Anda di halaman 1dari 173

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL


BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP FUNGI
(Kuasi Eksperimen di SMAN 87 Jakarta)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
ARFAN AMRULLAH
NIM 1111016100045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ii
iii
ABSTRAK

Arfan Amrullah. 1111016100045. Pengaruh Model Pembelajaran Problem


Based Learning terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Fungi
(Kuasi Eksperimen di SMAN 87 Jakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem
Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep fungi di kelas X
SMAN 87 Jakarta tahun pelajaran 2015/2016. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel
penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen yang diberi
perlakukan model pembelajaran Problem Based Learning dan siswa kelas X
MIPA 4 yang diberi perlakuan pendekatan Saintific. Perolehan nilai rata-rata
postes kelas eksperimen sebesar 83,29 dan kelas kontrol sebesar 77,43. Teknik
analisis data yang dilakukan untuk uji normalitas adalah uji Lilliefors dan uji
homogenitas menggunakan uji Fisher, dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t. Hasil uji-t diperoleh thitung sebesar 2,99 dan ttabel pada taraf
signifikansi 5% sebesar 2,00, maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil
belajar biologi siswa pada konsep Fungi.

Kata kunci: Model Pembelajaran, Problem Based Learning, Hasil Belajar.

iv
ABSTRACT

Arfan Amrullah. 1111016100045. The Influence of Problem Based Learning


Model towards Student’s Achievement of Biologi on Fungi Concept (Quasi-
Experimental in SMAN 87 Jakarta. BA Thesis of Biology Education Program
Study, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and
Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
This research aims to determine the influence of Problem Based Learning model
towards student’s achievement of Biology on Fungi concept in grade X SMAN 87
Jakarta academic year 2015/2016. The method used in this study was quasi
experimental method. The samples were taken by simple random sampling
technique. The samples were the students of class X MIPA 3 as the experimental
class student treated Problem Based Learning model and the students of class X
MIPA 4 as the control class student treated saintific approach. Obtaining the
average value for post-test of experimental class was 83,29 and for post-tes of
control class was 77,43. The technique of data analysis used in this research were
the normality of the test through Lilliefors test and homogenity of the test through
Fisher test, and continued by testing hypothesis of the test through t-test. The
result of t-test show that the value of ttest was 2,99 and ttable at 5% significance
level was 2,00, then ttest > ttable. It means that there was influence of Problem
Based Learning model towards student’s achievement of Biology on Fungi
concept.

Keywords: Learning Model, Problem Based Learning, Student’s Achievement.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan kenikmatan, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep
Fungi”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus
ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Baiq Hana Susanti M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan
IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ir. Mahmud Siregar, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tulus ikhlas memberikan ilmu kepada penulis, semoga ilmu yang Bapak dan
Ibu berikan bermanfaat serta menjadi shadaqah yang tak terputus.
7. Dra. Hj. Hasnati Ramli, M.Pd, Kepala Sekolah SMAN 87 Jakarta yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut. Dan seluruh dewan guru SMAN 87 khususnya Dra. Hermastuti Muji
Rahayu selaku guru mata pelajaran Biologi yang telah memberikan arahan
kepada penulis selama penelitian.

vi
8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Supardi dan Ibunda Suryati S.Pd
serta Adinda tercinta Muhammad Taufik Kurahman yang selalu sabar
mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis
selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Gantina Raila S. Pd yang telah banyak membantu dan memberi semangat
kepada penulis.
10. Teman-teman Pendidikan Biologi Angkatan 2011 yang telah memberikan
kenyamanan, dukungan dan semangat dalam menjalani rangkaian proses
perkuliahan selama ini.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak-pihak yang telah
membantu di dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Jakarta, Maret 2016

Penulis

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Pendidikan dapat
dikatakan sebagai suatu media bagi seseorang untuk dapat memperoleh serta
mengembangkan pengetahuannya, yang menyebabkan seseorang menjadi tahu
apa yang sebelumnya tidak diketahui, menjadi mengerti apa yang sebelumnya
tidak dimengerti dan menjadi memahami apa yang sebelumnya tidak dipahami.
Pendidikan juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur majunya suatu bangsa, yaitu
dilihat dari mutu pendidikannya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki
mutu pendidikan yang tinggi, dimana bangsa tersebut dapat menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Pendidikan di sini tentu yang berkaitan dengan
pendidikan yang bersifat formal, yang meliputi proses pembelajaran yang
melibatkan guru dan siswa di dalamnya. Mutu pendidikan yang baik tentu akan
menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik pula.
Kenyataan saat ini, mutu pendidikan di Indonesia belum mencapai hasil
yang diharapkan, sehingga mutu pendidikan masih harus terus ditingkatkan.
Peningkatan mutu pendidikan penting untuk dilakukan, karena pendidikan
dianggap sebagai investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan
kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa.1
Pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil yang diperoleh melalui
proses pembelajaran dan diukur dari hasil belajar. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan kriteria atau ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan
sehingga diharapkan nantinya akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik.
Dikarenakan hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah proses
pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur menggunakan alat evaluasi

1
Nur Raina Novianti, “Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa
terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran,” Jurnal ISSN 1412-565X Edisi Khusus, No. 1 (Agustus
2011), h. 158, tersedia melalui http://jurnal.upi.edu diunduh pada tanggal 04 Februari 2016

1
2

tertentu. Oleh karena itu, rendahnya hasil belajar di sekolah saat ini sangat perlu
diperhatikan.
Permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar ini juga ditemukan pada
sekolah menengah atas di SMAN 87 Jakarta, khususnya mengenai hasil belajar
siswa pada pembelajaran biologi. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru
mata pelajaran biologi di sekolah tersebut menunjukkan bahwa masih banyak
siswa (lebih dari 50%) yang memiliki hasil belajar, yaitu nilai ulangan harian,
masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, menurut
Muhibbin Syah keberhasilan proses dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan belajar. Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
siswa, faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa dan pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam mempelajari
materi pelajaran.2
Rendahnya hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh faktor
pendekatan belajar. Keberhasilan sebuah proses kegiatan pembelajaran juga tidak
terlepas dari peran seorang guru, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan:
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a) menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
b) mempunyai komitmen yang profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.3
Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa salah satu peran seorang guru
adalah harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis sehingga siswa aktif dalam proses
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 129
3
Inherent Dikti, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diakses
melalui www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf pada tanggal 20 Desember 2015
3

pembelajaran dan dapat menangkap serta memahami informasi yang diberikan


guru dengan baik.
Pada sebagian pembelajaran masih menitikberatkan pada peran guru untuk
mentransfer pengetahuannya kepada siswa tanpa melibatkan peran aktif siswa
sehingga mengakibatkan siswa pasif dan berakibat pula pada hasil belajar yang
kurang optimal. Hal ini disebabkan karena siswa hanya memperoleh pengetahuan
secara teoretis dan bertindak pasif, sedangkan guru bertindak aktif dalam
memberikan informasi. Dalam proses pembelajaran idealnya terjadi interaksi dua
arah antara guru dan siswa, sehingga proses pembelajaran yang terjadi lebih
interaktif. Dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang demikian, salah
satu upaya yang dapat dilakukan yaitu memilih pendekatan belajar yang tepat. Di
samping diperlukan pula media, sarana dan prasarana, serta berbagai pendukung
proses pembelajaran lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada guru
mata pelajaran biologi di SMAN 87 Jakarta, metode pembelajaran yang biasa
dilakukan sekolah tersebut dirasa masih kurang tepat. Dikarenakan metode yang
sering digunakan adalah diskusi kelompok, presentasi dan tanya jawab serta
praktikum untuk konsep yang memang menuntut untuk dilakukannya praktikum.4
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode-metode
yang biasa digunakan oleh guru dirasa belum membekali siswa dalam pemecahan
masalah. Kurang dikaitkannya konsep pembelajaran dengan kehidupan nyata juga
menyebabkan siswa kesulitan untuk menerapkan konsep yang mereka dapat di
dalam kelas ke kehidupan mereka di luar kelas. Dimana dalam presentasi
kebanyakan presentator hanya memperoleh pengetahuan dari sumber internet
yang sebagian besar isi materinya sama dengan yang ada di buku paket biologi.
Kemudian dalam diskusi kelompok biasanya guru membagikan Lembar Kerja
Siwa (LKS) seminggu sebelum materi diajarkan. LKS yang diberikan pun hanya
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang hampir seluruh jawabannya ada di buku
paket biologi. Akibatnya, siswa kurang merasakan secara langsung manfaat dari
proses pembelajaran yang dilakukan. Sehingga faktor-faktor tersebut dirasa

4
Lampiran 20, h. 152
4

sedikit banyak berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam belajar yang
nantinya juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh mereka
di sekolah.
Selain hasil belajar, masalah kepasifan dalam proses pembelajaran juga
menjadi masalah yang perlu diperhatikan di SMAN 87 Jakarta. Karena tidak dapat
dipungkiri permasalahan ini juga sedikit banyak berpengaruh terhadap hasil
belajar yang dicapai oleh siswa-siswa tersebut. Oleh sebab itu, penggunaan
metode yang tepat perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, terutama di
sekolah SMAN 87 Jakarta ini. Selain untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap
keaktifan siswa, pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga diharapkan
mampu mempermudah proses pembelajaran bagi guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal.
Terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan guru
di kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat
memberikan motivasi serta dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa
secara optimal, dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru,
akan tetapi juga dapat memahami konsep materi secara utuh karena adanya
interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.
Berbagai macam metode atau model pembelajaran dari tahun ke tahun telah
dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran Problem
Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap sesuai
untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 103
tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidkan
Menengah, yang menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran dapat
menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual salah satunya
yaitu Problem Based Learning.5
Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) akan terjadi
pembelajaran bermakna. Seperti yang dijelaskan oleh Panen yang dikutip oleh

5
Kemendikbud, Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, 2014, h. 4
5

Rusmono, menyatakan bahwa dalam pembelajaran Problem Based Learning


siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses pembelajaran yang
mengharuskannya mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran Problem Based Learning ini dimulai dengan mengidentifikasi
permasalahan kemudian melakukan diskusi kelompok dan mencari alternatif
jawaban yang paling tepat sebagai jawaban dari permasalahan tersebut dari
berbagai sumber serta menyampaikan hasil diskusi kelompok di bawah bimbingan
guru.6
Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar
dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan
situasi dimana konsep diterapkan. Dalam situasi Problem Based Learning, siswa
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan
nyata bukan lagi teoretis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep
atau teori akan mereka temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran Problem Based Learning juga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja,
memotivasi siswa untuk belajar serta dapat mengembangkan hubungan dalam
bekerja kelompok.
Kemampuan pemecahan masalah perlu dilatih agar siswa menjadi terampil
dalam memecahkan setiap masalah, baik untuk keperluan jangka pendek yang
terkait langsung dengan bagaimana siswa belajar biologi maupun untuk jangka
panjang sebagai bekal untuk kehidupannya di masyarakat kelak. Guru diharapkan
berusaha memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk belajar
melalui pemecahan masalah. Melalui pembelajaran yang dirancang dengan baik
diharapkan kemampuan tersebut dapat dengan cepat dan lebih mudah dikuasai

6
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru , (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Cet. 2, h. 74-78
6

siswa, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan dengan


baik dan dapat menguasai konsep yang diajarkan.
Menurut Lynda Wee yang dikutip oleh Taufiq Amir, mengatakan bahwa
PBL mampu menunjang kecakapan siswa dalam mengatur diri (self directed),
bekerja sama, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang
semuanya relatif perlu untuk kehidupan sehari-hari.7
Biologi merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting kedudukannya
karena menyangkut tentang kehidupan suatu makhluk hidup. Salah satu konsep
yang terdapat dalam biologi adalah fungi (jamur). Fungi (jamur) merupakan salah
satu bagian dari ilmu biologi yang dipelajari siswa di tingkat SMA umumnya
kelas X (tingkat 1 SMA). Fungi perlu dipelajari karena berkaitan erat dengan
kehidupan sehari-hari. Mulai dari yang bermanfaat karena dapat dikonsumsi,
cotohnya Volvariela volvaceae (jamur merang), sampai yang berbahaya karena
mengandung racun, contohnya Amanita muscaria (jamur beracun). Di era
sekarang ini juga mulai bermunculan berbagai macam penyakit, yang salah satu
penyebabnya adalah fungi (jamur). Selain itu juga terdapat banyak proses-proses
dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan jamur di dalamnya, contohnya
adalah proses pembuatan roti dan tapai. Oleh karena itu, konsep tersebut dirasa
sesuai disampaikan dengan menggunakan model Problem Based Learning
dimana peserta didik dituntut menggali dan mengembangkan pengetahuannya
dalam memahami materi tersebut serta memecahkan berbagai permasalahan yang
terkait dengan fungi (jamur) itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berniat melakukan penelitian
mengenai ”Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Fungi”.

B. Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi masih rendah, yaitu lebih dari
50% siswa yang hasil belajarnya tidak mencapai KKM.

7
M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), Cet. 3, h.13
7

2. Penggunaan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat menyebabkan


hasil belajar yang kurang optimal.
3. Sebagian besar siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dikaji secara lebih mendalam, maka perlu adanya
pembatasan masalah dari identifikasi masalah di atas. Adapun pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Problem Based Learning.
2. Hasil belajar dibatasi pada aspek kognitif siswa (C1 sampai C5).
3. Konsep yang disajikan dalam penelitian ini adalah konsep Fungi.
4. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X SMAN 87 Jakarta semester
genap tahun pelajaran 2015/2016.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Problem Based Learning
berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Fungi?”

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Fungi.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam memilih variasi
pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan
kemampuan dalam berpikir dan memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan
dalam pembelajaran, serta melatih untuk bekerjasama.
3. Bagi peneliti, sebagai penambah wawasan dan pengalaman serta masukan
untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIK,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik
1. Konstruktivisme
Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa pengetahuan
secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Namun penelitian
pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan ini yang dianut
oleh konstruktivisme.1 Sejalan dengan itu, Nur seperti yang dikutip oleh Trianto
menyatakan bahwa, “konstruktivisme merupakan suatu pandangan dimana siswa
harus menemukan sendiri dan menstranformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai agar mereka benar-benar memahami serta dapat
menerapkan pengetahuan dengan bekerja memecahkan masalah.”2
Belajar menurut pandangan konstruktivistik berarti membangun. Siswa
membangun pengetahuan dan pemahamannya dengan cara terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Perolehan pengetahuan baru yang dibangun melalui
informasi dalam struktur kognitif yang telah siswa miliki sebelumnya dan
menekankan pada penemuan makna dalam proses pembelajaran. Teori belajar
konstruktivisme ini dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky.3
Piaget seperti dikutip Wina Sanjaya berpendapat bahwa pada dasarnya
sejak kecil individu telah memiliki kemampuan untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dibangun secara mandiri oleh

1
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2009), Cet. 1, h. 144
2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), Cet. 4, h. 28
3
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119

8
9

individu tersebut akan lebih bermakna dibandingkan dengan pengetahuan yang


diperoleh melalui proses pemberitahuan.4
Pembelajaran konstruktivistik menekankan pada pembelajaran yang
mendorong siswa untuk membangun pemahaman dari pengetahuan-pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya melalui interaksi aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam proses membangun pengetahuan tersebut dapat terjadi
penyempurnaan terhadap pemahaman yang ada sebelumnya atau bahkan
perubahan pemahaman dari yang sebelumnya akibat dari pembelajaran itu sendiri.
Prinsip penting dalam psikologi pendidikan menekankan bahwa guru
seharusnya tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa,
melainkan guru harus mampu memfasilitasi dan memberi kesempatan siswa untuk
berusaha membangun sendiri pengetahuannya. Pendekatan konstruktivis lebih
menekankan pada pengajaran top down daripada bottom up dimana siswa
memulai belajar dengan permasalahan kompleks untuk kemudian dipecahkan dan
selanjutnya siswa menemukan keterampilan dasar yang diperlukan dengan
dibantu oleh bimbingan guru. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang
memungkinkan untuk membawa mereka ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut.5
Proses belajar mengajar bukan lagi sekedar pemindahan pengetahuan atau
informasi dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang membantu
siswa dalam memperoleh dan membangun pengetahuannya secara mandiri.
Orientasi pembelajaran dipusatkan pada siswa (learner oriented) dan guru
berperan sebagai teman sharing sekaligus pembimbing siswa ketika mengalami
kesulitan dalam belajar.
Pembelajaran yang menganut paham konstruktivistik akan melatih siswa
lebih mandiri dalam proses mendapatkan pengetahuan. Kemudian secara perlahan
dapat mengurangi ketergantungan berlebih kepada guru. Namun bukan berarti
peran guru tidak lagi penting, guru tetap dibutuhkan dalam proses pembelajaran
tetapi tidak menjadikannya sebagai satu-satunya sumber belajar yang serba tahu
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2011), Cet. 4, h. 165
5
Yatim Riyanto, op.cit., h. 145
10

dan selalu benar. Pemahaman yang didapat melalui proses konstruksi mandiri
dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang didapat, untuk
kemudian diharapkan mampu mereka terapkan dalam berbagai situasi nantinya.

2. Model Pembelajaran
Sebelum membahas Problem Based Learning, perlu diketahui terlebih
dahulu pengertian dari model pembelajaran itu sendiri. Menurut Zulfiani, Tonih
Feronika dan Kinkin Suartini, “model merupakan rencana atau pola yang dapat
dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar,
subyek pembelajar, lingkungan belajar, dan kurikulum.”6
Joyce dan Weil dikutip oleh Rusman berpendapat bahwa, “model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.”7
Arends seperti dikutip oleh Trianto menjelaskan bahwa, “model
pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan dan menyusun pembelajaran di kelas yang
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas.”8
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang pengajaran, salah satunya dalam
pemilihan model pembelajan yang sangat dipengaruhi oleh materi yang akan
diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, dan tingkat
kemampuan peserta didik.9
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana, pola atau kerangka yang dapat digunakan

6
Zulfiani, op.cit, h. 117
7
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2013), Cet. 5, h. 133
8
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep,Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 51
9
Ibid., h. 52
11

untuk merancang mekanisme suatu pembelajaran dari awal sampai akhir secara
sistematis dan memiliki tahapan-tahapan tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa
proses belajar akan mempengaruhi hasil akhir dari pembelajaran, yaitu berupa
berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran tersebut tercapai. Oleh karena itu
pengaturan proses belajar perlu dilakukan dengan seksama agar proses belajar itu
sendiri berjalan dengan baik dan menghasilkan hasil akhir yang baik pula.

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning


a. Pengertian Problem Based Learning
Salah satu model pembelajaran yang termasuk ke dalam pembelajaran
kontekstual adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning). “Problem-based learning is a student-centered method of teaching that
involves learning through solving unclear but genuine problems. It is a
constructivist, student-focused approach that promotes reflection, skills in
communication and collaboration, and it requires reflection from multiple
perspectives.”10 Dapat diartikan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran konstruktivis yang berpusat pada siswa
(student-centered) yang melibatkan permasalahan di kehidupan nyata. Dimana
dalam model ini siswa dapat melatih dan meningkatkan kemampuan dalam
pemecahan masalah, berkomunikasi dan berkolaborasi, serta memungkinkan
berbagai pemecahan masalah dalam sudut pandang yang berbeda-beda.
Ridwan Abdullah Sani menyatakan bahwa Problem Based Learning
merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara
menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji
hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa

10
Matthew B. Etherington, Investigative Primary Science: A Problem-based Learning
Approach, Australian Journal of Teacher Education, Volume 36(9), 2011, h. 54
12

konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum
mata pelajaran.11
Made Wena merumuskan definisi model pembelajaran Problem Based
Learning sebagai model pembelajaran yang menjadikan permasalahan-
permasalahan praktis sebagai pijakan dalam proses belajar mengajar atau dengan
kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dalam hal ini,
permasalahan menjadi stimulus sementara guru bertindak sebagai fasilitator.
Untuk dapat memecahkan masalah, siswa dituntut untuk mencari informasi,
memperkaya wawasan melalui upaya aktif dan mandiri.12
Menurut Ratumanan seperti yang dikutip oleh Trianto memberikan
pengertian bahwa, “Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, membantu siswa untuk membangun pengetahuan
mereka secara mandiri dengan memproses informasi-informasi yang telah ada
dalam diri siswa.”13
Dapat dipahami bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran yang secara sengaja menghadapkan siswa
terhadap suatu permasalahan konteksual dunia nyata dan melalui permasalahan
tersebut siswa akan belajar untuk mendapat dan mengembangkan pengetahuan
baru dengan memanfaatkan berbagai macam pengetahuan yang dimilikinya untuk
memecahkan suatu permasalahan.
Menurut Dutch dikutip oleh Taufik Amir menjelaskan bahwa Problem
Based Learning merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar
“belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan
serta kemampuan analisis dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem based

11
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik; Untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 127
12
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konsep
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 2, h. 91
13
Trianto, op. cit., h. 92
13

learning mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk
mencari serta menggunakan sumber pelajaran yang sesuai.14
Sejalan dengan pendapat di atas, Tan seperti yang dikutip oleh Rusman
menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan
inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.15 Permasalahan menjadi
fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator
dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi,
memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan
mandiri. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman
siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat
menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.16
“Problem Based Learning has been defined as an instructional method in
which students learn through facilitated problem solving that centers on a
complex problem that does not have a single correct answer.”17 Dapat diartikan
bahwa PBL merupakan model pembelajaran instruksional yang menuntut siswa
belajar melalui pemecahan masalah yang menempatkan permasalahan kompleks
di dalamnya, yang memungkinkan lebih dari satu solusi pemecahan masalahnya.
Arends menambahkan bahwa Problem Based Learning tidak didesain untuk
membantu guru menyampaikan konsep atau informasi yang terlalu banyak kepada
siswa, melainkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikirnya, kemampuan problem-solving, dan kemampuan intelektual, belajar

14
M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), Cet. 3, h. 21
15
Rusman, op.cit., h. 229
16
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h.
118
17
Mary C. English & Anastasia Kisantas, Supporting Student Self-Regulated Learning in
Problem- and Project-Based Learning, Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning,
Volume 7(2), Publised online 2013, h. 130
14

berperan seperti layaknya orang dewasa melalui situasi yang disimulasikan;


melatih ketidaktergantungan dan belajar mandiri.18
Dapat dipahami bahwa permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam
PBL tidak hanya melatih kemampuan siswa dalam pemecahan masalah,
melainkan juga melatih kemampuan bekerja sama dalam kelompok dan
kemampuan metakognitif siswa. Dengan menempatkan permasalahan kompleks
di dalam proses pembelajaran yang memungkinkan lebih dari satu solusi, secara
tidak langsung turut membantu siswa untuk mencari tidak hanya satu solusi
pemecahan masalah. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat suatu
permasalahan dari berbagai macam aspek dan sudut pandang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah (PBL) merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Dari masalah yang
diberikan siswa bekerjasama dalam kelompok, mencoba memecahkannya dengan
berbagai macam pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan suatu
permasalahan dan sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan untuk
solusinya. Sementara peranan guru adalah sebagai fasilitator yang dapat
membantu siswa dalam belajar. Dengan demikian, siswa membangun sendiri
pengetahuannya dan sekaligus memanfaatkan pengetahuannya untuk
memecahkan permasalahan tersebut.

b. Karakteristik Problem Based Learning


Pembelajaran saat ini idealnya berorientasi pada siswa (learner oriented)
bukan lagi berpusat pada guru atau dengan kata lain siswa bukanlah objek dari
pembelajaran yang dilakukan, melainkan sebagai subjek dari pembelajaran itu
sendiri.
Salah satu model pembelajaran yang banyak diadopsi untuk menunjang
pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model Problem Based
Learning (PBL). Menurut Tan yang dikutip oleh Taufik Amir menjelaskan bahwa
Problem Based Learning memiliki karakteristik seperti masalah digunakan

18
Richard I. Arends, Learning to Teach, (New York: McGraw Hill, 2007), Seventh edition,
h. 381-382
15

sebagai awal pembelajaran. Biasanya masalah yang digunakan merupakan


masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured), masalah
biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective), masalah
membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru, sangat mengutamakan belajar mandiri, memanfaatkan
sumber pengetahuan yang bervariasi, pencarian evaluasi serta penggunaan
pengetahuan menjadi kunci penting, pembelajaran kolaboratif, komunikatif dan
kooperatif, serta siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan
(peer teaching) dan melakukan presentasi.19
Menurut Scott dan Laura yang dikutip oleh Paul Eggen mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang digambarkan sebagai
berikut:
1) Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah, yaitu pelajaran bermula dari
satu masalah dan memecahkan masalah adalah tujuan dari pelajaran.
2) Siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan
masalah. Pelajaran pembelajaran berbasis masalah biasanya dilakukan secara
berkelompok dimana semua siswa terlibat dalam proses itu.
3) Guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan
dukungan pengajaran lain saat siswa berusah memecahkan masalah.20
Permasalahan yang sesuai untuk dibahas dalam Problem Based Learning
umumnya memiliki karakteristik yaitu terkait dengan dunia nyata, memotivasi
siswa, membutuhkan pengambilan keputusan, multitahap, dirancang untuk
kelompok, menyajikan pertanyaan terbuka yang memicu diskusi serta mencakup
tujuan pembelajaran, berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan
keterampilan lainnya.21
Taufiq Amir mengemukakan beberapa hal yang membedakan PBL dengan
model pembelajaran konvensional, bahwa belajar bukan hanya sekedar
menghafal, mencontoh dan meniru. Begitu pula masalah yang disajikan tidak

19
M. Taufik Amir, op.cit., h. 22
20
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten
dan Keterampilan Berpikir, Terj. Satrio Wahono, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 307.
21
Ridwan Abdullah Sani, op.cit., h. 131
16

sekedar latihan yang diberikan setelah contoh-contoh soal. Pada beberapa


pembelajaran konvensional, guru sering menerangkan dan memberikan contoh-
contoh soal sekaligus langkah-langkah penyelesaiannya. Kemudian guru
memberikan berbagai variasi latihan dimana siswa menjawab pertanyaan serupa.22
Sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa, PBL memiliki
karakteristik-karakteristik seperti yang diungkapkan oleh Savoie dan Hughes yang
dikutip oleh Made Wena, yaitu belajar dimulai dengan suatu permasalahan;
permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa;
pembelajaran diatur sedemikian rupa di seputar permasalahan, bukan di seputar
disiplin ilmu; siswa dilatih bertanggung jawab dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri; pembelajaran
menggunakan kelompok kecil; siswa dituntut untuk mendemonstrasikan yang
telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.23
Tiga ciri utama model Problem Based Learning yaitu, Pertama, model
pembelajaran Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran. Problem Based Learning tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui Problem Based Learning siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Based Learning menempatkan
masalah sebagai pijakan dalam proses pembelajaran. Masalah merupakan
komponen penting dalam pelaksanaan Problem Based Learning, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan
dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.24
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model PBL, permasalahan
merupakan komponen yang sangat penting. Permasalahan tersebut tentunya harus
22
M. Taufik Amir, op.cit., h. 23
23
Made Wena, op.cit., h. 91-92
24
Wina Sanjaya, op.cit., h. 214-215
17

mempunyai konteks dengan dunia nyata dan dapat menarik perhatian siswa untuk
mempelajari dan memecahkannya. PBL memiliki karakter kerjasama, siswa
saling berkolaborasi dan berdiskusi dalam kelompok kecil, berperan aktif dalam
proses belajar mengajar untuk bersama-sama merumuskan, memutuskan, serta
menindaklanjuti pemecahan masalah dari permasalahan yang mereka dapat
secara sistematis. Di samping itu, PBL melatih kemampuan siswa bagaimana
mencari solusi dari masalah yang mereka hadapi, tidak hanya satu solusi
melainkan berbagai macam solusi yang nantinya menjadikan cara berpikir mereka
lebih terbuka.

c. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning


Tujuan belajar dengan menggunakan Problem Based Learning terkait
dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah,
belajar multidisiplin, dan keterampilan hidup.25 Sedangkan berdasarkan
karakternya pembelajaran Problem Based Learning meiliki tujuan sebagai
berikut:
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah
2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik
3) Menjadi pembelajar yang mandiri.26
Jadi tujuan belajar dengan menggunakan Problem Based Learning adalah
terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan menyelesaikan
masalah, belajar multi disiplin, mendorong siswa penuh pemikiran, dan
keterampilan hidup.

d. Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning


Proses problem based learning akan dapat dijalankan bila pengajar siap
dengan segala perangkat yang diperlukan, siswa pun sudah harus memahami
prosesnya dan telah membentuk kelompok, selanjutnya kelompok menjalankan
proses pembelajarannya. Menurut Ibrahim seperti yang dikutip oleh Trianto tahap

25
Ridwan Abdul Sani, op. cit., h. 129
26
Trianto, op.cit., h. 94-95
18

Problem Based Learning dapat dijelaskan pada tabel 2.1.27 Tahapan ini lebih
jelas strukturnya sehingga lebih mudah diterapkan oleh peneliti atau guru.
Tahapan ini merupakan tahapan hasil adaptasi untuk pembelajaran di Indonesia.

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning


Tahapan Tingkah laku Guru
Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa pada masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan
Mengorganisasi siswa untuk dan mengorganisasikan tugas belajar yang
Belajar berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan
individual maupun kelompok eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
Tahap-4 Guru membantu siswa merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
menyajikan hasil karya laporan, video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mengevaluasi proses mereka dan proses-proses yang mereka
pemecahan masalah gunakan.

Dalam sumber lain Taufik Amir mendeskripsikan tujuh tahapan problem


based learning yaitu Pertama, mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum

27
Trianto, op.cit., h. 98
19

jelas, memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang
ada dalam masalah. Kedua, merumuskan masalah, fenomena yang ada dalam
masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara
fenomena itu. Ketiga, menganalisis masalah, anggota kelompok mengeluarkan
pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki tentang masalah, terjadi diskusi
yang membahas informasi yang ada dalam pikiran anggota. Keempat, menata
gagasan dan menganalisis, pada tahap ini bagian yang sudah di analisis dilihat
keterkaitanya satu sama lain, dikelompokkan mana yang saling menunjang, mana
yang bertentangan dan sebagainya. Kelima, memformulasikan tujuan
pembelajaran, pada tahap ini kelompok dapat merumuskan pembelajaran karena
kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang
masih belum jelas. Keenam, mencari informasi tambahan dari sumber lain,
keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan
oleh setiap individu yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.
Ketujuh, mensitesa dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan
meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan dalam bentuk makalah.28

e. Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning


Setiap model ataupun strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
penerapan model itu sendiri harus menyesuaikan dengan konsep atau materi yang
akan disampaikan dan tujuan pembelajaran.
Seperti layaknya model pembelajaran lain, Problem Based Learning (PBL)
pun memiliki keunggulan dan kelemahannya. Adapun keunggulan PBL menurut
Trianto, yakni sebagai berikut: Realistik dengan kehidupan nyata, Konsep sesuai
dengan kebutuhan siswa, Memupuk sifat inquiry siswa, Retensi konsep menjadi
kuat, dan Memupuk kemampuan problem solving (pemecahan masalah).29
Wina menambahkan, beberapa kelebihan dari PBL, diantaranya: Teknik
yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran melalui pemecahan masalah,

28
M. Taufik Amir, op.cit., h. 24-25
29
Trianto, op. cit., h. 96-97
20

Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan


pengetahuan baru bagi siswa, Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa,
Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata, Membantu untuk mengembangkan pengetahuan baru
siswa dan mendorong mereka untuk melakukan evaluasi sendiri terhadap hasil
maupun proses belajarnya, Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja, Dianggap lebih
menyenangkan belajar melalui pemecahan masalah, Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru, Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, Mengembangkan minat
siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir.30
Menurut Edward de Bono yang dikutip oleh Taufiq Amir, mengatakan
bahwa Problem Based Learning memberikan peluang untuk membangun
kecakapan hidup (life skills) pemelajar, pemelajar terbiasa mengatur dirinya
sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektif dengan pikiran dan
tindakannya), berkomunikasi dan cakap menggali informasi.31
Jadi, sebagai suatu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa,
pembelajaran berbasis masalah tidak hanya menjadikan siswa cakap secara
kognitif dan meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa di dalam kelas. Lebih
dari itu pembelajaran berbasis masalah mampu mengembangkan berbagai
keterampilan lain siswa seperti keterampilan dalam pemecahan masalah,
keterampilan dalam berkomunikasi, kemampuan berpikir ilmiah, serta melatih
siswa untuk belajar melihat sesuatu secara komperhensif dan mendalam. Selain
itu, dengan menghadirkan permasalahan-permasalahan kontekstual di dalam
pembelajaran dapat membantu siswa untuk mentransfer pengetahuan yang mereka

30
Wina Sanjaya, op.cit., h. 220-221
31
Taufik Amir, op. cit., h. 27
21

dapatkan ke dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat merasakan


manfaat dari pembelajaran yang mereka lakukan di kelas secara nyata, baik untuk
masa sekarang maupun di masa yang akan datang dalam menghadapi
permasalahan di lingkungan masyarakat.
Selain kelebihan, pembelajaran problem based learning (PBL) memiliki
beberapa keterbatasan. Kelemahan atau keterbatasan yang dimaksud antara lain:
1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks.
2) Sulitnya mencari problem yang relevan.
3) Sering terjadi miskonsepsi.
4) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup lama
dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita
untuk proses pembelajaran tersebut.32
Dengan demikian, segala kelemahan dapat diminimalisir dengan
menjadikan model ini harus lebih memperhatikan komponen belajarnya. Seperti
penggunaan masalah yang nyata dalam kehidupan siswa dan mudah dipahami
dalam proses pembelajaran. Karena jika komponen yang ada tidak mengakomodir
semua pelaksanaan pembelajaran maka hasil yang diperoleh siswa pun kurang
memuaskan bahkan pembelajaran menjadi sia-sia. Semua komponen tersebut
disesuaikan dengan minat siswa dalam meracik kegiatan pembelajaran agar
menghindari adanya miskonsepsi di akhir pembelajaran.

4. Belajar dan Hasil Belajar


a. Pengertian Belajar
Dalam proses pembelajaran, proses belajar memegang peranan yang vital.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah, lingkungan rumah
maupun keluarganya sendiri. Winkel seperti dikutip Yatim Riyanto
mendefinisikan, “belajar sebagai suatu kegiatan psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif antara individu dengan lingkungan, yang dengannya menjadikan

32
Ngalimun, op. cit., h. 131
22

individu tersebut mengalami perubahan-perubahan dalam pemahaman,


33
keterampilan dan sikap. Perubahan yang terjadi bersifat tetap.”
Sedangkan Cronbach seperti yang dikutip Syaiful Bahri, berpendapat bahwa
“learning is shown by change in behavior as a result of experience”. Belajar
sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.34
Sejalan dengan dua pandangan para ahli di atas, Slameto memberikan
definisi, “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 35 Apabila
karena interaksi ini seseorang mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam
aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, maka dapat dikatakan bahwa dia
telah mengalami suatu proses belajar.
Menurut Ernes ER. Hilgard dikutip oleh Riyanto definisi belajar adalah
“Learning is the process by which an activity originates or is changed
throughttraining procedures (whether in the laboratory or in the natural
environment) asdistinguished from changes by factor not attributable to training”.
Pernyataan ini memiliki maksud bahwa seseorang dapat dikatakan belajar jika
dapat melakukan segala sesuatu dengan melakukan latihan-latihan sehingga dapat
berubah. Perubahan yang dimaksud dapat berupa penambahan pengetahuan,
keterampilan ataupun sikap.36
Sementara itu, Biggs dikutip oleh Muhibbin Syah mendefinisikan belajar
dalam 3 rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Pertama,
secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian
atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi,
belajar dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Kedua,
secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses

33
Yatim Riyanto, op.cit., h. 5
34
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h.
13
35
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), Cet. 5, h. 2
36
Yatim Riyanto, op.cit., h. 4-5
23

“validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi yang telah ia
pelajari. Ketiga, secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar adalah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta menafsirkan dunia di
sekeliling siswa. Belajar difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah yang kini dan nanti dihadapi
siswa.37
Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi belajar, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses aktifitas yang berlangsung dalam diri
individu sehingga mengalami perubahan-perubahan perilaku sebagai hasil dari
pembelajaran, pengalaman, ataupun interaksi dengan lingkungannya. Perubahan
yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang terjadi di
dalam proses belajar ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan tingkah laku, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, dan daya pikirnya.

b. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan produk evaluasi yang dilaksanakan untuk melihat
apakah terdapat perubahan atau tidak pada diri siswa, atau berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk
menilai sesuatu yang mencakup dua kegiatan, yaitu pengukuran dan penilaian.38
Evaluasi bukan hanya dapat memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan
belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan informasi mengenai komponen-
komponen kurikulum lainnya.39
Menurut Bloom yang dikutip oleh Rusmono mengatakan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan
pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual. Ranah afektif meliputi

37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 90
38
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagafindo Persada, 2012),
Cet. 12, h. 5
39
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 36
24

perubahan sikap, minat, nilai-nilai dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian.


Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukan bahwa
siswa telah mempelajari keterampilan tertentu.40
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.41
Menurut Rusman penilaian hasil belajar dilakukan secara konsisten,
sistematis dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk
tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas proyek atau produk, portofolio, serta penilaian diri.42
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka
intinya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas
belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh
pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Selain itu dapat
disimpulkan juga bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan siswa
setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-
kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, perbedaan
hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh beberapa faktor, faktor
tersebut akan terlihat dalam gejala kognitif, motorik, dan afektif dalam proses

40
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru , (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Cet. 2, h. 8
41
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), Cet. 4, h. 155
42
Rusman, op.cit., h. 13
25

maupun hasil belajar. Menurut Nana Syaodih faktor-faktor tersebut dapat


bersumber dari dalam dir siswa atau di luar siswa atau lingkungan. Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri siswa tersebut menyangkut aspek jasmaniah yang
mencakup kondisi dan kesehatan jasmani siswa, maupun rohaniah yang
mencakup kondisi kesehatan psikis, kemampuan intelektual, sosial, psikomotor
serta afektif siswa. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar siswa atau
lingkungan yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.43
Menurut Suyono, hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa sebagai
hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang
tergantung kepada apa yang telah diketahui siswa seperti konsep-konsep, tujuan
dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.44
Menurut Zainal Arifin, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa yaitu faktor kesiapan guru, kesiapan peserta didik, sarana dan prasarana,
dan sebagainya. Proses belajar dapat dikatakan efektif apabila peserta didik aktif
mengikuti kegiatan belajar, berani mengemukakan pendapat, bersemangat, kritism
dan kooperatif. Begitu juga dengan hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari
ketuntasan belajar peserta didik.45
Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi proses atau hasil
belajar yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan siswa tersebut sebagai objek
belajar. Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa. Selain faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) baik
secara jasmani dan kejiwaan, faktor keluarga dan lingkungan masyarakat juga
sedikit banyak berpengaruh pada proses dan hasil belajar siswa sebagai pengaruh
yang berasal dari luar (eksternal).

43
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 6, h. 162-163
44
Suyono dan Haryanto, Belajar Dan Pembelajaran; Teori Dan Konsep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 127
45
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), Cet. 5, h. 303
26

d. Penilaian Hasil Belajar


Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh
guru. Melalui kegiatan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan peserta
didik dalam berbagai hal seperti, intelegensi, bakat khusus, hubungan sosial, sikap
dan kepribadian siswa.46
Menurut Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, dalam
bukunya menjelaskan bahwa, “tujuan dilakukannya penilaian antara lain: (1)
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa; (2) mengukur pertumbuhan dan
perkembangan siswa; (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa; (4) untuk
memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka
perbaikan”.47
Dalam melakukan penilaian terdapat beberapa prinsip penting yang harus
diperhatikan sebelum melakukan kegiatan penilaian, antara lain: Pertama,
penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas kemampuan yang
harus dinilai, materi penilaian, alat penelitian, dan intrepertasi hasil penilaian
sesuai dengan yang diinginkan kurikulum yang berlaku. Kedua, penialaian hasil
belajar seharusnya menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari proses
belajar-mengajar itu sendiri. Artinya, tiada proses belajar-mengajar tanpa
penilaian. Ketiga, penilaian yang dilakukan sifatnya harus komprehensif
mencakup ketiga aspek penilaian, yakni: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik. Begitupun dalam menilai aspek kognitif sebaiknya mencakup
semua aspek kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Keempat, penilaian hasil belajar seharusnya diikuti dengan tindak
lanjut. Data hasil belajar siswa sangat dibutuhkan baik oleh guru maupun siswa.
Hasil penilaian dapat dijadikan acuan dalam membenahi kekurangan-kekurangan
yang terjadi dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.48

46
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), Cet. 1, h. 4
47
Ibid.
48
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 10
27

Untuk melakukan kegiatan penilaian maka dibutuhkan yang namanya alat-


alat penilaian, baik tes maupun nontes yang dapat digunakan untuk melihat sejauh
mana tujuan pembelajaran tercapai. Dalam kaitannya dengan penyusunan alat-alat
penilaian tersebut, perlu memperhatikan beberapa langkah yang harus ditempuh,
yakni: (1) menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup
pertanyaannya; (2) merumuskan tujuan instruksional khusus, sehingga jelas
kemampuan yang harus dinilai; (3) membuat kisi-kisi alat penilaian, yang
menggambarkan lingkup materi, tingkat kesulitan soal, dan perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan soal tersebut; (4) menyusun soal berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat; dan (5) menentukan kunci jawaban.49
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi atau penilaian hasil
belajar mempunyai peran yang tidak kalah penting dengan penetapan tujuan dan
proses pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan dilakukannya penilaian adalah
untuk mengetahui tingkat pencapaian proses dan hasil dari pembelajaran, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai bahan koreksi untuk pembelajaran yang akan
datang. Mengingat begitu pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran maka
dalam pelaksanaan penilaian perlu memperhatikan hal-hal penting yang telah
menjadi prinsip dari penilaian itu sendiri.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan hasil positif bagi kemungkinan penggunaan model pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning).
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Tomi Utomo, Dwi Wahyuni dan
Slamet Hariyadi yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning terhadap pemahaman konsep siswa pada
pokok bahasan Sistem Gerak Manusia yang ditunjukan oleh peningkatan rerata
pretes dan postes sebesar 21.36 dari rerata pretes 52.45 menjadi rerata postes

49
Ibid., h. 10
28

73.81. Dalam penelitian ini juga menunjukan adanya pengaruh model problem
based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. 50
Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Asfadi, Upik Yelianti dan Retni S.
Budiarti. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif
penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
terhadap hasil belajar biologi siswa SMA Negeri 3 Kota Jambi baik pada ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.51
Penilitian lain juga menunjukkan hasil yang positif, seperti yang dilakukan
oleh Musriadi, Djufri dan Muhibuddin yang menunjukkan bahwa: (1)
Kemampuan hasil belajar materi jamur (fungi) menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan hasil
belajar materi jamur (fungi) menggunakan model pembelajaran konvensional.
Dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat menjadikan siswa
lebih kreatif, berpikir tingkat tinggi dan aktif, (2) Motivasi belajar siswa pada
belajar materi jamur (fungi) menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan hasil belajar materi jamur (fungi)
menggunakan model pembelajaran konvensional. Siswa lebih menyukai
pembelajaran berbasis masalah karena interaksi-interaksi yang muncul membuat
mereka lebih mudah dan cepat dalam memperoleh tujuan belajar. Sikap tertarik
yang ditampilkan siswa memberikan motivasi yang tinggi pada proses
pembelajaran.52
Penelitian yang dilakukan oleh Orhan and Ruhan tentang pengaruh Problem
Based Learning terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa. Hasil penelitian ini
menyatakan, dari data yang didapatkan dan evaluasi yang dilakukan menunjukkan

50
Tomi Utomo, Dwi Wahyuni, dan Slamet Hariyadi, “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa (Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten
Situbondo Tahun Ajaran 2012/2013”, Jurnal Edukasi Unej, Vol. 1(1), Tahun 2014
51
Bayu Asfadi, Upik Yelianti, dan Retni S. Budiarti, “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA
N 3 Kota Jambi”, Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Jambi, tidak
dipublikasikan
52
Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh”, Jurnal EduBio Tropika,
Vol. 2, No. 1, April 2014
29

bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning memberikan


pengaruh positif terhadap pencapaian akademik dan sikap ilmiah siswa. Dalam
penelitian ini juga menemukan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah
berpengaruh baik terhadap perkembangan konseptual siswa.53

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang menghubungkan antara model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Rendahnya hasil belajar


siswa

Penggunaan model/metode pembelajaran yang


kurang tepat yang meyebabkan siswa pasif di kelas

Model Problem Based Learning

Mengorganisasika Membimbing Mengembangkan Menganalisis dan


Orientasi siswa penyelidikan
n siswa dalam dan mengevaluasi
pada masalah (individu/kelompok)
belajar mempresentasika proses pemecahan
n hasil masalah

Siswa aktif dalam pembelajaran,


berinteraksi dan bekerjasama dalam
memecahkan masalah

Hasil belajar meningkat

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

53
Orhan Akinoglu and Ruhan O. Tandogan, “The Effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Student’s Academic Achievement, Attitude and Concept”,
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 3(1), 2007
30

Permasalahan yang cukup sering ditemukan di beberapa sekolah adalah


rendahnya hasil belajar dan tingkat partisipasi atau keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ilmu sains khususnya IPA, guru
dituntut tidak hanya sekedar menyampaikan materi, melainkan sebagai fasilitator
dan mediator yang kreatif. Sedangkan siswa dituntut berperan aktif dan berusaha
menemukan konsep sendiri untuk kemudian dikembangkan dalam proses
pembelajaran.
Guru harus mampu menemukan metode dan teknik yang dapat mendukung
perannya tersebut, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan
efektif. Dengan kata lain guru dituntut untuk dapat menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar siswa dapat
memahami konsep yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang didasari oleh
dorongan penyelesaian masalah. Sebagai model pembelajaran, Problem Based
Learning menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Dimana siswa bekerja dalam kelompok
mendiskusikan pemecahan masalah pada topik yang diangkat dan kemudian
dipresentasikan di depan kelas.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif untuk siswa, karena model ini mendorong siswa untuk
memiliki kepekaan terhadap lingkungan belajarnya dan kemudian akan
mendorong usaha siswa untuk berinteraksi dan bekerjasama dalam kelompok
untuk memecahkan masalah. Siswa juga dilatih untuk mengorganisasikan
pengetahuan dan kemampuan mereka.
Oleh karena itu, penerapan model Problem Based Learning (pembelajaran
berbasis masalah) diharapkan memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran biologi pada konsep fungi.
31

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah terdapat pengaruh
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar
biologi siswa pada konsep fungi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016,
yaitu pada tanggal 07-22 Januari 2016. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di
SMA Negeri 87 Jakarta yang beralamatkan di Jalan Mawar II, Bintaro
Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
experimental design, yaitu metode penelitian eksperimen semu dengan desain
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1
Pemilihan metode penelitian ini dikarenakan kelas yang akan dijadikan objek
dalam penelitian tidak memungkinkan untuk dilakukan pengontrolan secara ketat.
Oleh karena itu, penelitian dilakukan secara kondisional namun tetap
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi validitas hasil penelitian.
Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control
Group Design.2 Desain ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dan kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan pembelajaran
Saintific. Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan tes awal
berupa pretes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep yang
akan diajarkan. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kemudian masing-
masing kelompok diberikan tes akhir berupa postes dengan menggunakan soal
yang sama seperti pretes untuk mengetahui hasil belajar mereka. Desain penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 13, h. 77
2
Ibid., h. 79

32
33

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4

Keterangan:
O1 dan O3 : Hasil pretes
O2 dan O4 : Hasil postes
X1 : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen
X2 : Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi target dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 87 Jakarta tahun pelajaran
2015/2016. Sedangkan populasi terjangkau adalah siswa kelas X SMA Negeri 87
Jakarta tahun pelajaran 2015/2016.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Teknik ini
merupakan teknik penentuan sampel secara acak.5 Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning
dan kelas X MIPA 4 sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang dalam
pembelajarannya menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Saintific.

D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas
(X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Problem Based Learning. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah
hasil belajar biologi siswa.

3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013), Cet. 15, h. 173
4
Ibid., h. 174
5
Sugiyono, op. cit, h. 82
34

E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilaksanakan dalam penilitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penilitian, dan tahap akhir
penelitian.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian ini adalah
pengurusan surat observasi dan surat izin penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selanjutnya melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat
untuk melaksanakan penelitian, membuat kisi-kisi intrumen penelitian
berdasarkan indikator dan ranah kognitif yang digunakan, serta membuat
instrumen penelitian. Langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru bidang studi di sekolah yang
bersangkutan untuk melakukan ujicoba instrumen, kemudian melakukan analisis
data hasil ujicoba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilaksanakan dengan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelompok
kontrol yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Saintific. Pada awal
penelitian, guru memberikan pretes kepada siswa, baik pada kelompok
eksperimen maupun pada kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Selanjutnya pada akhir penelitian
guru memberikan postes dengan menggunakan soal yang sama dengan pretes
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Adapun jadwal
pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian di SMAN 87 Jakarta


No Hari, Tanggal Kegiatan
Pretes konsep Fungi di kelas kontrol dan
1 Senin, 14 Desember 2015
kelas eksperimen
Pertemuan 1 di kelas eksperimen tentang
2 Kamis, 07 Januari 2016 materi ciri umum, struktur tubuh, cara
hidup, reproduksi, dan klasifikasi jamur
35

No Hari, Tanggal Kegiatan


Pertemuan 1 di kelas kontrol tentang
3 Jum’at, 08 Januari 2016 materi ciri umum, struktur tubuh, cara
hidup, reproduksi, dan klasifikasi jamur
Pertemuan 2 di kelas eksperimen tentang
4 Rabu, 13 Januari 2016 materi simbiosis jamur dengan organisme
lain dan peranan jamur bagi kehidupan
Pertemuan 2 di kelas kontrol tentang
5 Jum’at, 15 Januari 2016 materi simbiosis jamur dengan organisme
lain dan peranan jamur bagi kehidupan
6 Rabu, 20 Januari 2016 Postes konsep Fungi di kelas eksperimen
7 Jum’at, 22 Januari 2016 Postes konsep Fungi di kelas kontrol

3. Tahap Akhir Penelitian


Pada tahap akhir penelitian dilakukan analisis data hasil pretes dan postes
untuk mengetahui hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Setelah itu dilakukan
penarikan kesimpulan yang merupakan langkah akhir pada tahap ini.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang digunakan
untuk penelitian diperoleh dari:
1. Tes
Amir Daien seperti dikutip oleh Arikunto mendefiniskikan tes sebagai suatu
alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data yang
diinginkan dengan cara yang tepat.6 Tes dalam peneltian ini meliputi pretes dan
postes dalam bentuk pilihan ganda. Pretes adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan model
pembelajaran berbasis masalah. Sedangkan postes adalah tes yang dilakukan
setekah penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk melihat hasil
belajar siswa akibat adanya perlakuan.

6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
29
36

2. Observasi
Obeservasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena. Observasi
dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti
tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
lain-lain. Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam
mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan sosial
antara guru dengan peserta didik dan hubungan sosial lainnya.7

G. Instrumen Penelitian
Instrumen pada suatu penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.8 Dalam penelitian ini
digunakan instrumen tes hasil belajar dan lembar observasi proses belajar.

1. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk penilaian kognitif siswa dengan
melakukan pretes dan postes hasil belajar individu pada konsep fungi (jamur).
Adapun tes tertulis yang digunakan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan
ganda yang berjumlah 20 soal dengan 5 pilihan jawaban. Tes ini dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pretes) dan sesudah perlakuan
(postes) yang keduanya dibuat sama untuk dua kelompok penelitian. Sebelum
instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji-cobakan di kelas XI MIA. Hali ini
bertujuan untuk menguji apakah tes tersebut telah memenuhi syarat untuk
digunakan dalam penelitian dengan dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda pada setiap soal. Untuk lebih memahami instrumen
tes pada penelitian ini, kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini:

7
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), Cet. 5, h. 153
8
Sugiyono, op. cit., h. 102
37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian9


Aspek Kognitif ∑
Indikator
C1 C2 C3 C4 C5 Soal
3.6.1 4 1, 2 3
Mengidentifikasi
ciri umum dan
struktur tubuh
jamur
3.6.2 8, 9, 10 12 4
Menjelaskan
cara hidup dan
reproduksi
jamur
3.6.3 17, 25, 18, 19, 14 21 10
Mengklasifikasi 28, 29 22, 24
kan jamur
berdasarkan
divisinya
3.6.4 39, 40 32 35 37 6
Menjelaskan
simbiosis jamur
dengan
organisme lain
dan peranan
jamur bagi
kehidupan
sehari-hari
Total 6 8 5 2 1 22

2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan metode pengumpulan data secara sistematis
melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian. Lembar observasi ini berupa daftar cek (check list) yaitu penataan data
dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama observer
disertai jenis gejala yang diamati.10
Lembar observasi digunakan ketika proses belajar mengajar berkaitan
dengan aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, lembar observasi ini

9
Lampiran 11, h. 137
10
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 158-160
38

digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tahapan kegiatan


11
pembelajaran pada model Problem Based Learning.

H. Kalibrasi Instrumen
Sebelum tes digunakan sebagai instrumen, terlebih dahulu diuji-cobakan
kepada responden, dalam hal ini di luar sampel yang telah ditetapkan. Setelah itu
instrumen diukur tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
beda, sehingga dapat dipertimbangkan instrumen tersebut dapat dipakai atau
tidak.
Untuk menghitung kalibrasi intrumen dalam penelitian ini penulis
menggunakan alat bantu perhitungan analisis data yang dikembangkan oleh Drs.
Karno To, M. Pd dan Yudi Wibisono ST, yaitu program Anates.12 Adapun
langkah-langkah penggunaan program Anates yaitu: Pertama, buka program
anates versi 4.0.9. Kedua, pilih jalankan anates Pilihan Ganda. Ketiga, pilih buat
file baru kemudian mengisi jumlah subyek/siswa, jumlah butir soal dan jumlah
pilihan jawaban. Keempat, mengisi nama siswa, kunci jawaban soal dan jawaban
siswa pada kolom yang telah disediakan kemudian kembali ke menu utama.
Kelima, pilih olah semua otomatis pada kolom penyekoran. Keenam, melihat hasil
penyekoran kemudian pilih cetak ke file untuk disimpan dan dicetak.

1. Uji Validitas
Karakteristik intrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaknya
memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas yang baik. Menurut Scarvia B.
Anderson yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa sebuah tes
disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.13
Untuk mengukur validitas tes, dapat ditentukan dengan menggunakan korelasi
Product Moment sebagai berikut:14

RXY =

11
Lampiran 5, h. 109
12
Karno To dan Yudi Wibisono, Anates versi 4.0.9, tersedia di www.anates.com
13
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 65
14
Ibid., h. 72
39

Keterangan:
RXY : koefisien korelasi
N : banyaknya sampel
X : jumlah skor untuk tiap butir soal
Y : jumlah skor total
2
X : jumlah kuadrat tiap butir soal
2
Y : jumlah kuadrat skor total
XY : jumlah perkalian antara X dan Y
Perhitungan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program Anates.15 Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dari total soal
pilihan ganda sebanyak 40 soal, didapatkan 22 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 4,
8, 9, 10, 12, 14, 17, 19, 21, 22, 24, 25, 28, 29, 32, 35, 36, 37, 39, 40. Sedangkan
soal yang tidak valid sebanyak 18 soal. Dari jumah soal yang valid yaitu 22 butir
soal, peneliti hanya menggunakan soal sebanyak 20 butir soal dikarenakan
terdapat beberapa soal yang dapat mewakili soal lainnya dan untuk memudahkan
dalam pemberian nilai siswa.

2. Uji Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.16 Reliabilitas dapat diartikan sejauh
mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, stabil dan konsisten.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Kuder Richardson KR-20 sebagai berikut:17

=( )( )
Keterangan:
: reliabilitas tes secara keseluruhan
n : banyaknya item
p : proporsi subjek yang menjawab item yang benar
q : proporsi subjek yang menjawab item yang salah
: jumlah perkalian antara p dan q
S : standar deviasi
15
Lampiran 7, h. 129
16
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 86
17
Ibid., h. 100
40

Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


program Anates.18 Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 40 soal yang telah
diuji cobakan dengan n=35 menunjukan nilai reliabilitas sebesar 0.79 dan
tergolong dalam kategori korelasi tinggi. Kriteria indeks reliabilitas dapat dilihat
pada tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria
< 0.20 Sangat Rendah
0.20 – 0.40 Rendah
0.40 – 0.60 Cukup
0.60 – 0.80 Tinggi
0.80 – 1.00 Sangat Tinggi

3. Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal apakah soal itu tergolong sukar,
sedang, atau mudah maka soal-soal tersebut terlebih dahulu diujikan taraf
kesukarannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:19

P =
Keterangan:
P : proporsi (tingkat kesukaran)
B : jumlah siswa yang menjawab benar
N : jumlah peserta tes

Perhitungan tingkat kesukaran dalam penelitian ini dilakukan dengan


menggunakan program Anates.20 Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 40
soal yang diuji cobakan, diperoleh 5 soal dengan kriteria sangat mudah, 4 soal
dengan kriteria mudah, 26 soal dengan kriteria sedang, 2 soal dengan kriteria

18
Lampiran 8, h. 131
19
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 103
20
Lampiran 9, h. 133
41

sukar dan 3 soal dengan kriteria sangat sukar. Adapun kriteria tingkat kesukaran
dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran
Interval Kriteria
0 – 15% Sangat Sukar
16% – 30% Sukar
31% – 70% Sedang
71% – 85% Mudah
86% – 100% Sangat Mudah

4. Daya Pembeda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan
kelompok siswa yang kurang pandai. Daya pembeda ini dihitung menggunakan
rumus:21

D=

Keterangan:
D : daya pembeda
Ba : jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb : jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah
N : jumlah peserta tes

Perhitungan daya pembeda dalam penelitian ini dilakukan dengan


menggunakan program Anates.22 Adapun kriteria indeks daya pembeda dapat
dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:

21
Ahmad Sofyan, op. cit, h. 104
22
Lampiran 10, h. 135
42

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda


Interval Keterangan
D 0 Sangat Jelek
0.01 < D 0.20 Jelek
0.20 < D 0.40 Cukup
0.40 < D 0.70 Baik
0.70 < D 1.00 Sangat Baik

I. Teknik Analisis Data


Data penelitian yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis agar
dapat dipahami bukan hanya oleh peneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian, maka data yang diperoleh harus diuraikan melalui
analisis data.

1. Uji N-Gain
Setelah diperoleh data nilai pretes dan postes, kemudian dilakukan
perhitungan N-Gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh
setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut.23

N-Gain =

Dengan kategorisasi perolehan:


Tabel 3.7 Kriteria N-Gain24
Rentang Kriteria
(<g>) > 0.7 Tinggi
0.7 > (<g>) > 0.3 Sedang
(<g)>) < 0.3 Rendah

23
Yanti Herlanti, “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian
Pendidikan Sains”, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h. 71, tersedia melalui
http://dhetik.weebly.com diunduh pada tanggal 22 Desember 2015
24
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, 1999, h. 1 tersedia melalui
www.physics.indiana.com diunduh pada tanggal 03 Januari 2016
43

2. Uji Prasyarat Analisis


Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, terlebih dahulu data
dilakukan uji normalitas. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data
keadaan awal populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji nomalitas yang
digunakan adalah uji Liliefors.
Langkah-langkah uji Lilliefors adalah sebagai berikut:25
1) Pengamatan x1, x2, . . . xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . zn dengan
̅
menggunakan rumus zi = (̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan

simpangan baku sampel).


2) Untuk tiap bilangan baku ini dan meggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . . zn yang lebih kecil atau sama dengan zi.
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

S(zi) =

4) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.


5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga tersebar ini Lo atau Lhitung.

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, dibandingkan Lo dengan nilai


kritis L/Ltabel yang diambil dari daftar nilai kritis uji Liliefors untuk taraf nyata α
yang dipilih. Jika Lhitung < Ltabel, maka Ho diterima yang berarti data berdistribusi

normal. Sebaliknya Lhitung > Ltabel, maka Ho ditolak yang berarti data tidak
berdistribusi normal.

25
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466-467
44

b. Uji Homogenitas
Persyaratan uji analisis yang kedua adalah uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian
berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk
menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji
homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai
varians yang sama atau tidak.
Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan uji Fisher dengan rumus
sebagai berikut:26

Fhitung = =

Kriteria hipotesis uji homogenitas untuk menganalisis data dalam penelitian yaitu
jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima yang berarti varians antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol homogen. Sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang
berarti varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen.

c. Uji Hipotesis
Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji
parametrik dengan menguji hipotesis statistik menggunakan rumus uji-t dengan
taraf signifikan α = 0.05. Adapun rumus uji t sebagai berikut:27


thitung = dengan S2 =

Keterangan:
1 : rata-rata skor kelompok eksperimen
2 : rata-rata skor kelompok kontrol
n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah sampel kelompok kontrol
s1 : nilai varians kelompok eksperimen

26
Ibid., h. 249
27
Ibid., h. 239
45

s2 : nilai varians kelompok kontrol


s : nilai varians gabungan

J. Hipotesis Statistika
Perumusan hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2

Keterangan:
Ho : tidak terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa
Ha : terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa
µ1 : rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen
µ2 : rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terkumpul dari
tes hasil belajar biologi yang diberikan kepada siswa kelas X SMAN 87 Jakarta
berupa pretes dan postes yang dilakukan pada dua kelas yang berbeda, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning pada kelas X MIPA 3 (35 siswa),
sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan
Saintific pada kelas X MIPA 4 (35 siswa). Pretes diberikan sebelum perlakuan
dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua
kelompok tersebut. Postes diberikan setelah perlakuan yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar biologi siswa
dalam memahami konsep fungi. Adapun instrumen yang digunakan pada pretes
dan postes dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar biologi siswa melalui
tes kognitif sebanyak 20 soal pilihan ganda yang telah diuji coba dan dianalisis.
Berdasarkan data yang terkumpul maka akan dijelaskan gambaran umum dari
data yang diperoleh, yaitu data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas
kontrol, pengujian hipotesis dan pembahasan dari hasil penelitian.

A. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing kelas diberikan tes awal
(pretes) terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana
pengetahuan awal siswa konsep yang akan diajarkan, yakni konsep fungi/jamur.
Hasil perhitungan data pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
diberi perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.1.

46
47

Tabel 4.1 Data Skor Pretes1


Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 35 35
Skor tertinggi 60 55
Skor terendah 15 25
Rata-rata 36.14 37.29
SD 11.89 10.24

Nilai rata-rata diperoleh dari penjumlahan skor hasil pretes masing-masing


siswa kemudian dibagi jumlah keseluruhan siswa pada tiap kelas. Dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran
biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Berdasarkan hasil pretes pada
tabel 4.1, hasil belajar siswa pada konsep fungi pada kelas eksperimen dengan
total 35 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 36.14 dan standar deviasi sebesar
11.89. Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 35 siswa diperoleh nilai rata-
rata sebesar 37.29 dan standar deviasi sebesar 10.24. Dari data tersebut
menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep fungi pada kedua kelas
masih cenderung rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dirasa wajar dikarenakan
memang belum dilakukan kegiatan pembelajaran berkaitan dengan konsep fungi.

2. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, masing-masing kelas diberikan
tes akhir (postes). Hal ini dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah
diberi perlakuan berupa kegiatan pembelajaran. Hasil perhitungan data postes
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan yang berbeda
dapat dilihat pada tabel 4.2.

1
Lampiran 13, h. 144
48

Tabel 4.2 Data Skor Postes2


Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 35 35
Skor tertinggi 100 90
Skor terendah 65 55
Rata-rata 83.29 77.43
SD 8.91 7.31

Nilai rata-rata diperoleh dari penjumlahan skor hasil postes masing-masing


siswa kemudian dibagi jumlah keseluruhan siswa pada tiap kelas. Dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran
biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Berdasarkan hasil postes pada
tabel 4.2, hasil belajar siswa pada konsep fungi pada kelas eksperimen dengan
total 35 siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 83.29 dan standar deviasi sebesar
8.91. Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 35 siswa diperoleh nilai rata-rata
sebesar 77.43 dan standar deviasi sebesar 7.31. Dari data tersebut menunjukan
bahwa pemahaman siswa terhadap konsep fungi pada kedua kelas mengalami
peningkatan bila dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran.

3. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Uji Normal Gain (N-Gain) ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan
skor pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi
perlakuan berbeda. Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.3.

2
Ibid.
49

Tabel 4.3 Data Skor N-Gain3


N-Gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tertinggi 1.00 0.83
Terendah 0.54 0.36
Rata-rata 0.74 0.64
Kategori Tinggi Sedang

Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar


biologi siswa, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hal ini
dapat dilihat dari skor rata-rata nilai N-Gain kelas eksperimen sebesar 0.74 yang
termasuk dalam kategori tinggi dan rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol sebesar
0.64 yang termasuk dalam kategori sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil
rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil rata-rata
N-gain pada kelas kontrol. Skor terendah N-Gain pada kelas eksperimen pun lebih
tinggi dari skor terendah pada kelas kontrol.
Frekuensi N-Gain kedua kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol4
Frekuensi
Kategori N-Gain
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rendah 0 0
Sedang 14 26
Tinggi 21 9
Jumlah 35 35

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata N-Gain antara kelas eksperimen


dan kelas kontrol mempunyai kategori yang berbeda yaitu kategori tinggi untuk
kelas eksperimen dan kategori sedang untuk kelas kontrol. Kedua kelas memiliki
nilai dengan kategori N-Gain yang beragam. Pada kelas eksperimen sebanyak 21

3
Lampiran 14, h. 145
4
Ibid.
50

orang siswa memiliki nilai dengan kategori N-Gain tinggi, 14 orang siswa
kategori sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki nilai dengan kategori N-
Gain rendah. Sedangkan pada kelas kontrol terdapat 26 orang siswa yang
memiliki nilai dengan kategori N-Gain tinggi, 9 orang siswa yang memiliki nilai
dengan kategori N-Gain sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki N-Gain
dengan kategori rendah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan
hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

B. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran


Instrumen observasi disusun berdasarkan sintaks atau tahapan dalam model
pembelajaran Problem Based Learning dan digunakan ketika proses pembelajaran
berkaitan dengan aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, observasi ini
dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tahapan kegiatan pembelajaran
pada model Problem Based Learning. Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru
No. Tahapan Kegiatan Guru Ya Tidak
1 Orientasi siswa pada Guru menarik perhatian dan
masalah mengorientasi siswa pada

masalah yang berkaitan
dengan konsep jamur.
2 Mengorganisasikan Guru membagikan dan
siswa dalam belajar menjelaskan LKS berbasis
masalah serta membantu siswa

mengorganisasikan tugas
belajar yang berkaitan dengan
masalah.
3 Membimbing Guru menyiapkan alat dan
penyelidikan individu bahan percobaan,
maupun kelompok membimbing siswa dalam
mengumpulkan informasi,
menanyakan dan membantu
siswa apabila kesulitan dalam √
melakukan penyelidikan serta
memastikan setiap anggota
kelompok berpartisipasi dan
aktif dalam mengumpulkan
informasi.
51

4 Mengembangkan dan Guru meminta perwakilan


mempresentasikan hasil kelompok untuk
mempresentasikan hasil √
diskusi dan mengamati serta
memandu jalannya presentasi.
5 Menganalisis dan Guru mengevaluasi jawaban
mengeveluasi proses dan kinerja kelompok dalam
pemecahan masalah pemecahan masalah serta

memberi kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami.

Berdasarkan tabel 4.5, hasil observasi kegiatan pembelajaran menunjukan


bahwa guru telah melaksanakan semua tahapan pembelajaran Problem Based
Learning, baik pada pertemuan pertama maupun pada pertemuan kedua. Dimulai
dari memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa. Guru menarik
perhatian dan megorientasi siswa pada masalah, dalam hal ini guru memberikan
gambar atau video yang berkaitan dengan konsep jamur.
Tahapan selanjutnya adalah mengorganisasikan siswa dalam belajar. Siswa
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok
beranggotakan 5-6 orang. Setelah semua siswa tergabung dalam kelompok
masing-masing, guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) berbasis masalah
yang harus dicari pemecahan masalahnya oleh masing-masing kelompok.
Selanjutnya guru membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
Masing-masing kelompok mencoba memahami permasalahan yang disajikan
dalam LKS, mengidentifikasi masalah, menuliskan hipotesis atau dugaan
sementara, mencari dan mengumpulkan informasi serta membuat kesimpulan.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dari berbagai macam
sumber, baik dari buku paket, artikel, maupun literasi dari internet. Hal ini
dimaksudkan agar siswa memiliki informasi terkait masalah yang disajikan dan
memperkaya wawasan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Yang menjadi perbedaan pada tahapan ini adalah adanya praktikum pada
pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua tidak.
Tahapan keempat yaitu mengembangkan dan mempresentasikan hasil. Guru
meminta kepada perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
52

diskusi di depan kelas. Selain itu guru juga mengamati dan memandu jalannya
presentasi serta mengatur waktu untuk kelompok yang tampil.
Tahapan terakhir dalam pembelajaran Problem Based Learning yaitu
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru bersama siswa
melakukan analisis dan evaluasi terhadap kinerja masing-masing kelompok dalam
proses pemecahan masalah dari tahap awal sampai akhir. Kemudian guru
meminta perwakilan siswa untuk memberikan kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Namun sebelumnya guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.

C. Uji Prasyarat Analisis Data


Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Liliefors dengan taraf signifikansi 5% (α = 0.05). Adapun
kriteria uji normalitas yaitu jika Lo < Ltabel, berarti data berdistribusi normal.
Sedangkan, jika Lo > Ltabel, berarti data berdistribusi tidak normal.

a. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Setelah dilakukan uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan data
pretes kelas kontrol, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 5
Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah siswa 35 35
Rata-rata 36.14 37.29
SD 11.89 10.24
Lo 0.11 0.14
Ltabel 0.15 0.15
Kesimpulan data berditribusi normal data berdistribusi normal

5
Lampiran 15, h. 146
53

Pada tabel 4.6 didapatkan hasil Lo skor pretes kelas eksperimen sebesar 0.11
dan Ltabel (n=35) sebesar 0.15. Ini menunjukan bahwa skor pretes kelas
eksperimen berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.11 <
0.15). Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lo sebesar 0.13 dan Ltabel (n=35)
sebesar 0.15. Ini juga menunjukan bahwa skor postes kelas kontrol berdistribusi
normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.13 < 0.15). Dengan demikian
kedua sampel penelitian skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Setelah dilakukan uji normalitas data postes kelas eksperimen dan data
pretes kelas kontrol, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol6
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah siswa 35 35
Rata-rata 83.29 77.43
SD 8.91 7.31
Lo 0.14 0.14
Ltabel 0.15 0.15
Kesimpulan data berditribusi normal data berdistribusi normal

Pada tabel 4.7 didapatkan hasil Lo skor pretes kelas eksperimen sebesar 0.14
dan Ltabel (n=35) sebesar 0.15. Ini menunjukan bahwa skor pretes kelas
eksperimen berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.14 <
0.15). Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lo sebesar 0.14 dan Ltabel (n=35)
sebesar 0.15. Ini juga menunjukan bahwa skor postes kelas kontrol berdistribusi
normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.14 < 0.15). Dengan demikian
kedua sampel penelitian skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal.

6
Lampiran 16, h. 147
54

2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya
dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan untuk
mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak.
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher dengan taraf signifikansi
5% (α = 0.05). Adapun kriteria kriteria uji homogenitas yaitu jika Fhitung < Ftabel,
berarti data dari kedua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen.
Sedangkan, jika Fhitung > Ftabel, berarti data tidak homogen.
a. Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh data hasil uji
homogenitas pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes7
Data Jumlah
N kelas eksperimen 35
N kelas kontrol 35
S2 terbesar 141.30
S2 terkecil 104.92
Fhitung 1.35
Ftabel 1.77

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan Fhitung sebesar 1.35. Pada taraf signifikansi
5% (α = 0.05) dengan df untuk pembilang (N1=34) dan df untuk penyebut
(N2=34) diperoleh Ftabel sebesar 1.77. Maka Fhitung < Ftabel (1.35 < 1.77), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang sama atau homogen.

b. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh data hasil uji
homogenitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

7
Lampiran 17, h. 148
55

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes8


Data Jumlah
N kelas eksperimen 35
N kelas kontrol 35
S2 terbesar 79.33
S2 terkecil 53.49
Fhitung 1.48
Ftabel 1.77

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan Fhitung sebesar 1.48. Pada taraf signifikansi
5% (α = 0.05) dengan df untuk pembilang (N1=34) dan df untuk penyebut
(N2=34) diperoleh Ftabel sebesar 1.77. Maka Fhitung < Ftabel (1.48 < 1.77), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang sama atau homogen.

D. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil
belajar kedua kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen,
sehingga pengujian data hasil belajar kedua kelompok dilanjutkan pada analisis
data selanjutnya, yaitu pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengujian
hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap hasil
belajar biologi siswa pada konsep jamur dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning. Kriteria hasil kesimpulan uji-t yaitu jika
thitung < ttabel maka Ho diterima dan jika thitung > ttabel maka Ho ditolak.
1. Pretes
Hasil perhitungan menggunakan uji-t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Pretes9
Keterangan Nilai Rata-Rata
Kelompok Eksperimen Kontrol
X 36.14 37.29
thitung 0.43
ttabel 2.00
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

8
Lampiran 18, h. 149
9
Lampiran 19, h. 150
56

Berdasarkan tabel 4.10 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata


pretes kedua kelas didapatkan nilai thitung sebesar 0.43 dan ttabel sebesar 2.00. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung < ttabel (0.43 < 2.00). Dengan
demikian Ho diterima dan H1 ditolak pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05). Hal ini
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas eksperimen
pada konsep jamur.

2. Postes
Hasil perhitungan menggunakan uji-t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretes10
Keterangan Nilai Rata-Rata
Kelompok Eksperimen Kontrol
X 83.29 77.43
thitung 2.99
ttabel 2.00
Kesimpulan Terdapat perbedaan yang signifikan

Berdasarkan tabel 4.11 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata


pretes kedua kelas didapatkan nilai thitung sebesar 2.99 dan ttabel sebesar 2.00. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung < ttabel (2.99 < 2.00). Dengan
demikian Ho ditolak dan H1 diterima pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05). Hal ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada
konsep jamur.

E. Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMAN 87 Jakarta dengan sampel kelas X MIPA
3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 4 sebagai kelas kontrol. Konsep
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep fungi (jamur) dengan ketentuan
kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based

10
Ibid.
57

Learning, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran dengan


pendekatan Saintific.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi mengenai keadaan siswa kelas X di SMAN 87 Jakarta. Berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran
biologi khususnya kelas X MIPA pada sekolah tersebut, diketahui bahwa kelas X
MIPA pada sekolah tersebut memiliki kemampuan yang sama, atau dengan kata
lain tidak ada pengelompokkan atau pembedaan kelas antara siswa pintar dengan
siswa yang kurang pintar. Hal ini diperkuat oleh hasil rata-rata pretes kedua kelas
yang tidak jauh berbeda. Hasil perhitungan uji-t pada kedua kelas untuk nilai
pretes pun menunjukan nilai yang tidak jauh berbeda. Rata-rata skor pretes pada
kelas eksperimen yaitu 36.14, sedangkan skor rata-rata pretes pada kelas kontrol
yaitu 37.29. Hasil pengujian yang diperoleh dengan uji-t pada rata-rata skor pretes
tersebut pun menunjukan bahwa hasil thitung < ttabel. Sehingga dapat diartikan
bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas,
artinya kedua kelas memiliki pengetahuan awal yang sama khususnya pada
konsep jamur.
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru dalam proses
pembelajaran di SMAN 87 Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama dua kali
pertemuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Setelah
dilaksanakan pretes, masing-masing kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kelas X MIPA 3 sebagai kelas
eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning, sedangkan kelas X MIPA 4 sebagai kelas kontrol
mendapat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan Saintific.
Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen, siswa masih bingung dalam
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang disajikan. Hal ini dikarenakan siswa
lebih sering belajar di kelas dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan
presentasi serta baru pertama kali melakukan pembelajaran dengan menggunakan
model Problem Based Learning. Namun pada pertemuan selanjutnya terjadi
perubahan yang lebih baik. Siswa sudah mulai memahami model pembelajaran
58

yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga siswa dapat dengan baik mengerjakan
LKS yang disajikan mulai dari mengidentifikasi masalah sampai pada akhirnya
membuat kesimpulan dalam bentuk solusi atas permasalahan tersebut. Pada
permasalahan yang disajikan dalam LKS pada pertemuan kedua mengenai kasus
tempe bongkrek pun berkaitan dengan konsep lain, yaitu konsep Bakteri. Hal ini
disebabkan adanya kaitan antara jamur dengan nutrisinya. Selain itu selama
proses fermentasi ampas kelapa dalam pembuatan tempe bongkrek, diperkirakan
banyak jenis bakteri yang terlibat, salah satunya adalah Burkholderia gladioli atau
yang lebih dikenal sebagai Pseudomonas cocovenenans. Bakteri tersebutlah yang
akan menghasilkan asam bongkrek dan toxoflavin yang nantinya akan
menyebabkan keracunan bahkan kematian apabila terlalu banyak dikonsumsi.
Setelah proses pembelajaran selesai untuk kedua kelas, maka selanjutnya
dilakukan tes akhir berupa postes untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan
siswa setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Berdasarkan data hasil postes
setelah dilakukan perhitungan menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil tes
pada kedua kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun,
kelas eksperimen memperoleh hasil rata-rata skor akhir yang lebih baik daripada
hasil yang diperoleh kelas kontrol. Dapat dilihat pada kelas eksperimen
peningkatan hasil yang didapat yaitu sebesar 47.09, sedangkan pada kelas kontrol
yaitu sebesar 40.14. Pada kelas eksperimen terdapat 3 orang siswa yang
mendapatkan nilai maksimum yaitu 100, sedangkan pada kelas kontrol tidak ada
satu pun siswa yang mendapatkan nilai maksimum. Kemudian bila dilihat dari
rata-rata hasil postes masing-masing kelas, kelas eksperimen dengan
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebesar 83.29, sedangkan kelas
kontrol dengan pembelajaran dengan pendekatan Saintific sebesar 77.43. Kedua
kelas memiliki hasil rata-rata postes di atas nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yaitu 75, namun rata-rata postes pada kelas eksperimen menunjukan hasil
yang lebih baik daripada kelas kontrol.
Hasil belajar yang didapat kemungkinan karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya guru, siswa dan model pembelajaran yang diterapkan dalam
proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses
59

pembelajaran cukup memiliki pengaruh yang positif terkait dengan minat dan
motivasi siswa dalam menerima pelajaran. Dan ini sedikit banyak juga berdampak
pada tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Selain itu faktor yang
dirasa cukup berpengaruh pada hasil belajar siswa yaitu mengenai waktu
dilaksanakannya mata pelajaran biologi pada tiap kelas. Dimana pada kelas X
MIPA 3 (kelas eksperimen), mata pelajaran biologi dilaksanakan pada jam
pertama sampai jam ketiga (pukul 07.30-09.00) dimana siswa masih segar dan
antusias dalam menerima pelajaran. Sedangkan pada kelas X MIPA 4 (kelas
kontrol), mata pelajaran biologi dilaksanakan pada jam ketiga sampai jam kelima
(pukul 08.45-10.45) dimana dalam hal ini proses pembelajaran terpotong 15 menit
untuk istirahat pada pukul 09.45-10.00. Tidak sedikit siswa yang telat masuk
setelah jam istirahat tersebut sehingga dirasa proses pembelajaran yang
dilaksanakan kurang optimal yang pada akhirnya sedikit banyak mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa yaitu model
pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL). Model
pembelajaran Problem Based Learning ini mampu membantu guru dan siswa
dalam proses pembelajaran biologi khususnya pada konsep jamur. Menurut
Ibrahim seperti dikutip oleh Trianto, terdapat lima tahapan pembelajaran berbasis
masalah yaitu mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa dalam
belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan
dan mempresentasikan hasil, serta menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.11
Tahap pertama dalam pembelajaran ini adalah mengorientasi siswa pada
masalah. Pertama-tama guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah dalam
pembelajaran PBL. Setelah itu guru menarik perhatian siswa dengan
menampilkan gambar atau video yang berkaitan dengan konsep yang akan
diajarkan. Kemudian guru menyajikan permasalahan kontekstual terkait konsep
yang akan dipelajari dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS). Tahap kedua

11
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), Cet. 3, h. 98
60

yaitu mengorganisasi siswa dalam belajar. Siswa dibagi ke dalam beberapa


kelompok yang beranggotakan 5-6 orang, setiap kelompok mendapatkan LKS
untuk dicari penyelesaiannya melalui diskusi kelompok. Tahap ketiga yaitu
membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, masing-masing
kelompok saling berdiskusi untuk mencari penyelesaian masalah dimulai dari
mengidentifikasi masalah dan memberikan hipotesis, serta mencari penyelesaian
dari permasalahan yang disajikan. Dalam hal ini siswa mencari dan
mengumpulkan informasi-informasi terkait dari berbagai sumber baik dari buku
paket, artikel maupun internet. Tahap keempat yaitu mengembangkan dan
menyajikan hasil diskusi yang selanjutnya dipresentasikan oleh masing-masing
kelompok di depan kelas. Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi
kinerja masing-masing kelompok dengan bentuk refleksi atau evaluasi, kemudian
guru bersama siswa memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang didapatkan tampak pengaruh
model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa
pada konsep jamur. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang didapatkan pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Musriadi,
Djufri dan Muhibuddin yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda
Aceh”.12 Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar biologi siswa pada konsep jamur.

12
Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh”, Jurnal EduBio Tropika,
Vol. 2, No. 1, April 2014
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran
Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep fungi
(jamur). Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji-t yaitu thitung > ttabel (2.99 > 2.00) dengan
taraf signifikansi 5% (α = 0.05).

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning dalam proses pembelajaran biologi di sekolah. Namun juga perlu
disesuaikan dengan konsep biologi yang dianggap sesuai dengan model
pembelajaran ini.
2. Disarankan agar permasalahan yang disajikan benar-benar disesuaikan dengan
pengetahuan awal siswa.
3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat menghubungkan model
pembelajaran Problem Based Learning ini dengan hasil belajar siswa pada
ranah afektif dan psikomotorik.

61
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufik. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:


Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana, Ed. 1, Cet. 2, 2010.

Arends, Richard I. Learning to Teach. New York: McGraw Companies.


Seventh edition. 2007.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,


Ed. Revisi, Cet. 9, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, Cet. 15, 2013.
Asfadi, Bayu, Upik Yelianti dan Retni S. Budiarti. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas X SMA N 3 Kota Jambi. Jurnal Program Studi Pendidikan
Biologi, FKIP Universitas Jambi, tidak dipublikasikan.
Behiye Akcay, “Problem-based Learning in Science Education”, Journal of
Turkish Science Education, Vol. 6, 1 April, 2009.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 2,


2008.

Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT indeks. 2012.

Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores tersedia melalui


www.physics.indiana.com diunduh pada tanggal 03 Januari 2016

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: Bumi Aksara. 2002.

Herlanti, Yanti. “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar


Penelitian Pendidikan Sains”. Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h.
71. tersedia melalui http://dhetik.weebly.com diunduh pada tanggal 22
Desember 2015.
Inherent Dikti. UUD RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.diakses melalui www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf diunduh
pada tanggal 20 Desember 2015.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

62
63

Mary C. English & Anastasia Kisantas. Supporting Student Self-Regulated


Learning in Problem- and Project-Based Learning. Interdisciplinary Journal
of Problem-based Learning, Volume 7(2). Publised online 2013.

Musriadi, Djufri dan Muhibbudin. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah


terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda
Aceh. Jurnal EduBio Tropika, Vol. 2, No. 1, 2014.
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
2016.

Novianti, Nur Raina. Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar


Siswa terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran. Jurnal ISSN 1412-565X
Edisi Khusus, No. 1, Agustus, 2011.
Orhan, Akinoglu and Ruhan, O. Tandogan. The Effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Student’s Academic Achievement,
Attitude and Concept. Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology education, 3(1). 2007.
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, Cet. 1. 2009.

Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 2, Cet. 2, 2013.

Sani, Ridwan Abdullah. Pembelajaran Saintifik; Untuk Implementasi Kurikulum


2013. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana, Cet. 9, 2012.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta, Cet. 3, 2003.

Sofyan, Ahmad., Tonih Feronika dan Burhanudin Milama. Evaluasi


Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta Press, Cet. 1, 2006.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, Cet. 10, 2011.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. 17, 2012.

Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2005.


Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. 13, 2011.
64

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. 6, 2011.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan,. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, Cet. 7, 2011.

Suyono dan Haryanto. Belajar Dan Pembelajaran; Teori Dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, Cet. 18, 2013.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep, Landasan,


dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Kencana, Ed. 1, Cet. 2, 2010.

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara,


Cet. 6, 2011.

Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains.


Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.
65

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SMA/MA


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : X / II
Materi Pokok : Jamur
Alokasi Waktu : 2 minggu x 3 JP

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran dan damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya du sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah.

B. Kompetensi Dasar (KD)


1.1 Mengagumi, menjaga, melestarikan keteraturan dan kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang ruang lingkup, objek, dan permasalahan Biologi menurut
agama yang dianutnya.
2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif
dalammelakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar
kelas.
66

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan


ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan
sistematis.
Indikator:
3.6.1 Mengidentifikasi ciri umum dan struktur tubuh jamur
3.6.2 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi jamur
3.6.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
3.6.4 Menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan peranan
jamur bagi kehidupan sehari-hari

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator:
4.6.1 Melakukan pengamatan jamur mikroskopis pada jamur roti atau tempe
dan makroskopis pada jamur jenis basidiomycota dengan mengamati
morfologi tubuhnya
4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan pada jamur mikroskopis dan
makroskopis
4.6.3 Mengidentifikasi kasus penyakit dan keracunan yang disebabkan oleh
jamur

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran ini diharapkan siswa mampu:
1. Mengidentifikasi ciri umum dan struktur tubuh jamur
2. Menjelaskan cara hidup dan reproduksi jamur
3. Mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
4. Menjelaskan sismbiosis jamur dengan oraganisme lain dan peranan jamur
bagi kehidupan sehari-hari
5. Melakukan pengamatan jamur mikroskopis pada jamur roti atau tempe dan
jamur makroskopis pada jamur jenis basidiomycota dengan mengamati
morfologi tubuhnya
6. Membuat laporan hasil perngamatan pada jamur mikroskopis dan
makroskopis
7. Mengidentifikasi kasus penyakit dan keracunan yang disebabkan oleh
jamur
67

D. Materi Pembelajaran
1. Materi fakta

Fungi adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak


dan tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur
memiliki dinding sel yang tersusun atas zat kitin. Beberapa jenis
jamur memiliki peranan yang menguntungkan bagi kehidupan manusia,
diantaranya dalam bidang pangan, kesehatan, dan lain sebagainya.
2. Materi konsep
Dalam kehidupan manusia, jamur memiliki beberapa peranan, ada
yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Jamur yang
menguntungkan mempunyai berbagai manfaat, antara lain menjaga
keseimbangan dan kelestarian ekosistem, sebagai sumber bahan makanan
bergizi tinggi, membuat jenis makanan baru dan makanan suplemen,
untuk obat-obatan dan membasmi organisme penyebab penyakit.
Sedangkan jamur yang merugikan misalnya jamur yang bersifat
patogen atau menimbulkan penyakit, menghasilkan racun, merusak
tanaman budidaya sehingga menggagalkan panen dan membusukkan
bahan makanan.

3. Materi Prinsip
Fungi memiliki ciri-ciri:
- Eukariotik
- Uniseluler/multiseluler
- Tidak memiliki klorofil
- Dinding sel terdiri dari zat kitin
- Bersifat heterotrof (saprofit, parasit, simbiosis)

Jamur dibagi menjadi 4 divisi, yaitu:


- Zygomycota
- Ascomycota
- Basidiomycota
- Deuteromycota
68

E. Model dan Metode Pembelajaran


1. Model : Problem Based Learning
2. Metode : diskusi kelompok, pengamatan, tanya jawab

F. Media dan Sumber Belajar


1. Media: Power Point, gambar dan video tentang jamur
2. Alat: Laptop/OHP, papan tulis, spidol
3. Sumber Pembelajaran:
a) Berbagai informasi (buku, artikel, internet) yang berkaitan dengan
jamur
b) Irnaningtyas. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2013.
c) Lembar Kerja Siswa Problem Based Learning

G. Kegiatan/Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Kegiatan Waktu
Guru Siswa
Kegiatan Awal  Mengucapkan salam dan  Menjawab salam dan 15 menit
berdoa berdoa
 Melakukan absensi siswa  Menjawab absensi
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan
pembelajaran berbasis penjelasan guru
masalah, aturan dan hal  Menyimak tujuan
yang akan dilakukan siswa pembelajaran yang
 Menyampaikan tujuan disampaikan
pembelajaran  Membentuk
 Membagi siswa ke dalam kelompok yang
kelompok yang terdiri dari terdiri dari 5-6 orang
5-6 orang
Kegiatan Inti Tahap 1 Orientasi siswa pada 15 menit
masalah
 Menarik perhatian siswa  Memperhatikan
dengan menampilkan gambar gambar yang
yang berkaitan dengan jamur ditampilkan
 Memberikan kesempatan  Bertanya kepada
pada siswa untuk bertanya guru terkait gambar
terkait gambar yang yang ditampilkan
ditampilkan  Memperhatikan dan
 Mengorientasi siswa pada menjawab
masalah dengan pertanyaan sesuai
menampilkan gambar roti pengetahuan awal
berjamur dan memberikan yang dimiliki
pertanyaan
69

 Mengapa roti cepat


sekali berjamur?
 Jenis jamur apakah yang
terdapat pada roti yang
sudah kadaluarsa?
 Apakah terdapat
perbedaan antara jamur
pada roti dengan jamur-
jamur lainnya?
Tahap 2 15 menit
Mengorganisasikan Siswa
dalam Belajar
 Membagikan LKS berbasis  Mencoba memahami
masalah kepada siswa untuk langkah kerja dalam
dikerjakan secara LKS
berkelompok
 Membantu siswa dalam  Mencoba memahami
mendefinisikan tugas belajar dan menganalisis
yang berhubungan dengan permasalahan dari
permasalahan LKS tersebut

Tahap 3 Membimbing 35 menit


penyelidikan individu
maupun kelompok
 Bersama siswa menyiapkan  Bersama guru
alat dan bahan percobaan menyiapkan bahan
 Membimbing siswa dalam dan alat percobaan
kegiatan diskusi untuk  Mencari informasi
mengumpulkan informasi berkaitan dengan
dari berbagai literatur masalah dari
mengenai masalah yang berbagai literatur
terdapat pada LKS seperti internet,
 Menanyakan dan membantu buku atau artikel
siswa jika terjadi kesulitan  Masing- masing
dalam penyelidikan anggota kelompok
 Memastikan setiap anggota berpartisipasi dan
kelompok berpartisipasi dan aktif dalam
aktif dalam mengumpulkan mengumpulkan
informasi informasi yang
70

diperlukan
 Berdiskusi dengan
masing – masing
kelompok untuk
memecahkan
masalah dengan
mengumpulkan
informasi dari
berbagai literatur

Tahap 4. Mengembangkan 35 menit


dan mempresentasikan hasil
 Meminta perwakilan  Setiap perwakilan
kelompok untuk kelompok
menyampaikan hasil diskusi menyampaikan
 Memandu siswa untuk hasil diskusinya,
mempresentasikan hasil siswa yang lain
diskusi kelompok mengenai memberikan
pemecahan masalah dari pertanyaan dan
LKS yang telah diberikan tanggapan
 Mengamati jalannya
presentasi
Tahap 5. Menganalisis dan 10 menit
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
 Mengevaluasi jawaban dan  Memperhatikan dan
kinerja kelompok dalam menyimak penjelasan
pemecahan masalah dari guru serta
 Memberikan kesempatan mencatat hal-hal
pada siswa untuk bertanya penting yang perlu
terkait hal- hal yang belum dicatat
dipahami  Bertanya tentang
materi yang belum
dipahami
Kegiatan Akhir  Meminta perwakilan siswa  Memberikan 10 menit
untuk memberikan kesimpulan tentang
kesimpulan materi yang telah
 Menutup pembelajaran dan dipelajari
mengucapkan salam  Siswa menjawab
salam
71

Pertemuan 2

Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi


Kegiatan Waktu
Guru Siswa
Kegiatan Awal  Mengucapkan salam dan  Menjawab salam dan 10 menit
berdoa berdoa
 Melakukan absensi siswa  Menjawab absensi
 Menyampaikan tujuan  Menyimak tujuan
pembelajaran pembelajaran yang
 Meminta siswa duduk disampaikan
dengan kelompoknya  Duduk sesuai dengan
masing-masing kelompoknya
Kegiatan Inti Tahap 1 Orientasi siswa pada 15 menit
masalah
 Menarik perhatian siswa  Memperhatikan
dengan menampilkan video video yang
yang berkaitan dengan jamur ditampilkan
 Memberikan kesempatan  Bertanya kepada
pada siswa untuk bertanya guru terkait video
terkait video yang yang ditampilkan
ditampilkan  Memperhatikan dan
 Mengorientasi siswa pada menjawab
masalah dengan pertanyaan sesuai
menampilkan gambar tempe pengetahuan awal
bongkrek dan memberikan yang dimiliki
pertanyaan

 Apakah semua jenis


jamur dapat dikonsumsi?
 Tahukah kalian tentang
tempe bongkrek?
Mengapa tempe
bongkrek dapat
menyebabkan kematian
bila dikonsumsi?
 Apakah ada ciri-ciri
tertentu yang
membedakan antara
jamur yang dapat
72

dikonsumsi dengan
jamur yang beracun?
Tahap 2 15 menit
Mengorganisasikan Siswa
dalam Belajar
 Membagikan LKS berbasis  Mengerjakan LKS
masalah kepada siswa untuk sesuai dengan
dikerjakan secara langkah kerja
berkelompok
 Membantu siswa dalam  Mencoba memahami
mendefinisikan tugas belajar dan menganalisis
yang berhubungan dengan permasalahan dari
permasalahan LKS tersebut

Tahap 3 Membimbing 40 menit


penyelidikan individu
maupun kelompok
 Membimbing siswa dalam  Mencari informasi
kegiatan diskusi untuk berkaitan dengan
mengumpulkan informasi masalah dari
dari berbagai literatur berbagai literatur
mengenai masalah yang seperti internet,
terdapat pada LKS buku atau artikel
 Menanyakan dan membantu  Masing-masing
siswa jika terjadi kesulitan anggota kelompok
dalam penyelidikan berpartisipasi dan
 Memastikan setiap anggota aktif dalam
kelompok berpartisipasi dan mengumpulkan
aktif dalam mengumpulkan informasi yang
informasi diperlukan
 Berdiskusi dengan
masing – masing
kelompok untuk
memecahkan
masalah dengan
mengumpulkan
informasi dari
berbagai literatur
Tahap 4. Mengembangkan 40 menit
dan mempresentasikan hasil
 Meminta perwakilan  Perwakilan
kelompok untuk kelompok
menyampaikan hasil diskusi menyampaikan
 Memandu siswa untuk hasil diskusinya,
mempresentasikan hasil siswa yang lain
diskusi kelompok mengenai memberikan
73

pemecahan masalah dari pertanyaan dan


LKS yang telah diberikan tanggapan
 Mengamati jalannya
presentasi
Tahap 5. Menganalisis dan 10 menit
mengevaluasi proses
pemecahan masalah  Memperhatikan dan
 Mengevaluasi jawaban dan menyimak penjelasan
kinerja kelompok dalam dari guru serta
pemecahan masalah mencatat hal-hal
 Memberikan kesempatan penting yang perlu
pada siswa untuk bertanya dicatat
terkait hal- hal yang belum  Bertanya tentang
dipahami materi yang belum
dipahami
Kegiatan Akhir  Meminta perwakilan siswa  Memberikan 5 menit
untuk memberikan kesimpulan terkait
kesimpulan pembelajaran yang
 Menutup pembelajaran dan telah dilaksanakan
mengucapkan salam  Siswa menjawab
salam

H. Penilaian
1. Penilaian afektif

LEMBAR PENILAIAN SIKAP

Tanggal :
Kelompok I Kelompok II Kelompok III

+ + +

- - -

Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI

+ + +

- - -
74

Rubrik
65 : Tidak menunjukkan antusias dalam diskusi, tidak ikut mengemukaan
gagasan atau ide, tidak menghargai pendapat siswa lain tidak berupaya
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas.
75 : Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias dalam
diskusi, tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide, menghargai
pendapat siswa lain, berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,
namun belum menunjukkan upaya terbaiknya.
85 : Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar dalam diskusi , antusias dalam
diskusi, aktif dalam dalam kegiatan kelompok, dapat mengemukaan
gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain, tekun dalam
menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bisa dilakukan,
berupaya tepat waktu.

2. Penilaian Psikomotor

Rubrik Penilaian LKS

Skor
No Aspek yang dinilai Rubrik maksimal

 Lembar Kerja Siswa (LKS) diisi


Melakukan diskusi
lengkap dan tepat.
dan observasi 90
1.  Bekerja sama dalam kelompok
dengan lengkap dan
diskusi.
benar.
 Mengumpulkan LKS tepat waktu
 Lembar Kerja Siswa (LKS) diisi
Melakukan diskusi
lengkap tetapi tidak tepat.
dan observasi 80
2.  Bekerja sama dalam kelompok
dengan lengkap
diskusi.
tetapi kurang tepat.
 Mengumpulkan LKS tepat waktu.
 Tidak bekerja sama dalam diskusi
Tidak melakukan
kelompok. 70
3. diskusi dan
 Lembar Kerja Siswa (LKS) diisi
observasi tidak tepat.
tidak lengkap dan tidak tepat.
75

 Mengumpulkan LKS tidak tepat


waktu.

3. Penilaian kognitif
Tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda (terlampir)

Jakarta, Januari 2016


Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Biologi Peneliti

Dra. Hermastuti Muji Rahayu Arfan Amrullah


NIP. 19561121 198303 2 007 NIM. 1111016100045
76

Soal Pretes dan Postes

PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang benar
2. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien
3. Periksalah pekerjaan Anda sebelum diserahkan kepada pengawas
4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri

1. Di bawah ini merupakan ciri-ciri jamur, kecuali....


a. memiliki klorofil
b. eukariotik
c. bersifat heterotrof
d. cara hidupnya saprofit dan parasit
e. uniseluler dan multiseluler

2. Faktor yang membedakan jamur dengan organisme lain diantaranya adalah


pada dinding selnya. Dinding sel pada jamur tersusun atas....
a. klorofil
b. lipoprotein
c. zat kitin
d. lipid
e. protein

3. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang


disebut....
a. miselium
b. haustorium
c. septa
d. rhizoid
e. spora

4. Bagian tubuh jamur yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari sel inang
disebut....
a. hifa
b. miselium
c. stolon
d. rhizoid
e. haustorium

5. Di bawah ini yang bukan merupakan cara jamur memperoleh makanan


adalah....
a. fotosintesis
77

b. heterotrof
c. saprofit
d. parasit
e. simbiosis

6. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme


yang sudah mati disebut....
a. autrotof
b. heterotrof
c. epifit
d. parasit
e. saprofit
7. Reproduksi jamur secara fragmentasi adalah....
a. peleburan antara spora jantan dan spora betina
b. peleburan antara hifa jantan dan hifa betina
c. peleburan sitoplasma menbentuk zigosporangium
d. persatuan inti sel jantan dan betina
e. pemutusan hifa yang kemudian akan menjadi jamur baru
8. Perhatikan tabel berikut.
Jenis Jamur
No Ciri-ciri
A B C
1. Hifa tidak bersekat + - -
2. Hifa bersekat - + +
3. Spora dibentuk di dalam askus - + -
4. Spora dibentuk di dalam basidium - - +
Berdasarkan tabel tersebut, jenis jamur A, B dan C berturut-turut adalah....
a. ascomycota – basidiomycota – zygomycota
b. zygomycota – ascomycota – basidiomycota
c. ascomycota – deuteromycota – basidiomycota
d. basidiomycota – zygomycota – deuteromycota
e. zygomycota – deuteromycota – ascomycota

9. Jamur roti dan jamur tempe tergolong ke dalam divisi....


a. zygomycota
b. ascomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota
78

10. Perhatikan gambar di bawah ini!

Urutan nama bagian dari no.1 s.d. no.4 adalah....


a. sporangium, rhizoid, stolon, sporangiofor
b. sporangium, sporangiofor, rhizoid, stolon
c. sporangium, sporangiofor, stolon, rhizoid
d. sporangiofor, sporangium, rhizoid, stolon
e. sporangiofor, sporangium, stolon, rhizoid

11. Dari hasil pengamatan jamur tampak ciri-ciri sebagai berikut.


1. Uniseluler atau multiseluler
2. Hifa bersekat
3. Menghasilkan askospora
4. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan jamur tersebut masuk ke
dalam divisi....
a. ascomycota
b. zygomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota

12. Berikut ini merupakan pernyataan tentang reproduksi seksual jamur


zygomycota.
1. Meiosis
2. Plasmogami
3. Hifa – bergabung dengan hifa +
4. Kariogami
5. Zigosporangium
79

Urutan proses reproduksi seksual jamur zygomycota yang tepat adalah....


a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
b. 5 – 3 – 4 – 2 – 1
c. 3 – 4 – 2 – 1 – 5
d. 3 – 2 – 4 – 1 – 5
e. 3 – 4 – 2 – 5 – 1

13. Ketika sedang menyiram tanaman, Hasbi melihat ada sekumpulan jamur
yang hidup tak jauh dari pohon besar yang ada di pekarangan rumahnya.
Jamur tersebut memiliki tubuh buah berbentuk bulat telur, memiliki
tudung yang berbentuk seperti cawan berwarna cokelat tua keabu-abuan,
batangnya berwarna cokelat dan dilindungi oleh selubung. Dari uraian
tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah....
a. jamur tersebut berasal dari divisi zygomycota
b. jamur tersebut berasal dari divisi ascomycota
c. jamur tersebut berasal dari divisi basidiomycota
d. jamur tersebut berasal dari divisi deuteromycota
e. jamur tersebut berasal dari divisi oomycota

14. Perhatikan gambar berikut!

Jamur yang reproduksi seksualnya dengan cara membentuk basidium


ditunjukkan oleh nomor….
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 6
e. 5 dan 6

15. Berikut ini yang merupakan cara reproduksi seksual dan aseksual pada
jamur divisi deuteromycota adalah....
80

a. belum diketahui dan konidiospora


b. konidiospora dan belum diketahui
c. belum diketahui dan askospora
d. askospora dan belum diketahui
e. belum diketahui keduanya
16. Simbiosis antara jamur dengan akar tanaman disebut....
a. liken
b. lumut kerak
c. mikoriza
d. alga
e. miselium

17. Penyakit ini muncul sebagai infeksi sekunder pada penderita AIDS,
asma, dan gangguan paru-paru kronis yang disebabkan oleh jamur
Aspergillus sp. Penyakit yang dimaksud adalah....
a. TBC
b. Aspergillosis
c. Blastomikosis
d. Kanker paru-paru
e. Emfisema
. 18. Perhatikan tabel di bawah ini.
Jamur Peranan
1. Fusarium sp. a. untuk membuat tempe
2. Rhizopus oryzae b. untuk membuat keju
3. Auricularia polytricha c. untuk membuat kecap
4. Saccharomyces cerevisiae d. untuk membuat tapai
Hubungan jenis jamur dan peranannya yang benar pada tabel di atas
adalah....
a. 1 dan b
b. 2 dan c
c. 3 dan c
d. 4 dan a
e. 4 dan d

19. Jenis jamur yang dapat digunakan untuk menguraikan kotoran hewan
adalah....
a. Candida albicans
b. Rhodotorula sp.
c. Blastomyces brasiliensis
d. Mucor mucedo
e. Pilobolus sp.
81

20. Aspergillus fumigatus merupakan jamur yang merugikan manusia,


kerugian atau penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut adalah....
a. menginfeksi tanaman jagung
b. menginfeksi tanaman kacang
c. menginfeksi saluran pernapasan dan paru-paru
d. menginfeksi kuku dan kulit
e. menginfeksi kulit rambut

KUNCI JAWABAN
1. A
2. C
3. C
4. E
5. A
6. E
7. E
8. B
9. A
10. C
11. A
12. D
13. C
14. E
15. A
16. C
17. B
18. E
19. D
20. C
82

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SMA/MA


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : X / II
Materi Pokok : Jamur
Alokasi Waktu : 2 minggu x 3 JP

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran dan damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya du sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah.

B. Kompetensi Dasar (KD)


1.1 Mengagumi, menjaga, melestarikan keteraturan dan kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang ruang lingkup, objek, dan permasalahan Biologi menurut
agama yang dianutnya.
2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif
dalammelakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar
kelas.
83

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan


ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan
sistematis.
Indikator:
3.6.1 Mengidentifikasi ciri umum dan struktur tubuh jamur
3.6.2 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi jamur
3.6.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
3.6.4 Menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan peranan
jamur bagi kehidupan sehari-hari

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator:
4.6.1 Melakukan pengamatan jamur mikroskopis pada jamur roti atau tempe
dan makroskopis pada jamur jenis basidiomycota dengan mengamati
morfologi tubuhnya
4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan pada jamur mikroskopis dan
makroskopis
4.6.3 Mengidentifikasi kasus penyakit dan keracunan yang disebabkan oleh
jamur

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran ini diharapkan siswa mampu:
1. Mengidentifikasi ciri umum dan struktur tubuh jamur
2. Menjelaskan cara hidup dan reproduksi jamur
3. Mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya
4. Menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan peranan jamur
bagi kehidupan sehari-hari
5. Melakukan pengamatan jamur mikroskopis pada jamur roti atau tempe dan
makroskopis pada jamur jenis basidiomycota dengan mengamati
morfologi tubuhnya
6. Membuat laporan hasil perngamatan pada jamur mikroskopis dan
makroskopis
7. Mengidentifikasi kasus penyakit dan keracunan yang disebabkan oleh
jamur
84

D. Materi Pembelajaran
1. Materi fakta

Fungi adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak


dan tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur
memiliki dinding sel yang tersusun atas zat kitin. Beberapa jenis
jamur memiliki peranan yang menguntungkan bagi kehidupan manusia,
diantaranya dalam bidang pangan, kesehatan, dan lain sebagainya.
2. Materi konsep
Dalam kehidupan manusia, jamur memiliki beberapa peranan, ada
yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Jamur yang
menguntungkan mempunyai berbagai manfaat, antara lain menjaga
keseimbangan dan kelestarian ekosistem, sebagai sumber bahan makanan
bergizi tinggi, membuat jenis makanan baru dan makanan suplemen,
untuk obat-obatan dan membasmi organisme penyebab penyakit.
Sedangkan jamur yang merugikan misalnya jamur yang bersifat
patogen atau menimbulkan penyakit, menghasilkan racun, merusak
tanaman budidaya sehingga menggagalkan panen dan membusukkan
bahan makanan.

3. Materi Prinsip
Fungi memiliki ciri-ciri:
- Eukariotik
- Uniseluler/multiseluler
- Tidak memiliki klorofil
- Dinding sel terdiri dari zat kitin
- Bersifat heterotrof (saprofit, parasit, simbiosis)

Jamur dibagi menjadi 4 divisi, yaitu:


- Zygomycota
- Ascomycota
- Basidiomycota
- Deuteromycota
85

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


1. Pendekatan : Saintific
2. Metode : ceramah, pengamatan, diskusi kelompok, tanya jawab

F. Media dan Sumber Belajar


1. Media: Power Point, gambar dan video tentang jamur
2. Alat: Laptop/OHP, papan tulis, spidol
3. Sumber Pembelajaran:
a) Berbagai informasi (buku, artikel, internet) yang berkaitan dengan jamur
b) Irnaningtyas. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2013.
c) Lembar Kerja Siswa

G. Kegiatan/Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Kegiatan Waktu
Guru Siswa
Kegiatan Awal  Mengucapkan salam dan  Menjawab salam dan 10 menit
berdoa berdoa
 Melakukan absensi siswa  Menjawab absensi
 Menyampaikan tujuan  Menyimak tujuan
pembelajaran pembelajaran yang
 Apersepsi dengan disampaikan
memberikan pertanyaan  Menyimak dan
“Apakah kalian pernah menjawab pertanyaan
melihat jamur? Di mana yang diberikan sesuai
biasanya kalian melihat dengan pengetahuan
jamur? Apa saja ciri-ciri awal
jamur yang kalian ketahui?”
Kegiatan Inti Mengamati 15 menit
 Menampilkan gambar jamur  Memperhatikan
makroskopis beserta bagian- gambar yang
bagiannya ditampilkan guru

Menanya 15 menit
 Memotivasi siswa untuk  Menanyakan hal-hal
bertanya terkait yang seputar gambar yang
ditampilkan ditampilkan ataupun
hal lain yang
berkaitan dengan
jamur
Mengekplorasi 40 menit
 Mengelompokkan siswa  Berkumpul dengan
menjadi 6 kelompok dengan kelompok masing-
86

masing-masing 5-6 orang masing sesuai yang


tiap kelompok ditentukan oleh
 Membagikan LKS kepada guru
setiap kelompok untuk  Mencari dan
didiskusikan dan dikerjakan mengumpulkan
bersama informasi yang
 Meminta siswa untuk berkaitan dengan
mengumpulkan informasi tugas LKS dari
dari berbagai literatur seperti berbagai literatur
buku paket, internet, dan
sumber lain yang relevan
Mengasosiasi 35 menit
 Membimbing siswa dalam  Berdiskusi dengan
kegiatan diskusi untuk teman-teman
mengumpulkan informasi kelompok untuk
dari berbagai literatur untuk mengerjakan LKS
menjawab pertanyaan- bersama
pertanyaan yang terdapat
pada LKS
 Memastikan setiap anggota
kelompok berkontribusi
dalam mengerjakan LKS
Mengkomunikasi 10 menit
 Meminta perwakilan tiap  Perwakilan kelompok
kelompok untuk menyampaikan hasil
menyampaikan hasil diskusi diskusi sedangkan
siswa lain menyimak
dan terlibat aktif
dalam kegiatan tanya
jawab
Kegiatan Akhir  Meminta perwakilan siswa  Memberikan 10 menit
untuk memberikan kesimpulan berkaitan
kesimpulan dengan pembelajaran
 Menutup pembelajaran dan yang telah
mengucapkan salam dilaksanakan
 Siswa menjawab
salam
87

Pertemuan 2
Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Kegiatan Waktu
Guru Siswa
Kegiatan Awal  Mengucapkan salam dan  Menjawab salam dan 10 menit
berdoa berdoa
 Melakukan absensi siswa  Menjawab absensi
 Menyampaikan tujuan  Menyimak tujuan
pembelajaran pembelajaran yang
 Apersepsi dengan disampaikan
memberikan pertanyaan  Menyimak dan
“Apakah kalian pernah menjawab pertanyaan
memakan jamur? Apakah yang diberikan sesuai
semua jenis jamur dapat dengan pengetahuan
dimakan?” kemudian awal
mengaitkannya dengan
peranan jamur bagi
kehidupan
Kegiatan Inti Mengamati 15 menit
 Menampilkan video tentang  Memperhatikan
peranan jamur bagi video yang
kehidupan ditampilkan guru
Menanya 15 menit
 Memotivasi siswa untuk  Menanyakan hal-hal
bertanya terkait video yang seputar video yang
ditampilkan ditampilkan ataupun
hal lain yang
berkaitan dengan
jamur
Mengekplorasi 40 menit
 Meminta siswa berkumpul  Berkumpul dengan
dengan kelompok yang sudah kelompok masing-
dibuat pada pertemuan masing sesuai yang
sebelumnya ditentukan oleh
 Membagikan LKS kepada guru
setiap kelompok untuk  Mencari dan
didiskusikan dan dikerjakan mengumpulkan
bersama informasi yang
 Meminta siswa untuk berkaitan dengan
mengumpulkan informasi tugas LKS dari
dari berbagai literatur seperti berbagai literatur
buku paket, internet, dan
sumber lain yang relevan
88

Mengasosiasi 35 menit
 Membimbing siswa dalam  Berdiskusi dengan
kegiatan diskusi untuk teman-teman
mengumpulkan informasi kelompok untuk
dari berbagai literatur untuk mengerjakan LKS
menjawab pertanyaan- bersama
pertanyaan yang terdapat
pada LKS
 Memastikan setiap anggota
kelompok kontribusi dalam
mengerjakan LKS
Mengkomunikasi 10 menit
 Meminta perwakilan tiap  Perwakilan kelompok
kelompok untuk menyampaikan hasil
menyampaikan hasil diskusi diskusi sedangkan
siswa lain menyimak
dan terlibat aktif
dalam kegiatan tanya
jawab
Kegiatan Akhir  Meminta perwakilan siswa  Memberikan 10 menit
untuk memberikan kesimpulan berkaitan
kesimpulan dengan pembelajaran
 Menutup pembelajaran dan yang telah
mengucapkan salam dilaksanakan
 Siswa menjawab
salam

H. Penilaian
1. Penilaian afektif

LEMBAR PENILAIAN SIKAP

Tanggal :
Kelompok I Kelompok II Kelompok III

+ + +

- - -

Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI

+ + +

- - -
89

Rubrik
65 : Tidak menunjukkan antusias dalam diskusi, tidak ikut mengemukaan
gagasan atau ide, tidak menghargai pendapat siswa lain tidak berupaya
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas.
75 : Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias dalam
diskusi, tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide, menghargai
pendapat siswa lain, berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,
namun belum menunjukkan upaya terbaiknya.
85 : Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar dalam diskusi , antusias dalam
diskusi, aktif dalam dalam kegiatan kelompok, dapat mengemukaan
gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain, tekun dalam
menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bisa dilakukan,
berupaya tepat waktu.

2. Penilaian Psikomotor

Rubrik Penilaian LKS

Skor
No Aspek yang dinilai Rubrik maksimal

 Lembar Kerja Siswa (LKS) diisi


Melakukan diskusi
lengkap dan tepat.
dan observasi 90
1.  Bekerja sama dalam kelompok
dengan lengkap dan
diskusi.
benar.
 Mengumpulkan LKS tepat waktu
 Lembar Kerja Siswa (LKS) diisi
Melakukan diskusi
lengkap tetapi tidak tepat.
dan observasi 80
2.  Bekerja sama dalam kelompok
dengan lengkap
diskusi.
tetapi kurang tepat.
 Mengumpulkan LKS tepat waktu.
Tidak melakukan  Tidak bekerja sama dalam diskusi
3. diskusi dan kelompok. 70

observasi tidak tepat.  Lembar Kerja Siswa (LKS) diisi


90

tidak lengkap dan tidak tepat.


 Mengumpulkan LKS tidak tepat
waktu.

3. Penilaian kognitif
Tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda (terlampir)

Jakarta, Januari 2016


Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Biologi Peneliti

Dra. Hermastuti Muji Rahayu Arfan Amrullah


NIP. 19561121 198303 2 007 NIM. 1111016100045

Soal Pretes dan Postes


91

PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang benar
2. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien
3. Periksalah pekerjaan Anda sebelum diserahkan kepada pengawas
4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri

1. Di bawah ini merupakan ciri-ciri jamur, kecuali....


a. memiliki klorofil
b. eukariotik
c. bersifat heterotrof
d. cara hidupnya saprofit dan parasit
e. uniseluler dan multiseluler

2. Faktor yang membedakan jamur dengan organisme lain diantaranya adalah


pada dinding selnya. Dinding sel pada jamur tersusun atas....
a. klorofil
b. lipoprotein
c. zat kitin
d. lipid
e. protein

3. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang


disebut....
a. miselium
b. haustorium
c. septa
d. rhizoid
e. spora

4. Bagian tubuh jamur yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari sel inang
disebut....
a. hifa
b. miselium
c. stolon
d. rhizoid
e. haustorium

5. Di bawah ini yang bukan merupakan cara jamur memperoleh makanan


adalah....
a. fotosintesis
b. heterotrof
c. saprofit
92

d. parasit
e. simbiosis

6. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme


yang sudah mati disebut....
a. autrotof
b. heterotrof
c. epifit
d. parasit
e. saprofit
7. Reproduksi jamur secara fragmentasi adalah....
a. peleburan antara spora jantan dan spora betina
b. peleburan antara hifa jantan dan hifa betina
c. peleburan sitoplasma menbentuk zigosporangium
d. persatuan inti sel jantan dan betina
e. pemutusan hifa yang kemudian akan menjadi jamur baru
8. Perhatikan tabel berikut.
Jenis Jamur
No Ciri-ciri
A B C
1. Hifa tidak bersekat + - -
2. Hifa bersekat - + +
3. Spora dibentuk di dalam askus - + -
4. Spora dibentuk di dalam basidium - - +
Berdasarkan tabel tersebut, jenis jamur A, B dan C berturut-turut adalah....
a. ascomycota – basidiomycota – zygomycota
b. zygomycota – ascomycota – basidiomycota
c. ascomycota – deuteromycota – basidiomycota
d. basidiomycota – zygomycota – deuteromycota
e. zygomycota – deuteromycota – ascomycota

9. Jamur roti dan jamur tempe tergolong ke dalam divisi....


a. zygomycota
b. ascomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota

10. Perhatikan gambar di bawah ini!


93

Urutan nama bagian dari no.1 s.d. no.4 adalah....


a. sporangium, rhizoid, stolon, sporangiofor
b. sporangium, sporangiofor, rhizoid, stolon
c. sporangium, sporangiofor, stolon, rhizoid
d. sporangiofor, sporangium, rhizoid, stolon
e. sporangiofor, sporangium, stolon, rhizoid

11. Dari hasil pengamatan jamur tampak ciri-ciri sebagai berikut.


1. Uniseluler atau multiseluler
2. Hifa bersekat
3. Menghasilkan askospora
4. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan jamur tersebut masuk ke
dalam divisi....
a. ascomycota
b. zygomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota

12. Berikut ini merupakan pernyataan tentang reproduksi seksual jamur


zygomycota.
1. Meiosis
2. Plasmogami
3. Hifa – bergabung dengan hifa +
4. Kariogami
5. Zigosporangium

Urutan proses reproduksi seksual jamur zygomycota yang tepat adalah....


a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
94

b. 5–3–4–2–1
c. 3–4–2–1–5
d. 3–2–4–1–5
e. 3–4–2–5–1

13. Ketika sedang menyiram tanaman, Hasbi melihat ada sekumpulan jamur
yang hidup tak jauh dari pohon besar yang ada di pekarangan rumahnya.
Jamur tersebut memiliki tubuh buah berbentuk bulat telur, memiliki
tudung yang berbentuk seperti cawan berwarna cokelat tua keabu-abuan,
batangnya berwarna cokelat dan dilindungi oleh selubung. Dari uraian
tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah....
a. jamur tersebut berasal dari divisi zygomycota
b. jamur tersebut berasal dari divisi ascomycota
c. jamur tersebut berasal dari divisi basidiomycota
d. jamur tersebut berasal dari divisi deuteromycota
e. jamur tersebut berasal dari divisi oomycota

14. Perhatikan gambar berikut!

Jamur yang reproduksi seksualnya dengan cara membentuk basidium


ditunjukkan oleh nomor….
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 6
e. 5 dan 6

15. Berikut ini yang merupakan cara reproduksi seksual dan aseksual pada
jamur divisi deuteromycota adalah....

a. belum diketahui dan konidiospora


b. konidiospora dan belum diketahui
95

c. belum diketahui dan askospora


d. askospora dan belum diketahui
e. belum diketahui keduanya
16. Simbiosis antara jamur dengan akar tanaman disebut....
a. liken
b. lumut kerak
c. mikoriza
d. alga
e. miselium

17. Penyakit ini muncul sebagai infeksi sekunder pada penderita AIDS,
asma, dan gangguan paru-paru kronis yang disebabkan oleh jamur
Aspergillus sp. Penyakit yang dimaksud adalah....
a. TBC
b. Aspergillosis
c. Blastomikosis
d. Kanker paru-paru
e. Emfisema
. 18. Perhatikan tabel di bawah ini.
Jamur Peranan
1. Fusarium sp. a. untuk membuat tempe
2. Rhizopus oryzae b. untuk membuat keju
3. Auricularia polytricha c. untuk membuat kecap
4. Saccharomyces cerevisiae d. untuk membuat tapai
Hubungan jenis jamur dan peranannya yang benar pada tabel di atas
adalah....
a. 1 dan b
b. 2 dan c
c. 3 dan c
d. 4 dan a
e. 4 dan d

19. Jenis jamur yang dapat digunakan untuk menguraikan kotoran hewan
adalah....
a. Candida albicans
b. Rhodotorula sp.
c. Blastomyces brasiliensis
d. Mucor mucedo
e. Pilobolus sp.

20. Aspergillus fumigatus merupakan jamur yang merugikan manusia,


kerugian atau penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut adalah....
96

a. menginfeksi tanaman jagung


b. menginfeksi tanaman kacang
c. menginfeksi saluran pernapasan dan paru-paru
d. menginfeksi kuku dan kulit
e. menginfeksi kulit rambut

KUNCI JAWABAN
1. A
2. C
3. C
4. E
5. A
6. E
7. E
8. B
9. A
10. C
11. A
12. D
13. C
14. E
15. A
16. C
17. B
18. E
19. D
20. C
97

Lampiran 3

Lembar Kerja Siswa Problem Based Learning


JAMUR

Hari/Tanggal : Kelompok
Kelas :
Anggota : ........................................ ................
........................................
........................................
........................................
........................................
........................................

Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu mengidentifikasi ciri umum dan struktur tubuh jamur
2. Siswa mampu menjelaskan cara hidup dan reproduksi jamur
3. Siswa mampu mengklasifikasikan jamur berdasarkan divisinya

Let’s find the solution!


98

Sebungkus roti yang disimpan di dalam lemari terlupakan selama satu minggu.
Ketika dibuka, roti tersebut sudah berwarna kehitaman karena tertutup oleh
jamur. Roti yang berjamur tersebut juga berbau tidak sedap, sehingga sudah tidak
layak untuk dikonsumsi. Lalu mengapa roti cepat sekali tumbuh jamur? Jamur
jenis apakah yang terdapat pada roti yang sudah kadaluarsa? Samakah jenis jamur
tersebut dengan jamur yang lainnya? Apakah ada ciri-ciri tertentu yang
membedakan antara jamur tersebut dengan jamur-jamur lainnya?

Tahap 1. Identifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakanlah data berkaitan dengan permasalahan di atas!


..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Tahap 2. Membuat hipotesis

Buatlah hipotesis pada kolom di bawah ini! Kamu dapat melakukannya dengan
menjawab pertanyaan sesuai dengan masalah di atas.
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
99

Tahap 3. Mengumpulkan data yang relevan

Carilah keterangan-keterangan yang berhubungan dengan permasalahan tersebut


(dalam buku atau literatur lainnya) sebagai bahan untuk memecahkan
permasalahan di atas! Kaitkan dengan ciri-ciri, cara hidup dan klasifikasi jamur.

..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Tahap 4. Menguji kebenaran jawaban

Menguji jawaban sementara sesuai dengan data relevan dari sumber yang
kalian dapatkan. Apakah hipotesis kalian sesuai?

..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
100

Tahap 5. Membuat dan mengkomunikasikan kesimpulan

Tulislah kesimpulan dari kegiatan pemecahan masalah yang telah kalian diskusikan
bersama kelompok!
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

Selamat Mengerjakan
101

Lembar Kerja Siswa Problem Based Learning


JAMUR

Hari/Tanggal : Kelompok
Kelas :
Anggota : ........................................ ................
........................................
........................................
........................................
........................................
........................................

Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan sismbiosis jamur dengan organisme lain
2. Siswa mampu menjelaskan peranan jamur bagi kehidupan
3. Siswa mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi pada kasus tempe
bongkrek

Let’s find the solution!


102

Petunjuk:
Bacalah dan pahami artikel yang telah disediakan. Temukan permasalahan dalam
artikel tersebut yang berhubungan dengan jamur. Kemudian diskusikanlah
penyelesaian dari permasalahan yang telah ditemukan!

TEMPE BONGKREK

Keracunan akibat memakan tempe bongkrek sudah seringkali kita dengar, khususnya
yang terjadi di wilayah Karesidenan Banyumas. Makanan ini merupakan makanan yang
disukai masyarakat Banyumas khususnya dan masyarakat Jawa Tengah pada
umumnya. Walaupun sebenarnya kandungan gizinya tidak seberapa dibanding
resikonya yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun faktor murah dan rasa yang
khas mampu memikat selera masyarakat kelas bawah pada umumnya. Pembuatan
tempe bongkrek sebenarnya telah dilarang sejak tahun 1969, namun kenyataannya
masih saja ada penduduk yang memproduksi maupun mengonsumsi makanan yang
sangat berbahaya tersebut. Tragedi paling buruk telah menewaskan 37 orang
penduduk kecamatan Lumbir, Banyumas yang terjadi pada tahun 1988.

Akan tetapi, fenomena tempe bongkrek mungkin sekarang sudah jarang sekali
ditemukan, di samping karena kemajuan teknologi dan kesejahteraan masyarakat.
Namun bukan berarti tempe bongkrek menghilang dari bumi pertiwi. Mungkin masih
ada beberapa orang di desa yang memproduksi tempe bongkrek, namun tentu
dengan pengawasan dan bimbingan intansi kesehatan terdekat.

Sumber:
http://blog.sivitas.lipi.go.id
http://www.kompasiana.com
103

Kunci Masalah
1. Apakah semua jenis jamur dapat dikonsumsi? Berbahayakah apabila jamur
dikonsumsi? Apakah ada ciri-ciri tertentu yang membedakan antara jamur
yang dapat dikonsumsi dengan jamur yang beracun?
2. Tahukah kalian tempe bongkrek? Mengapa jamur pada tempe bongkrek
dapat menyebabkan kematian bila dikonsumsi?

Tahap 1. Identifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakanlah data berkaitan dengan permasalahan di atas!


..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Tahap 2. Membuat hipotesis

Buatlah hipotesis pada kolom di bawah ini! Kamu dapat melakukannya dengan
menjawab pertanyaan sesuai dengan masalah di atas.
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
104

..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Tahap 3. Mengumpulkan data yang relevan

Carilah keterangan-keterangan yang berhubungan dengan permasalahan tersebut


(dalam buku atau literatur lainnya) sebagai bahan untuk memecahkan
permasalahan di atas! Kaitkan dengan simbiosis jamur dengan organisme lain dan
peranannya bagi kehidupan.

..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Tahap 4. Menguji kebenaran jawaban

Menguji jawaban sementara sesuai dengan data relevan dari sumber yang
kalian dapatkan. Apakah hipotesis kalian sesuai?

..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
105

..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Tulislah kesimpulan dari kegiatan pemecahan masalah yang telah kalian


diskusikan bersama kelompok!
........................................................................................................
Tahap 5. Membuat dan mengkomunikasikan kesimpulan

.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

Selamat Mengerjakan
105

Lampiran 4

LEMBAR KERJA SISWA


KELAS KONTROL

Nama/Kelompok :
Kelas :
Materi Pokok : Jamur

A. Kompetensi Dasar:
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

B. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri, cara hidup, dan klasifikasi jamur berdasarkan
cara reproduksinya

C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Jamur merupakan organisme yang memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:


…………………………………………………………………………………………..
……………………………….……………………………….………………………….
…….……………………………….……………………………….……………………
…….……………………………….……………………………….……………………
…….……………………………….……………………………….……………………

2. Cara hidup jamur dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (Jelaskan!)


……………………………….…......................................................................................
……………………………….……………………………….………………………….
...........................................................................................................................................
…….……………………………….……………………………….……………………
…….……………………………….……………………………….……………………
106

3. Jamur diklasifisikan menjadi 4 divisi berdasarkan jenis hifa dan cara reproduksinya.
Jelaskan melalui tabel di bawah ini!

Reproduksi Contoh
No Divisi Ciri-ciri Cara hidup
Seksual Aseksual spesies

4. Perhatikan gambar di bawah ini!


a. Sebutkan nama bagian yang ditunjukkan oleh no.1 s.d no.4!
b. Jelaskan siklus hidup Rhizopus sp. dengan lengkap!

(a) (b)
107

LEMBAR KERJA SISWA


KELAS KONTROL

Nama/Kelompok :
Kelas :
Materi Pokok : Jamur

A. Kompetensi Dasar:
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

B. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain dan peranan jamur
bagi kehidupan sehari-hari

C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Apakah yang dimaksud dengan:


a. Liken:
b. Mikoriza:
2. Mengapa liken disebut sebagai organisme perintis? Jelaskan!
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
3. Perhatikan tabel di bawah ini!
No Organisme Peranan
1 Mucor mucedo

2 Trichordema sp.

3 Sarcoscypha coccinea

4 Rhizopus oryzae

5 Saccharomyces
cerevisiae
6 Penicillium notatum

7 Penicillium camemberti
108

8 Neurospora sp.

9 Aspergillus wentii

10 Candida albicans

11 Volvariella volvaceae

12 Ustilago maydis

13 Aspergillus fumigatus

14 Epidermophyton
floccosum
15 Malassezia furfur

4. Dari beberapa pertanyaan dan diskusi yang telah anda lakukan bersama teman kelompok,
buatlah kesimpulan berkaitan dengan peranan jamur bagi kehidupan!
109

Lampiran 5
110
111
112
113

Lampiran 6

KISI-KISI UJI COBA INSTRUMEN

Satuan Pendidikan : SMA/MA


Mata Pelajaran : Biologi
Alokasi Waktu : 90 menit
Jumlah Soal : 40 Soal
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Kompetensi Dasar : 3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya
melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.

Jenjang No.
Indikator Indikator Soal Soal
Kognitif Soal
Mengidentifikasi ciri Menyebutkan ciri-ciri C2 Di bawah ini merupakan ciri-ciri jamur, kecuali.... 1
umum dan struktur jamur a. memiliki klorofil
tubuh jamur b. eukariotik
c. bersifat heterotrof
d. cara hidupnya saprofit dan parasit
e. uniseluler dan multiseluler

Membedakan jamur C2 Faktor yang membedakan jamur dengan organisme lain 2


dengan organisme lain diantaranya adalah pada dinding selnya. Dinding sel pada
114

jamur tersusun atas....


a. klorofil
b. lipoprotein
c. zat kitin
d. lipid
e. protein

Menyebutkan bagian C1 Kumpulan sel-sel memanjang yang berupa benang-benang 3


tubuh jamur yang berupa pada jamur disebut....
kumpulan sel-sel a. hifa
memanjang yang berupa b. miselium
benang-benang c. spora
d. rhizoid
e. stolon

Menyebutkan istilah C1 Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat 4


sekat-sekat antarsel pada antarsel yang disebut....
hifa jamur a. miselium
b. haustorium
c. septa
d. rhizoid
e. spora

Menyebutkan bagian C1 Bagian jamur merang yang dapat dimakan adalah.... 5


115

jamur yang dapat a. hifa


dimakan b. miselium
c. basidium
d. tubuh buah
e. batang jamur

Menjelaskan fungsi C2 Haustorium pada jamur berfungsi sebagai.... 6


haustorium pada jamur a. sekat-sekat antarsel pada jamur
b. alat bernapas
c. penghasil spora
d. penyerap nutrisi dari tubuh inang
e. alat reproduksi

Menjelaskan cara hidup Menyebutkan tempat C1 Tempat yang optimal untuk pertumbuhan jamur pada 7
dan reproduksi jamur yang optimal untuk daerah....
pertumbuhan jamur a. lembab
b. kering
c. basah
d. berair
e. dingin

Menyebutkan bagian C1 Bagian tubuh jamur yang berfungsi untuk menyerap nutrisi 8
tubuh jamur yang dari sel inang disebut....
berfungsi untuk meyerap a. hifa
116

nutrisi b. miselium
c. stolon
d. rhizoid
e. haustorium

Memilih cara jamur C1 Di bawah ini yang bukan merupakan cara jamur 9
memperoleh makanan memperoleh makanan adalah....
a. fotosintesis
b. heterotrof
c. saprofit
d. parasit
e. simbiosis

Menyebutkan cara jamur C1 Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan 10
memperoleh makanan organisme yang sudah mati disebut....
a. autrotof
b. heterotrof
c. epifit
d. parasit
e. saprofit

Menentukan spora C3 Di bawah ini yang bukan merupakan spora seksual pada 11
seksual jamur jamur adalah....
a. zygospora
117

b. askospora
c. basidiospora
d. konidiospora
e. semua salah

Mengartikan istilah C2 Reproduksi jamur secara fragmentasi adalah.... 12


reproduksi jamur dengan a. peleburan antara spora jantan dan spora betina
konjugasi b. peleburan antara hifa jantan dan hifa betina
c. peleburan sitoplasma menbentuk zigosporangium
d. persatuan inti sel jantan dan betina
e. pemutusan hifa yang kemudian akan menjadi
jamur baru

Mengklasifikasikan Mengidentifiaksi jamur C2 Jamur yang belum diketahui fase reproduksi seksualnya 13
jamur berdasarkan berdasarkan ciri dikelompokkan ke dalam....
divisinya seksualnya a. zygomycota
b. ascomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota

Menentukan jenis jamur C4 Perhatikan tabel berikut. 14


ke dalam divisinya
Jenis Jamur
berdasarkan tabel No Ciri-ciri
A B C
118

1. Hifa tidak bersekat + - -


2. Hifa bersekat - + +
3. Spora dibentuk di - + -
dalam askus
4. Spora dibentuk di - - +
dalam basidium
Berdasarkan tabel tersebut, jenis jamur A, B dan C berturut-
turut adalah....
a. ascomycota – basidiomycota – zygomycota
b. zygomycota – ascomycota – basidiomycota
c. ascomycota – deuteromycota – basidiomycota
d. basidiomycota – zygomycota – deuteromycota
e. zygomycota – deuteromycota – ascomycota

Mengidentifikasi ciri-ciri C2 Di bawah yang merupakan ciri-ciri jamur divisi zygomycota 15


jamur divisi zygomycota adalah....
a. hifa bersekat
b. hifa tak bersekat
c. memiliki satu inti sel
d. memiliki tubuh buah
e. dinding sel tidak mengandung zat kitin

Menyebutkan nama C1 Spora seksual pada jamur divisi zygomycota disebut.... 16


spora seksual jamur a. sporangium
divisi zygomycota b. zigospora
c. askospora
119

d. basidiospora
e. sporangiospora

Menggolongkan jenis C2 Jamur roti dan jamur tempe tergolong ke dalam.... 17


jamur roti dan jamur a. zygomycota
tempe ke dalam divisi b. ascomycota
tertentu c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota

Menentukan rumusan C3 Sekantong roti yang disimpan di dalam lemari terlupakan 18


masalah pada kasus roti selama seminggu. Ketika dibuka roti terlihat kehitaman
berjamur karena tertutup oleh jamur. Roti yang berjamur tersebut
juga berbau tidak enak, sehingga tidak layak dikonsumsi
atau sudah kadaluarsa. Dari kasus tersebut rumusan masalah
yang dapat dibuat, kecuali....
a. Mengapa roti cepat sekali tumbuh jamur?
b. Pernahkah Anda mengonsumsi roti yang sudah
berjamur?
c. Jenis jamur apakah yang terdapat pada roti yang
sudah kadaluarsa?
d. Samakah antara jenis jamur yang terdapat pada roti
dengan jenis jamur lainnya?
e. Apakah ada ciri-ciri tertentu antara jamur yang dapat
dikonsumsi dengan jamur yang beracun?
120

Mengurutkan bagian C3 Perhatikan gambar di bawah ini! 19


tubuh Rhizopus sp.

Urutan nama bagian dari no.1 s.d. no.4 adalah....


a. sporangium, rhizoid, stolon, sporangiofor
b. sporangium, sporangiofor, rhizoid, stolon
c. sporangium, sporangiofor, stolon, rhizoid
d. sporangiofor, sporangium, rhizoid, stolon
e. sporangiofor, sporangium, stolon, rhizoid

Menyebutkan jenis jamur C2 Roti yang sudah kadaluarsa dan mengandung jamur 20
yang mengandung toksin sebaiknya dibuang saja karena mengandung toksin. Jenis
pada roti jamur tersebut adalah....
a. Amanita
b. Fusarium
c. Penicillium
d. Rhizopus
121

e. Neurospora

Menyimpulkan divisi C5 Dari hasil pengamatan jamur tampak ciri-ciri sebagai 21


jamur berdasarkan ciri- berikut.
cirinya 1. Uniseluler atau multiseluler
2. Hifa bersekat
3. Menghasilkan askospora
4. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan jamur
tersebut masuk ke dalam divisi....
a. ascomycota
b. zygomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota

Memilih urutan yang C3 Berikut ini merupakan pernyataan tentang reproduksi 22


tepat mengenai proses seksual jamur zygomycota.
reproduksi seksual pada 1. Meiosis 4. Kariogami
jamur zygomycota 2. Plasmogami 5. Zigosporangium
3. Hifa – bergabung dengan hifa +
Urutan proses reproduksi seksual jamur zygomycota yang
tepat adalah....
a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
b. 5 – 3 – 4 – 2 – 1
122

c. 3 – 4 – 2 – 1 – 5
d. 3 – 2 – 4 – 1 – 5
e. 3 – 4 – 2 – 5 – 1

Menentukan fungsi C3 Saccharomyces adalah jamur bersel satu dari divisi 23


Saccharomyces dalam ascomycota yang berperan dalam pembuatan minuman
proses pembuatan beralkohol. Fungsi dari Saccharomyces adalah mampu
minuman beralkohol mengubah.…
a. glikogen menjadi alkohol
b. ragi menjadi alkohol
c. amilum menajdi alkohol
d. karbondioksida menjadi alkohol
e. glukosa menjadi alkohol

Menentukan hipotesis C3 Ketika sedang menyiram tanaman, Hasbi melihat ada 24


berdasarkan pengamatan sekumpulan jamur yang hidup tak jauh dari pohon besar
yang dilakukan yang ada di pekarangan rumahnya. Jamur tersebut memiliki
tubuh buah berbentuk bulat telur, memiliki tudung yang
berbentuk seperti cawan berwarna cokelat tua keabu-abuan,
batangnya berwarna cokelat muda dan dilindungi oleh
selubung. Dari uraian tersebut, hipotesis yang dapat
dirumuskan adalah....
a. jamur tersebut berasal dari divisi zygomycota
b. jamur tersebut berasal dari divisi ascomycota
c. jamur tersebut berasal dari divisi basidiomycota
d. jamur tersebut berasal dari divisi deuteromycota
e. jamur tersebut berasal dari divisi oomycota
123

Menetapkan ciri-ciri C2 Berikut adalah beberapa ciri-ciri jamur. 25


jamur divisi 1. Hifa bersekat, tidak memiliki tubuh buah, reproduksi
basidiomycota aseksual
2. Hifa bersekat, tidak memiliki tubuh buah, reproduksi
seksual dan aseksual
3. Hifa bersekat, memiliki tubuh buah, reproduksi seksual
dan aseksual
4. Hifa tidak bersekat, memiliki tubuh buah, reproduksi
aseksual
5. Hifa tidak bersekat, memiliki tubuh buah, reproduksi
seksual dan aseksual
Yang merupakan ciri-ciri jamur basidiomycota adalah....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

Menyebutkan nama C1 Tubuh buah pada jamur basidiomycota disebut.... 26


tubuh buah pada jamur a. zygocarp
basidiomycota b. ascocarp
c. basidiocarp
d. mococarp
e. sporangiocarp

Menentukan reproduksi C2 Berikut ini yang merupakan reproduksi seksual dan aseksual 27
seksual dan aseksual pada jamur divisi basidiomycota adalah....
124

pada jamur divisi a. fragmentasi dan konjugasi


basidiomycota b. basidiospora dan fragmentasi
c. basidiospora dan konjugasi
d. basidiospora dan konidiospora
e. konidiospora dan fragmentasi

Memilih jamur yang C2 Perhatikan gambar berikut! 28


reproduksi seksualnya
membentuk basidium

Jamur yang reproduksi seksualnya dengan cara membentuk


basidium ditunjukkan oleh nomor….
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 6
e. 5 dan 6

Menentukan reproduksi C2 Berikut ini yang merupakan cara reproduksi seksual dan 29
125

seksual dan aseksual aseksual pada jamur divisi deuteromycota adalah....


jamur divisi a. belum diketahui dan konidiospora
deuteromycota b. konidiospora dan belum diketahui
c. belum diketahui dan askospora
d. askospora dan belum diketahui
e. belum diketahui keduanya

Menyebutkan nama C1 Spora aseksual pada jamur divisi deuteromycota adalah.... 30


spora aseksual jamur a. zigospora
divisi deuteromycota b. askospora
c. basidiospora
d. konidiospora
e. belum diketahui

Menjelaskan simbiosis Menganalisis simbion C4 Pernyataan yang benar mengenai simbion pembentuk liken 31
jamur dengan organisme pembentuk liken adalah....
lain dan peranan jamur a. golongan lumut yang tidak memiliki klorofil
bagi kehidupan sehari- b. lumut yang hidup secara saprofit pada kayu mati
hari c. lumut penyebab lapuknya kayu dan batuan
d. simbiosis antara alga dan fungi tertentu
e. simbiosis antara lumut dengan alga
126

Menjelaskan pengertian C2 Simbiosis antara jamur dengan akar tanaman disebut.... 32


mikoriza a. liken
b. lumut kerak
c. mikoriza
d. alga
e. miselium

Menentukan fungsi C3 Berikut ini pernyataan yang tidak benar mengenai fungsi 33
mikoriza dari mikoriza adalah....
a. meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah
b. menjadi penghalang biologi terhadap infeksi patogen
akar
c. meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan
kelembaban
d. meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan
zat pengatur tumbuhan
e. memindahkan nutrisi dari tanaman satu ke
tanaman lain

Menyebutkan jenis jamur C1 Jamur yang dimanfaatkan dalam pembuatan oncom 34


yang digunakan untuk adalah....
membuat tempe a. Rhizopus sp.
b. Neurospora sp.
c. Saccharomyces cerevisiae
d. Volvariella volvaceae
e. Amanita muscaria

Menentukan penyakit C3 Penyakit ini muncul sebagai infeksi sekunder pada penderita 35
127

yang disebabkan oleh AIDS, asma, dan gangguan paru-paru kronis yang
jamur Aspergillus sp. disebabkan oleh jamur Aspergillus sp. Penyakit yang
dimaksud adalah....
a. TBC
b. Aspergillosis
c. Blastomikosis
d. Kanker paru-paru
e. Emfisema

Menyebutkan manfaat C3 Aspergillus wentii dimanfaatkan dalam pembuatan.... 36


jamur Aspergillus wentii a. tempe
b. oncom
c. kecap
d. tapai
e. alkohol

Menentukan hubungan C4 Perhatikan tabel di bawah ini. 37


antara jamur dan Jamur Peranan
peranannya dalam 1. Fusarium sp. a. untuk membuat tempe
kehidupan 2. Rhizopus oryzae b. untuk membuat keju
3. Auricularia polytricha c. untuk membuat kecap
4. Saccharomyces cerevisiae d. untuk membuat tapai
Hubungan jenis jamur dan peranannya yang benar pada
tabel di atas adalah....
a. 1 dan b
b. 2 dan c
c. 3 dan c
128

d. 4 dan a
e. 4 dan d

Menentukan jenis jamur C3 Di bawah ini merupakan jenis jamur yang dapat dimakan 38
yang dapat dimakan oleh oleh manusia, kecuali....
manusia a. Amanita muscaria
b. Volvariella volvaceae
c. Auricularia polytricha
d. Pleurotus sp.
e. Rhizopus sp.

Memilih jenis jamur C1 Jenis jamur yang dapat digunakan untuk menguraikan 39
yang dapat digunakan kotoran hewan adalah....
untuk menguraikan a. Candida albicans
kotoran hewan b. Rhodotorula sp.
c. Blastomyces brasiliensis
d. Mucor mucedo
e. Pilobolus sp.

Menyebutkan penyakit C1 Aspergillus fumigatus merupakan jamur yang merugikan 40


yang disebabkan oleh manusia, kerugian atau penyakit yang disebabkan oleh
Aspergillus fumigatus jamur tersebut adalah....
a. menginfeksi tanaman jagung
b. menginfeksi tanaman kacang
c. menginfeksi saluran pernapasan dan paru-paru
d. menginfeksi kuku dan kulit
e. menginfeksi kulit rambut
129

Lampiran 7

REKAP ANALISIS BUTIR

=====================

Rata2= 23,89

Simpang Baku= 5,51

KorelasiXY= 0,66

Reliabilitas Tes= 0,79

Butir Soal= 40

Jumlah Subyek= 35

Nama berkas: C:\USERS\TOSHIBA\DESKTOP\DLL\AA\SKRIPSI\AA1.ANA

Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 66,67 Sedang 0,541 Sangat Signifikan

2 2 66,67 Sedang 0,505 Sangat Signifikan

3 3 0,00 Sangat Sukar NAN NAN

4 4 77,78 Sedang 0,621 Sangat Signifikan

5 5 22,22 Sangat Mudah 0,232 -

6 6 0,00 Sukar 0,137 -

7 7 0,00 Sangat Mudah -0,067 -

8 8 55,56 Sedang 0,424 Sangat Signifikan

9 9 88,89 Sedang 0,610 Sangat Signifikan

10 10 55,56 Sedang 0,482 Sangat Signifikan

11 11 11,11 Sangat Sukar 0,140 -

12 12 66,67 Sedang 0,606 Sangat Signifikan

13 13 0,00 Sangat Mudah 0,091 -

14 14 44,44 Sedang 0,462 Sangat Signifikan

15 15 11,11 Sangat Mudah 0,249 -

16 16 0,00 Sangat Mudah NAN NAN

17 17 66,67 Sedang 0,598 Sangat Signifikan

18 18 11,11 Mudah 0,200 -

19 19 44,44 Sedang 0,406 Sangat Signifikan


130

20 20 11,11 Sedang 0,082 -

21 21 55,56 Sedang 0,466 Sangat Signifikan

22 22 55,56 Sedang 0,550 Sangat Signifikan

23 23 -33,33 Sukar -0,359 -

24 24 44,44 Sedang 0,337 Signifikan

25 25 44,44 Sedang 0,376 Signifikan

26 26 0,00 Mudah -0,093 -

27 27 -11,11 Sedang -0,171 -

28 28 66,67 Sedang 0,561 Sangat Signifikan

29 29 44,44 Sedang 0,477 Sangat Signifikan

30 30 44,44 Sedang 0,270 -

31 31 22,22 Mudah 0,024 -

32 32 55,56 Sedang 0,495 Sangat Signifikan

33 33 0,00 Sangat Sukar NAN NAN

34 34 44,44 Sedang 0,300 -

35 35 55,56 Sedang 0,477 Sangat Signifikan

36 36 44,44 Mudah 0,437 Sangat Signifikan

37 37 55,56 Sedang 0,462 Sangat Signifikan

38 38 0,00 Sedang 0,027 -

39 39 55,56 Sedang 0,382 Signifikan

40 40 33,33 Sedang 0,306 Signifikan


131

Lampiran 8

RELIABILITAS TES

================

Rata2= 23,89

Simpang Baku= 5,51

KorelasiXY= 0,66

Reliabilitas Tes= 0,79

Nama berkas: C:\USERS\TOSHIBA\DESKTOP\DLL\AA\SKRIPSI\AA1.ANA

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 5 Amrita Dyah L. 14 18 32

2 10 Dalul Faishal K. 15 16 31

3 15 Fazria 14 17 31

4 3 Ahmad Marul J. 15 15 30

5 9 Cut Luna Sabrina 15 15 30

6 11 Devanti A. 13 17 30

7 16 Gilang Putra ... 14 15 29

8 20 Lusiana Nur A. 13 16 29

9 27 Nurhasanah 14 15 29

10 1 Achmad Cahyadi 14 14 28

11 21 Mela Salsabilah 12 16 28

12 6 Ardya Fadilah A. 14 13 27

13 25 Nabila Aninda... 12 15 27

14 2 Agustine S. 11 15 26

15 7 Arum Yuliani 12 14 26

16 18 Ikhsan H. 12 14 26

17 23 Muhammad Fath... 13 13 26

18 13 Eka Putri Diana 10 15 25

19 24 Musdalifa 13 12 25

20 28 Okka Irvan R. 12 12 24

21 17 Helina Dinda A. 12 11 23
132

22 32 Salsabila Ann... 11 12 23

23 35 Yenni N. 10 12 22

24 33 Sholeh F. 11 10 21

25 34 Sulfi Andriani 8 13 21

26 19 Leo Gunawan 11 9 20

27 26 Nadia Dwi Cah... 6 13 19

28 31 Rifqiani Lara... 9 10 19

29 14 Erlin Alpatikah 9 9 18

30 8 Bobby Daffa H. 11 6 17

31 30 Raizar M. 8 9 17

32 12 Dhela Ningrum... 10 6 16

33 22 Mozan Hafiz M. 6 9 15

34 29 Prima W. 7 8 15

35 4 Alzena Amanda... 7 4 11
133

Lampiran 9

TINGKAT KESUKARAN

=================

Jumlah Subyek= 35

Butir Soal= 40

Nama berkas: C:\USERS\TOSHIBA\DESKTOP\DLL\AA\SKRIPSI\AA1.ANA

No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 1 19 54,29 Sedang

2 2 17 48,57 Sedang

3 3 0 0,00 Sangat Sukar

4 4 24 68,57 Sedang

5 5 30 85,71 Sangat Mudah

6 6 8 22,86 Sukar

7 7 34 97,14 Sangat Mudah

8 8 19 54,29 Sedang

9 9 17 48,57 Sedang

10 10 20 57,14 Sedang

11 11 4 11,43 Sangat Sukar

12 12 23 65,71 Sedang

13 13 34 97,14 Sangat Mudah

14 14 24 68,57 Sedang

15 15 34 97,14 Sangat Mudah

16 16 35 100,00 Sangat Mudah

17 17 24 68,57 Sedang

18 18 29 82,86 Mudah

19 19 23 65,71 Sedang

20 20 15 42,86 Sedang

21 21 21 60,00 Sedang

22 22 23 65,71 Sedang

23 23 10 28,57 Sukar
134

24 24 24 68,57 Sedang

25 25 22 62,86 Sedang

26 26 29 82,86 Mudah

27 27 16 45,71 Sedang

28 28 23 65,71 Sedang

29 29 21 60,00 Sedang

30 30 12 34,29 Sedang

31 31 26 74,29 Mudah

32 32 23 65,71 Sedang

33 33 0 0,00 Sangat Sukar

34 34 22 62,86 Sedang

35 35 21 60,00 Sedang

36 36 28 80,00 Mudah

37 37 23 65,71 Sedang

38 38 22 62,86 Sedang

39 39 19 54,29 Sedang

40 40 18 51,43 Sedang
135

Lampiran 10

DAYA PEMBEDA

============

Jumlah Subyek= 35

Klp atas/bawah(n)= 9

Butir Soal= 40

Nama berkas: C:\USERS\TOSHIBA\DESKTOP\DLL\AA\SKRIPSI\AA1.ANA

No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)

1 1 8 2 6 66,67

2 2 7 1 6 66,67

3 3 0 0 0 0,00

4 4 9 2 7 77,78

5 5 9 7 2 22,22

6 6 2 2 0 0,00

7 7 9 9 0 0,00

8 8 7 2 5 55,56

9 9 8 0 8 88,89

10 10 7 2 5 55,56

11 11 2 1 1 11,11

12 12 8 2 6 66,67

13 13 9 9 0 0,00

14 14 7 3 4 44,44

15 15 9 8 1 11,11

16 16 9 9 0 0,00

17 17 8 2 6 66,67

18 18 8 7 1 11,11

19 19 7 3 4 44,44

20 20 4 3 1 11,11

21 21 8 3 5 55,56

22 22 8 3 5 55,56
136

23 23 1 4 -3 -33,33

24 24 7 3 4 44,44

25 25 7 3 4 44,44

26 26 8 8 0 0,00

27 27 4 5 -1 -11,11

28 28 8 2 6 66,67

29 29 7 3 4 44,44

30 30 6 2 4 44,44

31 31 8 6 2 22,22

32 32 9 4 5 55,56

33 33 0 0 0 0,00

34 34 8 4 4 44,44

35 35 8 3 5 55,56

36 36 8 4 4 44,44

37 37 8 3 5 55,56

38 38 7 7 0 0,00

39 39 7 2 5 55,56

40 40 7 4 3 33,33
137

Lampiran 11

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif ∑
Indikator
C1 C2 C3 C4 C5 Soal
3.6.1 3*,4,5* 1,2,6* 6
Mengidentifikasi
ciri umum dan
struktur tubuh
jamur
3.6.2 7*,8,9, 12 11* 6
Menjelaskan 10
cara hidup dan
reproduksi
jamur
3.6.3 16*,26* 13*,15* 18, 19, 14, 31* 21 21
Mengklasifikasi 30* 17, 20*, 23*, 22,
kan jamur 25, 27*, 24, 33*
berdasarkan 28, 29
divisinya
3.6.4 34*, 39, 32 35, 36, 37 7
Menjelaskan 40 38*
peranan jamur
bagi kehidupan
sehari-hari
Total 13 13 10 3 1 40

Keterangan:
*) : soal yang tidak valid
138

Lampiran 12

Instrumen Tes Hasil Belajar

PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang benar
2. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien
3. Periksalah pekerjaan Anda sebelum diserahkan kepada pengawas
4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri

1. Di bawah ini merupakan ciri-ciri jamur, kecuali....


a. memiliki klorofil
b. eukariotik
c. bersifat heterotrof
d. cara hidupnya saprofit dan parasit
e. uniseluler dan multiseluler

2. Faktor yang membedakan jamur dengan organisme lain diantaranya adalah


pada dinding selnya. Dinding sel pada jamur tersusun atas....
a. klorofil
b. lipoprotein
c. zat kitin
d. lipid
e. protein

3. Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang


disebut....
a. miselium
b. haustorium
c. septa
d. rhizoid
e. spora

4. Bagian tubuh jamur yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari sel inang
disebut....
a. hifa
b. miselium
c. stolon
d. rhizoid
e. haustorium
139

5. Di bawah ini yang bukan merupakan cara jamur memperoleh makanan


adalah....
a. fotosintesis
b. heterotrof
c. saprofit
d. parasit
e. simbiosis

6. Jamur yang mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme


yang sudah mati disebut....
a. autrotof
b. heterotrof
c. epifit
d. parasit
e. saprofit
7. Reproduksi jamur secara fragmentasi adalah....
a. peleburan antara spora jantan dan spora betina
b. peleburan antara hifa jantan dan hifa betina
c. peleburan sitoplasma menbentuk zigosporangium
d. persatuan inti sel jantan dan betina
e. pemutusan hifa yang kemudian akan menjadi jamur baru
8. Perhatikan tabel berikut.
Jenis Jamur
No Ciri-ciri
A B C
1. Hifa tidak bersekat + - -
2. Hifa bersekat - + +
3. Spora dibentuk di dalam askus - + -
4. Spora dibentuk di dalam basidium - - +
Berdasarkan tabel tersebut, jenis jamur A, B dan C berturut-turut adalah....
a. ascomycota – basidiomycota – zygomycota
b. zygomycota – ascomycota – basidiomycota
c. ascomycota – deuteromycota – basidiomycota
d. basidiomycota – zygomycota – deuteromycota
e. zygomycota – deuteromycota – ascomycota

9. Jamur roti dan jamur tempe tergolong ke dalam divisi....


a. zygomycota
b. ascomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
140

e. oomycota

10. Perhatikan gambar di bawah ini!

Urutan nama bagian dari no.1 s.d. no.4 adalah....


a. sporangium, rhizoid, stolon, sporangiofor
b. sporangium, sporangiofor, rhizoid, stolon
c. sporangium, sporangiofor, stolon, rhizoid
d. sporangiofor, sporangium, rhizoid, stolon
e. sporangiofor, sporangium, stolon, rhizoid

11. Dari hasil pengamatan jamur tampak ciri-ciri sebagai berikut.


1. Uniseluler atau multiseluler
2. Hifa bersekat
3. Menghasilkan askospora
4. Hidup secara saprofit atau parasit
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan jamur tersebut masuk ke
dalam divisi....
a. ascomycota
b. zygomycota
c. basidiomycota
d. deuteromycota
e. oomycota

12. Berikut ini merupakan pernyataan tentang reproduksi seksual jamur


zygomycota.
1. Meiosis
2. Plasmogami
3. Hifa – bergabung dengan hifa +
4. Kariogami
5. Zigosporangium
Urutan proses reproduksi seksual jamur zygomycota yang tepat adalah....
141

a. 1–2–3–4–5
b. 5–3–4–2–1
c. 3–4–2–1–5
d. 3–2–4–1–5
e. 3–4–2–5–1

13. Ketika sedang menyiram tanaman, Hasbi melihat ada sekumpulan jamur
yang hidup tak jauh dari pohon besar yang ada di pekarangan rumahnya.
Jamur tersebut memiliki tubuh buah berbentuk bulat telur, memiliki
tudung yang berbentuk seperti cawan berwarna cokelat tua keabu-abuan,
batangnya berwarna cokelat dan dilindungi oleh selubung. Dari uraian
tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah....
a. jamur tersebut berasal dari divisi zygomycota
b. jamur tersebut berasal dari divisi ascomycota
c. jamur tersebut berasal dari divisi basidiomycota
d. jamur tersebut berasal dari divisi deuteromycota
e. jamur tersebut berasal dari divisi oomycota

14. Perhatikan gambar berikut!

Jamur yang reproduksi seksualnya dengan cara membentuk basidium


ditunjukkan oleh nomor….
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 6
e. 5 dan 6

15. Berikut ini yang merupakan cara reproduksi seksual dan aseksual pada
jamur divisi deuteromycota adalah....
a. belum diketahui dan konidiospora
b. konidiospora dan belum diketahui
142

c. belum diketahui dan askospora


d. askospora dan belum diketahui
e. belum diketahui keduanya
16. Simbiosis antara jamur dengan akar tanaman disebut....
a. liken
b. lumut kerak
c. mikoriza
d. alga
e. miselium

17. Penyakit ini muncul sebagai infeksi sekunder pada penderita AIDS,
asma, dan gangguan paru-paru kronis yang disebabkan oleh jamur
Aspergillus sp. Penyakit yang dimaksud adalah....
a. TBC
b. Aspergillosis
c. Blastomikosis
d. Kanker paru-paru
e. Emfisema
. 18. Perhatikan tabel di bawah ini.
Jamur Peranan
1. Fusarium sp. a. untuk membuat tempe
2. Rhizopus oryzae b. untuk membuat keju
3. Auricularia polytricha c. untuk membuat kecap
4. Saccharomyces cerevisiae d. untuk membuat tapai
Hubungan jenis jamur dan peranannya yang benar pada tabel di atas
adalah....
a. 1 dan b
b. 2 dan c
c. 3 dan c
d. 4 dan a
e. 4 dan d

19. Jenis jamur yang dapat digunakan untuk menguraikan kotoran hewan
adalah....
a. Candida albicans
b. Rhodotorula sp.
c. Blastomyces brasiliensis
d. Mucor mucedo
e. Pilobolus sp.
143

20. Aspergillus fumigatus merupakan jamur yang merugikan manusia,


kerugian atau penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut adalah....
a. menginfeksi tanaman jagung
b. menginfeksi tanaman kacang
c. menginfeksi saluran pernapasan dan paru-paru
d. menginfeksi kuku dan kulit
e. menginfeksi kulit rambut
144

Lampiran 13

Data Hasil Pretes Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Skor Pretes Skor Postes


Siswa
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 50 35 95 75
2 45 45 80 65
3 40 50 85 85
4 20 30 70 70
5 35 40 85 85
6 35 55 80 90
7 20 35 80 80
8 45 45 85 85
9 45 35 85 75
10 15 25 85 75
11 45 45 85 80
12 45 40 85 75
13 40 25 100 70
14 45 40 75 75
15 50 50 85 85
16 45 30 75 75
17 35 25 75 75
18 15 25 65 75
19 35 30 75 85
20 15 25 70 70
21 35 25 95 75
22 40 25 80 80
23 35 55 90 75
24 30 35 90 80
25 45 55 90 75
26 30 55 80 75
27 20 40 75 90
28 50 35 80 65
29 50 25 100 55
30 40 45 95 80
31 35 45 75 85
32 25 45 80 80
33 35 25 90 80
34 15 35 75 80
35 60 30 100 85
Rerata 36.143 37.286 83.286 77.429
145

Lampiran 14

Analisis N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Siswa
Pretes Postes N-gain Kriteria Pretes Postes N-Gain Kriteria
1 50 95 0.900 Tinggi 35 75 0.615 Sedang
2 45 80 0.636 Sedang 45 65 0.364 Sedang
3 40 85 0.750 Tinggi 50 85 0.700 Sedang
4 20 70 0.625 Sedang 30 70 0.571 Sedang
5 35 85 0.769 Tinggi 40 85 0.750 Tinggi
6 35 80 0.692 Sedang 55 90 0.778 Tinggi
7 20 80 0.750 Tinggi 35 80 0.692 Sedang
8 45 85 0.727 Tinggi 45 85 0.727 Tinggi
9 45 85 0.727 Tinggi 35 75 0.615 Sedang
10 15 85 0.824 Tinggi 25 75 0.667 Sedang
11 45 85 0.727 Tinggi 45 80 0.636 Sedang
12 45 85 0.727 Tinggi 40 75 0.583 Sedang
13 40 100 1.000 Tinggi 25 70 0.600 Sedang
14 45 75 0.545 Sedang 40 75 0.583 Sedang
15 50 85 0.700 Sedang 50 85 0.700 Sedang
16 45 75 0.545 Sedang 30 75 0.643 Sedang
17 35 75 0.615 Sedang 25 75 0.667 Sedang
18 15 65 0.588 Sedang 25 75 0.667 Sedang
19 35 75 0.615 Sedang 30 85 0.786 Tinggi
20 15 70 0.647 Sedang 25 70 0.600 Sedang
21 35 95 0.923 Tinggi 25 75 0.667 Sedang
22 40 80 0.667 Sedang 25 80 0.733 Tinggi
23 35 90 0.846 Tinggi 55 75 0.444 Sedang
24 30 90 0.857 Tinggi 35 80 0.692 Sedang
25 45 90 0.818 Tinggi 55 75 0.444 Sedang
26 30 80 0.714 Tinggi 55 75 0.444 Sedang
27 20 75 0.688 Sedang 40 90 0.833 Tinggi
28 50 80 0.600 Sedang 35 65 0.462 Sedang
29 50 100 1.000 Tinggi 25 55 0.400 Sedang
30 40 95 0.917 Tinggi 45 80 0.636 Sedang
31 35 75 0.615 Sedang 45 85 0.727 Tinggi
32 25 80 0.733 Tinggi 45 80 0.636 Sedang
33 35 90 0.846 Tinggi 25 80 0.733 Tinggi
34 15 75 0.706 Tinggi 35 80 0.692 Sedang
35 60 100 1.000 Tinggi 30 85 0.786 Tinggi
Rerata 36.143 83.286 0.744 Tinggi 37.286 77.429 0.636 Sedang
146

Lampiran 15

Hasil Uji Normalitas Data Pretes

1. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen

No Xi F Zn Zi F (Zi) S (Zi) |F (Zi) - S (Zi)|


1 15 4 4 -1.779 0.038 0.114 0.077
2 20 3 7 -1.358 0.087 0.200 0.113
3 25 1 8 -0.937 0.174 0.229 0.054
4 30 2 10 -0.517 0.303 0.286 0.017
5 35 8 18 -0.096 0.462 0.514 0.053
6 40 4 22 0.324 0.627 0.629 0.001
7 45 8 30 0.745 0.772 0.857 0.085
8 50 4 34 1.166 0.878 0.971 0.093
9 60 1 35 2.007 0.978 1.000 0.022

Lhitung = 0.113
Ltabel = 0.886/√ = 0.150
Lhitung < Ltabel = 0.113 < 0.150, maka data berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol

No Xi F Zn Zi F (Zi) S (Zi) |F (Zi) - S (Zi)|


1 25 9 9 -1.199 0.115 0.257 0.142
2 30 4 13 -0.711 0.238 0.371 0.133
3 35 6 19 -0.223 0.412 0.543 0.131
4 40 4 23 0.265 0.604 0.657 0.053
5 45 6 29 0.753 0.774 0.829 0.054
6 50 2 31 1.241 0.893 0.886 0.007
7 55 4 35 1.729 0.958 1.000 0.042

Lhitung = 0.142
Ltabel = 0.886/√ = 0.150
Lhitung < Ltabel = 0.142 < 0.150, maka data berdistribusi normal.
147

Lampiran 16

Hasil Uji Normalitas Data Postes

1. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen

No Xi F Zn Zi F (Zi) S (Zi) |F (Zi) - S (Zi)|


1 65 1 1 -2.053 0.020 0.029 0.009
2 70 2 3 -1.492 0.068 0.086 0.018
3 75 7 10 -0.930 0.176 0.286 0.110
4 80 7 17 -0.369 0.356 0.486 0.130
5 85 8 25 0.192 0.576 0.714 0.138
6 90 4 29 0.754 0.775 0.829 0.054
7 95 3 32 1.315 0.906 0.914 0.009
8 100 3 35 1.877 0.970 1.000 0.030

Lhitung = 0.138
Ltabel = 0.886/√ = 0.150
Lhitung < Ltabel = 0.138 < 0.150, maka data berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol

No Xi F Zn Zi F (Zi) S (Zi) |F (Zi) - S (Zi)|


1 55 1 1 -3.067 0.001 0.029 0.027
2 65 2 3 -1.699 0.045 0.086 0.041
3 70 3 6 -1.016 0.155 0.171 0.017
4 75 12 18 -0.332 0.370 0.514 0.144
5 80 8 26 0.352 0.637 0.743 0.105
6 85 7 33 1.035 0.850 0.943 0.093
7 90 2 35 1.719 0.957 1.000 0.043

Lhitung = 0.144
Ltabel = 0.886/√ = 0.150
Lhitung < Ltabel = 0.144 < 0.150, maka data berdistribusi normal.
148

Lampiran 17

Hasil Uji Homogenitas Data Pretes

Pretes
N kelas eksperimen 35
N kelas kontrol 35
S2 terbesar 141.30
S2 terkecil 104.92

1. Fhitung = =

= 1.35

2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)


Db pembilang =n–1
= 35 – 1
= 34

Db penyebut =n–1
= 35 – 1
= 34
Ftabel adalah 1.77

Fhitung < Ftabel = 1.35 < 1.77, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data
memiliki populasi varians yang homogen.
149

Lampiran 18

Hasil Uji Homogenitas Data Postes

Postes
N kelas eksperimen 35
N kelas kontrol 35
S2 terbesar 79.33
S2 terkecil 53.49

1. Fhitung = =

= 1.48

2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)


Db pembilang =n–1
= 35 – 1
= 34

Db penyebut =n–1
= 35 – 1
= 34
Ftabel adalah 1.77

Fhitung < Ftabel = 1.48 < 1.77, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data
memiliki populasi varians yang homogen.
150

Lampiran 19

Hasil Uji Hipotesis Statistik (Uji-t)

A. Perhitungan Uji Hipotesis Data Pretes


Kriteria pengujian :
1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima.
2. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 68

Menghitung nilai S gabungan


( ) ( )

( )( ) ( )( )
=√

=√ =√ =√

S = 11.09

Mencari thitung

=

= = = =
√ ( )

thitung = 0.43

Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji-t didapatkan hasil


thitung sebesar 0.43 pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) dengan derajat kebebasan
(db=68) didapatkan ttabel sebesar 2.00. Maka thitung > ttabel (0.43 < 2.00) sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan
model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar biologi siswa
pada konsep Fungi.
151

B. Perhitungan Uji Hipotesis Data Postes


Kriteria pengujian :
3. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima.
4. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 68

Menghitung nilai S gabungan


( ) ( )

( )( ) ( )( )
=√

=√ =√ =√

S = 8.15

Mencari thitung

=

= = = =
√ ( )

thitung = 2.99

Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji-t didapatkan hasil


thitung sebesar 2.99 pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) dengan derajat kebebasan
(db=68) didapatkan ttabel sebesar 2.00. Maka thitung > ttabel (2.99 > 2.00) sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model
pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada
konsep Fungi.
152

Lampiran 20

PEDOMAN WAWANCARA GURU

Hari, Tanggal : Senin, 16 November 2015


Subjek : Dra. Hermastuti Muji Rahayu
Tempat : Ruang tamu SMAN 87 Jakarta
Waktu : Pukul 09.00 WIB – 09.30 WIB

1. Bagaimana antusiasme siswa terhadap pelajaran biologi pada saat


pembelajaran berlangsung?
Jawab: Sebagian besar siswa antusias, namun sebagian lagi belum.
2. Metode apa saja yang biasa ibu gunakan dalam pembelajaran biologi ini?
Jawab: Metode yang biasa saya gunakan adalah diskusi dan presentasi
kelompok, tanya jawab serta praktikum*. Saya memang membiasakan siswa
untuk lebih aktif. Biasanya saya juga memberikan LKS satu minggu sebelum
materi bersangkutan diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengisi atau
setidaknya membaca LKS tersebut agar mereka sedikit banyak mempunyai
gambaran tentang materi yang akan diajarkan. Namun kenyataannya sebagian
besar siswa tidak membaca apalagi mengisi LKS tersebut.
3. Apakah ibu/bapak guru, khususnya ibu sendiri, sudah pernah menggunakan
model pembelajaran problem based learning saat mengajar?
Jawab: Beberapa guru belum begitu menguasai model pembelajaran yang
dituntutkan kurikulum 2013, namun ada sebagian guru yang sudah bisa
mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan
langkah pembelajaran yang sulit dan memakan waktu sehingga sebagian besar
guru hanya dapat memanfaatkan Power Point, khususnya saya yang biasa
menggunakan metode presentasi kelompok saat mengajar.
4. Bagaimana hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 87 Jakarta?
Jawab: Hasil belajar siswa dirasa masih kurang maksimal, karena sebagian
besar siswa mendapatkan nilai ulangan harian di bawah KKM (75).
5. Bagaimana cara ibu meningkatkan hasil belajar biologi siswa?
153
154

Lampiran 21
155
156
157
158
159
160
161
162

Lampiran 22
163
164

Anda mungkin juga menyukai