Anda di halaman 1dari 25

PATOFISIOLOGI

GANGGUAN PADA PEREDARAN DARAH


(EMBOLUS, PENYAKIT JANTUNG KORONER, STROKE DAN SHOCK)

DISUSUN OLEH

NAMA : BAIQ ROBIATUN HIMNI


PRODI/JURUSAN : D III ANALIS KESEHATAN
KELAS :A
NIM : P07134018008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
TINGKAT I/SEMESTER 2
2018-2019
GANGGUAN PADA PEREDARAN DARAH

A. EMBOLUS
Embolus merupakan suatu benda
asing yang tersangkut pada suatu tempat
dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut
terbawa oleh aliran darah, dan berasal
dari suatu tempat lain daripada susunan
sirkulasi darah. Embolus (95%) berasal
dari thrombus. Adanya embolus ini baru
menimbulkan bencana apabila diameter
pembuluh darah yang dilalui oleh
embolus tersebut berdiameter lebih kecil
daripada embolusnya sendiri sehingga
terjadi penutupan pembuluh darah secara
mendadak.
Pada dasarnya tubuh memiliki tiga tipe pembuluh darah yang terdapat
diseluruh organ tubuh, yaitu arteri, vena, dan kapiler. Arteri berperan sebagai
penyuplai oksigen dari jantung ke seluruh tubuh, vena berperan mengembalikan
oksigen ke jantung, dan kapiler merupakan pembuluh darah terkecil yang
menghubungkan arteri dan vena sekaligus mengatur pasokan oksigen ke jaringan
tubuh. Ketika salah satu atau lebih pembuluh darah suatu organ mengalami
penyumpatan, fungsi organ tersebut akan terganggu. Jika tidak mendapatkan
penanganan dengan tepat, penyumpatan pembuluh darah yang mengganggu fungsi
organ dapat menyebabkan kerusakan pada organ tersebut secara permanen.

Ciri-Ciri Gejala Embolus


Ciri-ciri atau gejala yang dapat muncul pada penderita embolus dapat berbeda,
tergantung tipe pembuluh darah yang tersumbat dan lokasi penyumpatan, seperti:
a) Penyumbatan pada pembuluh darah di paru-paru
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Batuk
b) Penyumbatan terjadi di otak dan menyebabkan stroke
 Kelumpuhan anggota tubuh
 Gangguan berbicara
Pada kasus tertentu, embolus tidak menunjukkan gejala pada penderitanya. Hal itu
disebabkan karena zat asing yang tidak sepenuhnya menyumbat pembuluh darah.

Penyebab Terjadinya Embolus

Berikut ini beberapa zat yang dapat menyebabkan embolus:


a. Gas
Gelembung gas atau udara dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah. Kondisi ini biasanya terjadi pada penyelam. Gelembung gas atau udara
dapat muncul dalam pembuluh ketika seseorangpenyelam mengalami penyakit
dekompresi, akibat terlalu cepat kembali ke permukaan.
b. Gumpalan darah
Pada dasarnya, tubuh memiliki proses pembekuan darah alami ketika tersayat
atau luka. Proses pembekuan tersebut berfungsi untuk mencegah terjadinya
perdarahan. Namun, pembekuan darah terjadi berlebihan meski tidak ada
sayatan atau luka pada seseorang dengan kondisi, seperti obesitas, penyakit
jantung, kanker, atau ibu hamil. Pembekuan darah yang berlebihan berpotensi
menyebabkan gumpalan darah dan mengganggu system peredaran darah di
tubuh.
c. Kolesterol
Embolus dapat dialami oleh seseorang yang menderita atau memiliki riwayat
aterosklerosis yang merupakan kondisi dimana pembuluh darah menyempit
akibat adanya penimbunan kolesterol. Pada kondisi yang tergolong berat,
timbunan kolesterol yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada
penderita anterosklerosis, dapat terlepas dan mengalir di dalam pembuluh
darah, serta tersangkut dan menyumbat pembuluh darah di tempat lain.
d. Lemak
Pada tulang dapat membuat lemak yang ada di dalam tulang terlepas dan
masuk ke pembuluh darah dan menyebakan penyumbatan.
e. Air ketuban
Air ketuban atau cairan aminotik adalah cairan yang melindungi janin selama
dalam kandungan. Meski tergolong jarang terjadi, cairan tersebut dapat bocor
dan masuk ke pembuluh darahibu dan menyebabkan penyumbatan.
Terdapat juga beberapa factor yang meningkatkan risiko mengalami embolus, yaitu:
 Kegemukan
 Berusia 60 tahun atau lebih
 Merokok
 Hamil
 Tidak aktif bergerak untuk waktu yang lama, misalnya karena berbaring di
rumah sakit
 Menderita penyakit jantung

