Anda di halaman 1dari 14

Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa (Asidosis dan Alkalosis)

Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah
tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ.

Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH darah normal
berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35.
Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45,
dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.

jenis gangguan keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas menghirup
oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2). CO2 adalah zat yang bersifat
asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi keseimbangan pH darah, sehingga
dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis yang disebabkan oleh
gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik.

Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh tidak seimbang
atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan asam atau basa dari dalam
tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua kondisi di atas disebut asidosis metabolik
dan alkalosis metabolik.

Gejala Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Gejala gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan yang dialami. Di
bawah ini akan dijelaskan dengan lebih rinci mengenai gejala pada masing-masing gangguan
tersebut.

Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang (kronis).
Umumnya asidosis respiratorik kronis tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun pada beberapa
kasus, penderita dapat mengalami hilang ingatan, gangguan tidur, dan perubahan kepribadian.
Sedangkan pada asidosis respiratorik akut, gejala awalnya adalah sakit kepala, cemas, gelisah,
bingung, dan penglihatan kabur. Bila tidak segera ditangani, dapat muncul gejala lain seperti
lemas, sesak napas, penurunan kesadaran, hingga koma.

Asidosis metabolic

Gejala asidosis metabolik cukup beragam. Beberapa penderita kondisi ini umumnya memiliki
napas yang beraroma buah. Gejala tersebut merupakan tanda ketoasidosis diabetik atau asidosis
metabolik yang terjadi pada pasien diabetes. Ketoasidosis diabetik termasuk kondisi berbahaya,
yang dapat mengganggu fungsi hati dan ginjal.

Gejala lain asidosis metabolik meliputi:

 Pusing  Mudah mengantuk


 Mudah lelah
 Sakit kepala  Napas cepat dan dalam
 Nafsu makan menurun  Detak jantung meningka

Alkalosis respiratorik
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Kondisi
tersebut dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang dapat terjadi akibat rendahnya kadar
karbondioksida dalam darah, antara lain:

 Pusing  Kesemutan
 Kembung  Nyeri dada
 Mulut kering  Sesak napas
 Kram otot di tangan dan kaki  Gangguan irama jantung

Alkalosis metabolic
Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika penderita
bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam
darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh meningkat.
Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering menyertai alkalosis
metabolik. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami gejala seperti mudah lelah, nyeri otot,
sering buang air kecil (poliuria), dan gangguan irama jantung (aritmia).
Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku membiru, sesak napas,
kram dan kejang otot, serta mudah marah.
Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi yang berbeda
pula. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh gangguan pada paru-paru.
Sedangkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu oleh masalah pada organ ginjal.
Di bawah ini akan dijelaskan penyebab pada tiap jenis gangguan keseimbangan asam basa.

Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang memengaruhi
fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis
respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2. Sejumlah kondisi yang
dapat memicu asidosis respiratorik kronis, antara lain:
 Asma.
 Penyakit paru obstruktif kronis.
 Edema paru.
 Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.
 Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya obesitas atau
skoliosis.
Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:
 Henti jantung.
 Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.
 Kelemahan otot pernapasan.
 Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
 Overdosis obat penenang.

Asidosis metabolic
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat ginjal hanya
mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam beberapa jenis,
yaitu:
a) Asidosis diabetik. Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik terjadi ketika tubuh
kekurangan insulin, sehingga lemak yang dipecah bukan karbohidrat. Pemecahan lemak
ini mengakibatkan keton darah yang bersifat asam meningkat. Kondisi ini lazim lebih
sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol.
b) Asidosis hiperkloremik. Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh kurangnya kadar
natrium bikarbonat dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare
c) Asidosis laktat. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat. Asidosis laktat
dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal jantung,
kejang, gagal hati, kadar gula darah rendah, serta kekurangan oksigen dan olahraga yang
berlebihan.
Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
dehidrasi berat, dan keracunan aspirin.

Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi ketika
seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan oleh
perasaan panik dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis respiratorik adalah:

 Demam tinggi  Penyakit liver


 Berada di dataran tinggi  Kekurangan oksigen
 Penyakit paru  Keracunan salisilat

Alkalosis metabolic
Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa. Beberapa
hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:
 Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan elektrolit.
 Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.
 Penyakit kelenjar adrenal.
 Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).

Diagnosis Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Ada beberapa metode pemeriksaan untuk mendiagnosis gangguan keseimbangan asam basa, di
antaranya adalah:
1) Analisa gas darah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh
darah arteri di pergelangan tangan, lengan, atau selangkangan. Analisa gas
darah mengukur sejumlah unsur yang memengaruhi keseimbangan asam basa, meliputi:
2) pH darah
Tingkat keseimbangan asam basa dinilai normal bila pH darah berada dalam kisaran 7,35
sampai 7,45. Kadar pH yang kurang dari 7,35 dinilai terlalu asam.
3) Bikarbonat
Bikarbonat adalah zat kimia yang berfungsi menyeimbangkan kadar asam dan basa.
Kadar bikarbonat normal berkisar antara 22-28 mEq/L.
4) Saturasi oksigen
Saturasi oksigen adalah ukuran kadar oksigen yang dibawa oleh hemoglobin di dalam sel
darah merah. Nilai saturasi oksigen (SaO2) normal berkisar antara 94-100 persen.
5) Tekanan parsial oksigen
Tekanan parsial oksigen (PaO2) merupakan ukuran tekanan oksigen yang larut dalam
darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik oksigen mengalir dari paru-paru ke darah.
PaO2 normal berada dalam rentang 75-100 mmHg.
6) Tekanan parsial karbondioksida
Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) adalah ukuran tekanan CO2 yang larut dalam
darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik CO2 keluar dari tubuh. Nilai normal PaCO2
berada dalam kisaran 38-42 mmHg.
7) Tes darah metabolic
Tes darah untuk melihat kelainan metabolik dilakukan dengan mengambil sampel darah
pasien melalui pembuluh darah vena di tangan atau lengan. Selain digunakan untuk
mengukur kadar pH darah, tes ini juga mengukur sejumlah unsur kimia dalam darah
seperti gula darah, protein, kalsium, dan elektrolit.

8) Pemeriksaan paru-paru
Pada pasien yang diduga mengalami asidosis respiratorik, dokter akan menjalankan
Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-parunya. Selain Rontgen dada, dokter dapat
menjalankan tes fungsi paru seperti spirometri dan plethysmography. Spirometri adalah
pemeriksaan untuk mengukur jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan.
Sedangkan plethysmography bertujuan mengukur volume udara di dalam paru-paru.
Selain melalui pemeriksaan sampel darah, gangguan keseimbangan asam basa dapat didiagnosis
melalui tes urine (urinalisis). Melalui urinalisis, dapat menjadi tanda perubahan kadar asam basa
pada pasien.

Pengobatan Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Pengobatan gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan yang dialami.
1. Asidosis respiratorik
Salah satu metode pengobatan pada asidosis respiratorik adalah dengan obat-obatan, yang
meliputi:
 Antibiotik, untuk menangani infeksi.
 Bronkodilator, untuk melebarkan saluran pernapasan.
 Diuretik, untuk mengurangi kelebihan cairan di jantung dan paru-paru.
 Kortikosteroid, guna mengurangi peradangan.
Asidosis respiratorik juga dapat ditangani dengan metode yang disebut continuous
positive airway pressure (CPAP). Pada terapi ini, pasien akan diminta mengenakan
masker di hidung dan/atau mulut. Kemudian, mesin yang terhubung ke masker tadi, akan
mengalirkan udara bertekanan positif ke saluran pernapasan.
2. Asidosis metabolic
Pengobatan asidosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya, di
antaranya:
 Infus natrium bikarbonat pada asidosis hiperkloremik.
 Suntik insulin pada penderita asidosis diabetik.
 Pemberian pengganti cairan tubuh melalui suntik.
 Detoksifikasi pada asidosis yang mengalami keracunan obat atau alkohol.
Pada penderita asidosis laktat, dokter dapat memberikan suplemen bikarbonat atau suntik
pengganti cairan tubuh. Pemberian oksigen atau antibiotik juga dapat dilakukan,
tergantung kepada penyebab yang mendasarinya.
3. Alkalosis respiratorik
Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat
menyarankan pasien menghirup karbondioksida. Pertama-tama, buang napas ke dalam
kantong kertas. Kemudian, hirup karbondioksida di dalam kantong tadi. Ulangi langkah
tersebut hingga beberapa kali. Cara ini bisa membantu menaikkan kadar karbondioksida
dalam darah.
Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah
memastikan hiperventilasi terjadi akibat gangguan keseimbangan asam basa. Jika Anda
baru pertama kali mengalami gejala tersebut, sangat disarankan untuk segera mencari
pertolongan medis ke rumah sakit.
4. Alkalosis metabolic
Penanganan alkalosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada
sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini:
 Diuretik golongan penghambat karbonik anhydrase, seperti acetazolamide.
 Diuretik hemat kalium seperti spironolactone.
 ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril.
 Kortikosteroid, seperti dexamethasone.
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen.

Komplikasi Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Asidosis yang tidak ditangani dapat memicu sejumlah komplikasi. Di antaranya adalah:

 Batu ginjal  Terhambatnya proses tumbuh


 Gagal ginjal
kembang
 Penyakit tulang
 Kegagalan sistem pernapasan
 Syok

Seperti halnya asidosis, alkalosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan sejumlah komplikasi,
yaitu:
 Gangguan irama jantung (aritmia)
 Gangguan elektrolit, terutama hypokalemia
 Koma

Pencegahan Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Asidosis tidak dapat dicegah sepenuhnya. Akan tetapi, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk menurunkan risikonya. Pencegahan tergantung kepada jenis asidosis yang
dialami, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

Pencegahan asidosis respiratorik:


 Berhenti merokok untuk mencegah kerusakan paru-paru.
 Menjaga berat badan ideal, karena obesitas (berat badan berlebih) dapat membuat Anda
susah bernapas.
Pencegahan asidosis metabolik:
 Menjaga cairan tubuh tetap cukup dengan banyak minum.
 Mengontrol gula darah untuk mencegah ketoasidosis.
 Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol agar penumpukan asam laktat tidak terjadi.
Alkalosis dapat dicegah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan menjalani pola makan yang
sehat. Memilih makanan bergizi dan tinggi kalium dapat membantu mencegah kekurangan
elektrolit. Contoh makanan berkadar kalium tinggi adalah bayam, kacang-kacangan, pisang, dan
wortel.
Sedangkan untuk mencegah dehidrasi, disarankan melakukan sejumlah hal berikut:
 Minum 8-10 gelas air putih perhari.
 Rutin minum sebelum, saat, dan setelah olahraga.
 Minum pengganti elektrolit saat sedang menjalani olahraga berat.
 Hindari minuman berkadar gula tinggi, seperti soda.
 Batasi minuman berkafein, seperti kopi dan teh.
Khusus untuk alkalosis respiratorik, pencegahan dapat dilakukan dengan menangani penyebab
hiperventilasi, seperti stres dan panik. Di antaranya dengan meditasi, latihan pernapasan, atau
olahraga rutin.
DEHIDRASI

Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan,
sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi terganggu, akibatnya tubuh tidak dapat
berfungsi secara normal.

Dua pertanda awal dari dehidrasi adalah rasa haus dan urine berwarna kuning gelap. Ini adalah
cara tubuh ketika berusaha menambah cairan di dalam tubuh dan mengurangi pembuangan
cairan. Tergantung pada seberapa banyak tubuh Anda kehilangan cairan, dehidrasi terbagi
menjadi 2 tingkatan, yaitu ringan sedang, dan berat.

Dehidrasi Ringan Sedang

Dehidrasi ringan sedang pada akan menimbulkan:

 Rasa haus.  Mulut kering dan lengket.


 Warna urine menjadi lebih pekat atau  Mudah mengantuk dan cepat lelah.
 Sakit kepala.
gelap.
 Sembelit.
 Jumlah dan frekuensi buang air kecil
 Pusing
menurun.

Sedangkan pada anak-anak dan bayi, gejala-gejala dehidrasi adalah sebagai berikut:

 Saat menangis tidak mengeluarkan  Popok tetap kering selama 12 jam.


 Kulit terasa dingin dan kering.
air mata.
 Mudah marah dan lesu.
 Mata terlihat cekung ke dalam.
 Mulut kering dan lengket.
 Menyusutnya ubun-ubun.
 Kelelahan dan pusin
Dehidrasi Berat
Dehidrasi bisa membahayakan jika dibiarkan saja dan tidak ditangani secepatnya. Dehidrasi
berat dianggap sebagai kondisi medis darurat dan butuh penanganan cepat. Gejala yang dapat
terjadi ketika mengalami dehidrasi berat adalah:
 Mudah marah dan tampak kebingungan.
 Air mata tidak keluar dan mulut terasa kering.
 Denyut jantung cepat, namun lemah.
 Sesak napas.
 Mata tampak cekung.
 Demam.
 Kulit menjadi tidak elastis (butuh waktu lebih lama untuk kembali ke asal setelah
dicubit).
 Tekanan darah rendah.
 Tidak buang air kecil selama 8 jam. Pada bayi, menjadi jarang mengganti popok.
 Sangat pusing atau mengantuk, terutama pada bayi dan anak-anak.
 Kejang.
 Penurunan kesadaran.
 Pada anak-anak dan bayi, kaki dan tangannya akan teraba dingin, serta tampak ruam-
ruam kecil (blotchy-looking) tanpa rasa gatal atau nyeri.
Dehidrasi pada tingkat ini membutuhkan perawatan di rumah sakit. Anda akan diberikan
infus untuk mengembalikan banyaknya cairan yang hilang. Jika tidak ditangani dengan
serius, maka bisa menimbulkan komplikasi.
Dehidrasi disebabkan oleh kekurangan asupan cairan dalam tubuh, atau tubuh lebih banyak
kehilangan cairan daripada asupannya. Cairan yang ada di dalam tubuh bisa terbuang melalui
urine, muntah-muntah, diare, keringat, dan air mata. Selain itu, cuaca, olahraga, dan makanan
akan sangat memengaruhi tingkat keparahan dehidrasi.
Dehidrasi dapat terjadi pada setiap orang, namun terdapat beberapa kelompok orang yang
lebih mudah terkena dehidrasi akibat risiko yang mereka miliki. Kelompok orang yang
berisiko mengalami dehidrasi adalah:
 Bayi dan anak-anak, lebih rentan mengalami dehidrasi karena tubuh mereka yang
kecil membuat tubuh mereka lebih peka terhadap perubahan kadar air dan mineral.
Kelompok ini juga sering mengalami diare.
 Orang tua, menjadi kurang perhatian terhadap minum air dan rasa haus. Apalagi
orang tua yang memiliki masalah dengan ingatan.
 Atlet, akan kehilangan banyak cairan tubuh yang keluar melalui keringatnya. Semua
yang berolahraga bisa mengalami dehidrasi. Makin lama berolahraga, makin sulit
untuk tetap terhidrasi. Terutama pelari, atlet balap sepeda, dan pemain sepak bola.
 Orang yang berolahraga di tempat yang panas dan lembap. Saat udara panas dan
lembap, risiko dehidrasi dan sakit meningkat. Saat udara lembap, keringat bisa
menguap dan mendinginkan Anda seperti keadaan normal, ini akan meningkatkan
suhu tubuh dan kita butuh lebih banyak cairan.
 Orang yang tinggal, bekerja, dan berolahraga di dataran tinggi. Mereka
berpotensi mendapatkan beberapa masalah kesehatan, salah satunya adalah dehidrasi.
Dehidrasi tejadi ketika tubuh berusaha beradaptasi dengan ketinggian dengan cara
lebih banyak buang air kecil dan bernapas cepat.
 Mengalami diare atau muntah-muntah. Kedua kondisi ini bisa disebabkan oleh
bermacam-macam penyakit, serta menyebabkan hilangnya cairan tubuh dalam jumlah
yang cukup banyak dalam waktu yang singkat.
 Mengalami keluarnya keringat secara berlebihan. Demam, olahraga, serta
aktivitas berat seperti mengangkut beban berat atau pekerja kasar yang bekerja di
tempat panas bisa terserang dehidrasi karena banyaknya keringat yang dikeluarkan.
Sangat penting untuk minum air secara teratur untuk menggantikan cairan yang
terbuang. Anak-anak dan remaja lebih berisiko mengalami dehidrasi karena mereka
tidak paham gejala-gejalanya.
 Menderita penyakit kronis (jangka panjang). Menderita diabetes yang tidak
terkontrol berisiko mengalami dehidrasi. Akibat tingginya kadar gula, tubuh akan
menghasilkan banyak urine dengan tujuan untuk membuangnya. Karena terlalu sering
buang air kecil, maka tubuh berisiko mengalami dehidrasi. Penyakit lain yang
menyebabkan dehidrasi adalah gagal ginjal dan penyakit jantung.
 Kecanduan alkohol. Alkohol bersifat diuretik, sehingga akan menjadikan penderita
lebih sering buang air kecil. Dehidrasi bisa terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi
minuman beralkohol.
 Menderita penyakit tertentu. Berikut ini adalah beberapa kondisi medis yang bisa
menyebabkan dehidrasi, seperti anoreksia nervosa, cystic fibrosis, luka bakar,
dan heat stroke (sengatan panas).

Diagnosis Dehidrasi
Dehidrasi memang merupakan kondisi tubuh yang dapat segera ditangani secara mandiri dan
biasanya tidak memerlukan tindakan secara khusus. Namun jika diperlukan, dapat
memeriksakan diri ke dokter, terutama jika mengalami dehidrasi disertai gejala, seperti:
 Mengalami diare selama lebih dari 24 jam terus menerus.
 Muncul tinja berdarah atau berwarna hitam pekat.
 Mudah tersinggung, mengalami disorientasi dan rasa kantuk berat yang tidak biasa.
 Tidak dapat mempertahankan asupan cairan yang cukup, misalnya muntah-muntah.
Dokter dapat mendiagnosis adanya dehidrasi pada seseorang melalui pemeriksaan fisik,
seperti kondisi kulit, laju pernapasan, air mata, dan membran mukosa (contoh lapisan rongga
mulut). Dokter juga akan melakukan pengukuran tekanan darah, dikarenakan penderita
dehidrasi berisiko memiliki tekanan darah yang rendah. Jika diperlukan, dokter juga akan
merekomendasikan pasien untuk menjalani tes darah (misalnya pemeriksaan kadar elektrolit
dalam darah) dan tes urine.

Pengobatan Dehidrasi
Pengobatan utama untuk dehidrasi adalah dengan mengganti cairan dan mineral yang hilang
dengan cara minum banyak air atau jus buah yang encer. Minuman manis bisa membantu
menggantikan gula yang hilang, sedangkan camilan asin bisa menggantikan garam atau
natrium yang hilang. Metode terbaik dalam mengobati dehidrasi tergantung kepada usia
penderita dan tingkat keparahan dehidrasi, serta penyebabnya.

1) Oralit
Oralit adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengatasi dehidrasi. Ketika Anda
mengalami dehidrasi, tubuh akan kehilangan gula, garam, dan cairan. Meminum oralit
bisa mengembalikan keseimbangan kadar zat tersebut di dalam tubuh. Ada banyak
produk oralit yang bisa dibeli secara bebas. Konsultasikan kepada dokter untuk
mengetahui lebih lanjut tentang oralit.
2) Mengobati dehidrasi pada bayi
Ibu dianjurkan untuk tetap melanjutkan memberikan ASI pada bayi ketika mereka
mengalami diare, muntah-muntah, atau demam. Jika bayi minum susu formula, ganti
dengan susu formula yang bebas laktosa hingga diarenya benar-benar berhenti.
Laktosa sulit dicerna jika bayi mengalami diare, bahkan cenderung memperburuk
kondisi diarenya. Tetap memberikan ASI serta ditambah dengan oralit akan
menggantikan cairan, garam, dan gula yang hilang.
Dokter bisa memberikan saran pengobatan yang tepat jika bayi mengalami dehidrasi.
Segera konsultasikan ke dokter jika muncul tanda-tanda dehidrasi pada bayi.
3) Mengobati dehidrasi pada anak-anak
Untuk penanganan dehidrasi pada anak-anak, pemberian air berlebihan justru bisa
membuat kadar mineral dalam tubuh lebih menurun, dan akibatnya memperburuk
kondisi tubuhnya. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memberikan larutan oralit kepada
anak-anak. Bisa menggunakan sendok untuk menyuapi cairan kepada anak-anak yang
mengalami muntah-muntah atau mengalami diare.
4) Mengobati dehidrasi pada atlet
Untuk dehidrasi yang terjadi akibat olahraga, minuman berenergi yang mengandung
elektrolit dan gula adalah pilihan terbaik. Hindari segala jenis minuman bersoda.
Atlet juga berisiko terkena hiponatremia jika terlalu banyak minum air mineral pada
waktu yang singkat. Hiponatremia bisa menimpa atlet karena natrium (garam) dalam
darah banyak yang keluar melalui keringat, dan semakin encer saat air mineral dalam
jumlah banyak masuk ke dalam tubuhnya.
Beberapa gejala hiponatremia adalah mual, muntah dan sakit kepala. Jika kondisi
semakin parah, maka seseorang bisa mengalami pembengkakan otak yang
menyebabkan kebingungan, kejang, koma, bahkan kematian.
5) Mengobati dehidrasi berat
Anak-anak dan orang dewasa yang mengalami dehidrasi berat harus segera ditangani
oleh petugas medis di rumah sakit, dan kemungkinan, kondisi ini akan memerlukan
rawat inap. Pasien bisa menerima gula, garam, dan cairan melalui infus. Infus
merupakan cara yang cepat dan efektif dalam mengembalikan kadar cairan dan
mineral tubuh ke tingkat yang normal.

EDEMA
Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau tungkai. Edema
terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya. Cairan kemudian
menumpuk sehingga membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.
Gejala Edema
Gejala yang tampak tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang bengkak. Edema ringan
karena peradangan bisa tidak menimbulkan gejala. Gejala yang muncul dan dirasa oleh
penderitanya berupa:
 Anggota tubuh, misalnya lengan atau tungkai, menjadi bengkak.
 Kulit area edema menjadi kencang dan mengkilap.
 Jika kulit pada area edema ditekan, maka timbul lubang seperti lesung pipit selama
beberapa detik.
 Ukuran perut membesar.
 Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru.
 Sulit berjalan karena tungkai terasa lebih berat akibat bengkak.
 Edema kaki yang parah dapat mengganggu aliran darah sehingga menimbulkan borok
pada kulit.

Penyebab Edema
Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya, sehingga cairan
menumpuk dan menjadi bengkak. Edema yang ringan biasanya disebabkan karena berdiri
atau duduk terlalu lama, terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi,
atau menjelang menstruasi dan selama kehamilan bagi wanita.
Jaringan yang bengkak karena penumpukan cairan juga dapat terjadi karena penyakit yang
serius, di antaranya:
1) Kekurangan protein albumin. Protein, termasuk albumin, berperan menjaga cairan
tetap berada dalam pembuluh darah. Kekurangan protein dalam darah dapat
menyebabkan cairan di dalam pembuluh darah keluar dan menumpuk, sehingga
menimbulkan edema. Contohnya pada penyakit sindrom nefrotik.
2) Reaksi alergi. Edema terjadi karena respons tubuh terhadap alergen, di mana cairan
di dalam pembuluh darah keluar ke area tersebut.
3) Kerusakan pembuluh darah vena pada tungkai. Kondisi ini terjadi pada penyakit
insufisiensi vena kronis yang menyebabkan pembuluh darah vena tungkai terganggu,
sehinga cairan dalam aliran darah menumpuk pada pembuluh darah tungkai dan
keluar ke jaringan sekitarnya.
4) Gagal jantung. Saat jantung mulai gagal berfungsi, satu atau kedua bilik organ
tersebut mulai kehilangan kemampuan memompa darah secara efektif, sehingga
cairan akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan edema pada tungkai, paru-
paru, atau perut.
5) Penyakit ginjal. Edema dapat muncul karena cairan tidak dapat dibuang melalui
ginjal. Edema dapat terjadi pada tungkai dan sekitar mata.
6) Gangguan pada otak. Cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau hambatan cairan
pada otak dapat menyebabkan edema otak.
7) Luka Bakar. Luka bakar berat juga menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan di
seluruh tubuh.
8) Infeksi berat.Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat juga dapat menyebabkan
kebocoran cairan.
9) Gangguan sistem aliran getah bening. Sistem aliran getah bening berfungsi untuk
membersihkan cairan berlebih dari jaringan, Kerusakan sistem ini dapat menyebabkan
cairan bertumpuk.
10) Efek samping obat. Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa
edema. Contohnya adalah obat antihipertensi, kortikosteroid, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), hormon estrogen, dan obat diabetes.
Pada beberapa kasus, edema terjadi tanpa diketahui penyebabnya secara jelas (edema
idiopati). Edema seperti ini banyak terjadi pada wanita, dan dapat bertambah parah seiring
usia menua.

Diagnosis Edema
Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita edema berdasarkan gejala yang ada.
Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter perlu mengetahui terlebih dahulu riwayat medis,
termasuk obat-obatan yang dikonsumsi pasien. Informasi tersebut sangat penting untuk
mengetahui penyebab edema. Selanjutnya, pemeriksaan fisik dapat dilakukan, termasuk
memeriksa tekanan darah, area yang bengkak, serta kondisi hati, ginjal, dan jantung.
Untuk memastikan penyebab edema, tes berikut ini dapat dilakukan, di antaranya:
 Tes urine atau urinalisis.
 Tes darah, untuk memeriksa fungsi ginjal, hati, atau kadar albumin.
 Pemindaian dengan USG, MRI, serta ekokardiografi.
Pengobatan Edema
Penanganan dilakukan sesuai penyebab edema. Kasus yang ringan akan pulih dengan
sendirinya. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi gejala edema, yaitu:
a) Menurunkan berat badan jika memiliki berat badan berlebih. Banyak penderita edema
memiliki berat badan berlebih. Dengan menurunkan berat badan secara bertahap,
maka kondisi edema dapat membaik.
b) Menghindari posisi duduk atau berdiri terlalu lama.
c) Mengganjal kaki ketika sedang berbaring.
d) Berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau berenang.
e) Mengurangi asupan garam dalam makanan. Garam dapat meningkatkan
penumpukkan cairan dan memperburuk kondisi edema.
f) Menggunakan stoking khusus untuk mencegah tungkai bertambah bengkak.
Untuk edema yang lebih parah, penanganan dilakukan dengan obat. Edema yang
disebabkan alergi, maka penderita dapat mengonsumsi obat antialergi untuk mengatasi
anggota tubuh yang bengkak. Sedangkan edema karena kerusakan pembuluh darah akibat
gumpalan darah, dapat diatasi dengan obat pengencer darah. Sementara edema tungkai yang
berkaitan dengan gagal jantung atau penyakit hati, maka dokter memberi obat diuretik untuk
meningkatkan frekuensi buang air kecil. Dengan demikian, cairan dapat kembali mengalir
dalam pembuluh darah.
Jika edema terjadi karena efek samping konsumsi obat, maka dokter dapat
menyesuaikan pemberian obat sehingga tidak menimbulkan edema pada penderita. Selain
mengurangi edema, pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya merupakan
pengobatan utama, agak edema tidak terus terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai