Anda di halaman 1dari 4

IMPLEMENTASI NILAI DAN NORMA KENEGARAAN DALAM

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Oleh : Kelompok 3
1. Almira Nada Shakila (19/442103/KG/11728)
2. Maharani Audhika P. Z. (19/445381/KG/11828)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
A. LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN MASALAH

Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal pokok bagi kehidupan suatu individu. Fasilitas kesehatan
yang mumpuni menjadi ujung tombak tercapainya kesehatan nasional sebagai upaya
menjalankan amanat UUD 1945. Untuk memenuhi dan mewujudkan hak setiap warga negara
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, pemerintah berkewajiban menyediakan
fasilitas kesehatan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Salah satu upayanya adalah dengan menyelenggarakan program
jaminan kesehatan nasional yang dijalankan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan yang mulai beroperasi pada 1 Januari 2014.
Asas penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional semestinya berpegang pada nilai-
nilai luhur Pancasila. Undang-undang yang mengatur pun juga harus sejalan dengan sila
kemanusiaan yang adil dan beradab serta kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Hal ini yang kemudian menjadi acuan kita dalam mengevaluasi implementasi
prinsip keadilan dan kesejahteraan sosial dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan
nasional.
Rumusan Masalah
1. Apakah undang-undang yang mengatur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?
2. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan jaminan
kesehatan nasional?

B. PEMBAHASAN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan tersebut dengan tujuan untuk
memproteksi seluruh masyarakat dengan premi terjangkau dan dengan coverage lebih luas
untuk seluruh masyarakat (BPJS, 2014:40). Undang-undang yang mengatur Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah UU RI Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam Pasal 2 disebutkan bahwa BPJS
menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lebih lanjut tertuang dalam Pasal 4, BPJS
menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip kegotongroyongan,
nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana
amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. Pasal-pasal ini sudah
mencerminkan peraturan penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional sesuai dengan sila
kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, layanan BPJS Kesehatan kerap mengalami berbagai kendala.


Persoalan BPJS Kesehatan sudah muncul sejak proses aktivasi kartu. Berdasarkan Peraturan
Nomor 1 tahun 2015 BPJS Kesehatan tentang tata cara pendaftaran dan pembayaran iuran,
tertulis bahwa BPJS tidak bisa langsung digunakan, peserta harus menunggu setidaknya 14
hari sejak melakukan pendaftaran, yang kemudian peserta melakukan pembayaran iuran
pertama setelah hari ke-14 dan barulah bisa menggunakan layanan jaminan kesehatan dari
BPJS Kesehatan (Panduan BPJS, 2016). Padahal sakit menimpa tanpa diduga dan tidak bisa
ditunda.

Selanjutnya, rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS Kesehatan juga terbatas
dan tidak fleksibel. Peserta BPJS hanya boleh memilih satu fasilitas kesehatan untuk
memperoleh rujukan dan tak bisa ke faskes lain meski sama-sama bekerja sama dengan BPJS.
Persoalan lainnya adalah rumitnya alur pelayanan BPJS Kesehatan karena menerapkan alur
pelayanan berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, peserta wajib terlebih dulu ke faskes tingkat
pertama, yaitu puskesmas (Harli, 2015).

Permasalahan aktual yang sedang hangat dibicarakan adalah rencana pemerintah


menaikkan biaya BPJS Kesehatan sebagai langkah untuk menyelesaikan masalah defisit
anggaran BPJS Kesehatan. Tidak tanggung-tanggung, kenaikan iuran itu sebesar 100%.
Kenaikan biaya BPJS meliputi peserta penerima bantuan iuran (PBI) yang menikmati fasilitas
kesehatan (faskes) kelas III, serta peserta yang menikmati faskes kelas I dan II. Iuran BPJS
Kesehatan kelas I dari semula Rp80.000 menjadi Rp160.000, kelas II naik dari Rp51.000
menjadi Rp110.000, dan kelas III naik dari Rp25.500 menjadi Rp42.000 (Sri Mulyani, 2019).

Rencana kenaikan iuran ini pun menuai banyak protes dari berbagai kalangan. Pasalnya
iuran ini dirasa memberatkan bagi mereka yang bekerja dengan upah minimum yang relatif
kecil. Yang dikhawatirkan terjadi adalah kenaikan iuran BPJS yang tidak selaras dengan
fasilitas dan pelayanan yang diberikan mengingat banyak keluhan yang dirasakan masyarakat
seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pada kenyataannya
sistem jaminan sosial berdasar asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi semua
rakyat Indonesia tidak berjalan dengan semestinya. Pengimplementasian nilai-nilai Pnacasila
pun dianggap gagal. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan untuk meninjau kembali setiap
kebijakan yang dibuat untuk kesejahteraan bersama. Jangan sampai kebijakan yang dibuat
hanya menguntungkan salah satu pihak karena merupakan penyimpangan sila ke-5 Pancasila.
Para peserta BPJS juga diharapkan membayar iuran rutin tepat waktu sebagai upaya
mendukung pemerintah meningkatkan fasilitas kesehatan nasional.

C. KESIMPULAN

UU RI Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Kesehatan sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab” dan sila ke-5 ”Kesejahteraan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” ditinjau dari
asas dan prinsip BPJS Kesehatan. Akan tetapi, pada kenyataannya pelaksanaan kebijakan
BPJS kerap menuai keluhan dari masyarakat. Banyak masyarakat yang merasa keberatan
dengan kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila
dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional pun dirasa gagal.

D. DAFTAR PUSTAKA

 BPJS, 2014, Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan, Jakarta.
 Sukamto, Imam 2015, Masalah Paling Dikeluhkan dalam Pelayanan BPJS Kesehatan,
Tempo, dilihat 6 September 2019,
https://nasional.tempo.co/read/690357/4-masalah-paling-dikeluhkan-dalam-
pelayanan-bpjs-kesehatan/full&view=ok
 Riva, 2019, Iuran BPJS Naik, Tirto, dilihat 6 September 2019,
https://tirto.id/iuran-bpjs-naik-tirtografi-ehvT

Anda mungkin juga menyukai