Skrining dan Pengobatan Gejala Embolus


Diagnosis disesuaikan dengan dugaan berdasarkan pemeriksaan gejala, riwayat
penyakit, dan kondisi secara menyeluruh. Beberapa tes yang digunakan untuk
mendiagnosis embolus, seperti:
 Tes darah
 MRI
 X-ray dada, perfusi ventilasi (V/Q) scan, CT scan atau angiografi paru-paru
akan dilakukan untuk melihat adanya objek yang menyumbat aliran darah
 Venografi, yaitu pencitraan dengan menggunakan foto Rotgen untuk melihat
kondisi pembuluh darah vena
 Arteografi, yaitu pencitraan dengan foto Rotgen untuk melihat kondisi
pembuluh darah arteri. Tes ini dipadukan dengan pemberian zat pewarna
kontras.
 Tes fungsi paru-paru dan jantung
 Untuk diagnosis vena yang lebih dalam atau scan otak, stroke, angiografi,
Doppler ultrasound studies atau IPG (Impedance Plethysmography) dapat
dilakukan untuk melihat arteri yang tersumbat.

Pengobatan embolus dapat dilakukan dengan pemberian obat atau operasi. Contoh
obat yang digunakan:
 Antikoagulan (heparin), berfungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan
darah.
 Trombolitik (alteplase), berfungsi untuk meleburkan darah yang menggumpal.
Pemberian obat ini juga dapat dilakukan dengan dibantu kateter atau selang
khusus, agar obat langsung mengarah ke gumpalan darah yang ada.
Jika pemberian obat tidak mampu mengatasi embolus, maka dilakukan operasi:
 Trombektomi, prosedur ini bertujuan mengangkat gumpalan darah yang ada.
 IVC (Inferior Vena Cava), prosedur ini dilakukan dengan menambahkan alat
khusus berbentuk jarring, yang berfungsi untuk menyaring zat asing di
pembuluh darah dan mencegahnya menyebar ke organ lain.

B. PENYAKIT JANTUNG KORONER

Penyakit jantung koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung


(arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Apabila lemak semakin menumpuk,
maka arteri akan semakin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung
berkurang.
Ciri-Ciri Gejala Penyakit Jantung Koroner

Berkurangnya asupan darah ke jantung mungkin tidak menimbulkan gejala pada


awalnya. Namun, apabila semakin menumpuk di arteri, maka akan mulai muncul
gejala penyakit jantung koroner, seperti:
a) Angina
Angina adalah nyeri dada akibat berkurangnya suplai darah ke otot jantung.
Meskipun pada umumnya tidak mengancam nyawa, tetapi angina dapat
meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke. Angina dapat
berlangsung beberapa menit, dan biasanya muncul karena dipicu oleh aktivitas
fisik atau stress. Sakit yang dialami akibat angina juga beragam. Angina
ringan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit maag. Tetapi,
serangan angina berat menimbulkan nyeri dada seperti tertindih. Sensasi nyeri
dada tersebut bisa menyebar ke lengan, leher, dagu, perut, dan punggung.
b) Serangan jantung
Serangan jantung terjadi ketika arteri sudah tersumbat sepenuhnya. Kondisi ini
harus segera ditangani, agar tidak terjadi kerusakan permanen pada otot
jantung. Nyeri akibat serangan jantung serupa dengan angina. Hanya saja,
nyeri pada serangan jantung akan terasa lebih berat, dan dapat etrjadi
walaupun penderita sedang istirahat. Gejala serangan jaunting bisa berupa
nyeri yang menjalar dari dada ke lengan, dagu, leher, perut dan punggung.
Nyeri tersebut dapat berlangsung selama lebih dari 15 menit. Selain gejala
tersebut, penderita juga bisa mengalami pusing, berkeringat, mual, dan tubuh
terasa lemas.
c) Gagal jantung
Penderita penyakit jantung koroner juga dapat mengalami gagal jantung, jika
jantung terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan darah menumpuk di paru-paru, sehingga
mengalami sesak napas. Gagal jantung dapat terjadi seketika (akut), atau
berkembang secara bertahap (kronis).
Pada beberapa kasus, penderita penyakit jantung koroner mengalami gejala yang
berbeda, seperti palpitasi (jantung berdebar). Sebagian penderita bahkan tidak
merasakan gejala, sampai didiagnosis menderita penyakit jantung koroner.

Penyebab Terjadinya Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah
jantung atau arteri koroner. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh penumpukan
ateroma di dinding arteri. Ateroma terdiri dari kolesterol dan zat sisa hasil
metabolisme tubuh. Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan dinding
arteri menebal sehingga menyempit. Akibatnya, jantung tidak mendapat cukup asupan
darah dan oksigen. Kondisi ini disebut aterosklerosis.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko ateroskopis, ayitu:
a. Rokok
Rokok merupakan factor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan
nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja
jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa tersebut
juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Senyawa lain dalam
rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung dan menyebabkan
penyempitan. Oleh karena itu, risiko terserang penyakit jantung koroner pada
perokok hampir 25% lebih tinggi disbanding orang yang tidak merokok.
b. Diabetes
Diabetes dapat menyebabkandinding pembuluh darah menebal dan
menghambat aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2X lipat lebih berisiko
terserang penyakit jantung koroner.
c. Trombosis
Trombosis adalah pembekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah
vena atau arteri. Apabila terbentuk di arteri, akan mengahambat aliran darah
ke janutng, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
d. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih keras. Salah satu factor
pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi.
e. Kadar kolesterol tinggi
Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi proses
pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi dapat
meningkat risiko penyakit jantung koroner. Kolesterol dapat terbagi dua yaitu:
kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang dapat
menumpuk di dinding arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa
yang sehat, kadar LDL yang normal dalam darah adalah kurang dari 100
mg/dL, sedangkan bagi individu berisiko mengalami penyakit jantung
koroner, kadar LDL disarankan dibawah 100 mg/dL. Bats maksimal kadar
LDL akan lebih rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit
jantung atau diabetes, yaitu dibawah 70 mg/dL.
f. Berat badan berlebih (obesitas)
Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang
penyakit jantung koroner.
g. Kurang beraktivitas
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit jantung.
Olahraga juga dapat membantu mengontrol kadar kolesterol dan gula darah,
mencegah obesitas, serta membantu menurunkan tekanan darah.
h. Pola makan tidak sehat
Risiko penyakit jantung koroner dapat emningkat akibat pola makan yang
tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi maknan dengan kadar gula
atau garam tinggi, atau maknan dengan kandumngan lemak jenuh yang tinggi.
i. Riwayat kesehatan keluarga
Risiko penyakit jantung korone meningkat pada seseorang yang memiliki
keluarga dengan penyakit jantung.
j. Usia
Semakin tua usia seseorang, semakin tinggi risiko terserang penyakit jantung
koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan
wanita lebih dari 55 tahun.
k. Sindrom metabolic
Sindrom metabolic adalah sekelompok penyakit yang meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner, meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.
l. Jenis kelamin
Umumnya, penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria disbanding
wanita. Namun demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan
meningkatkan wanita pasca menopause.
m. Sleep apnea
Sleep apnea yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner, hipertensi, diabetes, dan stroke.
n. Stress
Penelitian menunjukkan, stress dalam berbagai lingkup kehidupan, dapat
meningkatkan penyakit jantung koronewr. Stress juga dapat memicu factor
risiko lain, seperti stress dapat memicu seseorang merokok atau makan
berlebihan.
o. Alcohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot jantung,
dan memperburuk kondisi seseorang dengan factor risiko penyakit jantung
koroner, seperti hipertensi dan obesitas.
p. Preeklamsia
Preeklamsia adalah komplikasi yang terjadi dalam masa kehamilan, ditandai
dengan hipertensi dan kadar protein tinggi dalam urine. Kondisi ini
meningkatkan risiko gangguan pada jantung termasuk penyakit jantung
koroner.

Skrining dan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner


Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami,
serta memeriksa factor risiko yang dimiliki pasien. Bila pasien berisiko terserang
penyakit jantung koroner, dokter akan memeriksa tekanan darah pasien. Dokter juga
akan menjalankan tes darah untuk mengukur kadar kolesterol. Agar didapat hasil yang
akurat, pasien diminta berpuasa 12 jam sebelum tes dilakukan. Kemudian untuk
memastikan diagnosis, doketr akan menjalankan beberapa metode pemeriksaan yang
meliputu:
a) Elektrokardiografi (EKG)
EKG bertujuan merekam aktivitas listrik jantung pasien. Melalui EKG, dokter
dapat mengetahui apakah pasien pernah atau sedang mengalami serangan
jantung. EKG juga dapat membantu doketr mengetahui detak dan irama
jantung pasien tergolong normal batau tidak. Pada sejumlah kasus, dokter akan
menyarankan pasien menjalani Holter monitoring. Sama seperti EKG,
pemeriksaan ini bertujuan merekam aktivitas listrik jantung. Bedanya pasien
akan memakai perangkat kecil yang disbut monitor Holter. Alat tersebut akan
dikalungkan di dada pasien, selama pasien beraktivitas dalam 24 jam.
b) Foto rotgen
Foto rotgen di bagian dada dapat dilakukan guna melihat kondisi jantung, pari-
pru, dan pembuluh darah. Melalui foto Rotgen dada, doketr dapat mengetahui
apabila ukuran jantung membesar atau terdapat gangguan pada paru-paru.
c) CT scan dan MRI scan
Dua tes pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung dengan
lebih detail, yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan foto Rotgen.
Pemeriksaan ini juga memperlihatkan apabila ada pemupukan kalsium di
pembuluh darah, yang dapat memicu penyakit jantung koroner.
d) Uji tekanan (stress test)
Apabila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang
beraktivitas, doketr akan menyarankan uji tekanan. Tes ini bertujuan
mengukur kerja jantung pasien ketika beraktivitas. Dalam uju tekanan, pasien
akan diminta berjalan di treadmill, atau mengayuh sepeda statis, sambil
menjalani pemeriksaan EKG disaat yang bersamaan. Pada saat pasien tidak
dapat beraktivitas, dokter akan member obat untuk meningkatkan detak
jantung sambil menjalankan tes MRI.
e) Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara
(seperti USG), untuk menampilakn gambaran jantung di monitor. Selama
ekokardiografi dilakukan, dokter dapat memeriksa, apakah semua bagian
dinding jantung berfungsi baik dalam memompa darah. Dinding jantung yang
bergerak lemah, bisa disebabkan oleh kekurangan oksigen, atau adanya
kerusakan akibat serangan jantung. Hal tersebut bisa menjadi tanda penyakit
jantung koroner.
f) Pemeriksaan enzim jantung
Pemeriksaan enzim jantung dilakukan dengan mengambil sampel darah
pasien, untuk diperiksa dilaboratorium. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat
mengetahui kadar troponin T dalam darah pasien. Tromponin adalah protein
yang dihasilkan sel jantung yang mengalami kerusakan. Pada seseorang yang
terkena serangan jantung, kadar troponi akan meningkat dalam 3-12 jam
setelahnya. Kadar troponin akan mencapai puncaknya dalam 1-2 hari, dan
kembali normal setelah 4-5 hari. Kadar troponi terkait secara langsung dengan
tingkat kerusakan otot jantung. Dengan kata lain, semakin tinggi kadar
troponin dalam darah, semakin parah juga kerusakan jantung yang dialami.
g) Pemeriksaan radionuklir
Pemeriksaan radionuklir digunakan untuk membantu mengukur aliran darah
ke otot jantung, sat beristirahat dan beraktivitas. Tes ini hampir sama dengan
uji tekanan, yaitu dengan meminta pasien berjalan di treadmill atau mengayuh
sepeda statis. Bedanya, tes ini dapat menunjukkan informasi yang lebih
lengkap dengan menampilkan gambar jantung pasien. Sebelum tes dilakkan,
pasien akan disuntikkan zat radioaktif yang disebut isotop. Apabila pasien
tidak dapat berjalan di treadmill atau menggunakan sepeda statis, dokter akan
memberikan obat untuk meningkatkan detak jantung pasien. Kemudian,
kamera akan diarahkan ke dada pasien, dan menangkap gambar saat isotop
mengalir ke jantung.
h) Kateterisasi jantung dan angiografi koroner
Katerisasi jantung bertujuan untuk melihat kondisi jantung, dengan
memasukkan kateter melalui pembuluh darah di lengan atau paha untuk
diarahkan ke jantung. Kemudian dokter akan menjalankan prosedur angiografi
koroner. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan cairan kontras, dan
menggunakan foto Rotgen untuk melihat aliran darah menuju jantung. Melalui
angiografi koroner, dokter dapat mengetahui apabila ada penyumbatan di
pembuluh darah.
Penangan penyakit ajntung koroner umumnya melibatkan perubahan pola hidup yang
dapat dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur medis. Menjalani hidup sehat
dapat meningkatkan kesehatan jantung, contohnya:
 Berhenti merokok
 Mengurangi atau berhenti mengonsumsi alcohol
 Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
 Mengurangi stress
 Menjaga berat badan ideal
 Berolahraga teratur
Dokter juga akan meresepkan beberapa jenis obat untuk menangani penyakit jantung
koroner, seperti:
a. Pengenceran darah
Dokter dapat meresepkan pengencer darah jenis antipletelet, kecuali pada
pasien dengan gangguan pembekuan darah. Antipletelet dapat membantu
mencegah pembekuan darah, dan menurunkan risiko angina serta serangan
jantung. Contoh: aspirin dan clopidogrel.
b. Statin
Statin berfungsi untuk menurunkan kolesterol tinggi, dengan membuang LDL
dari darah, sehingga memperlambat perkembangan penyakit jantung. Contoh:
atorvastatin dan simvastatin.
c. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors)
Jenis obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi diantaranya captopril
dan enalapril.
d. Angiostensin II receptor blockers (ARB)
Fungsi obat ini sama seperti ACE inhibitors, yaitu mengatasi hipertensi.
Contoh: valsartan dan telmisartan.
e. Penghambat beta (bête blokers)
Obat ini berfungsi untuk mencegah angina dan mengatasi hipertensi. Contoh:
bisoprolol dan metoprolol.
f. Nitrat
Nitrat berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jantung
meningkat, dan jantung tidak memompa darah lebih keras. Contoh:
nitrogliserin.
g. Antagonis kalsium
Obat ini bekerja untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah
menurun. Contoh: verapamil dan diltiazem.
h. Diuretic
Jenis obat ini bekerja untuk mengurangi kadar air dan garam dalam darah
melalui urine, dan melebarkan pembuluh darah agar tekanan darah menurun.

Apabila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami, pasien akan
disarankan untuk menjalani operasi. Doketr juga akan menjalankan operasi apabila
penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh penumpukan ateroma. Tindakan yang
dilakukan, antara lain:
1) Pasang ring jantung
Pasang ring jantung atau angioplasty koroner dilakukan dengan memasukkan
kateter ke bagian arteri yang mengalami penyempitan. Kemudian, doketr akan
mengambangkan balon kecil melalui ketetr untuk melebarkan arteri yang
menyempit. Dengan demikian, aliran daparah dapat kembali lancer. Ring
(stent) akan dipasang di arteri guna mencegah penyempitan kembali. Prosedur
ini dapat dilakukan secara terencana pada pasien dengan gejala angina, atau
sebagai tindakan darurat pada seseorang yang mengalami serangan jantung.
2) Bypass jantung
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh
lain, untuk ditempel (dicangkok) ke bagian antara pembuluh darah besar
(aorta) dan arteri, dengan melewati area yang menyempit. Dengan begitu,
darah akan mengalir lancer melalui rute baru tersebut. Baypass dilakukan
dengan membedah dada pasien/ oleh karena itu, prosedur ini umumnya hanya
dilakukan apabila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.
3) Transplantasi jantung
Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah, dan sudak
tidak dapat lagi diatasi dengan obat. Transplantasi jantung dilakukan dengan
mengganti jantung yang rusak, dengan jantung yang sehat dari pendonor.
C. STROKE

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu
atau berkurang akibat penyumbatan ( stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh sarah
(stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan
nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan
bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi
dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya
dalam hitungan menit. Tindakan penanganan secara cepat dapat meminimalkan
tingkat kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi.

Ciri-Ciri Gejala Stroke

Gejala, tanda atau ciri-ciri stroke bervariasi pada setiap orang, namun umumnya
muncul secara tiba-tiba. Ada 3 ciri-ciri atau gejala utama stroke, yaitu:
1) Face (wajah)  wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu
tersenyum karena mulut atau mata terkulai.
2) Arms (lengan)  orang dengan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah
satu lengannya karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan,
tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami kelemahan.
3) Speech (cara bicara)  ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu
berbicara sama sekali meskipun penderita terlihat sadar.
Selain, itu ada beberapa ciri-ciri stroke lain, yaitu:
a) Mual dan muntah
b) Sakit kepala hebat yang dating secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing berputar (vertigo).
c) Penurunan kesadaran
d) Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
e) Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi
f) Penglihatan yang buram, Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau
penglihatan ganda.
g) Kelelahan

Penyebab Terjadinya Stroke


Berdasarkan penyebabnya, ada 3 jenis stroke yang utama, yaitu:
a) Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan
oksigen ke otak mengalami penyempitan atau terhambat, sehingga
menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini juga disebut
dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis,
diantaranya:
a. Stroke trombolit, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah
terbentuk di salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke
otak. Pembentukan gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan
lemak atau plak yang menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan
menyebabkan menurunnya aliran darah.
b. Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau
gumpalan yang terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung,
terbawa melalui aliran darah dan tersangkut di pembuluh darah otak,
sehingga menyebabkan arteri otak menyempit. Jenis gumpalan darah
ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama jantung, yaitu fibrilasi
atrium, sering menyebabkan stroke embolik.
b) Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan
menyebabkan pendarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa
kondisi yang memengaruhi pembuluh darah, yaitu:
 Hipertensi yang tidak terkendali
 Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak)
 Pengobatan dengan antokoagulan (pengenceran darah)
Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain:
a. Perdarahan intraserebral, yaitu pembuluh darah di otak pecah dan
menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak
sel otak.
b. Perdarahan subarachnoid, yaitu pembuluh darah arteri yang berada
dekat permukaan otak, pecah dan menumpahkan isinya ke rongga
subarachnoid (ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak).
c) Stroke ringan
Stroke ringan merupakan kekurangan darah pada siste saraf yang berlangsung
singkat, biasanya kurang dari 24 jam atau bahkan hanya dalam beberapa
menit. Kondisi stroke ringan terjadi ketika plak atau darah yang beku pada
pembuluh arteri menghambat pembuluh darah yang memasok darah ke otak,
sehingga bagian otak tidak mendapat pasokan darah yang cukup.

Skrining dan Pengobatan Gejala Stroke


Sebagai langkah awal diagnosis stroke, dokter akan bertanya kepada pasien atau
anggota keluarga pasien tentang beberapa hal, seperti:
 Gejala yang dialami, awal muncul gejala, dan apa yang sedang pasien lakukan
ketika gejala tersebut muncul.
 Jenis obat-obatan yang sering dikonsumsi
 Apakah pasien pernah mengalami cidera di bagian kepala
 Memeriksa riwayat kesehatan pasien dan keluarga pasien terkait penyakit
jantung, stroke ringan, dan stroke.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien secara keseluruhan, yang
biasanya diawali dengan memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising
abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:
a) Tes darah
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mendeteksi beberapa hal, seperti:
 Kadar gula darah dalam darah
 Hitung jumlah sel darah untuk melihat kemungkinan adanya infeksi
 Kecepatan pembekuan darah (hemostasis)
 Keseimbangan zat imia dan elektrolit dalam darah untuk melihat fungsi
organ
b) CT scan
CT scan dapat menghasilkan gambar otak secara detail, sehingga dapat
mendeteksi tanda-tanda perdarahan, tumor, dan stroke.
c) MRI
Pemeriksaan MRI menggunakan gelombang radio dan magnet untuk
mengahsilkan gambaran detail dari otak pasien. MRI dapat mendeteksi
jaringan otak yang mengalami kerusakan akibat stroke iskemik dan perdaraha
otak. Dokter juga dapat menyuntikkan zat pewarna dalam pembuluh darah
untuk melihat kondisi aliran darah di pembuluh arteri dan vena.
d) Elektrokardiografi
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dilakukan untuk mengetahui aktivitas
listrik jantung sehingga dapat mendeteksi adanya gangguan irama jantung atau
penyakit jantung koroner yang menyertai.
e) USG Doppler karotis
Pemeriksaan USG Doppler karotis ini menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar detail mengenai kondisi bagian dalam pembuluh arteri
karotis di leher. Gambar tersebut dapat mendeteksi timbunan lemak (plak) dan
kondisi aliran darah di dalam arteri karotis.
f) Ekokardiografi
Pemeriksaan elkokardiografi menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar detail dari jantung. Ekokardiografi dilakukan untuk
mendeteksi sumber gumpalan di dalam jantung yang mungkin bergerak dari
jantung ke otak, sehingga menyebabkan stroke. Ekokardiografi juga dapat
melihat penurunan fungsi pompa jantung.

Pengobatan penyakit stroke tergantung pada jenis stroke yang dialami, atara lain:
a. Pengobatan stroke iskemik
Penanganan awal stroke sikemik akan berfokus untuk menjaga jalan napas,
mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1) Penyuntikan rtPA (recombinant tissue Plasminogen Activator)
Penyuntikan rtPA melalui infuse dilakukan untuk mengembalikan
aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat menerima pengobatan
ini. Dokter akan menentukan apakah pasien merupakan kandidat yang
tepat untuk diberikan rtPA.
2) Obat antiplatelet
Obat antiplatelet digunakan untuk mencegah pembekuan darah,
digunakan obat antiplatelet seperti aspirin.
3) Obat antikoagulan
Obat antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah,
pasien dapat diberikan oabat-obatan antikoagulan, seperti heparin,
yang bekerja dengan cara mengubah komosisi factor pembekukan
dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita
stroke ringan dengan gangguan irama jantung.
4) Obat antihipertensi
Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak diturunkan
terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun setelah
keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan le level optimal. Obat
hipertensi juga digunakan utnuk mencegah stroke berulang, mengingat
hipertensi merupakan factor terbanyak penyebab stroke. Contoh obat
hipertensi adalah obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE
inhibitor), obat penghambat alfa dan beta, dan lain sebagainya.
5) Statin
Dokter akan memberikan obat kolesterol dengan golongan statin,
seperti aorvastatin, untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna
untuk menghambat enzim penghasil kolestero; di dalam organ hati.
6) Endarterektomi karotis
Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah berulangnya stroke
iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui prosedur
ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh
dokter dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris
merupakan arteri yang terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke
otak. Meski efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam mencegah
stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya
aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya,
terutama penyakit jantung.
7) Angioplasti
Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebatkan
dengan teknik angioplasty. Angioplasty dilakukan melalui kateter yang
dimasukkan melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk
selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter ini membawa sebuah
balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri karotis, balon
digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu disangga
dengan ring atau stent.
b. Pengobatan stroke hemoragik
Pada stroke hemoragik, penanganan awal bertujuan untuk mengurangi
tekanan pada otak dan mengontrol pendarahan. Ada beberapa bentuk
pengobatan stroke hemoragik, seperti:
1) Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien
mengonsumsi obat antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan
memberikan transfuse factor pembekuan atau obat-obatan untuk
membalik efek obat pengencer darah tersebut.
2) Operasi
Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan
operasi. Operasi yang dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam
otak, dan bila memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang
pecah.
c. Pengobatan stroke ringan atau TIA (Transient Ischemic Attack)
Pengobatan TIA bertujuan untuk mengendalikan factor risiko yang dapat
memicu timbulnya stroke, sehingga dapat mencegah stroke. Dokter akan
memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau antokoagulan,
kolesterol, dan antihipertensi, tegantung dari factor risiko yang dimiliki pasien.
Dalam beberap kasus, prosedur operasi endarterektomi akrotis diperlukan jika
terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.

D. SHOCK

Shock merupakan kondisi dimana tekanan darah turun derastis, sehingga


terjadi gangguan aliran darah dalam tubuh. Aliran darah yang terganggu membuat
pasokan nutrisi dan oksigen yang berperan pada sel dan organ tubuh agar berfungsi
secara normal, menjadi terhambat. Shock dapat memburuk dengan cepat, maka
penanganannya harus segera dilakukan. Jika tidak, shock dapat menyebabkan
komplikasi bahkan kematian.

Ciri-Ciri Gejala Shock


Pasukan nutrisi dan oksigen yang turun akibat shock dapat mengakibatkan gejala,
antara lain;
 Sesak napas
 Jantung berdebar, serta denyut nadi menjadi lemah
 Pusing
 Kelelahan
 Bicara kacau, pingsan sampai hilang kesadaran
 Tekanan darah menurun
 Bibir dan kuku jari membiru
 Kulit berkeringat, dingin, dan pucat.
Tergantung penyebabnya, masing-masing dari type shock dapat memberikan gejala
tambahan berupa;
 Shock sepsis: demam, neyri otot.
 Shock hipovolemik: diare, muntah, perdarahan.
 Shock kardiogenik: denyut jantung melemah, urin yang keluar hanya sedikit
atau tidak sama sekali, nyeri dada.
 Shock neurogenik: nyeri dada, irama jantung melambat, suhu tubuh menurun
(hipotermia).
 Shock anafilaktik: kesulitan menelan dan bernapas, sakit pada perut, hidung
berair dan bersin-bersin, bengkak pada lidah atau bibir, kesemutan pada
tangan, kaki mulut, atau kulit kepala.

Penyebab Terjadinya Shock


Penyebab shock dapat berbeda-beda berdasarkan tipenya:
1) Shock sepsis

Disebabkan oleh infeksi


yang masuk ke aliran darah,
sehingga tubuh mengalami
peradangan atau infalamasi.

2) Shock hipovolemik

Disebabkan oleh hilangnya cairan atau


darah dalam jumlah banyak, misalnya
akibat diare, perdarahan pada
kecelakaan, atau muntah darah.
3) Shock kardiogenik

Disebabkan oleh gangguan pada jantung,


seperti serangan jantung atau gagal
jantung.

4) Shock neurogenik
neurogeni

Disebabkan oleh cedera saraf tulang


belakang, akibat kecelakaan atau cedera saat
beraktivitas.

5) Shock anafilaktik

Disebabkan oleh alergi akibat gigitan


serangga, penggunaan
naan obat
obat-obatan, atau
makanan maupun
upun minuman.

Skrining dan Pengobatan Shock


Shock merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan diagnosis cepat agar
penanganannya dapat segera dilakukan. Shock dapat didiagnosis dengan melihat
gejala yang muncul, serta melihat tanda-tanda
tanda tanda klinis, seperti denyut jantung yang
cepat dan lemah, serta tekanan darah yang menurun. Setelah aliran oksigen kembali
normal dan pasien sudah stabil, pemeriksaan lanjutan akan ddilakukan untuk
mendeteksi penyebab dan tipe shock yang diderita pasien. Dokter dapat melakukan
serangkaian pemeriksaan, seperti:
a) Tes darah
b) Foto Rontgen
c) Elektrokardiografi
d) Endoskopi
e) CT scan
f) MRI
Shock merupakan kondisi yang berbahaya. Segera melakukan pertolongan pertama
dan hubungi rumah sakit terdekat ketika melihat seseorang diduga mengalami shock.
Jika tidak segera ditangani, shock dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian.
Berikut pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat melihat penderita yang
ducurigai mengalami shock:
1) Baringkan penderita secara perlahan
2) Jangan gerakkan penderita jika tidak diperlukan
3) Kendurkan atau buka pakaian yang ketat
4) Periksa denyut nadi dan jantung
5) Jika penderita tidak bernapas atau tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi
jantung-paru (CPR)
6) Untuk menghindari ketakutan yang dapat memperburuk kondisi, berikan
penderita selimut
7) Jangan berikakan penderita makan atau minum
8) Jika shock disebabkan oleh alergi (anafilaktik), segera berikan epinephrine
dalam bentuk autoinjector (jika ada). Penderita alergi parah biasanya selalu
membawa suntikan ini.
9) Jika penderita mengalami perdarahan, tutupi dan sumbat area yang berdarah
dengan handuk atau kain.
10) Jika penderita mengalami muntah dan mulai mengeluarkan darah melalui
mulut, ubah posisinya menjadi menyamping untuk menghindari tersedak.
Ketika penderita sudah ditangani petugas medis, penderita akan diberikan infuse
cairan agar tekanan darah kembali normal. Beberapa penanganan berbeda, tergantung
dari tupe shock dan penyebab timbulnya, yaitu:
a) Shock sepsis
Dalam mengatasi shock sepsi, doketer akan memberikan obat golongan
vasopressor, seperti norepinephrine, untuk meningkatkan tekanan darah.
Untuk mengatasi infeksi, dokter dapat memberikan antibiotic, antivirus, atau
antijamur, tergantung jenis infeksinya. Operasi juga dapat dilakukan untuk
mengatasi sumber infeksi.
b) Shock hipovolemik
Dalam mengatasi penyebab shock hipovolemik, tindakan medis yang dapat
dilakukan dapat berupa tranfusi darah, baik sel darah merah maupun factor-
faktor pembekuan darah (seperti trombosit).
c) Shock kardiogenik
Shock kardiogenik akan ditangani dengan menggunakan obat-obatan yang
berfungsi untuk memperbaiki pompa jantung. Obat-obatan tersebut
diantaranya dopamine atau dobutamin.
d) Shock neurogenik
Shock tipe neurogenik juga akan ditangani dengan memberikan obat-obatan
seperti epinephrine, norepinephrine, atau dopamine, untuk meningkatkan
tekanan darah. Jika pasien mengalami penurunan denyut jantung, doketr akan
memberikan atropine.
e) Shock anafilaktik
Dalam mengatasi shock anafilaktik, pasien akan diberikan epinerphrine suntik
yang berfungsi untuk meredakan shock akibat reaksi alerhgi.
DAFTAR PUSTAKA

Aladokter (dr. Marianti). 2018. Emboli (https://www.aladokter.com/emboli). Diaskses pada


tanggal 11 Maret 2019.
Aladokter (dr. Tjin Willy). 2018. Penyakit Jantung Koroner
(https://www.aladokter.com/penyakit-jantung-koroner). Diakses pada tanggal 11 maret
2019.
Aladokter (dr. Tjin Willy). 2018. Penyakit Jantung Koroner Diagnosis Penyakit Jantung
Koroner (https://www.aladokter.com/penyakit-jantung-koroner/diagnosis). Diakses
pada tanggal 11 Maret 2019.
Aladokter (dr. Tjin Willy). 2018. Penyakit Jantung Koroner Gejala Penyakit Jantung
Koroner (https://www.aladokter.com/penyakit-jantung-koroner/gejala). Diakses pada
tanggal 11 Maret 2019.
Aladokter (dr. Tjin Willy). 2018. Penyakit jantung Koroner Pengobatan Penyakit Jantung
Koroner (https://www.aladokter.com/penyakit-jantung-koroner/pengobatan). Diakses
pada tanggal 11 Maret 2019.
Aladokter (dr. Tjin Willy). 2018. Penyakit Jantung Koroner Penyebab Penyakit jantung
Koroner (https://www.aladokter.com/penyakit-jantung-koroner/penyebab). Diakses
pada tanggal 11 Maret 2019.
Aladokter (dr. Tjin Willy). 2018. Stroke (https://www.aladokter.com/stroke). Diakses pada
tanggal 10 Maret 2019.
Aladokter (dr. Tjin Willy). 2018. Syok (https://www.aladokter.com/syok). Diakses pada
tanggal 11 Maret 2019.
Biomedia. 2009. Trombus & Embolus (biomedia.begotsantoso/teori-biologi/thrombus-
embolus). Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.
Hello Sehat (dr. Tania Savitri). 2016. Emboli (https://hellosehat.com/penyakit/emboli/).
Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.
Hello Sehat (dr. Tania Savitri). 2018. Penyakit Stroke
(https://hellosehat.com/penyakit/penyakit-stroke-ringan-obat-stroke/). Diakses pada
tanggal 10 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai