
Persekutuan Perdata didikan atas dasar perjanjian saja, dan tidak
mengharuskan adanya syarat tertulis, artinya dapat didirikan dengan lisan
saja. Apabila seorang sekutu mengadakan hubungan dengan hukum dengan
pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung
jawab atas perbuatan perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak ketiga

6
itu, walaupun dia mengatakan bahwa perbuatannya untuk kepentingan
sekutu, kecuali jika sekutu-sekutu lainnya memang nyata-nyata
memberikan kuasa atas perbuatannya. Contohnya anggota Persekutuan
Perdata ABC yang sekutunya terdiri dari Ali, Badu, dan Cecep, maka
semuanya dapat bertindak ke luar atas nama atau untuk kepentingan
Persekutuan perdata ABC tersebut. Apabila seorang saja bertindak,
katakanlah A terhadap ketiga misalnya Danu, maka maka A sajalah yang
bertanggung jawab kepada Danu, kecuali A dalam perbuatannya tersebut
nyata-nyata mendapatkan kuasa dari Badu dan Cecep. Persekutuan Perdata
berakhir/ bubar apabila :
a. waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
b. barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
c. seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
d. dan lain-lain
3. Persekutuan Firma (Fa)
Fa merupakan suatu persekutuan. Dikatakan persekutuan karena
pengusahanya merupakan sekutu (partner) yang lebih dari satu orang. Fa
adalah tiap persekutuan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan
di bawah satu nama bersama dan bertanggung jawab secara tanggung
menanggung.
Kelebihan Fa dibandingkan Persekutuan Perdata adalah Fa lebih
terbuka atau terang-terangan terhadap pihak ketiga, sehingga akan
mendapatkan kepercayaan yang lebih dibanding Persekutuan Perdata yang
dianggap usaha perseorangan oleh pihak ketiga.
Fa diatur dalam KUHD Pasal 16 - 35 KUHD. Di samping itu,
terdapat pula beberapa ketentuan yang relevan di dalam KUH Perdata,
antara lain ketentuan tentang persekutuan perdata dan perikatan. Firma
harus didirikan dengan akta notaris, namun demikian jika Fa tersebut telah
menimbulkan kerugian terhadap pihak ketiga, pendirian tanpa akte notaris
pun telah dianggap berdiri. Kemudian Akta pendirian tersebut harus
didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan melalui
Berita Negara. Apabila pembuatan akta, pendaftaran, dan pengumuman

7
selesai dilakukan, Fa tersebut telah berdiri dan untuk menjalankan operasi
bisnis masih perlu melengkapi dengan beberapa izin dan persyaratan
lainnya sebagaimana telah diuraikan pada usaha dagang, antara lain daftar
perusahaan, SIUP, SII, SITU, dan HO/AMDAL. Setiap sekutu Fa dapat
melakukan perikatan atau hubungan hukum dengan pihak ketiga untuk dan
atas nama perseroan, tanpa perlu adanya surat kuasa khusus dari sekutu
lainnya. Misalnya, Fa ABC yang sekutunya terdiri dari Ali, Badu, dan
Cecep, maka semuanya dapat bertindak ke luar atas nama atau untuk
kepentingan Fa ABC tersebut. Apabila seorang saja bertindak, katakanlah
A, maka secara hukum juga mengikat B dan C. Artinya, pihak ketiga,
misalnya D, apabila merasa dirugikan oleh A ia dapat menggugat baik A, B
maupun C sendiri-sendiri atau ketiganya di pengadilan. Tanggung jawab
demikian dinamakan tanggung jawab renteng atau tanggung menanggung
atau tanggung jawab solider. Harta kekayaan yang dapat digugat tidak
terbatas hanya pada harta kekayaan perusahaan (Fa) saja, tetapi meliputi
juga karta kekayaan pribadi masing-masing pengusaha tersebut. Misalnya
kekayaan yang ada di rumah atau di tempat lainnya.
Firma dianggap bubar apabila :
a. waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
b. barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
c. seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
Dalam prakteknya, pengunduran sendiri seorang anggota tidak
selalu membuat firma menjadi bubar. Sering kita lihat bahwa seorang
anggota firma yang mundur digantikan oleh orang lain dengan tetap
mempertahankan firma yang ada. Pasal 31 KUHD mengatur bahwa
pembubaran firma sebelum waktu yang ditentukan (karena pengunduran
diri atau pemberhentian) harus dilakukan dengan suatu akte otentik,
didaftarkan pada Pengadilan Negeri, dan diumumkan dalam Berita Negara.
Apabila hal ini tidak dilakukan maka firma tetap dianggap ada terhadap
pihak ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu
dilakukan atas nama perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus

8
perseroan, kecuali apabila ditunjuk orang lain dalam akte pendirian atau
persetujuan kemudian, atau semua pesero (berdasarkan suara terbanyak)
mengangkat seseorang untuk menyelesaikan pembubaran. KUHD tidak
mengatur tugas-tugas mereka, hal itu diserahkan kepada para pesero. Pasal
1802 KUHPer mengatur bahwa orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan
pembubaran harus mempertanggung jawabkan segala usaha dan hasil-
hasilnya kepada para pesero dan berkewajiban mengganti kerugian apabila
perseroan menderita kerugian karena perbuatannya. Setelah urusan dengan
orang yang ditugaskan ini selesai, maka pembagian kepada para pesero
dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, firma masih berjalan sehingga proses
likuidasi benar-benar selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba, dan
apabila terjadi kekurangan maka itu adalah kerugian. Apabila suatu firma
jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun jatuh pailit karena hutang-hutang
firma juga menjadi hutang-hutang mereka yang harus ditanggung sampai
dengan kekayaan pribadi.
4. Persekutuan Komanditer/Commanditaire Vennottchap (CV)
CV merupakan persekutuan terbuka yang terang-terangan
menjalankan perusahaan, yaitu di samping satu orang atau lebih sekutu
biasa yang bertindak sebagai pengurus, mempunyai satu orang atau lebih
sekutu diam yang bertanggung jawab atas jumlah pemasukannya. CV
merupakan pengembangan lebih lanjut dari bentuk usaha Fa. Di dalam CV
ini masih terdapat ciri Fa yang melekat pada sekutu pengurus (sekutu
komplementer, sekutu aktif). Sedangkan unsur tambahan pada CV yang
berbeda dengan Fa adalan pada munculnya sekutu diam (sekutu komanditer,
sekutu pasif). Sekutu diam (sleeping partner) ini tidak dikenal Pada Fa.
Kelebihan CV justru pada adanya sekutu diam tersebut, CV lebih
fleksibel karena tersedianya sarana bagi pemodal untuk berinvestasi di
dalam pembentukan CV, sementara yang bersangkutan sendiri tidak perlu
bertindak sebagai pengurus, cukup sebagai sekutu diam saja. Pada Fa semua
sekutunya merupakan pengurus sama dengan sekutu aktif (active partner)
pada CV. Bentuk usaha CV ini merupakan suatu bentuk peralihan yang

9
berada di antara Fa dan PT. Dalam CV terkandung, baik ciri Fa maupun ciri
PT.
CV secara khusus diatur dalam Pasal 19 - 21 KUHD. Sama halnya
juga dengan Fa, di samping ketentuan khusus tersebut, berlaku ketentuan
umum yang terdapat dalam KUH Perdata, yaitu tentang persekutuan perdata
dan perikatan. Sama halnya juga dengan Fa, CV adalah persekutuan yang
melibatkan lebih dari satu orang pengusaha. Oleh karena itu, pendiriannya
harus melalui pembuatan suatu perjanjian pendirian meskipun secara lisan.
Pembuatan perjanjian ini tunduk pada aturan hukum perjanjian. Perjanjian
inilah yang kemudian didaftarkan dan diumumkan.
Setelah pendirian tersebut selesai, pengusaha harus mendaftarkan
perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan
undang-undang tentang wajib daftar perusahaan dan mengurus berbagai
macam perizinan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Sebagaimana dijelaskan bahwa di dalam CV ini terdapat dua macam
sekutu, yaitu sekutu aktif yang di samping menanamkan modal ke dalam
perusahaan juga bertugas mengurus perusahaan dan sekutu pasif atau sekutu
diam yang hanya memasukkan modal, tetapi tidak terlibat di dalam
pengurusan perusahaan. Akibatnya, terdapat juga dua macam tanggung
jawab sekutu CV. Sekutu aktif bertanggung jawab tidak saja terbatas pada
kekayaan CV, tetapi juga kekayaan pribadi (kalau diperlukan). Di sini persis
sama dengan sekutu pada sebuah Fa. Lain halnya dengan sekutu pasif yang
hanya bertanggung jawab terbatas pada modal yang dimasukkan saja.
Berakhirnya Persekutuan Komanditer boleh dikatakan sama dengan
berakhirnya persekutuan Firma, yaitu dianggap bubar apabila :
a. Waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
b. Barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
c. Seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
Dalam prakteknya, pengunduran diri seorang anggota tidak selalu
membuat persekutuan komanditer menjadi bubar. Sering kita lihat bahwa
seorang anggota persekutuan komanditer yang mundur digantikan oleh
orang lain dengan tetap mempertahankan persekutuan yang ada.

10
Pasal 31 KUHD mengatur bahwa pembubaran persekutuan (firma
ataupun komanditer) sebelum waktu yang ditentukan (karena pengunduran
diri atau pemberhentian) harus dilakukan dengan suatu akte otentik,
didaftarkan pada Pengadilan Negeri, dan diumumkan dalam Berita Negara.
Apabila hal ini tidak dilakukan maka persekutuan tetap dianggap ada
terhadap pihak ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu
dilakukan atas nama perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus
perseroan, kecuali apabila ditunjuk orang lain dalam akte pendirian atau
persetujuan kemudian, atau semua pesero (berdasarkan suara terbanyak)
mengangkat seseorang untuk menyelesaikan pembubaran. KUHD tidak
mengatur tugas-tugas mereka, hal itu diserahkan kepada para pesero. Pasal
1802 KUHPer mengatur bahwa orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan
pembubaran harus mempertanggung jawabkan segala usaha dan hasil-
hasilnya kepada para pesero dan berkewajiban mengganti kerugian apabila
perseroan menderita kerugian karena perbuatannya. Setelah urusan dengan
orang yang ditugaskan ini selesai, maka pembagian kepada para pesero
dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, persekutuan masih berjalan sehingga
proses likuidasi benar-benar selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba,
dan apabila terjadi kekurangan maka itu adalah kerugian. Apabila suatu
persekutuan komanditer jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun jatuh
pailit karena hutang-hutang persekutuan juga menjadi hutang-hutang
mereka yang harus ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali
untuk pesero komanditer, di mana ia hanya menanggung sebatas modal
yang telah disetornya.
5. Perseroan Terbatas (PT)
Dalam UU No.1 tahun 1995 tentang PT ditentukan bahwa PT adalah
badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.

11
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu badan
hukum. PT berbeda dengan UD, Fa, dan CV yang bukan badan hukum.
Sebagai badan hukum dalam PT terdapat pemisahan kekayaan antara milik
perusahaan dengan milik pribadi pengusaha. Di samping itu, sebagai badan
hukum PT wajib mendapatkan pengesahaan dari pemerintah, dalam hal ini
Menteri Kehakiman. Bentuk usaha yang bukan badan hukum tidak memiliki
kewajiban demikian. Dalam pengertian tersebut juga disebutkan bahwa PT
didirikan berdasarkan perjanjian. Maksudnya PT bukanlah perusahaan
perorangan seperti UD, tetapi suatu persekutuan sama halnya dengan Fa dan
CV didirikan oleh lebih dari satu orang. Untuk mendirikan sebuah PT paling
kurang harus terdapat dua orang. Banyaknya orang yang terlibat dalam
sebuah PT memungkinkan adanya akumulasi modal yang lebih banyak,
yang merupakan ciri PT yang membedakan dengan badan hukum lain. Pada
sebuah PT modalnya dibagi ke dalam saham-saham (shares, stocks).
Terdapat dua macam PT, yaitu PT tertutup yang disingkat PT
merupakan perseroan terbatas yang modalnya dimiliki para pemegang
saham yang masih saling mengenal satu sama lainnya. Misalnya anggota
keluarga, sahabat, kenalan, dan tetangga yang pendiriannya tunduk pada
UUPT. Disamping itu, PT terbuka yang pada nama perusahaannya memakai
singkatan PT (pada awal) dan Tbk (pada akhir) nama PT tersebut. Dalam
PT terbuka pemegang sahamnya sudah tidak saling mengenal lagi. Bahkan,
sampai melintasi batas-batas negara.
PT terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan
penawaran umum, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal. Pendirian PT terbuka, di samping harus memenuhi ketentuan
UUPT dan peraturan pelaksanaannya, juga ketentuan Undang-Undang
tentang Pasar Modal (UUPM) dan peraturan pelaksanaannya. PT
merupakan bentuk usaha yang paling luwes dan ideal dalam rangka
memupuk keuntungan, namun terdapat juga kelemahannya yaitu
kemungkinan adanya spekulasi, manipulasi, dan kecerobahan pengelolaan.

12
Dahulu PT diatur KUHD, yaitu dalam Pasal 36 - 56. Pengaturan ini
tentunya tidak cukup menampung berbagai aspek PT yang sudah demikian
berkembang akibat perkembangan perekonomian dan dunia usaha. Oleh
karena itu, dikeluarkanlah UUPT untuk menggantikan ketentuan dalam
KUHD tersebut. Khusus untuk PT Penanaman Modal Asing disamping
UUPT berlaku Undang- Undang tentang Penanaman Modal Asing, karena
melibatkan modal nasional dan modal asing.
6. Perusahaan Negara
Perusahaan negara yang sering juga disebut Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) adalah perusahaan yang dimiliki secara mutlak ataupun
sebagian besar oleh negara. Pengaturan BUMN di Indonesia terdapat dalam
UU No. 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara. Pengaturan
lebih lanjut terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1998. Di dalam undang-undang tersebut ditentukan tiga
bentuk usaha negara yaitu :
a. Perusahaan Jawatan (Perjan);
b. Perusahaan Umum (Perum); dan
c. Perusahaan Perseroan (Perseroan).
Di luar undang-undang tersebut masih terdapat bentuk-bentuk usaha
negara lainnya yang sifatnya khusus, seperti Pertamina yang diatur dalam
undang-undang tersendiri. Dan terdapat juga Perusahaan Daerah (PD) yang
diatur dalam UU No. 5 Tahun 1962. Pendirian sebuah BUMN berbeda
dengan pendirian usaha swasta. Di sini peranan pemerintah cukup besar
dalam penetapan anggaran dasar perusahaan, tujuan, status keuangan,
metode operasi, manajemen dan sebagainya yang disertai dengan tindakan
legislatif ataupun eksekutif untuk menyediakan dana sebagai modal
perusahaan. Kecuali untuk perjan, BUMN juga harus didaftarkan sesuai
dengan ketentuan wajib daftar perusahaan dan menaati ketentuan perizinan.
Klasifikasi BUMN :
a. Perjan
Perjan adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan
negara yang tidak dipisahkan. Perjan merupakan bagian dari instasi

13
pemerintah tertentu dan pegawainya adalah pegawai negeri sipil yang
tunduk pada perundang-undangan kepegawaian yang berlaku. Oleh
karena itu, Perjan bukan merupakan badan hukum. Tujuan Perjan adalah
semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang
sifatnya tidak mencari laba (non-commercial corporation).
b. Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan
negara yang dipisahkan. Oleh karena itu, Perum merupakan badan
hukum publik. Pekerja di Perum merupakan pegawai perusahaan negara
yang diatur secara khusus. Perum ini bergerak dalam bidang-bidang
usaha tertentu yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak. Pegawai Perum merupakan buruh/pekerja yang tindak
pada hukum perburuhan/ ketenaga kerjaan yang berlaku. Jadi, statusnya
sama dengan mereka yang bekerja di perusahaan swasta. Tujuan Perum
di samping memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak juga
mencari keuntungan (commercial and social service corporation).
Perum adalah badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya
dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak
terbagi atas saham. Perum didirikan dengan Peraturan Pemerintah yang
menetapkan antara lain besarnya kekayaan negara yang dipisahkan
untuk penyertaan ke dalam modal Perum dan penunjukan Menteri
Keuangan selaku wakil pemerintah. Perum memperoleh status badan
hukum setelah peraturan pemerintah pendirian Perum berlaku. Maksud
dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu
tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan.
c. Persero
Persero adalah BUMN yang seluruh atau sebagian besar
modalnya terdiri dari kekayaan negara yang dipisahkan. Persero
merupakan badan hukum swasta yang tunduk pada prinsip-prinsip

14
aturan Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana diatur di dalam UUPT.
Pegawai Persero adalah pekerja atau buruh yang tunduk pada
perundang-undangan ketenagakerjaan atau perburuhan. Tujuan Persero
sama dengan tujuan PT swasta, yaitu mencari laba (commercial
corporation).
Dalam PP No. 12 Tahun 1998 ditegaskan bahwa terdapat dua
macam Persero yaitu Persero dan Persero Terbuka. Persero adalah
badan usaha milik negara seluruh atau paling sedikit 51% saham yang
dikeluarkannya dimiliki oleh negara melalui pernyataan modal secara
langsung. Sedangkan Persero terbuka adalah Persero yang modalnya
dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau
persero yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal”.
Pengertian modal negara ke dalam modal saham Persero
ditetapkan dengan peraturan pemerintah yang memuat maksud
penyertaan dan besarnya kekayaan negara yang dipisahkan untuk
penyertaan modal tersebut.
7. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan. Dari definisi tersebut terdapat koperasi yang para
anggotanya terdiri dari orang seorang yang disebut koperasi primer dan
koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi yang disebut
koperasi sekunder. Baik koperasi primer maupun koperasi sekunder
merupakan badan hukum.
Usaha koperasi (cooperative) diatur dalam UU No. 12 Tahun 1992
tentang Perkoperasiaan. Undang-Undang tersebut dibuat mengacu terutama
pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa perekonomian
Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Dalam penjelasan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut
ditambahkan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

15
kemakmuran orang seorang. Dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
adalah koperasi. Untuk mendirikan sebuah koperasi primer dibutuhkan
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang sebagai anggota. Dan untuk
mendirikan sebuah koperasi sekunder sekurang-kurangnya terdapat tiga
koperasi :
a. Daftar nama pendiri
b. Nama dan tempat kedudukan
c. Maksud dan tujuan serta bidang usaha
d. Ketentuan mengenai keanggotaan
e. Ketentuan mengenai rapat anggota
f. Ketentuan mengenai pengelolaan
g. Ketentuan mengenai permodalan
h. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
i. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha
j. Ketentuan mengenai sanksi.
Akta pendirian tersebut diperlukan juga untuk mendapatkan
pengesahan badan hukum koperasi, yang perlu dimintakan secara tertulis
kepada Pemerintah. Untuk mendapatkan pengesahan status badan hukum
koperasi, para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai atau
pendirian koperasi. Pengesahaan tersebut diberikan dalam jangka waktu tiga
waktu tiga bulan setelah diterimanya permintaan pengesahaan. Jangka
waktu yang sama juga diberikan kepada pemerintah untuk memberitahukan
secara tertulis kepada pendiri koperasi apabila terjadi penolakan.
Selanjutnya pengesahan pemerintah tersebut diumumkan dalam Berita
Negara. Dan sama halnya juga dengan bentuk usaha lainnya koperasi harus
didaftarkan sesuai dengan undang-undang wajib daftar perusahaan dan
diurus berbagai perizinan operasional usaha.
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus,
dan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di
dalam koperasi yang bertugas menetapkan antara lain anggaran dasar,
pengurus dan pengawas, rencana kerja, dan pembagian Sisa Hasil Usaha
(SHU). Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk

16
mencapai mufakat atau apabila tidak berhasil berdasarkan suara terbanyak.
Dalam pemungutan suara setiap anggota mempunyai satu suara. Sedangkan
hak suara pada koperasi sekunder diatur dalam anggaran dasarnya. Rapat
anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam setahun. Pengawas dipilih
dari/dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota untuk masa jabatan 5
tahun. Pengurus bertugas antara lain mengelola koperasi dan usahanya,
mengajukan rancangan kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan
belanja koperasi, dan menyelenggarakan pembukuan, laporan keuangan,
dan rapat anggota. Apabila diperlukan untuk pengelolaan usaha sehari-hari
pengurus dapat menyangkut pengelola berdasarkan hubungan kerja atas
dasar perikatan dan bertanggung jawab kepada pengurus. Pengangkatan
pengelola demikian perlu mendapatkan persetujuan rapat anggota.
Pengawas juga dipilih dari/dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota
yang tugasnya adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan koperasi dan membuat laporan tertulis tentang
hasil pengawasannya. Untuk itu, pengawas berwenang meneliti catatan
yang ada pada koperasi dan mendapatkan segala keterangan yang
diperlukan. Di samping itu, pengawas harus merahasiakan hasil
pengawasannya terhadap pihak ketiga. Bagi seorang wirausaha
(entrepreneur ) atau yang lebih beken disebut pengusaha, mengembangkan
sebuah usaha adalah mutlak untuk kemajuan perusahaan dan usahanya.
Sebab seperti layaknya roda kehidupan yang semakin lama semakin cepat
berputar demikian pula sebuah usaha. Sehingga bagi pengusaha yang sudah
establish tentunya menginginkan perkembangan usahanya.
Namun terkadang perkembangan atau kemajuan usaha itu tidak
dibarengi dengan kemampuan modal. Salah satu cara yang bisa ditempuh
adalah dengan franchaise. Franchaise diartikan dalam bahasa Indonesia
sebagai waralaba. Yaitu perusahaan atau seseorang (franchisee) yang
diberikan hak untuk menggunakan merek, cipta, paten untuk menyalurkan
produk/ jasa pihak franchisor) dengan memberikan imbalan (fee) Di
Indonesia aturan tentang Waralaba diatur didalam Peraturan Pemerintah No
16 tahun 1997 Pasal 1 dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa

17
waralaba adalah perikatan/ perjanjian dimana salah satu pihak diberikan hak
untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual
(HAKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak
lain. Dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa. Dari
pengertian diatas dapat dikatakan bahwa sebuah waralaba adalah suatu
perbuatan untuk melakukan perikatan/ perjanjian. Sedangkan perjanjian
atau perikatan diatur dalam KUH Perdata buku III tentang perikatan pasal
1313 tentang perjanjian, pasal 1320, tentang sahnya perjanjian, dan
ketentuan pasal 1338 akibat persetujuan.
Penggunaan sistem waralaba bagi produk asing juga berpatokan
dengan PP tersebut, Sedangkan bentuk perjanjian tidak baku bersifat
dibawah tangan sehingga tidak wajib diketahui oleh notaris sepanjang tidak
bertentangan Undang-undang (Pasal 1 ayat 2)dan ditulis dalam bahasa
Indonesia ( Pasal 2 ayat 1 dan 2), Selanjutnya pemberi waralaba sebelum
mengadakan perjanjian dengan penerima waralaba diwajibkan untuk
memberikan keterangan mengenai kegiatan usaha, menerangkan hak atas
HAKI, hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang harus dipenuhi,
pengakhiran, pembatalan atau perpanjangan perjanjian.

18
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
turut melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan atau hukum yang
mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama
lainnya dalam lapangan perdagangan. Berdasarkan Pasal 1 dan Pasal 15 KUHD
dapat diketahui kedudukan KUHD terhadap KUHPer. Pengertiannya, KUHD
merupakan hukum yang khusus (lex specialis), sedangkan KUHPer merupakan
hukum yang bersifat umum (lex generalis), sehingga berlaku suatu asas lex
specialis derogat legi generali, artinya hukum yang khusus dapat
mengesampingkan hukum yang umum.

Sebelum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para


pedagang saja yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938
pengertian perbuatan dagang menjadi lebih luas dan dirubah menjadi perbuatan
perusahaan yang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi setiap
pengusaha (perusahaan).Bentuk-bentuk perusahaan secara garis besar dapat
diklasifikasikan dan dilihat dari jumlah pemiliknya, yaitu perusahaan perseorangan
dan persekutuan. Sedangkan jika dilihat dari status hukumnya, yaitu perusahaan
berbadan hukum dan bukan berbadan hukum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Farida. 2009. Hukum Dagang. Sinar Grafika: Jakarta.

Suwardi. 2015. Hukum Dagang Suatu Pengantar. Deepublish:Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai